Anda di halaman 1dari 61

SARANA PENUNJANG KRITIS

INDUSTRI FARMASI
Sistem Pengolahan Air (SPA)
• Air untuk produksi (Air untuk Penggunaan
Farmasi/APF atau Water for Pharmaceutical
Use/WPU) memegang peranan penting dan
kritis dalam industri farmasi. Hal ini disebabkan
beberapa hal, antara lain :
• Air merupakan bahan baku, dalam jumlah besar,
terutama untuk produk Sirup, Obat suntik cair,
cairan infus, dan lain-lain sehingga apabila
tercemar, beresiko sangat fatal bagi pemakai.
• Untuk memastikan produksi obat yang bermutu
dan aman bagi para pengguna.
Terdapat 3 hal yang diatur di dalam Sistem
Pengolahan Air, yaitu :
• Spesifikasi Mutu Air
• Sistem Pemurnian Air
• Sistem Penyimpanan dan Distribusi Air
1. Spesifikasi Mutu Air
Secara garis besar, Spesifikasi Mutu Air dapat
dibagi menjadi beberapa “grade” sebagai berikut:
• Air Pasokan (Feed Water)
• Air Murni (Purified Water)
• Air dengan Tingkat Pemurnian yang Tinggi
(Highly Purified Water/HPW)
• Air Untuk Injeksi (Water for Injection/WFI)
• Air dengan Mutu Tertentu untuk Proses dan
Pembuatan Bentuk Sediaan
Berikut adalah sebagian persyaratan spesifikasi
mutu macam-macam air yang digunakan :
Sedangkan penggunaan dari masing-masing
air tersebut adalah sbb :
Catatan : Persyaratan Air Murni dan Air
Untuk Injeksi, dapat dilihat pada masing-
masing monografi (lihat Farmakope
terbaru)
2. Sistem Pemurnian Air
• Kecuali untuk pembuatan WFI, sistem
pemurnian air TIDAK DITETAPKAN dalam
kompendia. Jadi Industri Farmasi masing-
masing “bebas” untuk menentukan sistem mana
yang paling sesuai dengan tujuan
penggunaannya.
Desain, konfigurasi dan tata letak peralatan
pemurnian air, sistem penyimpanan dan
distribusi harus mempertimbangkan hal-hal sbb :
• Ketersediaan ruang untuk instalasi
• Beban struktural dalam bangunan
• Ketersediaan akses yang memadai (terutama
untuk pemeliharaan dan pengawasan)
• Kemampuan penanganan bahan kimia untuk
regenerasi dan sanitasi secara aman.
Berikut salah satu contoh desain dan
konfigurasi sistem pemurnian air.
Mekanisme kerja Purified Water System
• Purified water system merupakan sistem
pengolahan air yang dapat menghilangkan
berbagai cemaran (ion, bahan organik, partikel,
mikroba dan gas) yang terdapat di dalam air
yang akan digunakan untuk produksi. Air (raw
water) pengolahan air dapat diperoleh dari air
PDAM (city water), Shallow well (sumur
dangkal) dengan kedalaman  10-20 m, atau
berasal dari Deep well (sumur dalam) dengan
kedalaman 80-150 m.
• Variasi mutu dari pasokan air mentah (raw
water) yang memenuhi syarat ditentukan dari
target mutu air yang akan dihasilkan. Demikian
pula mutu air menentukan peralatan yang
diperlukan untuk pengolahan air tersebut.
Purified water system terdiri dari: Multimedia
filter, Carbon filter, Water softener, Heat
Exchanger (HE), Micro filter, Ultra filtration
(R.O = Reverse Osmosis), dan Electro De-
Ionization (EDI).
Multimedia filter
• Multimedia filter berfungsi untuk
menghilangkan lumpur, endapan dan partikel-
partikel yang terdapat pada raw water.
Multimedia filter terdiri dari beberapa filter
dengan porositas 6-12 mm; 2,4 – 4,8 mm; 1,2-2,4
mm; dan 0,6-1,2 mm. Filter-filter ini tersusun
dalam satu vessel (tabung) dengan bagian bawah
tabung diberikan gravel atau pasir sebagai alas
vessel (sehingga sering juga disebut dengan sand
filter).
Active Carbon filter
• Carbon aktif adalah karbon yang telah diaktifkan
dengan menggunakan uap bertekanan tinggi atau
karbon dioksida (CO2) yang berasal dari bahan
yang memiliki daya adsorbsi yang sangat tinggi.
Biasanya digunakan dalam bentuk granular
(butiran). Active carbon berfungsi sebagai pre-
treatment sebelum proses de-ionisasi untuk
menghilangkan chlorine, chloramine, benzene,
pestisida, bahan-bahan organik, warna, bau dan
rasa dalam air.
Water Softener Filter
• Water softener filter berisi resin anionik yang
berfungsi untuk menghilangkan dan/atau
menurunkan kesadahan air dengan cara
mengikat ion Ca++ dan Mg++ yang
menyebabkan tingginya tingkat kesadahan air.
Reverse Osmosis
• Reverse osmosis merupakan teknik pembuatan
air murni (purified water) yang dapat
menurunkan hingga 95% Total Dissolve Solids
(TDS) di dalam air. Reverse osmosis terdiri dari
lapisan filter yang sangat halus (hingga 0,0001
mikron)
EDI (Elektonic De-Ionization)
• EDI merupakan perkembangan dari Ion Exchange
system dimana sebagai pengikat ion (+) dan (-)
dipakai juga elektroda disamping resin. Elektroda ini
dihubungkan dengan arus listrik searah sehingga
proses pemurnian air dapat berlangsung terus
menerus tanpa perlu regenerasi. Setelah melewati
EDI, selanjutnya purified water yang dihasilkan
ditampung dalam tanki penampungan (storage tank)
yang dilengkapi dengan CIP (cleaning in place) dan
looping system dan siap didistribusikan ke ruang
produksi.
3. Sistem Penyimpanan dan Distribusi Air
• Sistem penyimpanan dan distribusi merupakan
salah satu bagian penting dari seluruh sistem,
dan harus dirancang terintegrasi sepenuhnya
dengan komponen sistem pemurnian air. Sistem
penyimpanan dan distribusi harus
dikonfigurasikan untuk mencegah kontaminasi
berulang terhadap air setelah pengolahan.
• Konfigurasi ini harus
menerapkan kombinasi pemantauan online dan
offline untuk menjamin spesifikasi air
yang tepat dipertahankan. Selanjutnya, setelah
air dimurnikan dengan menggunakan metode
yang sesuai, dapat digunakan secara langsung
atau lebih sering, disalurkan ke dalam tangki
penyimpanan untuk didistribusikan ke titik
pengguna.
Kualifikasi dan Inspeksi Sistem
Pengolahan Air
Inspeksi Sistem Pengolahan Air
• SPA merupakan salah satu sarana penunjang
kritis, sehingga senantiasa menjadi “subyek”
inspeksi oleh Badan POM.  Berikut adalah acuan
yang dapat digunakan mengenai apa saja yang
perlu disiapkan dalam pelaksanaan inspeksi atau
audit mutu :
• Gambar SPA terakhir yang menunjukan semua peralatan
dalam sistem denganpenandaan fungsi alat mulai dari awall
inlet sampai titik pengguna lengkap dengantitik pengambilan
sampel;
• Gambar pemipaan yang disetujui (misal, ortografis dan/ atau
isometris);
• Pola pengambilan sampel dan pemantauan dilengkapi gambar
semua titik sampel;
• Program pelatihan untuk pengambilan dan pengujian sampel;
• Penetapan batas waspada dan batas bertindak untuk
pemantauan;
• Pemantauan hasil dan evaluasi tren;
• Pemeriksaan terhadap kajian sistem tahunan yang
terakhir;
• Pengkajian perubahan terhadap sistem sejak inspeksi
terakhir dan pemeriksaan apakah pengendalian
perubahan telah diimplementasikan;
• Pengkajian terhadap penyimpangan yang tercatat dan
investigasinya;
• lnspeksi umum terhadap status dan kondisi sistem;
• Pengkajian catatan perawatan, kegagalan dan perbaikan;
dan
• Pemeriksaan kalibrasi dan standardisasi instrumen kritis.
Sistem Tata Udara (AHU/HVAC)
• Sistem Tata Udara atau yang lebih sering dikenal
dengan AHU (Air handling Unit) atau HVAC
(Heating, Ventilating and Air Conditioning),
memegang peran penting dalam industri
farmasi. Hal ini antara lain disebabkan karena :
• Untuk memberikan perlindungan terhadap
lingkungan pembuatan produk,
• Memastikan produksi obat yang bermutu,
• Memberikan lingkungan kerja yang nyaman bagi
personil,
• Memberikan perlindungan pada Iingkungan di
mana terdapat bahan berbahaya melalui 
pengaturan sistem pembuangan udara yang
efektif dan aman dari bahan tersebut.
Pengertian
• Sistem Tata Udara adalah suatu sistem yang
mengondisikan lingkungan melalui
pengendalian suhu, kelembaban nisbi, arah
pergerakan udara dan mutu udara – termasuk
pengendalian partikel dan pembuangan
kontaminan yang ada di udara (seperti ‘vapors’
dan ‘fumes’).
• Disebut “sistem” karena AHU terdiri dari
beberapa mesin/alat yang masing-masing
memiliki fungsi yang berbeda, yang terintegrasi
sedemikian rupa sehingga membentuk suatu
sistem tata udara yang dapat mengontrol suhu,
kelembaban, tekanan udara, tingkat kebersihan,
pola aliran udara serta jumlah pergantian udara
di ruang produksi sesuai dengan persyaratan
ruangan yang telah ditentukan.
Sistem Tata Udara (AHU/HVAC), biasanya
terdiri dari :
• Cooling coil atau evaporator
• Static Pressure Fan atau Blower
• Filter
• Ducting
• Dumper
HVAC dengan Sistem Chilled Water
Desain Sistem HVAC
• Tujuan dari desain Sistem Tata Udara adalah
untuk  menyediakan sistem sesuai dengan
ketentuan CPOB untuk memenuhi kebutuhan
perlindungan produk dan proses sejalan dengan
persyaratan GEP (Good Engineering Practices),
seperti keandalan, perawatan, keberlanjutan,
fleksibilitas, dan keamanan.
• Desain Sistem Tata Udara memengaruhi tata letak
ruang berkaitan dengan hal seperti posisi ruang
penyangga udara (airlock) dan  pintu. Tata letak ruang
memberikan efek pada kaskade perbedaan tekanan
udara ruangan dan pengendalian kontaminasi silang.
Pencegahan kontaminasi dan kontaminasi silang
merupakan suatu pertimbangan desain yang esensial
dari sistem Tata Udara. Mengingat aspek kritis ini,
desain Sistem Tata Udara harus dipertimbangkan
pada tahap desain konsep industri farmasi.
Masalah yang biasanya dikaitkan dengan desain Sistem Tata Udara
adalah :
• Pola alur personil, peralatan dan material;
• Sistem produksi terbuka atau tertutup;
• Estimasi kegiatan pembuatan di setiap ruangan;
• Tata letak ruang;
• Finishing dan kerapatan konstruksi ruangan;
• Lokasi dan konstruksi pintu;
• Strategi ruang penyangga udara;
• Strategi pembersihan dan penggantian pakaian;
• Kebutuhan area untuk peralatan sistem Tata udara dan jaringan saruran
udara (ductwork);
• Lokasi untuk pemasokan udara, pengembalian udara dan pembuangan
udara.
PARAMETER KRITIS
Parameter kritis dari tata udara yang dapat
memengaruhi produk adalah :
• suhu
• kelembaban
• partikel udara (viabel dan non viabel)
• perbedaan tekanan antar ruang dan pola aliran
udara
• volume alir udara dan pertukaran udara
• sistem filtrasi udara
Pertimbangan
• Klasifikasi ruang
• Produk/bahan yang digunakan
• Jenis proses, padat, cairan/semi padat atau
steril
• Proses terbuka atau tertutup
Persyaratan Kelas Ruangan
Tipe-tipe Dasar Desain HVAC
Ada 3 kategori dasar untuk Sistem Tata Udara:
• Sistem udara segar 100% (sekali lewaf) /full
fresh-air (once-through);
• Sistem resirkulasi; dan
• Sistem ekstraksi/ exhaust.
• Sistem ini menyuplai udara luar yang sudah
diolah hingga memenuhi persyaratan kondisi
suatu ruang, kemudian diekstrak dan dibuang ke
atmosfer. Sistem ini biasanya
digunakan pada fasilitas yang menangani
produk/ pelarut beracun untuk mencegah udara
tercemar disirkulasikan kembali.
• Resirkulasi harus tidak menyebabkan risiko
kontaminasi atau kontaminasi silang (termasuk
uap dan bahan yang mudah menguap).
Kemungkinan penggunaan udara resirkulasi ini
dapat diterima, bergantung pada jenis
kontaminan udara pada sistem udara balik. Hal
ini dapat diterima bila filter HEPA dipasang pada
aliran udara pasokan (atau aliran udara balik)
untuk menghilangkan kontaminan sehingga
mencegah kontaminasi silang.
• Bila dimungkinkan, debu atau cemaran uap
hendaklah dihilangkan dari sumbernya. Titik
tempat ekstraksi hendaklah sedekat mungkin
dengan sumber keluarnya debu. Dapat
digunakan ventilasi setempat atau tudung
penangkap debu yang sesuai. Contoh aplikasi
sistem adalah Area:  Ruangan, Glove boxes, atau
Lemari yang dilengkapi dengan tudung
buangan.
Sistem Pengolahan Limbah Industri
Farmasi
• Limbah yang dihasilkan industri dibagi 4
macam, yaitu limbah padat, limbah cair,
cemaran debu/gas (Betalaktam dan non
Betalaktam) serta limbah bakteri. Pengolahan
limbah Industri dilakukan sebagai berikut :
 Limbah Padat
•  Limbah padat industri farmasi dapat bersumber dari :
• 1)        Obat-obat kadaluarsa
• 2)        Kegiatan produksi, meliputi: Kegagalan produksi, debu
bahan formulasi yang terkumpul dari dust collector dan vacuum
cleaner, bekas kemasan bahan baku dan bahan pembantu serta
kemasan yang rusak
• 3)        Kegiatan laboratorium, contohnya agar dari sampel
kadaluarsa
• 4)        Kegiatan kantin karyawan, terdiri dari kotoran/sampah
dapur
• 5)        Kegiatan administrasi perkantoran, terdiri dari arsip-arsip
kadaluarsa
• 6)        Sampah kebun/halaman
Adapun penanganan untuk limbah padat ini antara lain :
• a.         Limbah padat termasuk dalam limbah B-3 diolah
kerjasama dengan pengolah limbah B-3 padat misalnya PT.
Prasada Pamunah Limbah Industri (PT. PPLI).
• b.        Limbah media agar diolah dengan cara disterilisasi
dengan alat autoklaf, ditampung dengan wadah tertutup,
kemudian dikirim ke PT. PPLI.
• c.         Kotoran dan sampah dari kantin dan kebun,
bekerjasama dengan Dinas Kebersihan Kota setempat untuk
dibuang ke TPA
• d.        Kertas berkas arsip dan berkas kemasan dihancurkan
dan di daur ulang bekerjasama dengan pihak ketiga.
Limbah cair
• Limbah cair dapat berasal dari :
• 1)        Kegiatan produksi
• 2)        Kegiatan laboratorium
• 3)        Kegiatan sarana penunjang
• 4)        Limbah domestik pencucian
• 5)        Limbah kantin
Limbah gas atau debu
• Limbah gas atau debu berasal dari :
• 1)        Kegiatan sarana penunjang : Gas yang
berasal dari sisa pembakaran bahan bakar
boiler.
• 2)        Kegiatan produksi : Debu yang berasal
dari kegiatan proses, antara lain dari proses
granulasi, proses pencetakan tablet, proses
coating dan proses massa kapsul.
Upaya pengelolaan limbah debu atau gas antara lain :
• a.         Limbah asap dan gas yang keluar dari boiler.
• b.        Limbah debu yang terjadi dalam proses produksi
dikurangi dengan pemasangan dust collector pada
ruang-ruangan yang banyak menghasikan debu.
• c.         Pembersihan debu-debu dengan
menggunakan vacuum cleaner, kemudian ditampung
dan dikumpulkan, untuk selanjutnya di tangani seperti
limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
    Sistem Pengolahan Limbah
•  Limbah kantin diolah dengan cara pemisahan
lemak pada instalasi penyaringan khusus untuk
lemak, dimana padatannya diambil secara berkala
untuk mencegah terjadinya penyumbatan pada pipa
penyaluran limbah dan alat penyaringan.
• Limbah domestik ditampung pada bak khusus,
cairannya dialirkan ke Instalasi Pengolahan Limbah
Sentral, sedangkan padatannya diendapkan dan
dilakukan penyedotan setiap sekali setahun.
•  Limbah B3 dari sisa produksi dan debu dust colector disimpan
digudang khusus limbah B3, untuk penanganannya, industri bekerja
sama dengan pihak ketiga.
•  Limbah sisa produksi Betalaktam ditampung pada kolam khusus,
untuk selanjutnya dilakukan treatment pemecahan cincin betalaktam
dengan menambahkan larutan NaOH Teknis, kemudian dialirkan ke
Instalasi Pengolahan Limbah Sentral.
• Limbah Non-Betalaktam  dialirkan ke Instalasi Pengolahan Limbah
Sentral ditampung pada bak utama, disatukan dengan limbah
lainnya, untuk kemudian dialirkan ke bak 2 dan 3 yang berisi bakteri
anaerob, kemudian dialirkan ke bak 4 untuk di aerasi dan penguraian
oleh bakteri aerob, selanjutnya air pengolahan limbah dialirkan ke
bak sedimentasi, lalu ke bak yang berisi ikan sebagai indikator hayati.
Sistem pengolahan limbah akan diperiksa berkala oleh
Kementrian Lingkungan Hidup untuk diberikan penilaian
berupa :
• 1)      Proper Hitam : Harus dilakukan penegakan hukum,
karena ada indikasi kesengajaan terkait kelalaian yang dapat
membahayakan lingkungan.
• 2)      Proper Merah : Dilakukan pembinaan, karena ada
kekurangan terkait pengelolaan limbah
• 3)      Proper Biru : Pengolahan limbah cukup bagus tapi masih
ada kekurangan.
• 4)      Proper Hijau : Pengolahan limbah disertai CSR.
• 5)      Proper Emas : Pengolahan limbah sudah sangat baik.

Anda mungkin juga menyukai