Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI KOMUNITAS I

OLEH :
TEGAR YOKE ANGGARA
612010051

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MA CHUNG
2021
Minggu VI : Masalah saluran pencernaan: diare, konstipasi dan hemoroid
Capaian Pembelajaran:
1. Mahasiswa mampu melakukan proses penggalian gejala gangguan saluran pencernaan pada
pasien
2. Mahasiswa dapat mengenali penatalaksanaan gangguan saluran pencernaan untuk mencapai
target yang diinginkan

Review diare dan penatalaksanaan (poin maks=15)

Definisi Etiologi Kapan harus dirujuk


Diare adalah buang air Etiologi diare dapat
Segera periksakan diri ke dokter jika
besar dengan dibagi dalam beberapa
diare yang dialami disertai dengan:
konsistensi lembek atau faktor yaitu: infeksi,
cair, bahkan dapat malabsropsi, makanan,
 Keluar darah saat muntah
berupa air saja dengan alergi dan
atau buang air besar.
frekuensi lebih sering imunodefisiensi,
 Muntah dalam jumlah
dari biasanya (tiga kali penyebab lain (psikis)
banyak atau sangat sering.
atau lebih) dalam satu
 Mengalami sakit perut yang
hari (Depkes RI 2011).
tidak tertahankan.
 Diiringi demam tinggi yang
tidak kunjung reda.

Begitu juga jika pasien berusia


lanjut, sedang hamil, menderita
epilepsi, diabetes, radang usus, sakit
ginjal, atau sedang mengalami
penurunan daya tahan tubuh akibat
kemoterapi.

Penatalaksanaan diare (poin maks=15)

WHO merekomendasikan lima tatalaksana utama diare yang disebut lintas


penatalaksanaan diare (rehidrasi, suplement zinc, nutrisi, antibiotik selektif, dan
edukasi)
Review hemoroid (poin maks=20)

Definisi Klasifikasi Penatalaksanaan


Hemoroid merupakan Menurut asalnya a. Penatalaksanaan non
pelebaran dan hemorrhoid dibagi dalam: fakmakologin bertujuan untuk
inflamasi pembuluh 1. Hemorrhoid Interna mencegah semakin
darah vena di daerah 2. Hemorrhoid Eksterna memburuknya hemoroid
anus yang berasal dari Dan dapat dibagi lagi interna darajat 1-3 atau pasien
plexus hemorrhoidalis. menurut keadaan menolak operasi. Yaitu dengan
Di bawah atau diluar patologis dan klinisnya, perbaikan pola hidup, pola
linea dentate pelebaran misalnya meradang, makan, dan cara defekasi.
vena yang berada di trombosis atau terjepit. b. Penatalaksanaan farmakologis
bawah kulit (subkutan) dibagi menjadi 4:
disebut hemoroid Klasifikasi Derajat Obat yang berfungsi
eksterna. Sedangkan Hemoroid memperbaiki defekasi, obat
diatas atau di dalam  Derajat I : Hemoroid simtomatik (suppositoria atau
linea dentate, (+), prolaps (keluar ointment), obat yang
pelebaran vena yang dari dubur) (-). menghentikan pendarahan
berada di bawah  Derajat II : Prolaps (diosmin, hesperidin), obat
mukosa (submukosa) waktu mengejan, yang penyembuh dan pencegah
disebut hemoroid masuk lagi secara serangan hemoroid
interna spontan. (diosminthesperidin)
 Derajat III : Prolaps c. Pembedahan
yang perlu
dimasukkan secara
manual.
 Derajat IV : Prolaps
yang tidak dapat
dimasukkan kembali
Studi Kasus (poin maks=40)




Rekomendasi dan KIE yang diberikan

1. Terapi farmakologi
 Rekomendasi 1:
 Microlax Enema 1 tube/rektal. ESO: perih dan rasa terbakar didubur
Cara penggunaan: mencuci tangan dengan benar menggunakan sabun, melepaskan
penutup pada enema, berbaringlah miring dengan posisi kaki bawah diluruskan dan
kaki bagian atas ditekuk ke depan perut, keluarkan sedikit obat dan oleskan pada
bagian ujung botol enema, masukkan ujung enema ke dalam rektum (anus/dubur)
secara pelan-pelan. Hisndari memaksa enema masuk karena dapat melukai rektum
(anus/dubur), tekan botol enema hingga dosis obat yang dianjurkan oleh dokter
masuk seluruhnya, catatan: penggunaan enema hanya untuk sekali pakai, jika sesuai
dosis tidak semuanya, maka sisa enema dalam kemasan tetap harus dibuang.
Dengan tetap menekan botol keluarkan ujung enema. Tetaplah berbaring selama 5
menit. Kemudian mencuci tangan dengan benar menggunakan air dan sabun.

