A. Kejang demam
Kejang yang muncul akibat demam pada bayi atau anak kecil (National Institute of
Neurological Disorders and Stroke/ NINDS, 2013). Kejang demam adalah bangkitan
kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38°C) yang disebabkan
oleh suatu proses ekstrakranium.
B. Etiologi/Penyebab
Penyebab yang pasti dari terjadinya kejang demam tidak diketahui.Kejang demam
biasanya berhubungan dengan demam yang tiba-tiba tinggi dan kebanyakan terjadi pada
hari pertama anak mengalami demam.
Menurut Jessica (2011: 3) penyebab dan faktor resiko terjadinya kejang demam adalah
sebagai berikut:
1. Infeksi virus
2. Infeksi traktus pernapasan atas
3. Infeksi traktus digestivus (gastroenteritis)
4. Infeksi saluran kemih
5. Otitis Media
6. Faktor genetic
C. Tanda dan Gejala
1. Napas berjeda selama lebihb dari 15 sampai 20 detik atau mengalami kesulitan bernapas
yang parah
2. Kejang lebih dari 3 menit, atau anak mengalami kejang kedua
3. Demam, muntah, sakit kepala parah
4. Kantuk
5. Leher kaku
6. Benjolan lembut pada kepala bayi
D. Patofisiologi
E. Pathway
Resiko Asfiksia
Ketidakefektifan
termoregulasi
Gejala umum:
1. Kejang umum biasanya diawali kejang tonik kemudian klonik berlangsung 10 s.d 15
menit, uga bisa lebih.
2. Takikardia : pada bayi frekuensi sering diatas 150-200 per menit.
3. Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadu mengecil yang terjadi sebagai akbat
menurunnya curah jantung.
4. Gejala bendungan system vena:
Hepatomegali
Peningkatan tekanan vena jugularis.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Lumbal Pungsi curiga meningitis, umur kurang dari 12 bulan diharuskan dan umur di
antara 12-18 bulan dianjurkan.
2. EEG tidak dapat mengidentifikasi kelainan yang spesifik maupun memprediksi
terjadinya kejang yang berulang, tapi dapat dipertimbangkan pada KDK
3. CT-scan atau MRI tidak dilakukan pada KDS yang terjadi pertama kali, akan tetapi
dapat dipertimbangkan untuk pasien yang mengalami KDK untuk menentukan
kelainan struktural berupa kompleks tunggal atau multiple
H. Pemeriksaan Laboratorium.
1. Kadar leukosit yang tinggi (>17500 sel/L) menunjukkan bahwa tubuh anak terkena
infeksi.
2. Penurunan kadar Hb dan eritrosit perlu menjadi perhatian perawat. Kadar Hb di bawah
rentang normal (11-16 g/dl) menunjukkan adanya masalah dalam pemenuhan
kebutuhan O2 pada anak yang dapat memperburuk kejang anak. Pemeriksaan
diagnostik seperti pungsi lumbal, CT Scan, atau MRI, diperlukan untuk memastikan
tidak ada infeksi yang berasal dari sistem saraf pusat.
1. Pengkajian
a. Anamnesis
1) Identitas pasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat lahir,
asal suku bangsa, agama, nama orang tua, pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua.
Wong (2009), mengatakan kebanyakan serangan kejang demam terjadi setelah usia 6 bulan
dan biasanya sebelum 3 tahun dengan peningkatan frekuensi serangan pada anak-anak
yang berusia kurang dari 18 bulan.
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama Biasanya anak mengalami peningkatan suhu tubuh >38,0⁰C, pasien
mengalami kejang dan bahkan pada pasien dengan kejang demam kompleks biasanya
mengalami penurunan kesadaran.
b) Riwayat penyakit sekarang Biasanya orang tua klien mengatakan badan anaknya
terasa panas, nafsu makan anaknya berkurang, lama terjadinya kejang biasanya
tergantung pada jenis kejang demam yang dialami anak.
c) Riwayat kesehatan
(1) Riwayat perkembangan anak : biasanya pada pasien dengan kejang demam
kompleks mengalami gangguan keterlambatan perkembangan dan intelegensi pada
anak serta mengalami kelemahan pada anggota gerak (hemifarise).
(2) Riwayat imunisasi : Biasanya anak dengan riwayat imunisasi tidak lengkap rentan
tertular penyakit infeksi atau virus seperti virus influenza.
(3) Riwayat nutrisi :Saat sakit, biasanya anak mengalami penurunan nafsu makan
karena mual dan muntahnya
b. Pemeriksaan fisik
4) Kepala :Biasanya tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak
6) Mulut dan lidah : Biasanya mukosa bibir tampak kering, tonsil hiperemis, lidah
tampak kotor
7) Telinga : Biasanya bentuk simetris kiri-kanan, normalnya pili sejajar dengan katus mata,
keluar cairan, terjadi gangguan pendengaran yang bersifat sementara, nyeri tekan mastoid.
8) Hidung : Biasanya penciuman baik, tidak ada pernafasan cuping hidung, bentuk simetris,
mukosa hidung berwarna merah muda.
10) Dada
a) Thoraks
(1) Inspeksi, biasanya gerakan dada simetris, tidak ada penggunaan otot bantu
pernapasan
b) Jantung
midclavicularis kiri.
