Anda di halaman 1dari 16

Laporan Pendahuluan

Kejang Demam Kompleks

A. Kejang demam
Kejang yang muncul akibat demam pada bayi atau anak kecil (National Institute of
Neurological Disorders and Stroke/ NINDS, 2013). Kejang demam adalah bangkitan
kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38°C) yang disebabkan
oleh suatu proses ekstrakranium.

B. Etiologi/Penyebab

Penyebab yang pasti dari terjadinya kejang demam tidak diketahui.Kejang demam
biasanya berhubungan dengan demam yang tiba-tiba tinggi dan kebanyakan terjadi pada
hari pertama anak mengalami demam.

Kejang berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa menit.kejang demam


cenderung ditemukan dalam satu keluarga, sehingga diduga melibatkan faktor keturunan
(faktor genetik). Kadang kejang yang berhubungan dengan demam disebabkan oleh
penyakit lain, seperti keracunan, meningitis. Infeksi oleh virus herpes pada manusia juga
sering menyebabkan kejang demam pada anak-anak. Shigella pada Disentri juga sering
menyebakan demam tinggi dan kejang demam pada anak-anak (Mediacastore, 2011: 8).

Menurut Jessica (2011: 3) penyebab dan faktor resiko terjadinya kejang demam adalah
sebagai berikut:

1. Infeksi virus
2. Infeksi traktus pernapasan atas
3. Infeksi traktus digestivus (gastroenteritis)
4. Infeksi saluran kemih
5. Otitis Media
6. Faktor genetic
C. Tanda dan Gejala

Gejala Kejang Demam, yaitu:

1. Napas berjeda selama lebihb dari 15 sampai 20 detik atau mengalami kesulitan bernapas
yang parah
2. Kejang lebih dari 3 menit, atau anak mengalami kejang kedua
3. Demam, muntah, sakit kepala parah
4. Kantuk
5. Leher kaku
6. Benjolan lembut pada kepala bayi

D. Patofisiologi

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi


d i p e c a h menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan
normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan
sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida
(Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi
Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya. Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat
perbedaan p o t e n s i a l membran yang disebut potensial membran
dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan
energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
 Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
 Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran
listrik dari sekitarnya
 Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan
P a d a k e a d a a n d e m a m k e n a i k a n s u h u 1 o C akan mengakibatkan
k e n a i k a n metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.
Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa yang h a n y a 1 5 % . O l e h k a r e n a i t u
k e n a i k a n s u h u t u b u h d a p a t m e n g u b a h k e s e i m b a n g a n d a r i membran sel
neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium
akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian
besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel
sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam yang
berlangsung lama (lebih dari 15menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan
oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia,
hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi
artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat
yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan me ngakibatkan
metabolisme otak meningkat.

E. Pathway

Infeksi bakteri virus dan


parasit

Rangsangan mekanik dan


Reaksi inflamasi
biokimia. Gangguan
keseimbangan cairan dan
elektrolit
Proses demam

Perubahan konsentrasi ion Kelainan neourologis


Hipertermia perinatal/prenatal
diruang ekstraseluler

Resiko kejang berulang Ketidakseimbangan Resiko kejang berulang


potensial membrane ATP
ASE
Resiko keterlambatan Perubahan beda potensial
perkembanagn Pelepasan muatan listrik membrane sel neuron
semakin meluas
keseluruhan sel maupun Resiko cedera
membrane sel sekitarnya
dengan bantuan
Resiko cidera Kejang
neurotransmiter

Kesadaran menurun Kurang dari 15 menit Lebih dari 15 menit (KDK)


(KDS)

Reflek menelan menurun Kontraksi otot meningkat Perubahan suplay darah


keotak

Resiko Aspirasi Metabolism meningkat


Resiko kerusakan sel
neuron otak
Kebutuhan O2 meningkat Suhu tubuh makin Resiko Ketidakefektifan
meningkat perfusi jaringan otak

Resiko Asfiksia
Ketidakefektifan
termoregulasi

F. Manifestasi Klinis Kejang Demam


Kejang yang dialami anak diawali dan disertai dengan suhu tubuh yang
tinggi.Mayoritas anak-anak dengan kejang demam memiliki suhu rektal lebih dari 38,9oC
(NINDS, 2013).Kejang demam pada anak umumnya terjadi selama hari pertama
demam.Anak-anak yang rentan terhadap kejang demam tidak dianggap memiliki epilepsi,
karena epilepsi ditandai dengan kejang berulang yang tidak dipicu oleh demam. Seorang
anak dikatakan mengalami demam saat suhu tubuh mencapai atau di atas salah satu dari
level:
1. 100.4° F (38° C) diukur dalam bagian bawah (dubur).
2. 99,5° F (37,5° C) diukur dalam mulut (per oral).
3. 99° F (37,2 ° C) diukur di bawah lengan (aksila).

Gejala umum:

1. Kejang umum biasanya diawali kejang tonik kemudian klonik berlangsung 10 s.d 15
menit, uga bisa lebih.
2. Takikardia : pada bayi frekuensi sering diatas 150-200 per menit.
3. Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadu mengecil yang terjadi sebagai akbat
menurunnya curah jantung.
4. Gejala bendungan system vena:
 Hepatomegali
 Peningkatan tekanan vena jugularis.

Kejang Demam Sederhana Kejang Demam Kompleks


- Kejang terjadi selama < 15 menit. - Kejang terjadi selama lebih dari 15 menit. -
- Gejala motorik terlokalisasi pada salah satu Gejala motorik dapat terlokalisasi atau
sisi tubuh. terjadi pada seluruh tubuh, atau kejang
- Tidak berulang dalam periode 24 jam. umum didahului kejang parsial.
- Berulang atau lebih dari 1 kali dalam
periode 24 jam.
Pada pemeriksaan fisik akan tampak ketika anak mengalami kejang demam yaitu
anak teraba panas dengan suhu 39,8oC (Mick & Cummings, 2006). Anak tidak sadar dan
tampak kaku atau bergetar pada tangan dan kaki pada salah satu sisi atau seluruh tubuhnya.
Mata anak tampak berputar atau melihat ke arah atas selama kejang berlangsung (Appleton
& Marson, 2009).

G. Pemeriksaan penunjang
1. Lumbal Pungsi curiga meningitis, umur kurang dari 12 bulan diharuskan dan umur di
antara 12-18 bulan dianjurkan.
2. EEG tidak dapat mengidentifikasi kelainan yang spesifik maupun memprediksi
terjadinya kejang yang berulang, tapi dapat dipertimbangkan pada KDK
3. CT-scan atau MRI tidak dilakukan pada KDS yang terjadi pertama kali, akan tetapi
dapat dipertimbangkan untuk pasien yang mengalami KDK untuk menentukan
kelainan struktural berupa kompleks tunggal atau multiple

H. Pemeriksaan Laboratorium.
1. Kadar leukosit yang tinggi (>17500 sel/L) menunjukkan bahwa tubuh anak terkena
infeksi.
2. Penurunan kadar Hb dan eritrosit perlu menjadi perhatian perawat. Kadar Hb di bawah
rentang normal (11-16 g/dl) menunjukkan adanya masalah dalam pemenuhan
kebutuhan O2 pada anak yang dapat memperburuk kejang anak. Pemeriksaan
diagnostik seperti pungsi lumbal, CT Scan, atau MRI, diperlukan untuk memastikan
tidak ada infeksi yang berasal dari sistem saraf pusat.

I. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan Penanganan


selama terjadi serangan kejang meliputi:
1. Jangan dilakukan restrain atau menghentikan kejang.
2. Tempatkan pada area yang aman, bersih dan jauhkan dari benda yang membahayakan.
3. Alasi dengan selimut jika lantai keras.
4. Anak dipindahkan hanya bila anak ada dilokasi yang membahayakan.
5. Longgarkan baju bagian leher jika memungkinkan buka baju.
6. Jika anak muntah, saliva dan secret maka posisikan mulut salah satu sisi.
Fokus perhatian untuk menurunkan demam:

1. Berikan acetaminophen lewat anus (jika ada).


2. Jangan dimasukkan sesuatu pada mulut.
3. Berikan kompres dingin. Jangan gunakan air hangat karena dapat menyebabkan demam
semakin memburuk.
4. Setelah kejang dan sadar maka berikan ibuprofen dengan dosis normal.
Proses Asuhan Keperawatan pada Kasus Kejang Demam Kompleks

1. Pengkajian

a. Anamnesis

1) Identitas pasien

Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat lahir,
asal suku bangsa, agama, nama orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua.
Wong (2009), mengatakan kebanyakan serangan kejang demam terjadi setelah usia 6 bulan
dan biasanya sebelum 3 tahun dengan peningkatan frekuensi serangan pada anak-anak
yang berusia kurang dari 18 bulan.

