Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI KOMUNITAS I

OLEH :
TEGAR YOKE ANGGARA
612010051

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MA CHUNG
2021
Minggu IX : Gangguan pada mata dan telinga
Capaian Pembelajaran:
Mahasiswa mampu melakukan proses penggalian gangguan pada mata dan telinga
Mahasiswa dapat mengenali patofisiologi nyeri dan obat yang digunakan untuk mengatasinya

Gangguan mata (poin maks=10)

Allergic conjunctivitis Bacterial conjunctivitis


Konjungtivitis adalah mata merah
konjungtivitis juga dapat disebabkan
akibat peradangan pada selaput yang melapisi
oleh infeksi bakteri. Salah satu
permukaan bola mata dan kelopak mata bagian dalam
bakteri yang dapat menyebabkan
(konjungtiva mata). Selain mata
konjungtivitis bakteri
merah, conjunctivitis atau konjungtivitis
adalah Neisseria gonorrhoeae, yaitu
dapat disertai dengan rasa gatal pada mata dan
bakteri penyebab penyakit gonore.
mata berair.
Sama seperti konjungtivitis virus,
Konjungtiva mengandung pembuluh darah yang akan
konjungtivitis bakteri juga dapat
melebar saat terjadi konjungtivitis. Pelebaran
menular melalui kontak langsung
pembuluh darah tersebutlah yang menyebabkan gejala
dengan penderitanya. Selain itu,
mata merah. Konjungtivitis ini sering
bakteri penyebab konjungtivitis juga
menyebabkan mata merah pada bayi, sakit mata pada
dapat menular melalui percikan ludah
anak-anak, maupun orang dewasa.
atau cairan kelamin yang mengenai
Konjungtivitis alergi terjadi ketika penderita terpapar mata.
zat atau benda yang memicu reaksi alergi (alergen),
misalnya bulu binatang, debu, atau serbuk sari. Perlu
diingat, seseorang yang tidak memiliki alergi terhadap
suatu alergen tidak akan terkena konjungtivitis alergi
walaupun terpapar zat tersebut.

Terapi farmakologi untuk gangguan mata (poin maks=10)

Mekanisme Kerja
1. Antihistamin
Antihistamin merupakan obat lini pertama daam menananni alergi pada mata.
Mekanisme kerja dari antihistamin adalah dengan cara berikatan dengan
reseptor H1 sehingga meniimbulkan efek antagobis. Antihistamin dapat
mengurangi rasa gatal, kemerahan serta edema. (Sanchez,2011)
2. Kortikosteroid
Kortikosteroid merupakan agen farmakologis yang bersifat paling poten yang
digunakan pada macam-macam penyakit alergi mata dan juga efektif untuk
pengobatan konjungtivitis alergi kronik maupun akut. Kortikosteroid bersifat
imunosupresif dan antiproliferatif dengan cara menghalangi faktor transkripsi
Th2. (La Rosa,2013)
3. Dekongestan
Dekongestan memiliki efek vasokonstriksi terhadap agonis adrenergik (contoh;
phenylephine dan derivat imidazol) sehingga digunakan sebagai dekongestan
okular yang digunakan secara topikal. (Bennet,2004)
4. Stabilisasi sel mast
Obat ini menghambat degranulasi dari sel mast, sehingga mediator-mediator
inflamasi seperti histamin, neutrofil, eosinofil, dan sevagainya tidak dilepaskan
oleh sel mast. (Sanchez,2011)

Poin maks=10

Bahan aktif dan dosis Nama dagang dan penandaan Cara dan aturan pakai
1. Naphazoline HCl (0,025%) Cendo vernachel, Visine 1-2 tetes pada mata yang sakit 4
dan Pheniramine Maleat (Bebas terbatas) kali sehari
(0,3%)

2. Tetrahidrozoline HCL Insto (Bebas terbatas) 2-3 tetes tiap 6-8 jam

0,05% w/v, benzalkonium


Cl 0,01% w/v

3. Tetrahidrozoline 0,05% Vision (Bebas terbatas) 1-2 tetes setiap 6 jam

4. Naphazoline HCL Rohto Cool (Bebas terbatas) 1-2 tetes tiap 6 jam
(0.012%)

Cara penggunaan:

1. Mencuci tangan terlebih dahulu


degan sabun
2. Kepala diangkat sedikit
menghadap keatas
3. Kemudian jari telunjuk
menarik kelopak mata ke bawah
dari mata hingga membentuk
lekukan.
4. Selanjutnya teteskan obat mata
ke dalam lekukan mata dan
menutup mata pelanpelan
5. Jangan kedip-kedipkan mata
dan biarkan mata tertutup
selama 1-2 menit (Ikatan
Sarjana Farmasi Indonesia,
2019)

Gangguan telinga (poin maks=10)

Otitis media Otitis externa


Otitis media adalah infeksi pada telinga bagian Otitis eksterna adalah infeksi pada saluran telinga
tengah, tepatnya pada rongga di belakang luar. Kondisi ini biasanya terjadi akibat masuknya air
gendang telinga. Infeksi telinga bagian tengah ke dalam telinga saat mandi atau berenang dan air
ini, sering kali timbul akibat batuk pilek, flu, tidak bisa keluar, sehingga kondisi liang telinga
atau alergi sebelumnya. menjadi lembab dan memicu pertumbuhan bakteri.
Semua orang bisa mengalami otitis media, Otitis eksterna menyerang saluran telinga luar,
namun kondisi ini lebih sering terjadi yaitu bagian antara lubang telinga dan gendang
pada anak-anak. Berdasarkan penelitian, telinga. Infeksi ini lebih sering terjadi pada
kebanyakan kasus otitis media menyerang perenang. Oleh sebab itu, penyakit ini juga dikenal
anak-anak yang berusia di bawah tiga dengan istilah swimmer’s ear.
tahun. Penyakit ini merupakan
Otitis eksterna umumnya disebabkan oleh infeksi
penyakit infeksi telinga pada bayi yang
bakteri Staphylococcus aureus atau Pseudomonas
paling sering terjadi.
aeruginosa. Bakteri tersebut dapat berkembang di
Otitis media bisa disebabkan oleh infeksi dalam telinga akibat:
virus maupun infeksi bakteri. Infeksi tersebut
sering kali dipicu oleh batuk pilek  Kondisi lubang telinga yang terlalu lembap,
atau flu sebelumnya. Di samping itu, ada baik akibat keringat berlebih, cuaca lembap,
beberapa faktor yang membuat seseorang maupun air yang terjebak di dalam telinga
lebih rentan terserang otitis media, yaitu:  Liang telinga tergores atau lecet, misalnya
akibat menggaruk liang telinga dengan jari,
 Paparan asap rokok membersihkan telinga dengan cotton bud,
 Kebiasaan minum susu dari botol sambil menggunakan earbuds, atau menggunakan alat
berbaring bantu dengar
 Anak yang sehari-hari dititipkan di  Iritasi atau reaksi alergi, misalnya akibat
penggunaan produk perawatan rambut atau
tempat penitipan anak sampo yang tidak sengaja masuk ke liang
telinga
 Penyakit kulit yang dapat menyerang liang
telinga, seperti dermatitis dan psoriasis

Otitis eksterna sebenarnya juga bisa disebabkan


oleh infeksi jamur. Hanya saja, kasusnya jarang
ditemui.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko
seseorang mengalami otitis eksterna adalah:

 Berenang, terutama di tempat yang banyak


mengandung bakteri, seperti di danau
 Memiliki bentuk saluran telinga yang sempit,
sehingga bisa membuat air terjebak di dalam
telinga
 Membersihkan telinga terlalu sering atau terlalu
keras, sehingga menyebabkan bagian dalam
telinga tergores
 Menggunakan alat bantu dengar atau earbuds
 Menderita alergi atau iritasi kulit

Terapi farmakologi untuk gangguan telinga (poin maks=10)

Mekanisme Kerja
Mengurangi rasa nyeri dapat diberi obat-obatan seperi golongan analgetik maupun
morphin. Kelebihan daro obat-obatan adalah cara kerja cepat dan sangat efektif
mengurangi nyeri terutama pada nyeri yang berat. Contohnya: asetaminophen,
ibuprofen, preparat topikal seperti benzokain, naturophatic agent, homeopathic agent,
analgetik narkotik dengan kodein atau analo dan timpanostomi/miringotomi.

