Anda di halaman 1dari 6

PERTEMUAN XIV

PEMBERIAN OBAT SUPPOSUTORIA

Definisi
Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat dengan memasukkan obat
melalui anus atau rektum dalam bentuk suppositoria.

Tujuan Pemberian
1. Untuk memperoleh efek obat lokal maupun sistemik
2. Untuk melunakkan feses sehingga mudah untuk dikeluarkan

1. Suppositoria rektal.
Suppositoria rektal untuk dewasa berbentuk lonjong pada satu atau kedua ujungnya dan
biasanya berbobot lebih kurang 2 gram.
2. Suppositoria vaginal.
Umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan berbobot lebih kurang 5 gram, dibuat dari zat
pembawa yang larut dalam air atau yang dapat bercampur dalam air, seperti polietilen glikol
atau gelatin tergliserinasi. Ukuran berkisar, panjang 1,25 – 1,5 inchi dan diameter 5/8 inchi.
Biasanya digunakan untuk lokal dengan efek sebagai antiseptik, kontrasepsi, anastetik lokal,
dan pengobatan penyakit infeksi seperti trichomonal, bakteri dan monilial.

Pemberian Obat Pervaginam


Pengertian
Merupakan cara pemberian obat dengan memesukkan obat melalui vagina, yang bertujuan
untuk mendapatkan terapi obat dan mengobati saluran vagina atau serviks. Obat ini tersedia
dalam bentuk krim dan suppositoria yang digunakan untuk mengobati infeksi lokal.

Tujuan :
1. Mengobati infeksi pada vagina
2. Menghilangkan nyeri, rasa terbakar dan ketidaknyamanan pada vagina
3. Mengurangi peradangan
Indikasi
Vaginitis, keputihan vagina dan serviks (leher rahim) karena berbagai etiologi, ektropia
dan parsio dan serviks.Servik sebagai hemoestasis setelah biopsy dan pengangkatan polip di
serviks, erosi uretra eksterna dan popiloma uretra kondiloma akuminata. Luka akibat
penggunaan instrument ginekologi untuk mempercepat proses penyembuhan setelah electron
koagulasi
Kontraindikasi
Jangan diberikan pada orang yang mempunyai kecenderungan hipersensitif atau alergi.

Prosedur
Persiapan Alat
a. Obat dalam tempatnya
b. Aplikator untuk krim vagina
c. Pelumas untuk supositoria
d. Sarung tangan sekali pakai
e. Pembalut
f. Handuk bersih
g. Perlak/pengalas
h. Bengkok
i. Gorden / sampiran
Persiapan Pasien dan Lingkungan
a. Menjelaskan kepada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan
b. Memebritahukan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
c. Menutup jendela, korden, dan memasang sampiran atau sketsel bila perlu.
d. Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk keluar ruangan.

Pelaksanaan
a. Cuci tangan.
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
c. Gunakan sarung tangan
d. Buka pembungkus obat dan pegang dengan kain kasa.
e. Bersihkan sekitar alat kelamin dengan kapas sublimat.
f. Anjurkan pasien tidur dalam posisi dorsal recumbert.
g. Apabila jenis obat suppositoria maka buka pembungkus dan berikan pelumas pada obat
h. Regangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang dinding kanal
vaginal posterior sampai 7,5-10 cm.
i. Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orifisium dan labia dengan tisu.
j. Anjurkan untuk tetap dalam posisi kurang lebih 10 menit agar obat bereaksi.
k. Cuci tangan.
l. Catat jumlah, dosis, waktu, dan cara pemberian.
Catatan: apabila menggunakan obat jenis krim, isi aplikator krim atau ikuti petunjuk krim
yang tertera pada kemasan, renggangkan lipatan labia dan masukkan aplikator kurang lebih 7,5
cm dan dorong penarik aplikator untuk mengeluarkan obat.

Pemberian Obat Suppositoria


Pengertian
Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat dengan memasukkan obat
melalui anus atau rektum dalam bentuk suppositoria.

Tujuan
a. Untuk memperoleh efek obat lokal maupun sistemik.
b. Untuk melunakkan feses sehingga mudah untuk dikeluarkan.

Indikasi
Mengobati gejala-gejala rematoid, spondistis ankiloksa, gout akut dan osteoritis.

Kontra Indikasi
a. Hipersensitif terhadap ketoprofen, esetosal dan ains lain.
b. Pasien yang menderita ulkus pentrikum atau peradangan aktif (inflamasi akut) pada saluran
cerna.
c. Bionkospasme berat atau pasien dengan riwayat asma bronchial atau alergi.
d. Gagal fungsi ginjal dan hati yang berat.
e. Supositoria sebaiknya tidak di gunakan pada penderita piotitis atau hemoroid.
f. Pembedahan rektal.