2) Riwayat kesehatan

a) Keluhan utama Biasanya anak mengalami peningkatan suhu tubuh >38,0⁰C, pasien
mengalami kejang dan bahkan pada pasien dengan kejang demam kompleks biasanya
mengalami penurunan kesadaran.

b) Riwayat penyakit sekarang Biasanya orang tua klien mengatakan badan anaknya
terasa panas, nafsu makan anaknya berkurang, lama terjadinya kejang biasanya
tergantung pada jenis kejang demam yang dialami anak.

c) Riwayat kesehatan

(1) Riwayat perkembangan anak : biasanya pada pasien dengan kejang demam
kompleks mengalami gangguan keterlambatan perkembangan dan intelegensi pada
anak serta mengalami kelemahan pada anggota gerak (hemifarise).

(2) Riwayat imunisasi : Biasanya anak dengan riwayat imunisasi tidak lengkap rentan
tertular penyakit infeksi atau virus seperti virus influenza.

(3) Riwayat nutrisi :Saat sakit, biasanya anak mengalami penurunan nafsu makan
karena mual dan muntahnya

b. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum biasnaya anak rewel dan kesadaran compos mentis

2) TTV : Suhu : biasanya >38,0⁰C

Respirasi: pada usia 2- < 12 bulan : biasanya > 49 kali/menit

Pada usia 12 bulan - <5 tahun : biasanya >40 kali/menit

Nadi : biasanya >100 x/i


3) BB : Biasanya pada nak dengan kejang demam tidak terjadi penurunan berat badan
yang berarti

4) Kepala :Biasanya tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak

5) Mata:Biasanya simetris kiri-kanan, skelera tidak ikhterik, konjungtiva anemis.

6) Mulut dan lidah : Biasanya mukosa bibir tampak kering, tonsil hiperemis, lidah

tampak kotor

7) Telinga : Biasanya bentuk simetris kiri-kanan, normalnya pili sejajar dengan katus mata,
keluar cairan, terjadi gangguan pendengaran yang bersifat sementara, nyeri tekan mastoid.

8) Hidung : Biasanya penciuman baik, tidak ada pernafasan cuping hidung, bentuk simetris,
mukosa hidung berwarna merah muda.

9) Leher : Biasanya terjadi pembesaran KGB

10) Dada

a) Thoraks

(1) Inspeksi, biasanya gerakan dada simetris, tidak ada penggunaan otot bantu
pernapasan

(2) Palpasi, biasanya vremitus kiri kanan sama

(3) Auskultasi, biasanya ditemukan bunyi napas tambahan seperti ronchi.

b) Jantung

Biasanya terjadi penurunan atau peningkatan denyut jantung

I: Ictus cordis tidak terlihat

P: Ictus cordis di SIC V teraba

P: batas kiri jantung : SIC II kiri di linea parastrenalis kiri

(pinggang jantung), SIC V kiri agak ke mideal linea

midclavicularis kiri.

Batas bawah kanan jantung disekitar ruang intercostals III-IV

kanan, dilinea parasternalis kanan, batas atasnya di ruang

intercosta II kanan linea parasternalis kanan.

A: BJ II lebih lemah dari BJ I

11) Abdomen biasanya lemas dan datar, kembung


12) Anus biasanya tidak terjadi kelainan pada genetalia anak

13) Ekstermitas :

a) Atas : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2 detik, akral dingin.

b) Bawah : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2 detik, akral dingin.

c. Penilaian tingkat kesadaran

1) Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar

sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya, nilai GCS:
15-14.

2) Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,
sikapnya acuh tak acuh, nilai GCS: 13 - 12.

3) Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-


teriak, berhalusinasi, kadang berhayal, nilai GCS: 11 - 10.

4) Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang


lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah
dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal, nilai GCS: 9 – 7.

5) Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap
nyeri, nilai GCS: 6 – 4.

6) Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan
apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon
pupil terhadap cahaya), nilai GCS: ≤ 3.

2. Diagnosa keperawatan dan Intervensi

Diagnosa keperawatan menurut Khaidir (2009 : 13 dan 25 - 28) antara lain :


a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
suhu dapat diturunkan dengan kriteria :
1) Suhu badan anak berkurang hingga 37,5º C
2) Temperatur kulit hangat
Intervensi Rasional
1. Kaji TTV 1. Mengetahui keadaan umum
2. Pantau suhu 2. Menentukan keefektifan tindakan
3. Beri selimut dingin/matras 3. Untuk menurunkan panas

4. Berikan kompres hangat 4. Untuk menurunkan panas

5. Ajarkan kluarga untuk kompres hangat 5. Untuk menurunkan panas

6. Kolaborasi pemberian obat sesuai dengan 6. Untuk menurunkan panas klien


ketentuan

b. Resiko cidera sekunder akibat kejang b.d gerakan klonik yang tidak terkontrol selama
episode kejang.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
tidak akan terjadi cidera dengan kriteria hasil anak tidak mengalami cidera akibat kejang

Intervensi Rasional
1. Lakukan kewaspadaan kejang, seperti1. Kewaspadaan ini mencegah anak jatuh,
pasang penghalang tempat tidur. cidera kepala serta mengurangi resiko
komplikasi lebih jauh.
2. Catat berbagai gerakan tubuh anak dan2. Jenis Gerakan dan lamanya kejang
lama kejangnya membantu memastikan jenis kejang yang
dialami anak.
3. Kaji status pernapasan anak 3. Anak memerlukan resusitasi pernapasan,
jika mengalami apnea selama atau
setelah kejang
4. Kolaborasi 4. pengobatan antikonvulsan dapat
Beri pengobatan antikonuulsan sesuai mengendalikan kejang
indikasi

c. Kekurangan volume cairan b.d mual muntah


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan kebutuhan klien
terpenuhi dengan kriteria :
1) TTV stabil
2) Menunjukkan adanya keseimbangan cairan seperti output urine adekuat
3) Turgor kulit baik
4) Membran mukosa mulut lembab
Intervensi Rasional
1. Kaji TTV 1. Untuk mengetahui keadaan umum klien
2. Kaji suhu dan turgor kulit, membran 2. Mengiindikator dalam membantu untuk
mukosa, masukan dan haluaran dan berat mengevaluasi tingkat kebutuhan hidrasi
jenis urine
3. Anjurkan keluarga untuk meningkatkan 3. Membantu dalam meningkatkatkan
pemasukan minuman klien tingkat hidrasi
4. Beri dan pantau cairan IV ssuai 4. Untuk dehidrasi hebat dan muntah
kebutuhan
5. Pantau masukan dan haluaran 5. Menentukan luasnya kekurangan cairan
6. Dorong masukan cairan sedikit tapi sering 6. Dengan jumlah yang kecil dapat
menimbulkan yang baik
7. Berikan cairan intavena sesuai dengan 7. Mempertahankan hidrasi
kebutuhan

d. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan suhu tubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
keseimbangan cairan terpenuhi dengan kriteria hasil keseimbangan cairan terpenuhi.

Intervensi Rasional
1. Observasi TTV (suhu tubuh) tiap 4 jam 1. Peningkatan suhu tubuh dari yang normal
membutuhkan penambahan cairan.
2. Hitung intake dan output setiap 2. Untuk mengetahui keseimbangan cairan
pergantian shift
3. Anjurkan pemasukan/minum sesuai 3. Membantu mencegah kekurangan cairan
dengan program
4. Kolaborasi pemeriksaan lab : Ht, Na, K 4. Mencerminkan tingkat atau derajat dehidrasi

e. Perubahan Nutrisi dari kebutuhan bd intake yang tidak adekuat


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
peningkatan status nutrisi kesehatan anak dengan kriteria hasil peningkatan status nutrisi.

Intervensi Rasional
1. Tingkatkan intake makanan dengan 1. Cara khusus meningkatan napsu makan
menjaga privasi klien, mengurangai
gangguan seperti bising/berisik, menjaga
kebersihan ruangan.
2. Bantu klien makan 2. Membantu klien makan
3. Selingi makan dan minum 3. Memudahkan makanan untuk masuk

4. Monitor hasil laboratorium seperti HB, Ht 4. Monitor status nutrisi klien


5. Atur posisi semifowler saat memberikan 5. Mengurangi regurtasi
makanan
f. Resiko terhadap bersihan jalan napas tidak efektif b.d peningkatan sekresi mukus
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan napas efektif dengan
kriteria :
1) Sekresi mukus berkurang
2) Anak tidak kejang
3) Gigi tidak mengigit

Intervensi Rasional
1. Ukur tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui status keadaaan klien
secara umum
2. Lakukan penghisapan lendir 2. Menurunkan resiko aspirasi
3. Letakkan klien pada posisi miring dan 3. Mencegah lidah jatuh ke belakang dan
permukaan datar menyumbat jalan napas
4. Tanggalkan pakaian pada daerah leher 4. Untuk memfasilitasi usaha bernapas
atau dada dan abdomen

Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada penderita kejang demam menurut Hidayat (2011 )
antara lain :
a. Resiko tinggi terjadinya kejang berulang ulang b.d peningkatan suhu tubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan tidak
akan terjadi kejang dengan kriteria :
1) Anak tidak kejang lagi
2) Suhu dalam batas normal (36,0º C – 37,0º C)

Intervensi Rasional
1. Monitor TV 1. Mengetahui keadaan umum
2. Pantau suhu tubuh 2. Mengetahui keadaan anak
3. Hitung frekuensi kejang 3. Menentukan berapa kali kejang berulang
4. Kolaborasi pemberian obat (diazepam) 4. Mengurangi kejang
sesuai indikasi
5. Kolaborasi pemberian obat penurun 5. Untuk mengurangi panas
panas (parasetamol syrup)

6. Anjurkan keluarga memantau atau 6. Segera mengetahui perubahan status anak


mengawasi kondisi anak

b. Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan terhadap sumber informasi


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
keluarga paham dengan kondisi kesehatan anak dengan kriteria :
1) Keluarga tidak bingung lagi
2) Keluarga paham dengan kondisi yang dialami anak
3) Keluarga tahu cara perawatan anak dirumah
4) Menganjurkan pada keluarga tentang perawatan anak dirumah.

Intervensi Rasional
1. Kaji pengetahuan keluarga tentang 1. Menyadari terhadap bagaimana infeksi
kondisi anak ditularkan akan memberikan informasi
untuk merencanakan/melakukan tindakan
protektif
2. Berikan pendidikan kesehatan tentang 2. Meningkatkan pemahaman dan
penyakit anak (pengertian, etologi, tanda, meningkatkan kerja dalam penyembuhan
dan gejala, komplikasi, perawatan, dan
pencegahan)
3. Tinjau faktor resiko individu dan bentuk 3. Mengetahui sejauh mana pemahaman
penularan/tempat tempat infeksi. keluarga tentang keadaan anak
4. Berikan informasi mengenai prognosis 4. Meningkatkan pemahaman dan
penyakit. meningkatkan kerjasama dalam
penyembuhan
5. Berikan informasi mengenai terapi obat 5. Membantu proses penyembuhan
pobatan kepada keluarga.

6. Membantu pemahaman kepada keluarga 6. Membantu pemahaman kepada keluarga


7. Memberikan pengetahuan anak 7. Memberikan pengetahuan anak

c. Kerusakan mobilitas fisik b.d kerusakan persepsi sensori, penurunan kekuatan


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
kerusakan mobilitasi fisik teratasi dengan kriteria
1) Mobilisasi fisik klien aktif.
2) Kejang tidak ada.
3) Kebutuhan klien teratasi.

Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat mobilisasi klien 1. Mengetahui tingkat penyembuhan
2. Kaji tingkat kerusakan mobilisasi klien 2. Untuk meminimalkan aktivitas klien
3. Bantu klien dalam pemenuhan 3. Mempermudah klien dalam pemenuhan
kebutuhan aktivitas
4. Latih klien dalam mobilisasi sesuai 4. Melatih kekuatan otot klien
kemampuan klien
5. Libatkan keluarga dalam pemenuhan 5. Membantu proses penyembuhan klien
kebutuhan klien.
Daftar pustaka

Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Ed.12. Jakarta: EGC

Nurarif Huda Amin dan Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Ediisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction

Lestari, T, 2016.Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika


ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN PENYAKIT KEJANG
DEMAM KOMPLEKSDI RUANG IRNA 2 RSUD KOTA MATARAM

DI SUSUN OLEH :

FIRDA PUTI ZULFIARTI


16.9.1.013

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL WATHAN MATARAM
TAHUN 2008

Anda mungkin juga menyukai