13) Ekstermitas :
a) Atas : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2 detik, akral dingin.
b) Bawah : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2 detik, akral dingin.
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya, nilai GCS:
15-14.
2) Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,
sikapnya acuh tak acuh, nilai GCS: 13 - 12.
5) Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap
nyeri, nilai GCS: 6 – 4.
6) Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan
apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon
pupil terhadap cahaya), nilai GCS: ≤ 3.
b. Resiko cidera sekunder akibat kejang b.d gerakan klonik yang tidak terkontrol selama
episode kejang.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
tidak akan terjadi cidera dengan kriteria hasil anak tidak mengalami cidera akibat kejang
Intervensi Rasional
1. Lakukan kewaspadaan kejang, seperti1. Kewaspadaan ini mencegah anak jatuh,
pasang penghalang tempat tidur. cidera kepala serta mengurangi resiko
komplikasi lebih jauh.
2. Catat berbagai gerakan tubuh anak dan2. Jenis Gerakan dan lamanya kejang
lama kejangnya membantu memastikan jenis kejang yang
dialami anak.
3. Kaji status pernapasan anak 3. Anak memerlukan resusitasi pernapasan,
jika mengalami apnea selama atau
setelah kejang
4. Kolaborasi 4. pengobatan antikonvulsan dapat
Beri pengobatan antikonuulsan sesuai mengendalikan kejang
indikasi
d. Gangguan volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan suhu tubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan
keseimbangan cairan terpenuhi dengan kriteria hasil keseimbangan cairan terpenuhi.
Intervensi Rasional
1. Observasi TTV (suhu tubuh) tiap 4 jam 1. Peningkatan suhu tubuh dari yang normal
membutuhkan penambahan cairan.
2. Hitung intake dan output setiap 2. Untuk mengetahui keseimbangan cairan
pergantian shift
3. Anjurkan pemasukan/minum sesuai 3. Membantu mencegah kekurangan cairan
dengan program
4. Kolaborasi pemeriksaan lab : Ht, Na, K 4. Mencerminkan tingkat atau derajat dehidrasi
Intervensi Rasional
1. Tingkatkan intake makanan dengan 1. Cara khusus meningkatan napsu makan
menjaga privasi klien, mengurangai
gangguan seperti bising/berisik, menjaga
kebersihan ruangan.
2. Bantu klien makan 2. Membantu klien makan
3. Selingi makan dan minum 3. Memudahkan makanan untuk masuk
Intervensi Rasional
1. Ukur tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui status keadaaan klien
secara umum
2. Lakukan penghisapan lendir 2. Menurunkan resiko aspirasi
3. Letakkan klien pada posisi miring dan 3. Mencegah lidah jatuh ke belakang dan
permukaan datar menyumbat jalan napas
4. Tanggalkan pakaian pada daerah leher 4. Untuk memfasilitasi usaha bernapas
atau dada dan abdomen
Diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada penderita kejang demam menurut Hidayat (2011 )
antara lain :
a. Resiko tinggi terjadinya kejang berulang ulang b.d peningkatan suhu tubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan tidak
akan terjadi kejang dengan kriteria :
1) Anak tidak kejang lagi
2) Suhu dalam batas normal (36,0º C – 37,0º C)
Intervensi Rasional
1. Monitor TV 1. Mengetahui keadaan umum
2. Pantau suhu tubuh 2. Mengetahui keadaan anak
3. Hitung frekuensi kejang 3. Menentukan berapa kali kejang berulang
4. Kolaborasi pemberian obat (diazepam) 4. Mengurangi kejang
sesuai indikasi
5. Kolaborasi pemberian obat penurun 5. Untuk mengurangi panas
panas (parasetamol syrup)
Intervensi Rasional
1. Kaji pengetahuan keluarga tentang 1. Menyadari terhadap bagaimana infeksi
kondisi anak ditularkan akan memberikan informasi
untuk merencanakan/melakukan tindakan
protektif
2. Berikan pendidikan kesehatan tentang 2. Meningkatkan pemahaman dan
penyakit anak (pengertian, etologi, tanda, meningkatkan kerja dalam penyembuhan
dan gejala, komplikasi, perawatan, dan
pencegahan)
3. Tinjau faktor resiko individu dan bentuk 3. Mengetahui sejauh mana pemahaman
penularan/tempat tempat infeksi. keluarga tentang keadaan anak
4. Berikan informasi mengenai prognosis 4. Meningkatkan pemahaman dan
penyakit. meningkatkan kerjasama dalam
penyembuhan
5. Berikan informasi mengenai terapi obat 5. Membantu proses penyembuhan
pobatan kepada keluarga.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat mobilisasi klien 1. Mengetahui tingkat penyembuhan
2. Kaji tingkat kerusakan mobilisasi klien 2. Untuk meminimalkan aktivitas klien
3. Bantu klien dalam pemenuhan 3. Mempermudah klien dalam pemenuhan
kebutuhan aktivitas
4. Latih klien dalam mobilisasi sesuai 4. Melatih kekuatan otot klien
kemampuan klien
5. Libatkan keluarga dalam pemenuhan 5. Membantu proses penyembuhan klien
kebutuhan klien.
Daftar pustaka
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Ed.12. Jakarta: EGC
Nurarif Huda Amin dan Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Ediisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction
DI SUSUN OLEH :