Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berkembang pesatnya sebuah industri serta kebutuhan era modern ini
menimbulkan berkembangnya penggunaan boiler sebagai alat bantu untuk
memproduksi bahan baku. Namun penggunaan boiler saja belum mencukupi
sebuah kebutuhan dari produksi industri, perlu adanya sebuah alat pemisah uap
secara mekanis, untuk memisahkan uap kering dan uap jenuh, dikarenakan
tidak semua industri membutuhkan uap kering untuk proses produksinya, oleh
karena itu, terdapat sebuah alat yang mampu memisahkan uap yaitu
kalorimetri.
Kombinasi pemisahan dan penyeratan kalorimetri digunakan untuk
menentukan kualitas uap ( tingkat kekeringan uap ). Kalorimetri merupakan
alat untuk memisahkan kandungan air dari uap melalui proses mekanis.
Sebagai seorang ahli K3 kelak, kita juga harus mampu memahami kalorimetri
agar mengetahui potensi bahaya yang dapat timbul dari kalorimetri serta dapat
memberikan rekomendasi pengendalian.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dapat ditulis berdasarkan pemaparan latar
belakang di atas adalah sebagai berikut ini.
1. Apa fungsi kalorimetri yang berkaitan dengan boiler ?
2. Bagaimana pengaruh fraksi kekeringan terhadap besarnya uap kombinasi ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang dapat ditulis dari penulisan laporan praktikum
kalorimetri adalah sebagai berikut ini.
1. Mampu mengetahui fungsi kalorimetri yang berkaitan dengan bolier.
2. Mampu mengetahui pengaruh fraksi kekeringan terhadap besarnya uap
kombinasi.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat dipetik dari penulisan laporan praktikum
kalorimetri adalah sebagai berikut ini.
1. Sebagai salah satu syarat kelulusan dari mata kuliah Praktikum Pesawat
Uap dan Bejana Tekan.
2. Dapat digunakan untuk menambah wawasan tentang kalorimetri.
3. Dapat mengetahui bagaimana kondisi kalorimetri di Laboratorium Boiler
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.

1.5 Manfaat
Adapun ruang lingkup pada penulisan laporan praktikum pesawat uap dan
bejana tekan dengan judul Kalorimetri adalah sebagai berikut ini.
1. Praktikum pesawat uap dan bejana tekan dengan judul Kalorimetri ini
dilakukan di Laboratorium Boiler Politeknik Perkapalan Negeri
Surabaya.
2. Praktikum kalorimetri ini dilakukan pada tanggal 11 April 2016.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kalorimetri
Kombinasi pemisahan dan penyeratan kalorimetri digunakan untuk
menentukan kualitas uap (tingkat kekeringan uap). Pemisah kalorimetri
merupakan alat untuk memisahkan kandungan air dari uap melalui proses
mekanis. Proses mekanis tersebut adalah sebagai berikut :
1. Uap basah yang masih mengandung air dilewatkan pada pemisah
kalorimetri, karena perapatan air lebih besar dari uap, maka air akan
cenderung terlempar dari uap. Air ini dikumpulkan dan jumlahnya dapat
diukur.
2. Sedang uap yang relative tidak mengadung air dialirkan ke throttling
calorimeter, sehingga tekanannya turun tekanan setelah throttling menjadi
sedikit dibawah temperatur atmosfer. Ini menyebabkan uap menjadi
kering. Dengan pengukuran temperatur dan tekanan akhir uap, maka
tingkat kekeringan uap dapat dihitung. Karena jenis kalorimetri tersebut
mempunyai keterbatasan, maka digunakan kombinasi pemisah dan
throttling kalorimetri.
Uap dengan suhu sama dengan titik didihnya pada tekanan tertentu
dikenal dengan uap jenuh kering. Walau demikian, untuk menghasilkan 100
persen uap kering pada suatu industri boiler yang dirancang untuk
menghasilkan uap jenuh sangatlah tidak memungkinkan, dan uap biasanya
akan mengandung tetesan- tetesan air. Dalam prakteknya, karena adanya
turbulensi dan pencipratan, dimana gelembung uap pecah pada permukaan air,
ruang uap mengandung campuran tetesan air dan uap. Jika kandungan air dari
uap sebesar 5 persen massa, maka uapnya dikatakan kering 95 persen dan
memiliki fraksi kekeringan 0,95. Entalpi yang sebenarnya dari penguapan uap
basah merupakan produk fraksi kekeringan (x) dan entalpi spesifik (hf g) dari
tabel uap. Uap basah akan memiliki energi panas yang lebih rendah daripada
steam jenuh kering.

2.2 Perhitungan Kalorimetri


Adapun beberapa rumus perhitungan yang berkaitan dengan kalorimetri
adalah sebagai berikut ini.
a. Dryness fraction (kualitas uap)
Dryness fraction dari uap didefinisikan sebagai jumlah uap kering
yang terdapat didalam campuran uap basah.
Dryness Fraction =

jumlah uap ker ing


. . . . . . . . . . . (2.1)
Jumlah uap ker ing air

b. Sparating calorimeter
Separating Calorimeter adalah merupakan peralatan suatu proses
mekanis, dimana uap basah masuk secara langsung melewati susunan
berupa sudut-sudut tumpul. Pada saat melewati sudut-sudut ini, gaya inersia
air yang terkandung dalam uap menjadi berkurang dan mencegahnya terikut
dalam uap sehingga mengakibatkan air akan jatuh dan terkumpul dalam
tabung.
Disini terjadi proses mekanika dimana pemasukan uap kalorimetri
dibuat mengalir secara seri terhadap sudut tumpul sehingga momen inersia
dari air menyebabkan mereka terpisah dari alirannya. Jika berat uap kering
yang dikeluarkan dari separator adalah Ms, dan berat air yang
dipisahkan/tertinggal dalam separator pada waktu yang sama adalah Ma,
maka Fraksi kekeringan uap yang diukur melalui separating calorimeter ini
(Xs) adalah :
Xs =

Wt
Wt Ws

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.2)

Dimana :
Wt = Berat dari uap kering yang diisikan ke dalam kalorimetri
Ws = Berat air yang dipisahkan didalam kalorimetri dalam waktu
yang sama
Xs = Dryness fraction yang diukur melalui kalorimetri sparasi.

c. Trottling Calorimeter (kalorimetri penghambat)


Throttling Calorimeter adalah merupakan peralatan pemasuk uap
kedalam tabung melalui orifice sehinga tekanan turun hingga sedikit diatas
tekanan atmosfer (aliran terbuka). Ini menyebabkan uap menjadi Superheat.
Melalui pengukuran tekanan dan temperatur uap keluaran ini, maka fraksi
kekeringan uap dapat dihitung karena uap meninggalkan tabung separating
kandungan air tidak dapat dipisahkan seleruhnya.
Throttling calorimeter terdiri dari aliran fluida melalui sebuah prifice
penghambat dari tekanan lebih tinggi P1 ke tekanan lebih rendah P2. Dari
persamaan energi kondisi steady dapat ditunjukkan bahwa penghambat
adiabatik (adiabatik trottling) adalah proses entalphi konstan.
Enthalpi uap basah sebelum trottling :
H1 = hf1 + xt. hfg1

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.3)

Enthalpi uap basah setelah trottling :


H2 = hg2 + cp.(t2 ts2) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.4)
Proses enthalpi konstan :
H1 = H2
hf1 + hfg1 = hg2+ cp (t2 - ts2)
xt = {hg2 + cp (t2 - ts2) hf1 } / hfg1