Pelunakan kotoran telinga

Obat obat ini berkerja dengan cara melunakan kotoran telinga. Cotohnya adalah
carbamide peroxide 6,5%, fenol glycerin, natrium doksusat, hidrogen peroksida

Terapi antibiotic

Jika masih terdapat nyeri telinga atau nanah, lanjutkan dengan pegobatan dengan
antibiotik yang sama sampai seluruhnya 10 hari dan teeruskan membersihkan telinga.
(Munilson,2011)
Poin maks=10

Bahan aktif dan dosis Nama dagang dan penandaan Cara dan aturan pakai
1. Natrium doksusat Forumen (Obat Bebas) Gunakan tetes telinga secukupnya ke dalam
5mg telinga yang kotor tidak lebih dari 2 malam

2. Dalam 10 mL Vital ear oil (Obat bebas) 2 tetes tiap 8 jam


mengandung thymol
10mg, ol. Menthae
20mg, champora
60mg

3. Chloramfenicol dan Colme ear drop (Obat 1-2 tetes tiap 6-8 jam
Lidocaine HCL keras)

4. Per mL mengandung Otilon (Obat keras) 2-4 kali sehari 4-5 tetes. Batasi
polymyxin B sulfate penggunaannya hingga maksimal 10 hari
10.000iu, neomycin berturut-turut
sulfate 5mg,
fludrocortisone acetat
1 mg, lidocain HCl Cara penggunaan:

40mg 1. Cuci tangan dengan sabun dan air


2. Bersihkan bagian luar telinga
dengan ‘cotton bud
3. Kocok botol obat tetes selama
beberapa detik
4. Periksa pipet tetes atau penetes
tidak terkelupas atau retak (rusak)
5. Miringkan kepala sehingga telinga
yang diberikan
6. Untuk dewasa tarik daun telinga
keatas dan kebelakang untuk
meluruskan saluran telinga
7. Untuk anak < 3 tahun tarik daun
telinga kebawah dan kebelakang
untuk meluruskan saluran telnganya
dengan posisi berbaring.
8. Teteskan obat sesuai dengan dosis
pemakaian pada lubang telinga
9. Pertahankan posisi kepala miring
selama 5 menit
10. Pasang kembali dan kencangkan
tutup botol dengan segera, jagan
menyeka atau membilas unung
botol tetes telinga dan ujung pipet
tetes.
11. Cucilah tangan dengan air dan
sabun untuk membersihkan sisa
obat yang mungkin menempel.
(RSUD Banjar Kota Website)

Studi Kasus (poin maks = 40)


Rekomendasi dan KIE yang diberikan

Rekomendasi Obat:

 Cetrizine 5mg tablet 2 x sehari 1 tablet sesudah makan, ESO: mengantuk.


Penyimpanan: disuhu ruang terlingdung dari sinar matahari langsung
 cendo vernachel dengan aturan pakai 1-2 tetes pada kedua mata 3-4 kali perhari.
ESO: sedikit terasa perih pada mata saat diteteskan. Penyimpanan: disuhu ruang dan
terlindung dari sinar matahari langsung

Cara penggunaan obat tetes mata

 yaitu Mencuci tangan terlebih dahulu dengan sabun,


 Kepala diangkat sedikit menghadap keatas,
 Kemudian jari telunjuk menarik kelopak mata ke bawah dari mata hingga membentuk
lekukan.
 Selanjutnya teteskan obat mata ke dalam lekukan mata dan menutup mata pelan-
pelan.
 Jangan kedip-kedipkan mata dan biarkan mata tertutup selama 1-2 menit.

Rekomendasi terapi nonfarmakologi

 Mengkompres mata dengan menggunakan air dingin pada mata 3-4 kali/hari untuk
mengurangi kemerahan dan gatal,
 Menghindari alergen,
 Menggunakan penyaring udara/AC,
 Menggunakan kain bersih ketika menyentuh mata
DAFTAR PUSTAKA

Bennet, E.S. 2004. Opthalmic Drug Fact. Fact & Comparison. Missourri.

Bonini, S. 2009. Allergic Conjungtivitis: Update On Its Pathophysiology And Prespectives


For Future Treatmen. Departemen of Opthalmology

Diana, Fatma. 2017. Hubungan Rhinitis Alergi dengan Kejadian Otitis Media Supuratif
Kronik. Jurnal MBK Volume 49 Nomer 2

Garcia-Ferrer. 2008. Konjungtivita, Dalam: Vaughan & Asbury, Oftamologi Umum Edisi 17.
EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai