Anda di halaman 1dari 21

Pengertian Obat Suppositoria dan Cara Menggunakannya

Tim Medkes 2 years ago Tips

Suppositoria adalah obat solid (padat) berbentuk peluru yang dirancang untuk dimasukkan
ke dalam anus/rektum (suppositoria rektal), vagina (suppositoria vagina) atau uretra
(suppositoria uretra). Suppositoria umumnya terbuat dari minyak sayuran solid yang
mengandung obat. Suppositoria rektal akan hancur atau larut dalam suhu tubuh, dan akan
menyebar secara bertahap ke lapisan usus rendah (rektum), dimana disana ia akan diserap
oleh aliran darah. (Pembahasan kali ini khusus untuk suppositoria rektal).

Suppositoria rektal bertindak secara sistemik, atau sebagia alternatif dari obat-obat oral
(misalnya ketika seseorang tidak mampu mengonsumsi obat melalui mulut). Obat ini mudah
diserap di dalam rektum karena rektum kaya akan pembuluh darah. Di bawah ini adalah
langkah-langkah untuk memasukkan obat suppositoria ke dalam anus (rektum).

Cara menggunakan suppositoria rektal

 Pergi ke toilet dan jika perlu kosongkan isi perut Anda (BAB).
 Cuci tangan.
 Buang semua foil atau plastik pembungkus suppositoria.
 Lakukan dengan berjongkok atau rebah ke salah satu sisi tubuh dengan satu kaki
ditekuk dan satu kaki lainnya lurus.
 Masukkan obat suppositoria dengan lembut namun tegas ke dalam anus. Jika perlu
basahi ujung suppositoria dengan sedikit air. Lalu dorong cukup jauh sehingga suppositoria
tidak keluar kembali.
 Tahan dan rapatkan kaki dengan duduk atau berbaring diam selama beberapa menit.
 Cuci kembali tangan.
 Usahakan agar tidak BAB selama setidaknya satu jam, kecuali obat suppositoria
tersebut adalah jenis pencahar.

Saran lainnya dalam penggunaan suppositoria rektal

 Setelah berada di rektum, obat suppositoria akan mencair dan mungkin saja akan
merembes dari dubur Anda. Lebih baik masukkan obat suppositoria sebelum tidur malam
hari daripada di siang hari, namun tetap harus sesuai dengan jadawal yang diinstruksikan
dokter. Jika Anda memasukkan obat suppositoria di siang hari, ketahuilah bahwa beberapa
jenis suppositoria dapat menodai pakaian.
 Simpanlah obat suppositoria di tempat yang sejuk dan terlindung dari cahaya, tapi
tidak di dalam kulkas kecuali memang diinstruksikan. Jika diletakkan di tempat yang terlalu
hangat, obat suppositoria akan meleleh.
 Selalu jauhkan obat suppositoria dari jangkauan anak-anak.
 Selalu gunakan suppositoria sesuai dengan ketentuan pada label atau seperti yang
telah diperintahkan oleh dokter atau apoteker.
 Jangan pernah menggunakan atau memberikan obat suppositoria Anda kepada
orang lain, meskipun keduanya memiliki gejala atau penyakit yang sama.
 Jika Anda lupa memasukkan obat suppositoria, segera masukkan di saat Anda ingat,
lalu kemudian lakukan sesuai jadwal seperti biasa. Namun jika waktu Anda ingat sudah
mendekati waktu pemberian berikutnya, lebih baik tinggalkan.
 Suppositoria dirancang hanya untuk dimasukkan ke dalam rektum dan tidak boleh
diminum. Jika tertelan, segera hubungi dokter.
 Jangan gunakan suppositoria yang sudah kadaluarsa. Sebalum menggunakannnya,
selalulah lihat tanggal kadaluarsa pada kemasan

Supositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang berbentuk torpedo, bentuk ini memiliki
kelebihan yaitu bila bagian yang besar masuk melalui otot penutup dubur, maka supositoria
akan tertarik masuk dengan sendirinya . Umumnya, supositoria rectum panjangnya ± 32 mm
(1,5 inci), berbentuk silinder dan kedua ujungnya tajam.
Beberapa supositoria untuk rectum diantaranya ada yang berbentuk seperti peluru, torpedo
atau jari-jari kecil tergantung kepada bobot jenis bahan obat dan habis yang digunakan,
beratnya pun berbeda-beda. USP menetapkan berat supositoria 2 gram untuk orang dewasa
apabila oleum cacao yang digunakan sebagai basis. Sedang supositoria untuk bayi dan anak-
anak, ukuran dan beratnya ½ dari ukuran dan berat untuk orang dewasa, bentuknya kira-
kira seperti pensil.
Supositoria untuk vagina yang juga disebut pessarium biasanya berbentuk bola lonjong atau
seperti kerucut, sesuai dengan kompendik resmi beratnya 5 gram, apabila basisnya oleum
cacao.
Supositoria untuk saluran urin yang juga disebut bougie bentuknya ramping seperti pensil,
gunanya untuk dimasukkan ke dalam saluran urin pria atau wanita. Supositoria saluran urin
pria bergaris tengah 3-6 mm dengan panjang ± 140 mm, walaupun ukuran ini masih
bervariasi satu dengan lainnya. Apabila basisnya dari oleum cacao maka beratnya ± 4 gram.
Supositoria untuk saluran urin wanita panjang dan beratnya ½ dari ukuran untuk pria,
panjang ± 70 mm dan beratnya 2 gram dan basisnya oleum cacao (Ansel, 1989).

Penggunaan obat dalam suppositoria ada keuntungannya dibanding penggunaan obat per
os, yaitu:
1. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung.
2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan.
3. Langsung dapat masuk saluran darah berakibat akan memberi efek lebih cepat
daripada penggunaan obat per os.
4. Dapat mempermudah bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.
Bahan dasar yang digunakan supaya melelehkan pada suhu tubuh atau dapat larut
dalam cairan yang ada dalam rektum. Obatnya supaya larut dalam bahan dasar bila perlu
dipanaskan. Bila obatnya sukar larut dalam bahan dasar maka harus diserbuk yang halus.
Setelah obat dan bahan dasar meleleh dan mencair dituangkan dalam cetakan suppositoria
dan didinginkan. Cetakan tersebut dibuat dari besi yang dilapisi nikel atau dari logam lain ,
ada juga yang dibuat dari plastik. Cetakan ini mudah dibuka secara longitudinal untuk
mengeluarkan suppositoria. ( IMO . Hal 158)
Macam suppositoria
Farmakope membedakan tiga macam Suppositoria
1. Suppositoria dengan bahan dasar lemak coklat (Oleum cacao)
Lemak coklat merupakan trigliserida, berwarna kekuningan , bau yang khas. Jika dipanasi
sekitar 300 mulai mencair dan biasanya meleleh sekitar 340 - 350 C, tetapi pada suhu
dibawah 300 merupakan masa semi padat dan merupakan bagian nyata dari cairan. Dan
yang cair diikat dengan tenaga tegangan muka.
Jika tentang suppositoria yang harus dibuat , tidak dikatakan apa-apa yang penting, maka
suppositoria dibuat dengan Oleum cacao boleh diganti dengan malam kuning atau
unguentum simplex. Selanjutnya Farmakope menyatakan, bahwa menurut sifatnya obat
harus dilarutkan atau dibagikan dalam air sebelum dicampurkan dengan oleum cacao.
Hal-hal yang harus diperhatikan sebagai berikut:
a. Penggantian sebagian dari Oleum cacao dengan Unguentum simplex pada umumnya
tidak perlu dan hanya dipergunakan :
· Jika suatu obat padat harus kita olah dalam suppositoria, tidak dilarutkan atau tidak
digerus dengan air, seperti: Folia digitalis, Diuretin, tanin dsb. Kedalam golongan ini tentu
termasuk pula obat-obatan yang harus diolah secara kering, karena satu sama lainnya
bereaksi, misalnya: Kalomel dengan Hydrochloras Cocaini.
· Jika suppositoria itu, karena sifat obatnya tak dapat dibuat dengan suatu pengempa
hal ini teroritik kita jumpai, jika ada garam-garam dari bagian-bagian, yang dalam deret
potensial terletak dibawah timah, tetapi dalam prakteknya hanya peru suppositoria dengan
raksa sublimat, dan perak nitrat. Maka suppositoria itu harus dibuat dengan tangan dan
untuk ini kita perlukan masa yang lebih lunak daripada masa yang harus dibuat dengan
pengempaan.
· Jika suppositoria tidak dikempa satu persatu dengan pengempa tetapi seluruh masnya
dibuat dengan batang yang panjang dengan suatu kempa batang dan masing-masing bagian
di runcingkan dengan tangan.
· Jika dipakai Unguentum simplex, maka untuk ini kita ambil sebanyak-banyaknya 5%
dari masa seluruhnya.
b. Penggantian sebagian dari Oleum cacao dengan malam kuning jarang diperlukan,
kebanyakan jika persenyawaan-persenyawaan yang harus diolah dalam masa mencair
dengan Oleum cacao, seperti: Hydras Chlorali, Chloretum ferricum dll. Banyak Cera flava
yang dibutuhkan sangat bergantung kepada banyaknya obat sepeti itu, sebaliknya jangan
dilupakan bahwa masa harus mencair pada kurang lebih 370, jadi tak boleh banyak
mengandung cera flava. Cera flava yang kurang dari 4% tak dapat dipergunakan karena
campuran Cera flava dengan Oleum cacao harus mempunyai titik cair yang lebih tinggi dari
pada titik cair Oleum cacao sendiri. Dengan 6% Cera falava titik cairnya 370 diperlukan lebih
banyak, karena penambahan obat itu menyebabkan penurunan titik cair yang besar.
c. Pembagian obat dalam masa, seperti diatas tidak selamanya berlangsung dengan cara
yang sederhana yang ditunjukkan Farmakope . cara yang sederhana inilah yang kita pakai
peraturan-peraturan yang sama seperti pembagian obat dalam masa salep, tetapi denga
pembatasan bahwa disini kita hanya dapat mengikat air sedikit. Karena itu dalam hal ini
antipirina dan resorsin dalam jumlah yang besar tidak dilarutkan dalam air, tetapi senyawa
yang telah diserbuk B40 itu digerus dengan air.
Jika dalam suppositoria jumlah protargol lebih dari 5%, maka haruslah diolah secara kering .
jumlah yang lebih kecil dapat dilarutkan dalam air yang bobotnya sama.
Dari petunjuk dalam Farmakope bahwa dikehendaki supaya obat yang berkhasiat dalam
jumlah yang kecil digerus dengan air, karena itu kita pakai sebagai peraturan: garam-garam
alkaloida selalu digerus dengan beberapa tetes air.
Suppositoria dengan Oleum cacao untuk orang dewasa bobotnya 3 g dan untuk anak-anak 2
g. Pada pembuatanya selalu mengambil masa untuk satu suppositoria lebih banyak daripada
yang harus kita serahkan. Jika pada pembuatan suppositoria ini harus dituang suatu masa
yang mencair, dapat kita tuangkan kedalam cetakan-cetakan logam. Yang telah diulas
dengan sedikit spiritus saponatus atau kita tuangkan kedalam cetakan plastik yang sekarang
ada diperdagangan. Cetakan-cetakan ini gunanya untuk diberikan dengan suppositorianya.
Jadi berlaku sebagai bahan pembungkus. Tetapi cetakan-cetakkan plastik ini tidak dapat
pula dipakai berulang-ulang. Pada waktu menuangkan seingkali kehilangannya lebih besar,
maka dari itu kita harus membuatnya sangat berlebih.
Nilai tukar dimaksudkan untuk mengetahui bobot lemak coklat yang mempunyai volume
yang sama dengan 1 g obat (Syamsuni, 2007). Nilai tukar lemak coklat untuk 1 g obat, yaitu :
Acidum boricum : 0,65
Aethylis aminobenzoas : 0,68
Garam alkaloid : 0,7
Aminophylinum : 0,86
Bismuthi subgallus : 0,37
Bismuthi subnitras : 0,20
Ichtammolum : 0,72
Sulfonamidum : 0,60
Tanninum : 0,68
Zinci oxydum : 0,25
2. Suppositoria dengan masa gelatin
Tentang suppositoria ini, Farmakope hanya mengatakan bahwa untuk pembuatannya kita
dapat memakai petunjuk yang diberikan pada Bacilla gelatinosa. Jadi ini berarti pula, bahwa
sedapat mungkin kita harus melarutkan obatnya dalam air. Bahkan Farmakope mengatakan
terlebih dahulu, tetapi oleh karena gelatina tidak tahan terhadap penghangatan dengan
senyawa-senyawa yang bereaksi asam, maka lebih baik obatnya kita larutkan dalam air yang
disisihkan.
Untuk pembuatan suppositoria ini, kita bekerja sebagai berikut: dalam bool yang telah
ditara, mula-mula kita menimbang air yang dapat segera dipakai, kemudian gliserolnya,
kocok baik-baik dan tambahkan serbuk gelatina, setelah segera kita mengkocoknya kuat-
kuat. Setelah kita membiarkan selama 20menit , cairan itu diserap oleh gelatina, botol
dengan isinya kita hangatkan dalam bejana gelas yang berisi air.
Segera setelah masa mencair, kita mengocoknya kuat-kuat dan biarkan botol itu beberapa
lama dalam air hangat untuk mengeluarkan udara dari dalamnya. Sekarang kita tambahkan
obat yang telah dilarutkan dalam air, buat sampai bobot seharusnya, kemudian kocok hati-
hati supaya obat terbagi rata dalam masa itu, tanpa memasukan udara kedalamnya.
Akhirnya kita menimbangnya dalam cetakkan-cetakkan yang cukup, baik yang terbuat dari
kertas lilin, maupun dari cetakkan logam yang diulas dengan paraffinum liquidum. Sebaiknya
obat-obat yang dapat larut terlebih dahulu dilarutkan kecuali senyawa-senyawa yang
bereaksi asam.
3. Suppositoria dengan bahan dasar P.E.G
P.E.G adalah Polyaethylenglycolum merupakan polimerisasi etilenglikol dengan berat
molekul 300 – 6000. P.E.G dibawah 1000 adalah cair sedangkan diatas 1000 adalah padat
lunak seperti malam. Keuntungnnya dari bahan dasar P.E.G adalah mudah larut dalam
cairan dalam rektum, dan tidak ada modifikasi titik lebur yang berarti tidak mudah meleleh
pada penyimpanan suhu kamar. (Ilmu resep. Hal 141)
Macam suppositoria berdasarkan penggunaanya
1. Suppositoria rektal, sering disebut sebagai suppositoria saja, bentuk peluru, digunakan
lewat rektum atau anus. Untuk dewasa 3 g dan untuk anak-anak 2 g. Suppositoria rektal
berbentuk torpedo mempunyai keunggulan yaitu jika dibagian yang besar masuk melalui
jaringan otot penutup dubur, suppositoria akan masuk dengan sendirinya.
