Anda di halaman 1dari 27

P E M B U ATA N S A B U N

C A I R E KS T R A K
JERUK NIPIS

KELOMPOK 2

-MAILANA FUTRI (17121208)


-VENTI ELVIRA (17 121237)
-WULAN SARI (17121244)
ABSTRAK

Citrus aurantifolia mempunyai aktivitas sebagai antibakteri


terhadap Staphylococcus aureus yang merupakan salah satu bakteri
penyebab infeksi kulit. Penambahan minyak atsiri jeruk nipis dalam
sediaan sabun mandi cair sebagai agen antibakteri dapat meningkatkan
efektivitas sabun mandi cair sebagai pembersih kulit. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat apakah sabun mandi cair minyak atsiri jeruk
nipis dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
dan konsentrasi cocamid DEA yang dapat memberikan stabilitas busa
yang baik.
Sabun mandi cair dibuat sebanyak 5 formula yaitu formula I tanpa
penambahan minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA, formula II
dengan konsentrasi minyak atsiri dan cocamid DEA 1,6%, formula III
dengan konsentrasi 2,4%, formula IV dengan konsentrasi 3,2%, formula V
dengan konsentrasi 4%. Evaluasi meliputi organoleptik, berat jenis, pH,
kadar alkali bebas, stabilitas busa, cemaran mikroba, dan uji daya hambat
bakteri dengan metode difusi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa sabun mandi cair memiliki aroma


jeruk nipis, pH sesuai dgn kulit, tidak ada alkali bebas, dan tidak ada
cemaran mikroba. Akttivitas antibakteri terbesar dgn zona hambat 28 +-
1,80 mm adalah formula V yaitu dgn konsentrasi minyak atsiri jeruk nipis
4%. konsentrasi cocamid DEA 1,6% pada formula II memberikan busa
paling stabil.
PENDAHULUAN
Tanama genus Citrus merupakan salah satu tanaman penghasil minyak
atsiri. Salah satunya adalah Citrus aurantifolia atau biasa disebut jeruk nipis.
Kadar minyak atsiri dalam jeruk nipis sebesar 2% dan mempunyai aktivitas
sebagai antibakteri terhadap Staphylococcus aureus yang merupakan salah
satu bakteri penyebab infeksi kulit. Minyak atsiri jeruk nipis secara luas
dimanfaatkan dalam kosmetik khususnya dalam sediaan sabun.
Sabun merupakan bahan pembersih kulit yang sering digunakan untuk
keperluan sehari-hari namun pembersihan dgn surfaktan anionik dpt
menyebabkan iritasi kulit. Oleh sebab itu penggunaan cocamid DEA sbg
surfaktan nonionik diharapkan dapat mengurangi iritasi yang ditimbulkan
oleh surfaktan anionik.
METODE PENELITIAN
BAHAN : ALAT :
1. Minyak atsiri jeruk nipis 1. Timbangan analitik ohaus
2. Asam miristat 2. pH meter Lutron
3. Asam stearat 3. Piknometer
4. Texapon N70 4. Disolution tester
5. Cocamid DEA 5. Laminair air flow
6. Aquadest 6. Inkubator memmert
7. Gliserin 7. Autoclave
8. Propilen glikol 8. oven
9. KOH
10. Na2 EDTA
11. Asam sitrat 25%
12. Media MH
13. Media PCA
JALAN NYA PENELITIAN
Identifikasi buah jeruk nipis
Dilakukan dilaboratorium biologi farmasi dengan cara
mencocokkan ciri-ciri buah jeruk nipis pada buku pustaka Flora of Java

Destilasi minyak atsiri


Destilasi dilakukan dengan cara destilasi uap air

Pengujian sifat fisik minyak atsiri


Dilakukan uji indeks bias dan uji bobot jenis
FORMULA
Bahan Satuan FI F II F III F IV FV

Komponen 1 Asam miristat g 3 3 3 3 3

Asam stearat g 3 3 3 3 3
Texapon N70 g 40 40 40 40 40
Cocamid DEA mL 0 2 3 4 5
Komponen 2
KOH g 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2
Komponen 3
Aqua DM mL 4 4 4 4 4
Aqua DM mL 100 100 100 100 100
Propilen glikol g 5 5 5 5 5
Gliserin g 10 10 10 10 10
Komponen 4
Kimponen 5 EDTA Na g 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2
Asam sitrat 25% mL 10 10 10 10 10

Minyak atsiri jeruk nipis mL 0 2 3 4 5


CARA KERJA
1. Timbang semua bahan
2. Masukkan komponen 1 (as.miristat, as.stearat, texapon n70, cocamid
DEA) dalam wadah tahan panas
3. Komponen 1 dipanaskan kemudian masukkan 50% komponen 3
(aquadest, propilen glikol, gliserin, Na2EDTA) aduk ad larut
4. Larutkan KOH dengan aquadest hingga rata
5. Masukkan sisa komponen 3 diaduk ad merata
6. Tambahkan komponen 5 (minyak atsiri jeruk nipis)
7. Lakukan pengukuran pH, ditambahkan komponen 4 (asam sitrat
25%)
8. Disimpan dalam wadah tertutup
EVALUASI
Evaluasi sediaan sabun mandi cair
Sediaan sabun mandi cair diuji organoleptik, pH,
alkali bebas, bobot jenis, cemaran mikroba (Angka
lempeng total), uji aktivitas antibakteri, dan uji
stabilitas tinggi busa.
HASIL DAN PENGAMATAN
Pengamata FI F II F III F IV FV
n
organolepti
k

Bentuk Cair Cair Cair Cair Cair

Kejernihan Tidak jernih Tidak jernih Tidak jernih Tidak jernih Tidak jernih

Warna Putih Putih Putih Putih Putih

Bau Khas sabun Jeruk nipis Jeruk nipis Jeruk nipis Jeruk nipis

Keterangan :
FI : formula sabun mandi cair tanpa penambahan minyak atsiri jeruk nipis dan
cocamid DEA
FII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 1,6%)
FIII: formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 2,4%)
FIV: formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 3,2%)
FV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 4%)
Uji organoleptik dilakukan dengan mengamati
secara visual sabun mandi cair meliputi bentuk,
kejernihan, dan warna (Tabel 2). Sediaan sabun
mandi cair tanpa penambahan minyak atsiri
memiliki warna yang sama dengan sabun mandi
cair minyak atsiri jeruk nipis yang berwarna putih.
Formula I yang tidak mengandung minyak atsiri
jeruk nipis memiliki bau khas sabun, sedangkan
formula II sampai IV yang mengandung minyak
atsiri jeruk nipis memiliki bau khas jeruk nipis.
HASIL PENGAMATAN PH

Persyaratan pH sabun mandi cair menurut Standar Nasional Indonesia (SNI


1996) adalah berkisar antara 6-8. Formula I menunjukkan nilai pH paling
tinggi yaitu 7,53 sedangkan pada formula II dan formula III mengalami
penurunan pH dikarenakan penambahan minyak atsiri jeruk nipis (Gambar
1). Sabun mandi cair formula V menghasilkan nilai pH yang paling asam yaitu
6,7, penurunan pH ini disebabkan karena penambahan minyak atsiri jeruk
nipis dengan konsentrasi tertinggi yaitu 4%. Selain itu penurunan pH juga
dapat disebabkan bahan-bahan lain penyusun sabun yaitu gliserin dan asam
sitrat yang bersifat asam (Rowe et al, 2009).
GRAFIK PERBANDINGAN PH

Keterangan :
FI : formula sabun mandi cair tanpa penambahan minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA
FII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 1,6%)
FIII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 2,4%)
FIV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 3,2%)
FV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 4%)
Peningkatan konsentrasi minyak atsiri berpengaruh signifikan terhadap
penurunan pH sabun mandi cair minyak atsiri jeruk nipis dengan hasil nilai
signifikan 0,001 (signifikan <0,05). Uji Duncan menunjukkan bahwa pH sabun
dengan penambahan minyak atsiri konsentrasi 1,6% tidak berbeda nyata dengan
penambahan minyak atsiri konsentrasi 2,4%. Sabun yang dibuat dengan
penambahan minyak atsiri konsentrasi 3,2% dan 4% memiliki nilai pH yang
berbeda nyata.Analisis Post Hoc test menunjukkan bahwa rata-rata pH sabun
dengan konsentrasi minyak atsiri 1,6% tidak berbeda nyata dengan sabun dengan
konsentrasi minyak atsiri 2,4%, namun sangat berbeda nyata pada konsentrasi
3,2% dan 4%.
KADAR ALKALI BEBAS
Sabun mandi cair dari formula I sampai formula V tidak terdapat adanya
alkali bebas (Tabel 3), sehingga sudah memenuhi SNI 1996. Hal ini
dikarenakan
bahan utama dalam pembuatan sabun mandi cair ini adalah surfaktan anionik
yaitu Sodium Lauryl Sulfate, sehingga tidak diperlukan penambahan alkali
dalam
jumlah berlebih pada proses penyabunan. Menurut Hambali et al. (2004)
kelebihan alkali dapat disebabkan karena penambahan alkali yang berlebih
pada
pembuatan sabun.
TABEL KADAR ALKALI BEBAS

KADAAR ALKALI
FORMULA SABUN BOBOT JENIS
BEBAS

FI 0% 1,037 ± 0,005

F II 0% 1,051 ±0,004

F III 0% 1,040 ± 0,003

F IV 0% 1,037 ± 0,009
FV 0% 1,042 ± 0,003

Keterangan :
FI : formula sabun mandi cair tanpa penambahan minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA
FII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 1,6%)
FIII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 2,4%)
FIV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 3,2%)
FV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 4%)
Adanya alkali dalam bentuk bebas menandakan kurangnya jumlah asam
lemak dalam formula sabun (Fachmi, 2008). Cocamid DEA yang
ditambahkan pada formula sabun mandi cair merupakan asam lemak
yang dapat mengikat 7 alkali dalam bentuk bebas (Fiume, 1996), asam
stearat dan asam miristat dalam formula sabun juga merupakan asam
lemak sehingga dapat mengikat kelebihan alkali (Fachmi, 2008). Selain itu
penambahan asam sitrat pada pembuatan sabun dapat menetralkan
kelebihan alkali (Nurhadi, 2012).
CEMARAN MIKROBA (ANGKA
LEMPENG TOTAL)
Hasil pengujian angka lempeng total pada sabun mandi cair formula I
menunjukkan adanya kontaminasi mikroba, sedangkan pada sabun yang
ditambahkan minyak atsiri jeruk nipis (formula II-V) menunjukkan nilai
negative (<10 koloni/gram) (Tabel 4). Hal ini berarti sabun yang
dihasilkan telah memenuhi standar mutu sabun cair SNI 1996, yaitu
sabun telah bebas dari kontaminasi mikroba. Formula sabun mandi cair
pada penelitian ini terdapat zat aktif yang dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme, yaitu minyak atsiri
jeruk nipis sehingga dapat membantu mengurangi kontaminasi mikroba.
HASIL UJI CEMARAN MIKROBA
(ANGKA LEMPENG TOTAL)
Pengenceran Jumlah bakteri / gram

FI F II F III F IV FV

10 - - - - -

100 - - - - -
1,000 300±0,58 - - - -
10,000 3,000±0,58 - - - -

100,000 100,000±0 - - - -

1,000,000 600,000±0,58 - - - -

Keterangan :
FI : formula sabun mandi cair tanpa penambahan minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA
FII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 1,6%)
FIII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 2,4%)
FIV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 3,2%)
FV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 4%)
AKTIVITAS ANTIBAKTERI
Hasil uji aktivitas antibakteri sabun mandi cair

Kandungan minyak atsiri


Formula Diameter zona hambat
jeruk nipis (μl/ml)
I (kontrol negatif) 0 22,3 ± 0,29

II 0,002 23,7 ± 3,51

III 0,003 20,6 ± 1,16

IV 0,004 22 ± 1,73

V 0,005 28 ± 1,80

Kontrol positif 100 30

Keterangan :
FI : formula sabun mandi cair tanpa penambahan minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA
FII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 1,6%)
FIII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 2,4%)
FIV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 3,2%)
FV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 4%)
Kontrol positif : minyak atsiri jeruk nipis 100μl
Minyak atsiri jeruk nipis memiliki aktivitas antibakteri setelah diformulasikan ke
dalam bentuk sediaan sabun mandi cair. Zona hambat sabun mandi cair minyak
atsiri jeruk nipis terbesar ditunjukkan pada formula V sebesar 28 mm (Tabel 5).
Formula I sebagai kontrol negatif juga didapatkan hasil dapat 10menghambat
bakteri Staphylococcus aureus, ini dikarenakan bahwa pada formula sabun mandi cair
terdapat sodium lauryl sulfate yang memiliki fungsi sebagai bakteriostatik terhadap
bakteri Gram positif, selain itu juga terdapat gliserin dan propilen glikol yang juga
memiliki aktivitas sebagai antibakteri (Rowe et al, 2009).
Peningkatan konsentrasi minyak atsiri jeruk nipis berpengaruh signifikan terhadap
zona hambat yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus dengan hasilnilai signifikan
0,010 (signifikan <0,05). Uji Duncan menunjukkan bahwa zona hambat sabun mandi
cair dengan penambahan minyak atsiri 4% memiliki pengaruh yang nyata. Zona
hambat yang dihasilkan pada penambahan minyak atsiri 1,6%, 2,4%, dan 3,2% tidak
berpengaruh nyata. Analisis Post Hoc test menunjukkan bahwa rata-rata zona
hambat sabun tanpa penambahan minyak atsiri tidak berbeda nyata dengan
penambahan minyak atsiri 1,6%, 2,4%, dan 3,2%, namun berbeda nyata dengan
penambahan minyak atsiri 4% .
UJI PANELIS

Keterangan:
Nilai 1 = tidak suka
Nilai 2 = kurang suka
Nilai 3 = cukup
Nilai 4 = suka
Nilai 5 = sangat suka
Hasil rata-rata nilai kesukaan 20 panelis menunjukkan bahwa konsumen memberi
nilai kesukaan tertinggi pada aroma sabun mandi cair minyak atsiri jeruk nipis
dengan nilai 3,8 nilai ini mengartikan bahwa panelis cukup menyukai aroma sabun
mandi cair (Gambar 3). Parameter kekentalan yang didapatkan memiliki nilai
rata-rata 2,7 yang menunjukkan bahwa panelis kurang menyukai kekentalansabun
mandi cair. Penilaian kesan kesat mendapatkan nilai rata-rata panelis sebesar 3,1.
Penilaian kesan lembab setelah pemakaian perlu dilakukan untuk mengetahui
pengaruh penggunaan sabun mandi terhadap kelembaban kulit, kesan lembab
mendapatkan nilai rata-rata cukup baik yaitu 3,4. Penilaian kesukaan terhadap
kesegaran kulit mengindikasikan kemampuan sabun dalam mengangkat kotoran
dan sisa-sisa kulit yang mati, sehingga membuat kulit bersih dan terasa segar. Nilai
kesukaan panelis terhadap kesegaran yaitu 3,5, menunjukkan bahwa sabun mandi
cair dapat memberikan kesegaran pada kulit panelis.
UJI STABILITAS SEDIAAN

Keterangan :
FI : formula sabun mandi cair tanpa penambahan minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA
FII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 1,6%)
FIII : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 2,4%)
FIV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 3,2%)
FV : formula sabun mandi cair (minyak atsiri jeruk nipis dan cocamid DEA 4%)
- : tidak ada perubahan
Pengamatan stabilitas dilakukan setelah 8 minggu penyimpanan pada suhu
kamar (28-30°C) dengan melakukan pengamatan stabilitas organoleptik
sabun mandi cair. Hasil uji stabilitas (Tabel 7) menunjukkan bahwa semua
formula stabil selama 8 minggu penyimpanan pada suhu kamar (28-
30°C). Sabun mandi cair minyak atsiri jeruk nipis tidak mengalami
perubahan bentuk, warna, dan bau. Adanya bahan pengawet seperti
Na2EDTA sebagai chelating agent dapat meyebabkan sabun mandi cair
menjadi stabil selama penyimpanan, serta penyimpanan sabun cair dalam
botol tertutup rapat dan terhindar dari sinar matahari juga
mempengaruhi kestabilan sediaan sabun cair.
KESIMPULAN

Kesimpulan
1. Minyak atsiri jeruk nipis setelah diformulasikan dalam bentuk sediaan
sabun mandi cair memiliki daya hambat terhadap bakteri
Staphylococcus aureus, sabun mandi cair formula V dengan konsentrasi
minyak atsiri jeruk nipis 4% memiliki daya hambat terbesar terhadap
Staphylococcus aureus dengan zona hambat 28 mm, sehingga formula V
merupakan formula sabun mandi cair terbaik.
2. Peningkatan konsentrasi cocamid DEA dalam sabun mandi cair minyak
atsiri jeruk nipis memiliki pengaruh signifikan dalam peningkatan
stabilitas tinggi busa yang dihasilkan, stabilitas tinggi busa terbesar
dihasilkan pada sabun mandi cair formula II dengan konsentrasi
cocamid DEA 1,6%.
SARAN

1. Perlu dilakukan uji kadar deterjen untuk mengetahui


apakah sabun mandi cair sudah memenuhi syarat mutu
sabun mandi cair untuk kadar detergen
2. perlu dilakukan uji aktivitas antibakteri setelah 8 minggu
penyimpanan agar dapat diketahui bahwa sabun mandi
cair masih memiliki aktivitas antibakteri atau tidak
setelah 8 minggu penyimpanan

Anda mungkin juga menyukai