 Rekomendasi 2:
 Dulcolax tablet 1-2 tablet/hari tidak lebih dari 7 hari. ESO: nyeri dan kram perut,
lemas, pusing. Penyimpanan: disuhu ruang terlindung dari sinar matahari langsung

2. Terapi non farmakologi


 Mengkonsumsi banyak buah dan sayuran, Makan makanan yang berserat tinggi
 Minum banyak air putih. Mengurangi asupan makanan olahan.
 Minum susu yang mengandung magnesium, karena magnesium dapat meningkatkan
kadar air dalam pencernaan dan membantu sistem peristalsis serta melembekan
kotoran, dan magnesium mengurangi ketegangan otot pencernaan sehingga otot
kolon dapat berfungsi lebih baik
Poin maks=10

Cara pemakaian enema Cara pemakaian supositoria


1. Mencuci tangan dengan benar 1. Mencuci tangan dengan benar
menggunakan air dan sabun. menggunakan air dan sabun.
2. Melepaskan penutup pada enema. 2. Jika suppositoria yang akan digunakan
3. Berbaringlah miring dengan posisi menjadi lembek, maka masukan ke
kaki bawah diluruskan dan kaki dalam lemari es selama beberapa menit
bagian atas ditekuk ke depan perut. hingga teksturnya kembali menjadi
4. Keluarkan sedikit obat dan oleskan keras. Catatan: jangan dimasukan ke
pada bagian ujung botol enema. dalam freezer pada lemari pendingin.
5. Masukkan ujung enema kedalam 3. Buka bungkus/ kemasan suppositoria.
rektum (anus/ dubur) secara pelan- 4. Jika dosis yang dianjurkan hanya
pelan. Hindari memaksa enema setengah, maka dapat menggunakan
masuk karena dapat melukai rektum setengah dari suppositoria dengan
(anus/ dubur). memotong memanjang.
6. Tekan botol enema hingga dosis obat 5. Gunakan sarung tangan.
yang dianjurkan oleh Dokter masuk 6. Lumasi ujung suppositoria dengan
seluruhnya. pelumas yang larut dalam air atau
Catatan: penggunaan enema hanya dengan melembabkan daerah rektum
untuk sekali pakai. Jika penggunaan (anus/ dubur) menggunakan air dingin.
sesuai dosis tidak semuanya, maka 7. Berbaringlah miring dengan posisi kaki
sisa enema dalam kemasan tetap bawah diluruskan dan kaki bagian atas
harus dibuang. ditekuk ke depan perut.
7. Dengan tetap menekan botol Catatan: tidak dianjurkan dalam posisi
keluarkan ujung enema. jongkok saat memasukan suppositoria
8. Tetaplah berbaring selama 5 menit. karena akan menyebabkan suppositoria
9. Mencuci tangan dengan benar keluar kembali. Hal ini dapat terjadi
menggunakan air dan sabun. karena adanya dorongan dari rongga
perut dan atau adanya grafitasi
sehingga suppositoria akan keluar
kembali dari rektum (anus/ dubur).
8. Usahakan agar lubang rektum (anus/
dubur) terbuka
9. Masukkan suppositoria hingga ½
sampai 1 inchi. Jika dimasukkan tidak
terlalu dalam, suppositoria dapat keluar
kembali.
10. Tahan hingga beberapa detik.
11. Tetaplah berbaring hingga 5 menit
untuk mencegah suppositoria keluar
kembali.
12. Mencuci tangan dengan benar
menggunakan air dan sabun.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2021. MIMS Indonesia online. https://www.mims.com/indonesia/drug/info.
(Diakses 2021)
Agtini, Magdarina Destri, dan Soenarto, Sri Suparyati. 2011. Situasi Diare di Indonesia.
Jakarta: Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan.
Badan POM RI. Pusat Informasi Obat Nasional. http://pionas.pom.go.id . (Diakses 2021)
Sari, Nikma Kumala , Lukito, Alamsyah, Astria, Aspri. 2017. Hubungan pengetahuan Ibu
Tentang Diare Dengan Kejadian Pada Anak 1-4 Tahun Di Wilayah Puskesmas
Pekan Bahorok. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara.
Utami, nurul, dan Luthfia, nabila. 2016. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare
pada anak. Lampun g: Universitas Lampung.
Vivahealth. 2017. Cara Penggunaan Obat Sediaan Suppositoria Anal, Enema, Dan Ovula.

Anda mungkin juga menyukai