. . . . . . . . . (2.5)

dimana :
hf1

= Panas sensibel kondisi 1, dengan tekanan P1

xt = Dryness fraction pada kondisi trottling kalorimetri


hfg1 = Panas laten kondisi 1, dengan tekanan P1
hg2= Enta\halpi dari uap dengan tekanan P2, (kJ/kg)
cp

= Panas spesifik pada tekanan kostan, (kJ/ kg. K)

t2

= Suhu uap pada trottling kalorimetri, (K)

ts2= Suhu uap jenuh pada tekanan P2, (K)


d. Kombinasi Sparating dan trottling
Jika W = berat air dalam uap yang meninggalkan separating kalorimetri
dan masuk ke dalam trottling kalorimetri.
Kemudian dengan definisi dryness fraction :

Xt = (Wt W)/W dan W = W1 (1-xt)

. . . . . . . . . (2.6)

Tetapi sparating kalorimetri telah memisahkan air seberat Ws, sehingga


berat total air dalam uap basah (Ws + Wt) adalah Ws + W. Adapun skema
dari percobaan kalorimetri dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini.

Gambar 2.1 Skema Kalorimetri


(Sumber : Modul Praktikum Pesawat Uap dan Bejana Tekan PPNS, 2007

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas uap itu sendiri


untuk menjamin keandalan peralatan dan efisiensi dalam pengoperasian antara
lain :
1. Dalam jumlah yang benar untuk menjamin bahwa aliran panas yang
memadai tersedia untuk perpindahan panas
2. Pada suhu dan tekanan yang benar, atau akan mempengaruhi kinerja
3. Bebas dari udara dan gas yang dapat mengembun yang dapat menghambat
perpindahan panas
4. Bersih, karena kerak (misal karat atau endapan karbonat) atau kotoran
dapat meningkatkan laju erosi pada lengkungan pipa dan orifice kecil dari
steam traps dan katup
5. Kering, dengan adanya tetesan air dalam steam akan menurunkan entalpi
penguapan aktual, dan juga akan mengakibatkan pembentukan kerak pada
dinding pipa dan permukaan perpindahan panas.

BAB 3
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan selama melakukan praktikum
Kalorimetri adalah sebagai berikut ini.
1.

Seperangkat ketel uap

2.

Pipa uap utama

3.

Pemisah dan throttle calorimeter

4.

Thermometer

5.

Manometer jenis bourdon dan pipa U

6.

Tabel uap

3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan selama melakukan praktikum Boiler
adalah sebagai berikut ini.
1. Air PDAM
2. Bahan Bakar (Solar)

3.3 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja selama melakukan praktikum Kalorimetri adalah
sebagai berikut ini.
1. Menstart aliran air pendingin melalui kondensor.
2. Meletakkan penampung air kondensat dibawah outlet kondensat.
3. Membuka katup uap dan mengalirkan uap melalui kalorimeter untuk
pemanasan sistem.
4. Memeriksa permukaan kondensat sparasi naik sampai cairan itu dapat
dilihat dalam pipa kondensat kalorimeter.
5. Membuang kondensat utama dalam penampung kondensat.
6. Mengukur dan mencatat permukaan awal cairan dalam sparating
kalorimeter, harga awal dari permukaan kondensat dalam penampung

kondensat, tekanan uap suply, tekanan uap keluar, tekanan atmosfer, suhu
uap suply dan suhu uap dalam trottling kalorimeter.
7. Mengukur hal tersebut sebanyak lima kali dalam interval waktu yang
sama.
8. Mematikan aliran uap supply dengan katup uap.
9. Mendinginkan peralatan dan mematikan air pendingin kondensor.
10. Men-drain kalorimeter separasi.

3.4 Gambar Kerja


Adapun gambar kerja selama melakukan praktikum kalorimetri dapat
dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini.

Gambar 3.1 Skema Praktikum Kalorimetri


(Sumber : Modul Praktikum Pesawat Uap dan Bejana Tekan PPNS, 2007)
Adapun keterangan dari bagian-bagian yang ada pada Gambar 3.1 adalah
sebagai berikut ini.
1. Meter Tekanan
2. Katup Pipa masuk
3. Pengindera Temperatur
4. Pipa Kaca
5. Meter Temperatur
6. Throttling
7. Meter Tekanan
8. Pengindera Lampu
9. Pendinginan

BAB 4
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa Data


Adapun data hasil percobaan kalorimetri dapat dilihat pada Tabel 4.1
berikut ini.
Tabel 4.1 Data Percobaan Kalorimetri
No
1
2
3
4
5

Pengamatan
Tekanan uap dalam pipa utama P1 (bar)
Temperatur Uap Masuk (),H1
Jumlah air kondensat setelah throttling (ml)
Temperatur uap setelah pengeratan (), t2
Jumlah air yang dipisahkan pada separator
(ml)
6
Perbedaan air pada manometer (cmHg)
7
Tekanan atmosfer (bar)
8
Tekanan uap setelah throttling (bar) p2
9
Temperatur atmosfer ()
(Sumber : Hasil Praktikum, 2016)

Hasil Pengukuran
7,93
176,7
610
20
143,3
4,7
1
9,24
33,6

Dari data-data yang diperoleh selama melakukan praktikum kalorimetri,


selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap beberapa parameter yaitu sebagai
berikut ini.
1. Tekanan absolute uap masuk
P1

= Tekanan uap + 1
= 7,93 + 1
= 8,93 bar

Interpolasi hf
P = 7,917
P = 8,93
P = 10,02
hf

hp = 718,88 kj/kg
hp = ... kj/kg
hp = 762,09 kj/kg
8,937,917

= 718,88 + 10,027,917 [762,09& &718,33]


= 718,88 + 0,482 43,76
= 718,88 + 21,092
= 739,422 kj/kg

Interpolasi hfg
P = 7,917
P = 8,93
P = 10,02
hfg

hfg = 2049,5 kj/kg


hfg = ... kj/kg
hfg = 2015 kj/kg
8,937,917

= 2049,5 + 10,027,917 [2015 2049,5 ]


= 2049,5 + 0,482 (-34,5)
= 2032,871 kj/kg

2. Tekanan uap setelah throttling (P2)


P2

= 4,7 cmHg = 47 mmHg


= 47 + 760
= 807 mmHg
807
= 750
= 1,076 mmHg

Maka :
hg = X pada 1,076 bar
Interpolasi:
P = 1,014
P = 1,076
P = 1,433
hg

hg = 2676,1 kj/kg
hg = ... kj/kg1
hg = 2691,5 kj/kg

= 2676,1 +

1,0761,014
1,4331,014

[2691,5 2676,1 ]

= 2676,1 + 0,147 15,4


= 2678,36 kj/kg

3. Fraksi kekeringan pada throttling (Xt)


Xt

=
=
=

+ [ 12]

2678,36+1,89[ 176,720]793,422
2032,871
2678,36443,259

= 1,1

2032,871

4. Fraksi kekeringan pada pemisahan (Xs)


Xs

= +
610

= 610+143,3
610

= 753,5
= 0,81

5. Fraksi uap kombinasi (X)


X

= Xt Xs
= 1,1 0,81
= 0,891

4.2 Pembahasan
Pada praktikum kalorimetri telah didapat beberapa variabel, variabel
seperti tekanan uap utama, temperatur uap masuk dan setelah throting,
temperatur tekanan atmosfer. Perbedaan ketinggian manometer, jumlah air
kondensat setelah throting dan jumlah air yang dipastikan pada separator
perhitungan yang telah dilakukan pada praktikum ini antara lain, tekanan
absolut uap masuk, tekanan uap setelah throting, fraksi ketinggian pada
throting, franzi kekeringan pada pemisahan dan fraksi uap kombinasi.
Tekanan absolut uap masuk didapatkan dari tekanan uap utama ditambah
1. Pada praktikum ini didapatkan nilai P1= 7,93+1 = 8,93bar. Setelah itu
ditambah nilai hf. Nilai ini didapatkan dari tabel A-2 propertise of saturated
water (liquid-vapor). Temperature table in sil unit dari buku Fundamental of
Engineering Thermodinamies fifth edition dengan interpolasi hf. Setelah nilai
hf didapatkan adalah 739,422 dan nilai hfgnya 2032,071 keduanya dalam
satuan kJ/kg. Untuk nilai tekanan uap setelah throting apat P2 didapat dari ratarata perbedaan pada manometer air yaitu 47 mmHg (yang sebelumnya dari
satuan cmHg) ditambah 1 atm menjadi 807 dibagi densa 750 hasilnya adalah
1,076 bar. Harga P2 ini digunakan untuk mencari inlay hg yang didapatkan
dari interpolasi dengan tabel A-3 properties of saturated water (liquid-water)
pressure tabel ins unit dari buku yang sama dengan sebelumnya. Adapun nilai
hg pada praktikum ini adalah 2678,3638 kJ/kg. Perhitungan ketiga yang

dilakukan adalah fraksi kekeringan pada throting atau Xt, nilai ini didapatkan
dari rumus :
=

+ (1 2)

dimana nilai Cp=1,89 kJ/kgC T1(rata-rata)=176,7 dan T2(rata-rata)=20


untuk nilai hg, hf, dan hfg didapat dari perhitungan sebelumnya. Maka nilai Xt
didapatkan sebesar 1,1 nilai ini nantinya akan digunakan untuk mencari nilai
fraksi uap kombinasi (x) yang didapatkan dari perkalian antara Xt dan Xs. Nilai
Xs merupakan nilai fraksi kekeringan pada pemisahan nilai ini didapatkan dari
jumlah air kondensat setelah throting (Wt) dibags dyngan penjumlahan Wt
denna Ws (jumlah air yang dipisahkan separator). Nilai Xs yang didapatkan
pada praktikum kali ini adalah 0,81. Denman didapatkan inlay Xt dan Xs maka
nilai X bisa dirai dengan mengalikan keduanya dan menghasilkan nilai 0,891
maka dapat disimpulkan nilai fraksi uap kombinasi pada praktikum kalorimeter
kali ini adalah 0,891.

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditulis dari penulisan laporan praktikum
Kalorimetri adalah sebagai berikut ini.
1. Uap yang dihasilkan dari boiler dapat dikondensasikan menggunakan
kalorimeter sehingga dapat diketahui tingkat kekeringan uap dan kualitas
uap.
2. Besarnya fraksi uap kombinasi dipengaruhi oleh fraksi kekeringan pada
penyeretan. Fraksi kekeringan pada penyeretan sendiri dipengaruhi oleh
temperatur uap setelah penyeretan sehingga semakin tinggi temperaturnya
maka fraksi kekeringannya semakin besar nilai tersebut. Sehingga dapat
disimpulkan jika kita ingin memperoleh kualitas uap yang baik maka yang
harus dilakukan ialah menaikkan temperatur uap setelah penyeretan.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat ditulis dari penulisan laporan praktikum Boiler
adalah sebagai berikut ini.
1. Selalu melakukan praktikum sesuai prosedur yang ada.
2. Selalu bertanya pada instruktur apabila menemukan kesulitan saat
praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

G.Cussons Ltd. 1986. Boiler, Instructional manual Hand Book. England 1


December 1986, 2 march 1987.
M.J Djokosetyardjo. 1999. Ketel Uap. Jakarta : PT Pradnya Paramita.
Mardjo. 1995. Petunjuk Praktikum Mesin Konversi. Bandung : Penerbit Pusat
Pembangan Pendidikan Politeknik.
Subekti, Arief. 2007. Modul Praktikum Pesawat Uap dan Bejana Tekan. Surabaya:
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai