C A I R E KS T R A K
JERUK NIPIS
KELOMPOK 2
Asam stearat g 3 3 3 3 3
Texapon N70 g 40 40 40 40 40
Cocamid DEA mL 0 2 3 4 5
Komponen 2
KOH g 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Komponen 3
Aqua DM mL 4 4 4 4 4
Aqua DM mL 100 100 100 100 100
Propilen glikol g 5 5 5 5 5
Gliserin g 10 10 10 10 10
Komponen 4
Kimponen 5 EDTA Na g 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
Asam sitrat 25% mL 10 10 10 10 10
Kejernihan Tidak jernih Tidak jernih Tidak jernih Tidak jernih Tidak jernih
Bau Khas sabun Jeruk nipis Jeruk nipis Jeruk nipis Jeruk nipis
Keterangan :
FI : formula sabun mandi cair tanpa penambahan minyak atsiri jeruk nipis dan
cocamid DEA
FII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 1,6%)
FIII: formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 2,4%)
FIV: formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 3,2%)
FV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 4%)
Uji organoleptik dilakukan dengan mengamati
secara visual sabun mandi cair meliputi bentuk,
kejernihan, dan warna (Tabel 2). Sediaan sabun
mandi cair tanpa penambahan minyak atsiri
memiliki warna yang sama dengan sabun mandi
cair minyak atsiri jeruk nipis yang berwarna putih.
Formula I yang tidak mengandung minyak atsiri
jeruk nipis memiliki bau khas sabun, sedangkan
formula II sampai IV yang mengandung minyak
atsiri jeruk nipis memiliki bau khas jeruk nipis.
HASIL PENGAMATAN PH
Keterangan :
FI : formula sabun mandi cair tanpa penambahan minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA
FII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 1,6%)
FIII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 2,4%)
FIV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 3,2%)
FV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 4%)
Peningkatan konsentrasi minyak atsiri berpengaruh signifikan terhadap
penurunan pH sabun mandi cair minyak atsiri jeruk nipis dengan hasil nilai
signifikan 0,001 (signifikan <0,05). Uji Duncan menunjukkan bahwa pH sabun
dengan penambahan minyak atsiri konsentrasi 1,6% tidak berbeda nyata dengan
penambahan minyak atsiri konsentrasi 2,4%. Sabun yang dibuat dengan
penambahan minyak atsiri konsentrasi 3,2% dan 4% memiliki nilai pH yang
berbeda nyata.Analisis Post Hoc test menunjukkan bahwa rata-rata pH sabun
dengan konsentrasi minyak atsiri 1,6% tidak berbeda nyata dengan sabun dengan
konsentrasi minyak atsiri 2,4%, namun sangat berbeda nyata pada konsentrasi
3,2% dan 4%.
KADAR ALKALI BEBAS
Sabun mandi cair dari formula I sampai formula V tidak terdapat adanya
alkali bebas (Tabel 3), sehingga sudah memenuhi SNI 1996. Hal ini
dikarenakan
bahan utama dalam pembuatan sabun mandi cair ini adalah surfaktan anionik
yaitu Sodium Lauryl Sulfate, sehingga tidak diperlukan penambahan alkali
dalam
jumlah berlebih pada proses penyabunan. Menurut Hambali et al. (2004)
kelebihan alkali dapat disebabkan karena penambahan alkali yang berlebih
pada
pembuatan sabun.
TABEL KADAR ALKALI BEBAS
KADAAR ALKALI
FORMULA SABUN BOBOT JENIS
BEBAS
FI 0% 1,037 ± 0,005
F II 0% 1,051 ±0,004
F IV 0% 1,037 ± 0,009
FV 0% 1,042 ± 0,003
Keterangan :
FI : formula sabun mandi cair tanpa penambahan minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA
FII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 1,6%)
FIII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 2,4%)
FIV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 3,2%)
FV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 4%)
Adanya alkali dalam bentuk bebas menandakan kurangnya jumlah asam
lemak dalam formula sabun (Fachmi, 2008). Cocamid DEA yang
ditambahkan pada formula sabun mandi cair merupakan asam lemak
yang dapat mengikat 7 alkali dalam bentuk bebas (Fiume, 1996), asam
stearat dan asam miristat dalam formula sabun juga merupakan asam
lemak sehingga dapat mengikat kelebihan alkali (Fachmi, 2008). Selain itu
penambahan asam sitrat pada pembuatan sabun dapat menetralkan
kelebihan alkali (Nurhadi, 2012).
CEMARAN MIKROBA (ANGKA
LEMPENG TOTAL)
Hasil pengujian angka lempeng total pada sabun mandi cair formula I
menunjukkan adanya kontaminasi mikroba, sedangkan pada sabun yang
ditambahkan minyak atsiri jeruk nipis (formula II-V) menunjukkan nilai
negative (<10 koloni/gram) (Tabel 4). Hal ini berarti sabun yang
dihasilkan telah memenuhi standar mutu sabun cair SNI 1996, yaitu
sabun telah bebas dari kontaminasi mikroba. Formula sabun mandi cair
pada penelitian ini terdapat zat aktif yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme, yaitu minyak atsiri
jeruk nipis sehingga dapat membantu mengurangi kontaminasi mikroba.
HASIL UJI CEMARAN MIKROBA
(ANGKA LEMPENG TOTAL)
Pengenceran Jumlah bakteri / gram
FI F II F III F IV FV
10 - - - - -
100 - - - - -
1,000 300±0,58 - - - -
10,000 3,000±0,58 - - - -
100,000 100,000±0 - - - -
1,000,000 600,000±0,58 - - - -
Keterangan :
FI : formula sabun mandi cair tanpa penambahan minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA
FII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 1,6%)
FIII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 2,4%)
FIV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 3,2%)
FV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 4%)
AKTIVITAS ANTIBAKTERI
Hasil uji aktivitas antibakteri sabun mandi cair
IV 0,004 22 ± 1,73
V 0,005 28 ± 1,80
Keterangan :
FI : formula sabun mandi cair tanpa penambahan minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA
FII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 1,6%)
FIII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 2,4%)
FIV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 3,2%)
FV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 4%)
Kontrol positif : minyak atsiri jeruk nipis 100μl
Minyak atsiri jeruk nipis memiliki aktivitas antibakteri setelah diformulasikan ke
dalam bentuk sediaan sabun mandi cair. Zona hambat sabun mandi cair minyak
atsiri jeruk nipis terbesar ditunjukkan pada formula V sebesar 28 mm (Tabel 5).
Formula I sebagai kontrol negatif juga didapatkan hasil dapat 10menghambat
bakteri Staphylococcus aureus, ini dikarenakan bahwa pada formula sabun mandi cair
terdapat sodium lauryl sulfate yang memiliki fungsi sebagai bakteriostatik terhadap
bakteri Gram positif, selain itu juga terdapat gliserin dan propilen glikol yang juga
memiliki aktivitas sebagai antibakteri (Rowe et al, 2009).
Peningkatan konsentrasi minyak atsiri jeruk nipis berpengaruh signifikan terhadap
zona hambat yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus dengan hasilnilai signifikan
0,010 (signifikan <0,05). Uji Duncan menunjukkan bahwa zona hambat sabun mandi
cair dengan penambahan minyak atsiri 4% memiliki pengaruh yang nyata. Zona
hambat yang dihasilkan pada penambahan minyak atsiri 1,6%, 2,4%, dan 3,2% tidak
berpengaruh nyata. Analisis Post Hoc test menunjukkan bahwa rata-rata zona
hambat sabun tanpa penambahan minyak atsiri tidak berbeda nyata dengan
penambahan minyak atsiri 1,6%, 2,4%, dan 3,2%, namun berbeda nyata dengan
penambahan minyak atsiri 4% .
UJI PANELIS
Keterangan:
Nilai 1 = tidak suka
Nilai 2 = kurang suka
Nilai 3 = cukup
Nilai 4 = suka
Nilai 5 = sangat suka
Hasil rata-rata nilai kesukaan 20 panelis menunjukkan bahwa konsumen memberi
nilai kesukaan tertinggi pada aroma sabun mandi cair minyak atsiri jeruk nipis
dengan nilai 3,8 nilai ini mengartikan bahwa panelis cukup menyukai aroma sabun
mandi cair (Gambar 3). Parameter kekentalan yang didapatkan memiliki nilai
rata-rata 2,7 yang menunjukkan bahwa panelis kurang menyukai kekentalansabun
mandi cair. Penilaian kesan kesat mendapatkan nilai rata-rata panelis sebesar 3,1.
Penilaian kesan lembab setelah pemakaian perlu dilakukan untuk mengetahui
pengaruh penggunaan sabun mandi terhadap kelembaban kulit, kesan lembab
mendapatkan nilai rata-rata cukup baik yaitu 3,4. Penilaian kesukaan terhadap
kesegaran kulit mengindikasikan kemampuan sabun dalam mengangkat kotoran
dan sisa-sisa kulit yang mati, sehingga membuat kulit bersih dan terasa segar. Nilai
kesukaan panelis terhadap kesegaran yaitu 3,5, menunjukkan bahwa sabun mandi
cair dapat memberikan kesegaran pada kulit panelis.
UJI STABILITAS SEDIAAN
Keterangan :
FI : formula sabun mandi cair tanpa penambahan minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA
FII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 1,6%)
FIII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 2,4%)
FIV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 3,2%)
FV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 4%)
- : tidak ada perubahan
Pengamatan stabilitas dilakukan setelah 8 minggu penyimpanan pada suhu
kamar (28-30°C) dengan melakukan pengamatan stabilitas organoleptik
sabun mandi cair. Hasil uji stabilitas (Tabel 7) menunjukkan bahwa semua
formula stabil selama 8 minggu penyimpanan pada suhu kamar (28-
30°C). Sabun mandi cair minyak atsiri jeruk nipis tidak mengalami
perubahan bentuk, warna, dan bau. Adanya bahan pengawet seperti
Na2EDTA sebagai chelating agent dapat meyebabkan sabun mandi cair
menjadi stabil selama penyimpanan, serta penyimpanan sabun cair dalam
botol tertutup rapat dan terhindar dari sinar matahari juga
mempengaruhi kestabilan sediaan sabun cair.
KESIMPULAN
Kesimpulan
1. Minyak atsiri jeruk nipis setelah diformulasikan dalam bentuk sediaan
sabun mandi cair memiliki daya hambat terhadap bakteri
Staphylococcus aureus, sabun mandi cair formula V dengan konsentrasi
minyak atsiri jeruk nipis 4% memiliki daya hambat terbesar terhadap
Staphylococcus aureus dengan zona hambat 28 mm, sehingga formula V
merupakan formula sabun mandi cair terbaik.
2. Peningkatan konsentrasi cocamid DEA dalam sabun mandi cair minyak
atsiri jeruk nipis memiliki pengaruh signifikan dalam peningkatan
stabilitas tinggi busa yang dihasilkan, stabilitas tinggi busa terbesar
dihasilkan pada sabun mandi cair formula II dengan konsentrasi
cocamid DEA 1,6%.
SARAN