BAB I
DEKSRIPSI UMUM ZAT AKTIF DAN ZAT TAMBAHAN
RM : C6H14O6
BM : 182,17
Pemerian : Serbuk hablur putih atau granul mengalir bebas, tidak
berbau, rasa manis.
Kelarutan : Mudah larut dalam air , larut dalam larutan basa, sukar
larut dalam piridin, sangat sukar larut dalam etanol,
praktis tidak larut dalam eter.
pH : 4,5 7,0
Data stabilitas : Manitol dlm bentuk larutan tidak diganggu oleh suasana
dingin, asam, maupuun basa, pengaruh oksigen dari
atmosfer, dan pengaruh katalis. Pada larutan manitol
konsentrasi 15% atau lebih dapat mengkristal jika terkena
suhu rendah.
BAB II
URAIAN DAN ANALISIS FARMAKOLOGI
2.1 Bentuk sediaan aktif
Bentuk zat aktif adalah manitol karena manitol dalam kelarutannya lebih
mudah larut alam air.
Larutan infus dalam vial 100 ml karena zat aktif cepat mencapai efek
terapeutik dibuat sediaan infuse yang isotonis terhadap cairan tubuh.
2.3 Farmakokinetika
2.3.1 Absorpsi
Administrasi I.V.
2.3.2 Distribusi
Pada saluran ekstraselular (kecuali pada konsentrasi eksterm),
tidakberpenetrasi pada sawar darah otak (umumnya penetrasinya lemah).
2.3.3 Metabolisme
Manitol sangat sedikit dimetabolisme oleh tubuh, lebih kurang 7%
dimetabolisme di hati dan hanya 7% diabsorpsi.
2.3.4 Eksresi
Manitol diekresikan melalui filtrasi glomerulus dalam waktu 30
60 menit setelah pemberian.
2.4 Indikasi dan Dosis
2.4.1 Indikasi
Sebagai diuretik untuk memelihara fungsi ginjal pada kasus gagal
ginjal akut dan untuk mengurangi tekanan intrakranial
2.4.2 Dosis
A Dewasa
Diuretik : 50-100 g sebagai larutan infus intravena Manitol
20%, diberikan dengan kecepatan 30-50 ml per jam.
Penurunan tekanan intracranial : 0,25 g per kg berat badan
diberikan tiap 6-8 jam.
B. Anak
Diuretik : 0,25-2 g/kg berat badan atau 60 g per meter
persegi luas permukaan tubuh sebagai larutan infus
intravena Manitol 20%, diberikan dalam waktu 2-6 jam.
Penurunan tekanan intracranial : 0,25 g per kg berat badan
diberikan tiap 6-8 jam.
2.5 Kontraindikasi
Anuria, dehidrasi berat, perdarahan intrakranial aktif kecuali selama
kraniotomi, edema pulmonari berat, gagal jantung.
2.7 Toksisitas
A. Ekspansi Cairan Ekstraseluler.
C. Hiperkalemia
FORMULA
3.1 Formula
3.1.1 Formulasi
Manitol 5g
Infus dalam vial 100 ml No I
3.1.2 Formula Lengkap
Manitollum 25 g
Aqua pro injeksi ad 500 ml
(Sumber : Formulasi Indonesia Edisi II hal 180)
W=
Glukosa = x 1000 x 1
= 274,46 mosmol
NaCl = x 1000 x 2
= 11,96 mosmol
b. Kekuatan ion
Na+ = x 350 mg
= 137,6 mg
Cl- = x 350 mg
= 212,4 mg
c. Ekivalensi elektrolit
1. EVALUASI FISIKA
a) Penetapan pH (FI IV,1039- 4,5-7
1040)
b) Bahan partikulat dalam injeksi Tidak ada
(FI IV,981-984) 100 ml
c) Penetapan volume injeksi
dalam wadah (FI IV,1044) Seragam
d) Uji keseragaman sediaan (FI
IV,990-1001) Jernih
e) Uji kejernihan (FI IV,998) Tidak bocor
f) Uji kebocoran
2. EVALUASI BIOLOGI
a) Uji Efektivitas Sterilitas
Tidak dilakukan
Antimikroba (FI IV, 858-855)
b) Uji Sterilitas (FI IV,855-863) Tidak dilakukan
c) Uji Endotoksin Bakteri (FI
IV,905-907) Tidak dilakukan
d) Uji pirogen (FI IV,908-909)
Tidak dilakukan
e) Uji kandungan zat antimikroba
(FI IV,939-942)
f) Uji potensi antibiotik (FI Tidak dilakukan
IV,891-899)
Tidak dilakukan
3.7 Penyimpanan
Simpan pada suhu 15-30°C, terlindung dari cahaya
BAB V
KEMASAN
5.1 Kemasan
5.1.1 Etiket
DAFTAR PUSTAKA
Katzung, Bertram. 2007. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi 10. Jakarta :
Buku kedokteran EGC
Reynold, James EF. 1982. Martindale the extra pharmacopeia, 28th edition.
London: The pharmaceutical press