Anda di halaman 1dari 23

TUGAS REVIEW PEMUPUKAN

“Some Principles of Pond Fertilization for Nile Tilapia Using Organic


and Inorganic Inputs”

Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Supriatna M.Si.

Disusun oleh:
M02
Kelompok 2
Khalda Habibatul Aulia 185080100111015
Muhammad Naja Aulia 185080100111017
Theresia Atmalda Adiningrum 185080100111018
Viena Nada Aulia Winarko 185080100111019
Muhammad Faiq Ash Shidiq 185080100111020
Imelda Valerie 185080100111021
Himawan Jalu Seta 185080100111022
Cahyo Suci Heru Kusumo 185080100111023
Wisnu Angga Wardana 185080100111024
Rinjani Crylla Kharisma 185080100111025

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penyusun panjatkan atas kehadirat Allah S.W.T yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan review

yang berjudul “Some Principles of Pond Fertilization for Nile Tilapia Using Organic

and Inorganic Inputs” dalam mata kuliah Pemupukan dan Kesuburan Perairan.

Kami bermaksud menyusun makalah review ini untuk menambah wawasan

para pembaca akan mata kuliah Pemupukan dan Kesuburan Perairan. Kami

mengucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu mata kuliah Pemupukan dan

Kesuburan Perairan, yang telah membantu menyiapkan dan memberi masukan

dalam penyusunan makalah review ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan

dengan baik dalam waktu yang telah disepakati.

Kami pun menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak

kekurangan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat Kami

harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga apa yang Kami lakukan dapat

menjadi hal yang membawa dampak baik bagi pembaca dan semoga makalah ini

dapat digunakan sebagaimana fungsinya.

Malang, 23 Mei 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 2

1.3 Tujuan ...................................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN ...................................................................................... 3

2.1 Pentingnya Industri Ikan Nila ................................................................. 3

2.2 Tujuan Pemupukan ................................................................................. 4

2.3 Jenis-Jenis Pupuk................................................................................... 5

2.4 Tingkat Pemupukan ................................................................................ 7

2.5 Eksperimen CRSP Terhadap Harga Pemupukan Optimum.................. 8

2.6 Program Pemupukan Modern .............................................................. 10

2.7 Prospek Masa Depan ............................................................................ 12

BAB 3 PENUTUP ............................................................................................. 14

3.1 Kesimpulan............................................................................................ 14

3.2 Saran ...................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 16

LAMPIRAN........................................................................................................ 17

ii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Soal Nomor 1 ............................................................................... 17


Lampiran 2. Soal Nomor 2 ............................................................................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemupukan kolam untuk meningkatkan produksi ikan merupakan praktik

yang sudah umum dilakukan. Seperti di Negara Cina kotoran hewan dan manusia

digunakan sebagai nutrisi dan sumber energi kolam polikultur ikan mas.

Penggunaan pupuk anorganik baru di perkenalkan baru-baru ini setelah

munculnya revolusi pupuk Hijau. terdapat banyak literatur tentang praktik dan

metode pemupukan organik dan anorganik dengan fokus tingkat pemupukan, dan

jenis pupuk. Pemupukan sendiri berfunsi untuk meningkatkan nutrisi dalam air dan

produktifitas dalam air. hal yang mempengaruhi pemupukan yaitu curah hujan ,

iklim, cuaca, kejernihan air, spesies ikan dan tingkat tebar ikan yang

mempengaruhi peningkatan produksi ikan dari pemupukan.

Fokus utama dari penelitian ini yaitu membandingkan berbagai jenis pupuk

yang berfungsi untuk meningkatkan produksi primer dan hasil panen ikan nila.

Penelitian ini mengkaji prinsip-prinsip umum tentang teknik pemupukan modern.

Kolam secara inheren bervariasi dan kondisi lingkungan sangat mempengaruhi

produksi kolam, sehingga kolam uji coba yang dilakukan sama memiliki variasi

yang berbeda dalam produksi primer dan produksi ikan. Produksi ikan juga

dipengaruhi oleh suhu, padat tebar, penebaran, ukuran, spesies, dan karakteristik

ikan. Masalah tambahan dalam penilaian metode pemupukan yaitu uji pada

kondisi kontrol tidak dapat dibandingkan dengan praktik manajemen karena tidak

fleksibel dalam menerapkan uji. Misalnya, uji atau perlakukan pada kolam 1

dengan kolam yang lain. Dengan demikian uji kesuburan sangat rumit untuk di

tafsirkan dan sangat bergantung dengan kondisi lingkungan. Hal ini menyebabkan,

variasi yang lebih tinggi di bandingkan dengan perlakuan yang lebih dinamis.

1
Di dunia dengan populasi yang meningkat, persediaan makanan yang

berkurang per kapita, dan meningkatnya biaya energi untuk makanan, kita

membutuhkan sistem yang lebih efisien untuk menghasilkan makanan. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk meninjau pentingnya industri nila untuk budidaya dan

meninjau kembali tujuan pemupukan, jenis, dan tarif untuk produksi nila. Terakhir,

metode pemupukan modern akan dipertimbangkan dalam upaya mengevaluasi

arah dan penggunaan pupuk di masa depan dalam sistem akuakultur.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana meninjau pentingnya industri nila untuk budidaya?

2. Apa tujuan dilakukannya pemupukan?

3. Apa jenis pupuk yang digunakan untuk budidaya?

4. Bagaimana tingkat pemupukan untuk kolam ikan nila?

5. Bagaimana eksperimen CRSP terhadap harga pemupukan optimum?

6. Bagaimana program pemupukan modern?

7. Bagaimana prospek masa depan penggunaan pupuk?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pentingnya industri nila untuk budidaya.

2. Untuk mengetahui tujuan dilakukannya pemupukan.

3. Untuk mengetahui jenis pupuk yang digunakan untuk budidaya.

4. Untuk mengetahui tingkat pemupukan untuk kolam ikan nila.

5. Untuk mengetahui eksperimen CRSP terhadap harga pemupukan

optimum.

6. Untuk mengetahui program pemupukan modern.

7. Untuk mengetahui prospek masa depan penggunaan pupuk.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya Industri Ikan Nila

Tahun 2050 kedepan nanti diprediksikan akan mengalami peningkatan

dalam jumlah populasi manusia menjadi 9 miliar , lalu terdapat tantangan dalam

memenuhi permintaan pangan yang akan terus meningkat sekitar 70%. Sektor

budidaya akan berperan penting dalam meningkatkan produksi pangan, karena

merupakan komoditas pangan yang tumbuh paling cepat saat ini. Tilapia

merupakan jenis spesies budidaya produksi yang cukup penting. Pada tahun

2008, ikan nila (Oreochromis niloticus) menempati urutan kelima organisme yang

paling banyak dibudidayakan, selain itu terdapat juga jenis dari ikan mas rumput

(Ctenopharyngodon idella), ikan mas perak (Hypophthalmichthys molitrix), kerang

Japanese Carpet Shell (Ruditapes philippinarum), dan ikan mas (Cyprinus carpio).

Budidaya ikan nila dipercaya berdasarkan jejak sejarah telah berlangsung selama

4000 tahun di Mesir, dimana terdapat gambar pada piramida dan situs

pemakaman menunjukkan ikan nila tumbuh dalam sistem yang tampaknya

terkontrol.

Bahan limbah dari daerah yang tercemar dipergunakan sebagai pupuk

dalam meningkatkan kesuburan. Namun, seiring dengan berkembangnya industri

budidaya ikan nila, metode bergeser untuk menghasilkan produksi ikan yang lebih

besar dari sistem pemberian pakan, menggunakan pakan lengkap untuk

menggantikan pupuk dan pakan alami. Meskipun tidak di temukan sumber data

statistik yang dapat dipercaya, mungkin sekitar 50% ikan nila yang ada di pasaran

saat ini berasal dari budidaya intensif menggunakan pakan tambahan atau pakan

lengkap. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwasannya salah satu keunggulan

budidaya ikan nila telah hilang dalam proses intensifikasi yakni pada ikan nila

3
dapat dibudidayakan dengan sumber nutrisi yang cukup murah dan banyak

tersedia di pasaran.

Cina merupakan negara penghasil ikan nila terpenting di dunia, dengan 1,1

juta ton pada tahun 2008 . Budidaya ikan nila didominasi berasal dari benua

Asia, sedangkan 0,9 juta ton lainnya berasal dari negara-negara Asia

lainnya, khususnya Indonesia dan Filipina. Lalu Amerika Latin menyumbang

sekitar 280.000 ton, dan sedikit produksi terjadi di bagian lain dunia. Ini kontras

dengan tren konsumsi yang ada dipasaran. Pasar ikan nila merupakan sebuah

bagian dalam dari Negara khususnya yang berjabat sebagai Negara produsen dan

bidang eksternal nya melalui kegiatan ekspor.

2.2 Tujuan Pemupukan

Tujuan dari pemupukan menurut Mieke (2012), memiliki 4 tujuan utama,

diantaranya adalah meningkatkanan produktivitas primer dan sekunder, perbaikan

kualitas air, peningkatan volume produksi, dan mempercepat pertumbuhan serta

pertambahan bobot ikan. Keempat tujuan ini menjadi bahan evaluasi berhasil atau

tidaknya suatu kegiatan pemupukan. Kegiatan pemupukan disetiap kolam

budidaya tentunya akan berbeda kebutuhannya oleh karena itu terdapat beberapa

faktor yang mempengaruhi terwujud atau tidaknya keempat tujuan pemupukan

tersebut.

Usaha untuk meningkatkan produktivitas primer atau kelimpahan

fitoplankton didalam kolam, dapat dilakukan dengan penambahan unsur hara atau

pemupukan, unsur hara yang akan mempengaruhi kegiatan metabolisme

fitoplankton diantaranya adalah nitrogen, fosfor, dan karbon dioksida. Kadar pH

juga mempengaruhi ketersediaan nutrisi di perairan, sebagai contoh untuk kolam

yang memiliki pH asam unsur seperti fosfat akan sulit dimanfaatkan hal ini terjadi

karena fosfor akan berikatan dengan Al, membentuk ikatan polyfosfat yang tidak

4
bisa langsung dimanfaatkan oleh fitoplankton. Oleh karena itu sangat perlu

mengetahui kondisi perairan dan juga dosis dari pupuk yang akan diberikan.

Peningkatan kelimpahan fitoplankton yang diiringi dengan pengkayaan oksigen

dipagi hari, dan penurunan kadar ammonia akan menjaga kualitas air kolam

budidaya. Peningkatan kelimpahan fitoplankton juga akan dimanfaatkan oleh ikan

nila, sebagai pakan tambahan sehingga mampu mewujudkan pertambahan bobot

yang lebih cepat.

Peningkatan produktivitas sekunder, biasanya terjadi pada kolam yang

dipupuk dengan pupuk organik, dibanding dengan kolam yang dipupuk anorganik.

Pupuk organik dapat menstimulasi pertumbuhan produktivitas sekunder seperti

bakteri heterotropik dan invertebrata pengkompos. Pertumbuhan produktivitas

sekunder dapat menjadi bahan pakan tambahan bagi tipe ikan yang mencari

makanan didasar seperti ikan patin. Pemupukan yang berhasil juga dapat

meningkatkan padat tebar ikan, hal ini dikarenakan adanya dukungan dari kualitas

air dan juga pakan tambahan, padat tebar untuk ikan nila umumnya 2 ekor/m2

namun dengan pemupukan yang baik dapat ditingkatkan hingga 3 ekor ikan/m2,

sehingga mampu meningkatkan volume produksi dari usaha budidaya ikan

tersebut.

2.3 Jenis-Jenis Pupuk

Dalam kegiatan budidaya terdapat banyak sumber nutrisi yang dapat

digunakan, dimana sumber nutrisi tersebut berperan sebagai pupuk. Namun, dari

sekian banyak macam pupuk, hanya beberapa yang baik digunakan dalam

meningkatkan produksi ikan nila. Jenis pupuk dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu

pupuk organik dan pupuk anorganik. Contoh dari pupuk organik yaitu kotoran

hewan dan kotoran tanaman. Pupuk dari kotoran hewan memiliki karakteristik

seperti dapat membusuk secara perlahan, melepaskan nutrisi selama berminggu-

5
minggu bahkan berbulan-bulan, memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dan

memberikan efek pada kejernihan air kolam budidaya. Sementara pupuk dari

kotoran tanaman memiliki karakteristik antara lain memiliki nutrisi yang lebih sedikit

dibandingkan pupuk kotoran hewan sehingga membutuhkan jumlah yang banyak

dalam pengaplikasian di kolam budidaya. Dibeberapa Negara seperti Rwanda,

kotoran tanaman tampaknya disukai karena negara tersebut jarang ditemukan

pupuk yang berasal dari kotoran hewan, tetapi pupuk tanaman tidak digunakan

dalam kolam ekstensif ikan nila.

Setelah Perang Dunia II, sejak penerapan proses Haber-Bosch, pupuk

anorganik mulai dikenal secara luas untuk mensintesis NH3 dan N2 . Jenis pupuk

anorganik yang paling sering digunakan sebagai pupuk dalam kolam budidaya

yaitu TSP dan urea. Akan tetapi, jika digunakan secara berlebihan dalam jangka

panjang dapat menyebabkan kelebihan ammonium, menyebabkan terganggunya

kualitas air sehingga pH menjadi negative. Oleh sebab itu, untuk mengatasi

permasalahan pada kualitas air, peneliti berpendapat dalam pemberian pupuk

pada kolam budidaya ikan nila harus menggunakan pupuk kandang dan pupuk

anorganik. Pupuk kandang berperan sebagai bahan dasar sedangkan pupuk

anorganik (TSP dan urea) dengan dosis yang disesuaikan kebutuhan berperan

untuk memberikan keseimbangan nutrisi.

Dikarenakan adanya perbedaan pendapat maka muncul dasar konsep

rasio nutrisi yang disebut rasio Redfield. Rasio Redfield merupakan proporsi

relative dari nitrogen, fosfor, dan karbon dalam sel fitoplankton, dimana rasio

ketiga unsur tersebut yaitu 106:16:1 C:N:F. Namun, teori tidak sepenuhnya

diterapkan dalam menentukan pemupukan nitrogen, fosfor dan karbon sehingga

perlu adanya eksperimen di kolam budidaya ikan nila.

6
2.4 Tingkat Pemupukan

Pada tahun 1980, tingkat pemupukan jauh lebih rendah bila dibandingkan

pada saat ini. Hal tersebut terjadi karena padat tebar ikan pada kolam pada saat

itu yang relatif lebih rendah. Pemberian pupuk yang optimal untuk kolam ikan nila

dengan menggunakan pupuk yang mengandung nitrogen & fosfor yang relatif

tinggi. Pada tingkat penebaran ikan 10000 – 20000 ikan/ha, pemberian pupuk

yang ditentukan oleh CRSP yaitu dengan perbandingan 4 N : 1 P. Namun,

beberapa ahli menganggap perbandingan tersebut masih cenderung tinggi, yang

dapat menyebabkan masalah kualitas air kolam budidaya ikan nila tersebut. Untuk

mencegah permasalahan kualitas air, solusinya berupa jadwal pemberian pupuk

pada kolam yang tidak terlalu sering, bisa sebanyak dua kali seminggu, atau dua

kali per tiga minggu, atau sekali per dua minggu.

Pemberian jenis pupuk pada kolam budidaya ikan juga perlu diperhatikan.

Jenis pupuk yang dapat diberikan yaitu, pupuk organik, anorganik, ataupun

kombinasi organik & anorganik. Bahan organik pada pupuk yang diberikan pada

kolam budidaya secara perlahan cenderung akan membusuk & melepaskan unsur

hara. Bahan tersebut akan menumpuk pada dasar kolam & melepaskan

kandungan mineral. Pada bahan anorganik ketika tenggelam ke dasar kolam,

kandungan mineral pada pupuk tersebut akan terikat pada sedimen yang akan

menyebabkan kandungan hara pada pupuk akan hilang. Solusi untuk mengatasi

permasalahan tersebut dapat dengan melakukan pemupukan dalam bentuk cair

atau sejenisnya yang bertujuan untuk menghancurkan bahan untuk meningkatkan

kelarutan. Hal tersebut akan menghasilkan lebih banyak fosfor & nitrogen yang

tersedia untuk pertumbuhan pakan alami (fitoplankton).

7
2.5 Eksperimen CRSP Terhadap Harga Pemupukan Optimum

Percobaan ini meliputi pemupukan dasar kolam yang dilakukan untuk ikan

nila sebagai bagian dari CRSP. Eksperimen yang dilakukan oleh kelompok

penelitian berfokus pada produksi ikan nila di Thailand. Konsep yang dievaluasi

dapat diterapkan secara global, sementara implikasi praktis dalam frekuensi

pemupukan, tingkat, dan hasil yang dicapai tidak meluas ke semua wilayah secara

merata. Oleh karena itu, percobaan harus dilakukan untuk memverifikasi tingkat

pemupukan dan hasil di area tertentu. Perubahan suhu, radiasi matahari, tanah,

dan kondisi air semuanya mempengaruhi tingkat aplikasi dan hasil yang

diharapkan dari pemupukan kolam ikan nila.

Eksperimen kolam paling awal berfokus pada tingkat pemupukan yang

rendah, kemudian tingkat pemupukan yang lebih tinggi dengan input anorganik

atau organik. Hasil awal di Thailand menunjukkan pada tingkat pemuatan nitrogen

dan fosfor yang sebanding, pemupukan anorganik menghasilkan sekitar 3200 kg

/ ha / tahun ikan nila di kolam, sementara pemupukan organik meningkatkan

budidaya 35% menjadi 4300 kg / ha / tahun. Nitrogen anorganik terlarut sering kali

membatasi di kolam ini untuk pemupukan organik dan anorganik, dan nitrogen

tidak pernah melebihi 0,4 mg / L. Sebaliknya, kolam yang dipupuk secara

anorganik memiliki sebanyak 1,6 mg / LP di dalam air (menunjukkan input yang

terlalu tinggi), sedangkan kolam yang dipupuk secara organik hanya memiliki

sekitar 0,1 mg P / L. Dengan masukan dan kondisi yang dijelaskan sebelumnya,

sebagian anggaran perusahaan dapat dibangun untuk setiap sistem pemupukan

ikan nila. Studi ini menunjukkan laba bersih tahunan sebesar $ 1450 / ha untuk

tambak yang hanya dilengkapi dengan pupuk, $ 168 untuk tambak yang

menggunakan pemupukan anorganik, dan $ 1900 / ha untuk tambak yang

menggunakan nutrisi seimbang dengan pupuk kandang dan pupuk. Jelasnya,

tidak hanya kondisi nutrisi dan hasil yang ditingkatkan dengan penambahan fosfor
8
dan nitrogen yang seimbang, tetapi sistem ini lebih menguntungkan daripada

hanya pupuk kandang atau pupuk anorganik untuk meningkatkan produksi. Alasan

utama perbedaan keuntungan adalah tingginya harga pupuk anorganik ($ 0,36 /

kg untuk TSP; $ 0,24 untuk urea) dibandingkan dengan kotoran ayam ($ 0,024;

Diana et al. 1996; Yi dan Diana 2008).

Percobaan dilakukan pada kepadatan ikan tidak memerlukan aerasi atau

air perubahan mantan (biasanya, 2-3 ikan / m2).Pemberian pakan secara intensif

pada kepadatan yang lebih tinggi dapat mengakibatkan masalah kualitas air.

Peneliti percaya penambahan pupuk bersama dengan pakan dapat

menyeimbangkan kondisi nutrisi, meningkatkan produksi primer, dan

meningkatkan kualitas air dibandingkan dengan kolam pakan saja. Percobaan

pertama peneliti membandingkan kolam yang dipupuk, kolam yang diberi makan,

dan kolam yang diberi makan dan dipupuk dalam produksi dan kualitas air. Kolam

yang dipupuk, dengan atau tanpa pakan, memiliki konsentrasi oksigen yang lebih

tinggi, transparansi yang lebih baik, dan produksi primer yang lebih besar daripada

kolam yang hanya diberi makan. Kolam yang diberi makan memiliki nitrogen yang

lebih tinggi, terutama amonia, daripada kolam yang diberi pupuk. Kolam yang

diberi makan dan dipupuk mengembangkan komunitas plankton yang paling

produktif dan tampaknya melengkapi produksi ikan nila dengan beberapa pakan

alami. Hasilnya, hasil ikan nila secara signifikan lebih tinggi di kolam pakan dan

kolam pemupukan daripada di kolam makan saja.

Hasil menunjukkan bahwa seseorang dapat mengganti sekitar setengah

dari makanan yang dikonsumsi sebagai pakan lengkap dengan makanan alami

yang dihasilkan oleh pupuk. Strategi pemupukan yang terakhir juga menghasilkan

kualitas air yang lebih baik dan menghasilkan lebih sedikit pelepasan unsur hara

selama panen. Peningkatan pertumbuhan per unit ransum ini menerapkan

peningkatan laba bersih sebesar 303% (laba tahunan sebesar $ 1450 / ha untuk
9
pemberian pakan, dibandingkan dengan $ 5864 untuk 0,5 perlakuan ransum:

Tabel 12.1) dan menghasilkan produksi yang sama dan kualitas air yang lebih baik.

Eksperimen ini menunjukkan potensi efisiensi lebih lanjut; artinya, ikan

tidak perlu diberi makan sampai mereka mulai mempengaruhi kelimpahan

makanan alami. Pada tahap itu, pemberian pakan tambahan dengan ransum

maksimum sekitar 50% dapat digunakan, dan ikan masih dapat mencapai

pertumbuhan yang cukup besar dari makanan alami. Penundaan pemberian

pakan, penurunan ransum saat pemberian makan, dan pemupukan gabungan

menghasilkan biaya yang lebih sedikit untuk budidaya ikan dan kualitas air yang

lebih baik, karena lebih sedikit pakan limbah dan produksi plankton yang lebih

besar. Selain itu, menunda pemberian pakan pertama hingga 100 g tidak

mempengaruhi ukuran akhir atau produksi ikan.