2. Suppositoria vaginal atau ovula, berbentuk bola lonjong seperti kerucut, digunakan
untuk vagina. Berat antara 3 – 5g . umumnya 5g. Suppositoria vaginal dengan bahan dasar
yang dapat larut atau dapat bercampur dalam air seperti PEG atau gelatin tergliserensi
memiliki bobot 5g. Suppositoria dengan bahan gelatin tergliseransi (70bagian gliserin,
20bagian gelatin, 10bagian air) harus dismpan dalam wadah yang tertutup rapat, sebaiknya
pada suhu dibawah 350C.
3. Suppositoria uretra digunakan lewat uretra, berbentuk batang dengan panjang antara
7-14cm. Basis suppositoria Obat yang larut dalam air dan berada dalam basis lemak akan
segera dilepaskan kecairan rektum jika basis dapat segera terlepas setelah masuk kedalam
rektum, obat segera diabsorbsi dan aksi kerja awal obat akan segera muncul. Jika obat larut
dalam air dan terdapat dalam basis larut air, aksi kerja awal obat akan segera muncul jika
basis tadi cepat larut dalam air.
Faktor fisika – kimia obat :
1. Kadar obat dalam basis : jika kadar obat makin besar,arbsobsi obat semakin cepat.
2. Kelarutan obat : obat yang nudah larut dalam lemak akan lebih cepat terarbsobsi
daripada obat yang larut dalam air.
3. Ukuran partikel obat : ukuran partikel pada obat akan mempengaruhi kecepatan
larutnya obat kecairan rektum.
Persyaratan Basis Supositoria
1. Secara fisiologis netral (tidak menimbulkan rangsangan pada usus; hal ini dapat
disebabkan oleh masa yang tidak fisiologis atau tengik, terlalu keras, juga karena kasarnya
bahan obat)
2. Secara kimia netral (tidak tersatukan dengan bahan obat)
3. Tanpa alotropisme (modifikasi yang tidak setabil)
4. Interval yang rendah antara titik lebur dan titik beku (pembekuan masa berlangsung
cepat dalam cetakan, kontraksibilitasnya baik, mencegah pendinginan mendadak dalam
cetakan)
5. Interval yang rendah antar titik lebur mengalir dengan titik lebur jernih (sangat penting
artinya bagi kemantapan bentuk dan juga daya penyimpananya, khususnya pada suhu
tinggi)
6. Visikositas yang memadai (mampu mengurangi sedimentasi bahan tersuspensi,
tingginya ketepatan takaran)
7. Supositoria sebaiknya melebur dalam beberapa menit pada suhu tubuh atau melarut
(persyaratan untuk kerja obat)
8. Pembebasan dan resorpsi obat yang baik.
9. Daya tahan dan daya penyimpanan yang baik (tanpa ketengikan, perwarnaan,
pengerasan, kemantapan bentuk, daya patah yang baik dan stabilitas yang memadai dari
bahan obat)
10. Daya serap terhadap cairan lipofil dan hidrofil.
Metode Pembuatan Suppositoria
1. Dengan tangan
Pembuatan dengan tangan hanya dapat dikerjakkan untuk suppositoria yang menggunakan
bahan dasar oleum cacaco berskala kecil, dan jika bahan obat tidak tahan terhadap
pemanasan. Metode ini kurang cocock untuk iklim panas.
2. Dengan mencetak hasil leburan
Cetakkan harus dibasahi lebih dahulu dengan parafin cair yang memakai bahan dasar
gliserin dan gelatin. Tetapi untuk oleum cacao dan PEG tidak dibasahi karena akan mengerut
pada proses pendinginan dan mudah dilepas dari cetakan.
3. Dengan kompresi
Pada metode ini, proses penuangan, pendinginan dan pelepasan suppositoria dilakukan
dengan mesin secara otomatis. Kapasitas bisa sampai 3500-6000 suppositoria/jam.
Cara pemberian
Pemberian obat dengan sediaan suppositoria dengan memasukkan obat melalui anus atau
rektum dalam bentuk suppositoria
Petunjuk pemakaian : Cuci tangan sampai bersih, buka pembungkus suppositoria, kemudian
tidur dengan posisi miring. Supositoria dimasukkan ke rektum dengan cara bagian ujung
supositoria didorong dengan ujung jari, kira-kira ½ - 1 inci pada bayi dan 1 inci pada dewasa,
bila perlu ujung supositoria di beri air untuk mempermudah penggunaan. Untuk nyeri dan
demam satu supositoria diberikan setiap 4 – 6 jam jika diperlukan. Gunakan supositoria ini
15 menit setelah buang air besar atau tahan pengeluaran air besar selama 30 menit setelah
pemakaian supositoria.
Hanya untuk pemakaian rektal. Hentikan penggunaan dan hubungi dokter jika sakit
berlanjut hingga 3 hari. Jauhkan dari jangkauan anak-anak. Jika tertelan atau terjadi over
dosis segera hubungi dokter (Monson, 2007)
Pemeriksaan Mutu suppositoria
Setelah dicetak, dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
1. Penetapan kadar zat aktifnya dan disesuaikan dengan yang tertera pada etiketnya.
2. Uji terhadap titk leburnya, terutama jika menggunakan bahan dasar oleum cacao.
3. Uji kerapuhan, untuk menghindari kerapuhan selama pengangkutan.
4. Uji waktu hancur, untuk PEG 1000 15menit, sedangkan untuk oleum cacao dingin
3menit.
5. Uji homogenitas.
Evaluasi sedian
Fisika
1. Uji Kisaran Leleh
Uji ini disebut juga uji kisaran meleleh makro, dan uji ini merupakan suatu ukuran waktu
yang diperlukan supositoria untuk meleleh sempurna bila dicelupkan dalam penangas air
dengan temperatur tetap (370C). Sebaliknya uji kisaran meleleh mikro adalah kisaran
meleleh mikro adalah kisaran leleh yang diukur dalam pipa kapiler hanya untuk basis lemak.
Alat yang biasa digunakan untuk mengukur kisaran leleh sempurna dari supositoria adalah
suatu Alat Disintegrasi Tablet USP. Supositoria dicelupkan seluruhnya dalam penangas air
yang konstan, dan waktu yang diperlukan supositoria untuk meleleh sempurna atau
menyebar dalam air sekitarnya diukur (Anonim b, 1995).
2. Uji Pencairan atau Uji Waktu Melunak dari Supositoria Rektal
Sebuah batangan dari kaca ditempatkan di bagian atas supositoria sampai penyempitan
dicatat sebagai waktu melunak. Ini dapat dilaksanakan pada berbagai temperatur dari 35,5
sampai 370C sebagai suatu pemeriksaan pengawasan mutu, dan dapat juga diukur sebagai
kestabilan fisika terhadap waktu. Suatu penangas air dengan elemen pendingin dan
pemanas harus digunakan untuk menjamin pengaturan panas dengan perbedaan tidak lebih
dari 0,10C (Anonim b, 1995).
3. Uji Kehancuran
Uji kehancuran dirancang sebagai metode untuk mengukur kekerasan atau kerapuhan
suppositoria. Alat yang digunakan untuk uji tersebut terdiri dari suatu ruang berdinding
rangkap dimana suppositoria yang diuji ditempatkan. Air pada 370C dipompa melalui
dinding rangkap ruang tersebut, dan suppositoria diisikan ke dalam dinding dalam yang
kering, menopang lempeng dimana suatu batang dilekatkan. Ujung lain dari batang tersebut
terdiri dari lempeng lain dimana beban digunakan. Uji dihubungkan dengan penempatan
600 g diatas lempeng datar. Pada interval waktu 1 menit, 200 g bobot ditambahkan, dan
bobot dimana suppositoria rusak adalah titik hancurnya atau gaya yang menentukan
karakteristik kekerasan dan kerapuhan suppositoria tersebut. Titik hancur yang dikehendaki
dari masing-masing bentuk suppositoria yang beraneka ragam ditetapkan sebagai level yang
menahan kekuatan (gaya) hancur yang disebabkan oleh berbagai tipe penanganan yakni;
produksi, pengemasan, pengiriman, dan pengangkutan dalam penggunaan untuk pasien
(Anonim b, 1995).
4. Uji disolus
Pengujian awal dilakukan dengan penetapan biasa dalam gelas piala yang mengandung
suatu medium. Dalam usaha untuk mengawasi variasi pada antarmuka massa/medium,
digunakan keranjang kawat mesh atau suatu membrane untuk memisahkan ruang sampel
dari bak reservoir. Sampel yang ditutup dalam pipa dialysis atau membran alami juga dapat
dikaji. Alat sel alir digunakan untuk menahan sampel di tempatnya dengan kapas, saringan
kawat, dan yang paling baru dengan manic-manik gelas (Anonim b, 1995).
5. Uji keseragaman bobot
Timbang suppo satu persatu dan hitung rata-ratanya. Hitung persen kelebihan masing-
masing suppo terhadap bobot rata-ratanya. Keseragaman/variasi bobot yang didapat tidak
boleh lebih dari ± 5% (Anonim b, 1995).
Kimia
1. Penetapan kadar
2. Identifikasi
Pengemasan suppositoria
Dikemas sedemikian rupa sehingga tiap suppositoria terpisah, tidak mudah hancur, atau
meleleh. Biasanya dimasukkan dalam wadah dari alumunium foil dan masukkan kedalam
strip plastik, lalu diberi etiket berwarna biru. Harus disimpan dalam wadah tertutup baik
ditempat sejuk. (Akfar, PIM/2010)
Pertama : Cuci tangan anda dengan air mengalir yang bersih disertai sabun. Saran : gunakan
air bersuhu normal (25 – 27 C) agar tangan anda tidak menjadi hangat saat membuka obat.
Peningkatan suhu dapat melelehkan sediaan suppositoria.

Kedua : Sebelum suppositoria dibuka dari pembungkus , pastikan suppositoria tersebut dalam
keadaan keras untuk memudahkannya masuk dalam dubur/vaginal/uretra. Dunia Farmasi

Ketiga : Buka dengan hati-hati pembungkus suppositoria agar tidak merusak/mematahkan


suppositoria.

Keempat : Tidak mematahkan suppositoria karena 1 suppositoria adalah 1 dosis obat, jika
dipatahkan maka akan menjadi ½ dosis. obat
Kelima : Jika diresepkan untuk digunakan ½ dosis maka sebelum suppositoria dibuka, obat
tersebut dibagi 2 (dua) dengan cara digunting menggunakan gunting/pisau yang sebelumnya
dibersihkan (lebih baik menggunakan alkohol untuk membersihkan gunting/pisaunya). Cara
Menggunakan Suppositoria

Keenam : Olesi bagian ujung suppositoria menggunakan lubrikan berbasis air (bisa dibeli di
apotek) atau basahi dengan sedikit air matang.

Ketujuh : Posisikan tubuh anda seperti pada gambar, posisi sedikit miring ke kiri, kaki kanan
dibagian atas lalu posisikan seperti pada gambar dibawah ini.

Kedelapan : Gunakan tangan kiri untuk membuka mulut dubur lalu tahan.
Kesembilan : Masukan suppositoria kedalam dubur dengan posisi bagian ujung suppositoria
terlebih dahulu.Masukan dengan jari telunjuk/jari tengah tangan kanan sedalam 1 cm (anak-
anak) – 5 cm (dewasa) atau seukuran telunjuk orang dewasa.

Kesepupuh : Diamkan selama beberapa menit (5-10 menit) pada posisi tetap tiduran, agar
obat dapat meleleh dan diserap sempurna oleh pembuluh darah dan mencegah suppositoria
keluar dari dubur.

Kesebelas : Setelah selesai cuci kembali tangan anda dan keringkan. Cara Menggunakan
Suppositoria
Nah selesai penjelasan cara menggunakan suppositoria. Sudah mengerti kan,.. kalau belum,
silahkan bertanya melalui komentar dibawah ini atau sekedar menyapa “salam blogger
indonesia”. Pembahasan tentang apa itu Suppositoria kita bahas lain waktu ya sob...

Obat yang dimasukkan melalui vagin* biasanya dalam bentuk tablet, cream atau
suppositoria, ada yang menggunakan vaginal applikator (alat untuk memasukan
obat kedalam vagin*) juga ada yang tidak menggunakan. Sedikit informasi tentang
tablet ovula ini adalah suatu bentuk desain sediaan obat yang pemakaiannya melalui
vagin*, berbentuk pipih, oval dengan salah satu ujungnya kecil. Tablet vagin* akan
melebur didalam vagin* agar diserap oleh lapisan mukosa dinding vagin*. Jenis
tablet ini dibuat untuk pengobatan anti jamur contohnya adalah anti jamur nystatin
(fungicidin). Sekarang kita bahas bagaiman cara menggunakannya.

Catatan penting : obat ini hanya diberikan untuk wanita yang sudah menikah,
sampaikan kepada dokter status anda apakah sudah menikah atau belum.
Pertama dan yang paling utama saat menggunakan obat-obatan adalah cuci tangan
air mengalir dan sabun.

Kedua : Pastikan tablet/suppositoria Ovula masih berbentuk baik (tidak lembek)


agar mudah saat dimasukan dengan aplikator atau tanpa aplikator. Cara agar
tablet/suppositoria tetap dalam keadaan baik adalah menyimpannya di Lemari es
bagian bawah freezer.
Ketiga : Gunakan obat ini pada waktu malam hari saat akan tidur, agar obat dapat
diserap sempurna juga tidak keluar saat anda beraktivitas.
Keempat : Bersihkan bagian luar vagin* menggunakan sabun (lebih baik
menggunakan sabun bayi) keringkan setelahnya.

Kelima : untuk cream vaginal, pasang aplikator pada tutup wadah/tube cream yang
terbuka (lihat pada gambar). Tarik ujung aplikator untuk mengeluarkan cream obat
sebanyak dosis yang diperlukan. Setelahnya lepaskan aplikator dari tube cream,
bersihkan jika ada yang tersisa pada mulut tube lalu tutup kembali.

Keenam : untuk tablet atau suppositoria, buka tablet dari pembungkus dengan cara
seperti pada gambar lalu tempatkan pada ujung aplikator. Pastikan sisi tablet ovula
yang ditaruh pada aplikator adalah sisi tumpul dari tablet ovula. (lihat gambar) cara
membuka dan memasang tablet ovula.
Ketujuh : Masukan
aplikator dengan posisi berdiri atau duduk dengan satu tangan menopang tubuh
anda dan tangan lainnya memegang aplikator yang sudah dipasangi ovula. Kedua
kaki ditekuk dengan posisi terbuka untuk memudahkan masuknya aplikator. (lihat
pada gambar).

Kedelapan : Masukkan ujung ovula dengan bantuan aplikator ke lubang vaginal.


Setelah aplikator berada di dalam vaginal, tekan tuas pendorong pada aplikator
untuk melepaskan ovula atau mengeluarkan cream ovula. Ukuran kedalamannya
adalah batas panjang aplikator atau jika menggunakan jari maka sedalam ukuran jari
telunjuk anda. (lihat gambar) diamkan (tidak beraktifitas setelah menggunakan
obat) selama kurang lebih 10 menit agar obat dapat terserap sempurna.
Kesembilan : Jika aplikator dapat digunakan kembali maka cuci langsung
menggunakan air mengalir dan keringkan. Jika aplikator hanya untuk pemakaian 1x
sebaiknya langsung dibuang.