Keuntungan
Bisa mengobati secara bertahap misalnya obat menimbulkan kejang, atau panas reaksinya
lebih cepat, dapat memberikan efek local dan sistemik.
Contoh memberikan efek local dulcolax untuk meningkatkan defeksasi.

Kerugian
 Sakit tidak nyaman daya fiksasi lebih lama dari pada IV.
 Kalau pemasangan obat tidak benar, obat akan keluar lagi.
 Tidak boleh diberikan pada pasien yang mengalami pembedahan rekrtal.

Prosedur
Persiapan Alat
a. Obat sesuai yang diperlukan (krim, jelly, foam, supositoria)
b. Aplikator untuk krim vagina
c. Pelumas untuk supositoria
d. Sarung tangan sekali pakai
e. Handuk bersih
f. Pengalas dan perlak
g. Bengkok
h. Gorden / sampiran

Persiapan Pasien dan Lingkungan


a. Menjelaskan kepada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan.
b. Memebritahukan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
c. Menutup jendela, korden, dan memasang sampiran atau sketsel bila perlu.
d. Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk keluar ruangan.
Pelaksanaan
a. Periksa kembali order pengobatan mengenai jenis pengobatan waktu, jumlah dan dosis
obat.
b. Siapkan klien
c. Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya Berikan penjelasan pada klien dan
jaga privasi klien
d. Atur posisi klien dalam posisi sim dengan tungkai bagian atas fleksi ke depan
e. Tutup dengan selimut mandi, panjangkan area parineal saja
f. Kenakan sarung tangan
g. Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung bulatan dengan jeli, beri
pelumas sarung tangan pada jari telunjuk dan tangan dominan anda.
h. Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut dan untuk merelaksasikan sfingter
ani. Mendorong supositoria melalui spinter yang kontriksi menyebabkan timbulnya nyeri
i. Regangkan bokong klien dengan tangan dominan, dengan jari telunjuk yang tersarungi,
masukan supusitoria ke dalam anus melalui sfingterani dan mengenai dinding rektal 10 cm
pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi dan anak-anak.
j. Anak supositoria harus di tetapkan pada mukosa rectum supaya pada kliennya di serap dan
memberikan efek terapeutik. Minta pasien tidak mengejan.
k. Tarik jari anda dan bersihkan areal anal klien dengan tisu.
l. Anjurkan klien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama 5 menit untuk
mencegah keluarnya suppositoria
m. Jika suppositoria mengandung laktosit atau pelunak fases, letakan tombol pemanggil dalam
jangkauan klien agar klien dapat mencari bantuan untuk mengambil pispot atau ke kamar
mandi
n. Buang sarung tangan pada tempatnya dengan benar
o. Cuci tangan
p. Kaji respon klien
q. Dokumentasikan seluruh tindakan.

MEMBERIKAN OBAT LEWAT NASO GASTRIC TUBE

Defenisi
Secara Umum pemasangan NGT mempunyai pengertian, Melakukan pemasangan selang
(tube) dari rongga hidung ke lambung (gaster), didalamnya mempunyai banyak tujuan.

Tujuan
a. Memasukkan makanan cair/obat-obatan, cair/padat yang dicairkan
b. Mengeluarkan cairan/isi lambung dan gas yang ada dalam lambung
c. Mengirigasi karena perdarahan / keracunan dalam lambung
d. Mencegah/mengurangi nausea dan vomiting setelah pembedahan atau trauma
e. Mengambil spesimen dalam lambung untuk studi laboratorium

Indikasi :
1. Pasien tidak sadar (koma)
2. Pasien dengan masalah saluran pencernaan atas : stenosis esofagus, tumor mulut / faring /
esofagus
3. Pasien yang tidak mampu menelan
4. Pasien pasca operasi pada mulut / faring / esofagus

Persiapan alat
1. Selang NGT no.14/16 (untuk anak-anak lebih kecil ukurannya), klem, bak Instrument.
2. Jelly / pelumas
3. Spatel lidah
4. Handscoen steril
5. Senter
6. Spuit/alat suntik ukuran 50cc / corong.
7. Plester dan gunting.
8. Stetoskop, spuit, cairan dalam kom kecil.
9. Handuk
10. Tissue
11. Lidi kapas / Kassa
12. Bengkok
13. Perlak dan pengalas.
Berdasarkan tujuannya kita persiapakan
14. Makanan dan air putih / air pembilas.
15. Obat yang diberikan.
16. Cairan pencuci lambung, susu?.
17. Tempat bahan spesiment.
18. Tempat penampungan cairan lambung.