2.6 Program Pemupukan Modern

Dilakkukan penelitian mengenai kolam pakan dan pemupukan, produksi

ikan nila untuk mencapai sistem yang lebih efisien. Hal tersebut menjadi target dari

sistem akuakultur multitrofik terintegrasi. Sistem tersebut menggunakan keramba

yang diberi makan secara intensif untuk spesies ikan target yang dikombinasikan

dengan organisme filter-feeder seperti tiram, organisme organ pemakan sedimen

seperti rumput laut untuk meningkatkan produksi dan efisiensi pemanfaatan

nutrisi. Sistem seperti itu dapat dikembangkan untuk ikan nila dengan merendam

keramba di kolam, melalui budidaya polikultur, atau dengan akuaponik.

Kotoran ikan dalam pemupukan kolam mengarah pada konsep bahwa Ikan

yang terdapat pada karamba diberi makan secara intensif, dan filter-feeder dapat

dibudidayakan di kolam secara luas dengan menggunakan limbah nutrisi. Ini

adalah sistem budidaya multitrofik dua tahap dengan menggunakan kotoran ikan

dari keramba sebagai pupuk utama dan menggunakan fitoplankton dan dimakan

10
oleh nila untuk menghilangkan nutrisi dan menumbuhkan tanaman sekunder.

Produk limbah dari keramba menyuburkan air, dan pakan limbah juga dapat

dikonsumsi oleh ikan di dalam kolam. Tanaman ikan pada umumnya di kolam

dapat ditanam tanpa biaya selain biaya pembibitan. Jika kondisi di perairan

terbuka tidak mendekati tingkat pemupukan praktis, suplementasi nitrogen atau

fosfor mungkin diperlukan untuk mendorong produktivitas primer dan pertumbuhan

ikan yang tinggi. Namun, biaya ini akan minimal dibandingkan dengan muatan

nutrisi yang besar yang sudah dihasilkan dari kotoran ikan dalam pemberian pakan

intensif.

Sistem akuakultur dengan efisiensi yang lebih baik ini telah diuji dalam

eksperimen yang relatif baru, sistem tersebut didasarkan pada gagasan yang ada.

Misalnya, ikan nila sering digunakan untuk pengolahan limbah biologis, di mana

air limbah dari tambak dikumpulkan di waduk, tumbuh fitoplankton, dan

fitoplankton memanen ikan nila, sehingga meningkatkan kualitas air. Dalam sistem

ini, air dari waduk nila kemudian digunakan kembali di sistem pembesaran tambak

untuk produksi ikan yang intensif. Tahapan produksi dipisahkan oleh kolam dan

waduk bukan dengan keramba dan perairan terbuka, tetapi konsepnya sama.

Aplikasi populer dari metodologi ini adalah dalam sistem akuaponik untuk

berbagai spesies, termasuk nila. Dalam sistem ini, ikan nila dibudidayakan baik di

dalam maupun di luar tangki, dan limbah yang dihasilkan dari produksi ikan nila

diedarkan ke rumah kaca atau kultur luar ruangan, di mana nutrisi digunakan untuk

pertumbuhan tanaman. Sistem aquaponic ini telah dipromosikan selama beberapa

waktu dan baru-baru ini menjadi sangat populer di Amerika Serikat dengan

munculnya sistem Growing Power dan Sweetwater di Wisconsin (lihat

www.growingpower.org). Sistem produksi ini bergantung pada limbah ikan yang

dihasilkan dengan memberi makan ikan secara intensif dan konsentrasi nutrisi

yang menghasilkan tanaman sayuran hampir tanpa biaya. Tentu saja, sebagian
11
dari biaya tanaman sayuran sebenarnya adalah pakan ikan yang digunakan dan

limbah yang dihasilkan oleh ikan itu sendiri. Sampai saat ini, banyak dari sistem ini

lebih fokus pada produksi tanaman dan ikan sebagai produk sampingan sekunder.

Tetapi mereka dapat dioptimalkan untuk mencapai tingkat produksi ikan yang

tinggi dan tanaman sayuran yang besar. Budidaya kandang-kolam atau kombinasi

pakan dan sistem pupuk, masih ada konsentrasi nitrogen dan fosfor yang cukup

besar, padatan tersuspensi, dan kebutuhan oksigen biologis dalam limbah kolam.

Berbagai perawatan dapat digunakan untuk mengurangi beban limbah, tetapi jika

nutrisi mahal untuk diterapkan pada awalnya, teknologi yang lebih baik adalah

menahan dan menggunakannya. Selain aquaponik, aplikasi air limbah tambak di

darat telah terbukti berhasil.

2.7 Prospek Masa Depan

Percobaan ini dan percobaan serupa lainnya menunjukkan efisiensi yang

cukup besar dapat diperoleh dalam produksi nila dengan menggunakan produk

limbah dari nila atau sistem produksi hewan lainnya. Penggunaan kotoran hewan,

daripada produk anorganik yang diproduksi dengan biaya energi tinggi akan

menguntungkan dan meningkatkan efisiensi budidaya perikanan. Sementara

Pelletier dan Tyedmers (2010) telah menyelesaikan Life Cycle Assessment (LCA)

ikan nila yang dibudidayakan secara intensif dari Indonesia, LCA belum dilakukan

pada sistem pemupukan untuk mengevaluasi efisiensi penggunaan energi dan

material dibandingkan dengan intensif hingga semi sistem intensif. Beberapa

standar sertifikasi sebenarnya mungkin salah arah; misalnya, sistem sertifikasi

GAA tidak mengizinkan penggunaan pupuk kandang untuk membudidayakan ikan

nila (GAA 2009).

Harapan saya, dari bab ini, ada pengakuan bahwa ada banyak cara untuk

meningkatkan produksi ikan dengan mempertimbangkan kondisi lokal dan

12
ketersediaan nutrisi. Dalam semua sistem akuakultur, pakan merupakan bahan

yang paling mahal; rezim aplikasi pakan yang efisien mengurangi biaya,

meningkatkan keuntungan, dan mengurangi kerusakan lingkungan. Terdapat

beberapa prinsip budidaya ikan nila yang dikembangkan dalam bab ini antara lain

ialah sebagai berikut :

• Penambahan nutrisi yang seimbang paling baik merangsang produksi ikan

nila.

• Bahan organik seperti pupuk kandang memiliki peran yang sesuai dalam

produksi ikan nila,

• Limbah yang dihasilkan dari pemberian pakan harus dipulihkan dengan

praktik yang diarahkan untuk meningkatkan konsumsi pangan alami, dan

• Eksperimen lokal penting untuk menyempurnakan hasil yang dicapai di

tempat lain.

13
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil pemaparan dalam makalah ini, dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

• Seiring dengan berkembangnya industri budidaya ikan nila, metode bergeser

untuk menghasilkan produksi ikan yang lebih besar dari sistem pemberian

pakan, menggunakan pakan lengkap untuk menggantikan pupuk dan pakan

alami..

• Tujuan dari pemupukan adalah meningkatkan produktivitas primer dan

sekunder, memperbaiki kualitas air, meningkatkan volume produksi, dan

mempercepat pertumbuhan serta pertambahan bobot ikan.

• Jenis pupuk dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu pupuk organik dan pupuk

anorganik. Contoh dari pupuk organik yaitu kotoran hewan dan kotoran

tanaman, sedangkan contoh pupuk anorganik adalah TSP dan urea.

• Pemberian pupuk dan jenis pupuk yang digunakan pada kolam budidaya ikan

harus diperhatikan, hal ini akan mempengaruhi produktifitas dan kualitar air

kolam.

• Dari hasil eksperimen CRSP terhadap harga pemupukan optimum didapatkan

hasil bahwa ikan tidak perlu diberi makan sampai mereka mulai

mempengaruhi kelimpahan makanan alami. Pada tahap itu, pemberian pakan

tambahan dengan ransum maksimum sekitar 50% dapat digunakan, dan ikan

masih dapat mencapai pertumbuhan yang cukup besar dari makanan alami

• Salah satu sistem akukultur yang modern dan populer baru baru ini adalah

dengan membudidayakan ikan nila baik di dalam maupun di luar tangki, dan

14
limbah yang dihasilkan dari produksi ikan nila diedarkan ke rumah kaca atau

kultur luar ruangan, di mana nutrisi digunakan untuk pertumbuhan tanaman.

• Penggunaan kotoran hewan, daripada produk anorganik yang diproduksi

dengan biaya energi tinggi akan menguntungkan dan meningkatkan efisiensi

budidaya perikanan.

3.2 Saran

Dalam industri budidaya ikan nila pemberian pakan menjadi hal yang harus

diperhatikan. Pemberian pupuk pada kolam budidaya merupakan hal penting

untuk menumbuhkan pakan alami ikan. Pakan ikan merupakan bahan paling

mahal dalam sistem akuakultur. Maka perlu dilakukan kajian lagi mengenai pakan

ikan nila yang lebih murah dan juga tidak merusak lingkungan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Mischke, C. C.. (2012). Aquaculture pond fertilization: Impacts of nutrient input on


production. John Wiley & Sons.

16
LAMPIRAN

Lampiran 1. Soal Nomor 1

Soal:
1. Berapa banyak kebutuhan pupuk N dan P yang dibutuhkan untuk

pemeliharaan ikan nila dengan luas kolam 0.25 ha, kedalam air 100 cm

Jawab:

1. Dik:
• Jumlah bahan organik yang disarankan berjumlah menurut Mieke (2012):
o N: 0,4 Mg/L
o P: 0,1 Mg/L
• Rasio pupuk untuk ikan nila = N:P = 4:1
• Luas kolam = 0,25 Ha; Tinggi = 100cm
• 1 Ha = 10.000 m2

Dit: Kebutuhan pupuk N dan P sesuai kriteria kolam


Jawab:
• Konversi 0,25 Ha = 2500 m2
• Mencari volume air kolam =
o V = Luas x Tinggi
o V = 2500 m2 x 1 m
o V = 2500 m3
o V = 2.500.000 L
• Banyaknya pupuk N yang diperlukan:
o Yang disarankan 0,4 Mg/L
o 0,4 Mg/L x 2.500.000 L = 1.000.000 Mg = 1 Kg N
• Banyaknya pupuk P yang diperlukan:
o Diambil dari rasio N:P = 4:1
o N = 1 Kg
o P = 1 Kg : 4 = 0,25 Kg
• Total kebutuhan pupuk kolam ikan nila berjumlah 1 Kg pupuk N dan
0,25 Kg pupuk P

17
Lampiran 2. Soal Nomor 2

Soal:
2. Bagaimana cara menghitung kebutuhan organik dan anorganik untuk

pemeliharaan ikan nila?

Jawab:

Cara menghitung takaran pupuk organik maupun anorganik untuk kesuburan

perairan dalam menunjang pemeliharaan ikan nila di lahan sawah atau lahan

kering adalah sama. Adapun cara perhitungan terdapat beberapa macam, antara

lain :

• Cara menghitung dengan pendekatan luas lahan.

• Cara menghitung takaran pupuk berdasarkan populasi tanaman.

Menghitung dengan cara ini sangat berkaitan dengan tanaman yang

tumbuh dalam kolam perlakuan. Semakin besar jarak tanam yang

digunakan untuk menghitung kebutuhan pupuk maka akan semakin tinggi

takaran pupuk yang diberikan pada setiap kolam perlakuan.

• Cara menghitung takaran pupuk untuk percobaan di rumah kaca.

Cara ini hampir sama dengan cara menghitung takaran pupuk berdasarkan

ppm atau mg/kg tanah. Ppm atau part per million adalah berat satuan unsur

sebanyak seperseribu gram, 1000 cc air setara dengan 1000 g tanah.

Perhitungan ini dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan unsur hara

makro seperti N, P, K, atau unsur mikro karena unsur mikro merupakan

unsur yang dibutuhkan dalam jumlah sangat sedikit.

• Cara menghitung berdasarkan berat tanah.

maka pemberian pupuk perlu diperhitungkan sebagai berikut :

1. Ketersediaan Hara Tanah Perhitung an ketersediaan hara tanah dapat

mempergunakan rumus: Jumlah hara tersedia = % hara tanah x berat tanah

per Hektar

18
2. Kebutuhan Hara Tanaman Kebutuhan hara tanaman dapat dihitung dengan

rumus:

Kht = % kadar hara tanaman x berat kering tanaman per ha

Di mana:

Kht = kebutuhan hara tanaman

3. Kebutuhan Hara yang Ditambahkan Kebutuhan hara yang harus ditambahkan


merupakan selisih hara yang dibutuhkan tanaman dengan ketersediaan hara
dalam tanah. Secara persamaan penambahan pupuk menggunakan rumus:
Jumlah Hara yang diberikan = Hara tanaman-hara tanah
4. Kebutuhan Pupuk Kebutuhan pupuk dalam budidaya pertanian ditentukan
oleh jenis pupuk yang digunakan dan kandungan hara di dalamnya. Salah
satu jenis pupuk nitrogen adalah Urea. Urea memiliki kandungan nitrogen
sebesar 46 %. Perhitungan kebutuhan pupuk anorganik menggunakan rumus:
Kebutuhan Pupuk per hektar = kebutuhan nitrogen x 100/kandungan hara

19

Anda mungkin juga menyukai