Kesepuluh : cuci tangan anda kembali setelah selesai semua proses

Jenis Aplikator Tablet, Cream Dan Suppositoria Vaginal

– Aplikator cream vaginal ukuran kecil


– Aplikator cream ovula ukuran besar
– Aplikator tablet ovula pipih
– Aplikator suppositoria ovula

Penting : Saat anda menggunakan obat anti jamur ovula


Lanjutkan pengobatan sesuai dengan yang diresepkan oleh dokter atau pada label
obat, biasanya pengobatan ovula karena jamur memerlukan waktu sampai 14 hari
berturut-turut walaupun saat anda menstruasi. Saat menggunakan obat ovula ini
sebaiknya tidak menggunakan tampon karena dapat menyerap obat-obatan sehingga
efektivitas obat menurun. Penggunaan tampon akan menyebabkab interaksi obat
antara tampon dan obat ovula tapi jangan khawatir begini cara menghindari
interaksi obat. Semoga bisa dimengerti penjelasan Cara Menggunakan Tablet, Cream
Dan Suppositoria Ovula. Konsultasikan permasalahan obat-obatan anda pada
Apoteker di Apotek atau di Rumah Sakit

Dulcolax suppositoria adalah obat yang digunakan sebagai obat pencahar untuk mengatasi
sembelit atau konstipasi. Dulcolax suppositoria mengandung bisacodyl, obat yang termasuk
stimulan laxative yaitu obat yang merangsang motilitas usus terutama usus besar. Berikut ini
adalah informasi lengkap dulcolax suppositoria yang disertai tautan merk-merk obat lain
dengan nama generik yang sama.

PABRIK

Boehringer ingelheim

GOLONGAN

Obat ini digolongan ke dalam kategori obat bebas terbatas, dengan lambang bulatan
berwarna biru. Artinya, obat ini bisa diperoleh tanpa resep dokter di apotek atau toko-toko
obat berijin resmi.
KEMASAN

Dulcolax suppositoria dipasarkan dengan kemasan sebagai berikut :

Dos 1 x 5 suppositoria 10 mg

Dos 10 x 5 suppositoria 10 mg

Tersedia juga dulcolax paed suppositoria 5 mg, dan dulcolax tablet 5 mg.

KANDUNGAN

tiap kemasan dulcolax suppositoria mengandung zat aktif (nama generik) sebagai berikut :

Bisacodyl 10 mg / suppositoria

SEKILAS TENTANG ZAT AKTIF (NAMA GENERIK)

Bisacodyl adalah obat pencahar (laxative) yang digunakan untuk mengatasi sembelit atau
konstipasi. Obat ini adalah derivat trifenil metana yang termasuk obat pencahar jenis
stimulan motilitas usus.

Mekanisme kerja bisacodyl adalah dengan merangsang saraf enterik sehingga menyebabkan
kontraksi kolon (usus besar). Seperti obat stimulan laxative lainnya, obat ini terutama
berfungsi untuk mengosongkan usus besar.

INDIKASI

Kegunaan dulcolax suppositoria (bisacodyl) adalah untuk mengatasi sembelit atau


konstipasi, dan untuk mengosongkan perut sebelum prosedur operasi, colonoscopy,
endoscopy, x-ray, atau prosedur pada usus lainnya.
KONTRA INDIKASI

Jangan digunakan untuk penderita yang mengalami reaksi hipersensitivitas/alergi terhadap


bisacodyl.

Hindarkan juga pemakaian obat ini pada bedah perut akut, penderita obstruksi usus,
obstruksi ileus, perforasi usus, toksik kolitis, toksik megakolon, inflammatory bowel disease
akut, apendisitis, dan dehidrasi berat.

EFEK SAMPING

Berikut adalah beberapa efek samping dulcolax suppositoria (bisacodyl) yang mungkin
terjadi :

Efek samping yang sering terjadi akibat pemakaian obat yang mengandung bisacodyl
termasuk dulcolax suppositoria adalah terjadinya gangguan pada saluran pencernaan
seperti rasa tidak nyaman atau kram perut.

Pada penggunaan jangka panjang, obat ini dapat menyebabkan diare dan efek samping yang
terkait diare seperti hipokalemia. Namun pada kondisi tertentu, penggunaan obat ini untuk
dalam jangka panjang kadang dilakukan, tetapi harus di bawah pengawasan dokter atau ahli
terkait.

Sediaan suppositoria bisa menyebabkan iritasi lokal, terutama pada pasien yang peka
terhadap polyethylene glycol (PEG).

PENGGUNAAN OLEH WANITA HAMIL

FDA (badan pengawas obat dan makanan amerika serikat) mengkategorikan bisacodyl
kedalam kategori B dengan penjelasan sebagai berikut :
penelitian pada reproduksi hewan tidak menunjukkan resiko pada janin dan tidak ada studi
yang memadai dan terkendali dengan baik pada wanita hamil / Penelitian pada hewan telah
menunjukkan efek buruk pada janin, tapi studi yang memadai dan terkendali dengan baik
pada wanita hamil tidak menunjukkan resiko pada janin di trimester berapapun.

Penggunaan obat ini selama hamil, hanya boleh jika benar-benar dibutuhkan. Sebaiknya
dilakukan perubahan pola makan terlebih dahulu, misalnya lebih banyak mengkonsumsi
makanan berserat.

Jika perubahan pola makan seperti di atas tidak memberikan hasil memuaskan, obat
pencahar mungkin diperlukan. Sebaiknya dipilih obat pencahar jenis pembentuk massa tinja
seperti metilselulosa, atau pencahar osmotik, seperti laktulosa terlebih dahulu. Jika benar-
benar diperlukan obat pencahar stimulan seperti bisacodyl atau senna dapat digunakan.

Bisacodyl tablet atau supositoria telah banyak digunakan selama masa hamil tanpa adanya
bukti terjadinya relaksasi uterus. Obat ini termasuk obat yang diabsorpsi minimal, oleh
karena itu resiko terhadap janin dianggap rendah.

PERHATIAN

Hal-hal yang harus diperhatikan selama menggunakan dulcolax suppositoria, adalah sebagai
berikut :

Penggunaan obat-obat pencahar termasuk dulcolax suppositoria (bisacodyl) pada anak-anak


sebaiknya dihindari, kecuali telah diresepkan oleh dokter yang mengetahui dengan pasti
kondisi anak tersebut. Perlu diketahui bahwa, frekuensi buang air besar yang jarang sangat
biasa pada bayi. Hal ini karena bayi masih mengkonsumsi jenis makanan dengan sedikit
variasi (misalnya, hanya susu saja) atau kurangnya asupan cairan dan makanan berserat. Jika
peningkatan pemberian cairan dan makanan berserat tidak memberikan hasil memuaskan,
obat pencahar osmotik seperti laktulosa atau obat pencahar pembentuk massa tinja seperti
metilselulosa bisa dipilih.

Untuk mendapatkan efek obat yang cepat, gunakan obat ini saat perut kosong.

Tidak ada data bisacodyl diekskresikan ke dalam air susu ibu (ASI).

INTERAKSI OBAT
Jangan menggunakan dulcolax suppositoria (bisacodyl) setidaknya 1 jam setelah
penggunaan obat-obat antasida, susu atau produk-produk yang mengandung susu.

DOSIS DULCOLAX SUPPOSITORIA

Berikut adalah dosis dulcolax suppositoria (bisacodyl) yang lazim digunakan :

Untuk mengatasi konstipasi/sembelit :

Dewasa, 1 x sehari 10 mg, diberikan pada pagi hari.

Anak < 10 tahun, 1 x sehari 5 mg.

Untuk pengosongan usus sebelum prosedur radiologi dan bedah :

Dewasa : tablet 10 mg diberikan sebelum tidur malam selama 2 hari sebelum prosedur. Jika
diperlukan bisa ditambahkan suppositoria 10 mg, 1 jam sebelum prosedur.

Dosis anak : bisa diberikan setengah dosis dewasa.

Obat Suppositoria

Pengertian Pemberian Obat Suppositoria


Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat dengan
memasukkan obat melalui anus atau rektum dalam bentuk suppositoria. Organ-organ yang dapat
diberi obat suppositoria adalah rectum dan vagina.Suppositoria ini mudah meleleh, melunak, atau
melarut pada suhu tubuh. Umumnya berbentuk menyerupai peluru atau torpedo dengan bobot
sekitar 2 gram dan panjang sekitar 1 – 1,5 inci.

Suppositoria biasanya diberikan kepada pasien-pasien khusus yang tidak bisa mengonsumsi
obat secara oral lewat mulut. Hal ini bisa terjadi misalnya pada pasien yang sedang tidak sadarkan
diri, pasien yang jika menerima sediaan oral akan muntah, pasien bayi, dan pasien lanjut usia, yang
juga sedang dalam keadaan tidak memungkinkan untuk menggunakan sediaan parenteral (obat
suntik).

Selain itu, suppositoria juga didesain untuk beberapa zat aktif yang dapat mengiritasi lambung
serta zat aktif yang dapat terurai oleh kondisi saluran cerna, jika digunakan secara oral. Misalnya, zat
aktif yang akan rusak dalam suasana asam lambung, rusak oleh pengaruh enzim pencernaan, atau
akan hilang efek terapinya karena mengalami first pass effect.

Penggunaan suppositoria tidak hanya ditujukan untuk efek lokal seperti pengobatan ambeien,
anestesi lokal, antiseptik, antibiotik, dan antijamur, tetapi juga bisa ditujukan untuk efek sistemik
sebagai analgesik, anti muntah, anti asma, dan sebagainya.

Tujuan Pemberian

o Untuk memperoleh efek obat lokal maupun sistemik.

o Untuk melunakkan feses sehingga mudah untuk dikeluarkan.

Anda mungkin juga menyukai