Prosedur
1. Memberikan salam
2. Mendekatkan alat ke samping klien
3. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya
4. Membantu klien pada posisi fowler / semi fowler
5. Mencuci tangan
6. Periksa kepatenan nasal. Minta pasien untuk bernapas melalui satu lubang hidung saat
lubang yang lain tersumbat, ulangi pada lubang hidung yang lain, bersihkan mucus dan
sekresi dari hidung dengan kassa/lidi kapas. Periksa adakah infeksi
7. Memasang handuk diatas dada klien.
8. Buka kemasan steril NGT dan taruh dalam bak instrumen steril
9. Memakai sarung tangan
10. Mengukur panjang selang yang dimasukkan, ujung selang dari ujung telinga atas ke hidung
klien lalu dilanjutkan sampai processus xipodeus
11. Beri tanda pada selang yang telah diukur dengan plester
12. Beri jelly pada NGT sepanjang 10-20 cm dari ujung selang tersebut
13. Meminta klien untuk rileks dan bernapas normal. Masukkan selang perlahan sepanjang 5-
10cm. Meminta klien untuk menundukkan kepala (fleksi) sambil menelan.
14. Masukkan selang sampai tanda
15. Jangan memasukkan selang secara paksa bila ada tahanan.
a. jika klien batuk, bersin, hentikan dahulu lalu ulangi lagi. Anjurkan klien untuk tarik napas
dalam
b. jika tetap ada tahanan, menarik selang perlahan-lahan dan masukkan ke hidung yang lain
kemudian masukkan kembali secara perlahan
c. jika klien terlihat akan muntah, menarik tube dan menginspeksi tenggorokan lalu
melanjutkan memasukkan selang secara bertahap.
16. Mengecek kepatenan / apakah sudah masuk lambung ?
a. Masukkan ujung pipa sampai dengan terendam dalam mangkok berisi air, klem dibuka
jika ternyata sonde masuk dalam lambung maka ditandai dengan tidak adanyagelembung
udara yang keluar
b. Masukkan udara dengan spuit 2-3 cc ke dalam NGT sambil mendengarkan dengan
stetoskop. Bila terdengar bunyi kemudian udara dikeluarkan kembali dengan menarik
spuit
17. Pasang spuit/corong pada pangkal pipa apabila sudah yakin pipa masuk lambung
18. Memfiksasi selang pada hidung dengan plester
19. Tindakan dilanjutkan sesuai dengan tujuan pemasangan NGT
a. Untuk pemberian Nutrisi (cair, susu / Juice) bisa menggunakan corong, atau spuit besar
pada bayi, di berikan air bersih dahulu baru makanan, setelah selesai dibilas air bersih
lagi.
b. Untuk memberikan obat sama dengan memberikan makanan, obat dibuat puyer dahulu.
c. Untuk menguras lambung pada keracunan, isikan susu/ cairan yang dianjurkan sampai
satu liter atau lebih, kemudian dikeluarkan lagi.
d. Untuk pengambilan specimen pemeriksaan laboratorium, aspirasi dulu cairan dari
selang buang, kemudian aspirasi lagi, masukan pada tempatnya.
e. Untuk mengurangi distensi perut, mencegah aspirasi, sambung selang ke penampung
yang telah disipakan di bawahnya.
20. Membantu klien mengatur posisi yang nyaman
21. Merapikan dan membereskan alat
22. Melepas sarung tangan
23. Mencuci tangan
24. Mengevaluasi respon klien
23.Pendokumentasian tindakan dan hasil.

Catatan :
 Terkadang NGT perlu dipasang dalam waktu lama (beberapa hari). Ujung selang dapat di
klem / ditutup dan harus dijaga kebersihannya.
 Jangan lupa selalu melakukan aspirasi sebelum memberikan tindakan / mengobservasi isi
selang, apakah berupa makanan, isi lambung, darah dsb, untuk dilaporkan.
 Pemasangan pengalas (no 6), dalam hal ini bisa kita sesuaikan dengan situasi dan kondisi,
bisa ditunda setelah penengukuran NGT, atau posisi pada daerah dimana makanan akan
dituangkan .
 Tips untuk menghafalkan persiapan alat apa saja, bisa melalui langkah kerja, misalnya NGT
dibuka dari kemasan ditaruh bak instrument, kotoran dibuang kedalam bengkok, sehingga
perlu bak intrumen steril, bengkok, dst. Demikian juga sebaliknya untuk menghafal langkah
kerja bisa melihat persiapan alat, missal ada gunting verband, berarti ada langkah fiksasi
dengan plester dan seterusnya.
Contoh Fiksasi NGT.

Anda mungkin juga menyukai