Penanggulangan
Kebakaran
PT. TUNAS INTI ABADI
Site : Sebamban,
Kalimantan Selatan
Emergency Number
:08118892585 /
08111254262
Emergency Frek
:157.9250
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I Konsep Api
A. Model Api Berdasarkan Terbentuknmya ............................................................. 2
B. Proses Penyalaan Api ........................................................................................... 3
C. Model Pembakaran .............................................................................................. 3
D. Produk Pembakaran ............................................................................................. 3
E. Tahap Perkembangan Api ................................................................................... 3
F. Memadamkan Api ............................................................................................... 3
Lampiran 1 Lampiran 1. Diagram alir Prosedur Kesiagaan dan Tanggap Darurat PT. Tunas
Inti Abadi beserta Nomor Telepon Penting ......................................................... 24
Lampiran 2 Lampiran 2. Diagram alir Instruksi Kerja Penanggulangan Kebakaran PT. Tunas
Inti Abadi ............................................................................................................. 25
Lampiran 3 Lampiran 3. Lokasi Sistem Proteksi Kebakaran di PT. Tunas Inti Abadi ............. 26
Refferensi .......................................................................................................... 29
PT. TUNAS INTI ABADI 2
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran
BAB I
KONSEP API
Sumber Panas
Energi Kimia
Merupakan sumber energi yang paling sering menjadi sumber panas dalam proses pembakaran. Terjadi akibat oksidasi bahan bakar
yang terpapar oksigen. Seringkali terjadi reaksi tanpa membutuhkan panas dari luar bahan bakar itu sendiri hingga terjadinya self
heating. Proses selanjutnya adalah terjadi spontaneous ignition atau penyalaan spontan. Contohnya adalah proses terbakarnya batu
bara secara spontan.
Penyalaan spontan dapat terjadi apabila :
- Bahan bakar tersebut tidak mudah melepas energi panas yang terbentuk
- Panas yang terbentuk cukup
- Suplai udara cukup untuk menjadikan pembakaran spontan.
Energi Listrik
Energi listrik dapat menjadi sumber panas melalui beberapa sebab, antara lain :
- Pemanasan resistansi pada material tertentu (Resistance heating)
- Pemakaian berlebih pada material tertentu (Overcurrent / Overload)
- Panas akibat kumparan
- Percikan muatan listrik
Energi Mekanik
Energi mekanik dapat menghasilkan panas melalui friksi (gesekan) atau kompresi
Proses Pemindahan Panas
Proses pemindahan panas dari satu media ke media lainnya dapat melalui cara konduksi, konveksi, dan radiasi
Konduksi, perpindahan panas terjadi merambat melalui benda padat
Konveksi, perpindahan panas terjadi melaui sirkulasi benda cair atau gas
Radiasi, perpindahan panas terjadi melaui jalur gelombang elektromagnetic
Bahan Bakar
Merupakan bahan yang teroksidasi atau terbakar pada proses pembakaran. Terdiri dari bahan bakar gas, bahan bakar cair, dan bahan
bakar padat.
Bahan bakar gas.
Merupakan bahan bakar paling berbahaya. Mudah untuk terjadi penyalaan spontan. Contoh : Metana (LNG), Propana (LPG).
Bahan bakar cair.
Memiliki karakteristik flash point dan fire point pada beberapa bahan bakar.
Flash point. Adalah temperatur minimal yang dibutuhkan untuk membentuk uap di udara sekeliling bahan bakar tersebut yang dapat
dinyalakan. tetapi belum cukup untuk menimbulkan api.
PT. TUNAS INTI ABADI 3
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran
Fire point. Adalah temperatur minimal yang dibutuhkan untuk menimbulkan penyalaan api.
Bahan bakar padat
Merupakan bahan bakar yang mempunyai kerapatan massa tinggi, sehingga berbentuk padat. Beberapa bahan padat dapat mencair
saat terpapar panas, misalnya wax atau plastik.
Oxygen
Merupakan komponen pembentuk api. Bertindak sebagai pengoksidasi dari bahan bakar.
Kadar oksigen normal di alam bebas permukaan bumi adalah 21%
C. Model Pembakaran
Terbagi menjadi dua, yaitu Nonflaming Combustion dan Flaming Combustion
Nonflaming combustion merupakan jenis pembakaran lokal yang terjadi akibat kontak permukaan bahan bakar, oksigen dan panas.
Proses ini tercermin dalam model segitiga api. Pembakaran ini tidak menjalarkan api secara masif. Contohnya adalah bara arang.
Flaming combustion merupakan jenis pembakaran akibat dari bahan bakar (baik padat maupun cair) yang dapat menjadi uap gas.
Sehingga dapat mengakibatkan penjalaran pembakaran secara cepat. Proses ini tercermin dalam model fire tetrahedron
D. Produk Pembakaran
Beberapa produk pembakaran adalah cahaya, panas (energi), particulate, serta asap (substansi baru).
Asap merupakan hasil dari pembakaran yang tidak sempurna, mayoritas asap bersifat beracun. Contohnya : Karbon Monoksida (CO),
Hidrogen sianida (HCN), Karbon Dioksida (CO2), dll.
F. Memadamkan Api
Api dapat dikontrol dan/atau dimatikan dengan cara membatasi atau menghalangi satu atau lebih komponen api dalam proses
pembakaran. Secara sederhana, dapat dilakukan dengan cara :
- Menurunkan temperatur
- Menghilangkan bahan bakar
PT. TUNAS INTI ABADI 4
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran
BAB II
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
A. Klasifikasi Api
1. Kelas A
Bahan bakar berupa benda padat bukan logam, contohnya kain, kertas, plastik, karet, dan kayu.
Kelas ini dapat dipadamkan dengan air, dry chemical, Class A foam.
2. Kelas B
Bahan bakar berupa cairan mudah terbakar dan gas mudah terbakar. Contohnya alkohol, bensin, oli, LPG, dll.
Kelas ini dapat dipadamkan dengan CO2, Dry chemical, dan Class B Foam.
3. Kelas C
Bahan bakar berupa peralatan yang bermuatan listrik.
Dilarang untuk memadamkan kelas C ini menggunakan PFE yang berbahan dasar air sampai aliran listrik diputus terlebih
dahulu.
4. Kelas D
Bahan bakar berupa bahan metal mudah terbakar dan alloy. Contohnya lithium, magnesium, potasium, sodium, zinc.
Penggunaan air dan dry chemical pada kebakaran ini tidak dianjurkan, karena dapat menimbulkan reaksi tidak terkontrol pada
api.
Pemadaman dapat menggunakan dry powder khusus untuk Class D
5. Kelas K
Bahan bakar berupa minyak goreng atau lemak hewan yang terbakar pada temperatur tinggi.
Dapat dipadamkan dengan wet chemical.
PT. TUNAS INTI ABADI 6
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran
Penggunaan PFE
Penggunaan PFE dapat disingkat menjadi PASS
P : Pull the pin, tarik pin sehingga lepas
A : Aim the nozzle, arahkan nozzle kepada sumber api
S : Squeeze the handles together, Tekan handle sehingga mengeluarkan agent
S : Sweep the nozzle, sapukan nozzle hingga agent menyelimuti bahan yang terbakar
PT. TUNAS INTI ABADI 7
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran
Sarana pemberitahuan kepada penghuni suatu bangunan untuk segera melakukan evakuasi pada saat terjadinya kebakaran
Mendeteksi adanya kebakaran atau produk pembakran
Sebagai tanda kepada departemen emergency response untuk segera melakukan kontrol terhadap kebakaran
Memulai sistem kontrol kebakaran otomatis dan aktivasi alarm
Untuk memastikan bahwa sistem kontrol kebakaran dan sistem supresi api terpelihara
Sistem ventilasi untuk menghilangkan asap serta produk pembakaran lainnya.
Memulai fungsi tambahan yang melibatkan lingkungan, peralatan, dan proses kontrol lainnya.
Sistem Alarm
PT. TUNAS INTI ABADI 8
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran
Alarm-initiating devices
Automatic Sprinkler systems (sistem alarm otomatis)
Standpipe and hose systems (Sistem hidran dan hose)
Smoke management systems (Sistem manajemen asap)
Kontrol bangunan yang dikendalikan oleh sistem proteksi kebakaran.
Pada buku ini hanya dibahas mengenai sistem proteksi kebakaran yang terdapat di lingkungan PT.Tunas Inti Abadi.
Alat notifikasi ini dapat berupa kombinasi dari beberapa hal dibawah ini :
Klasisfikasi Hidrant
Kelas 1
Hidrant kelas ini menggunakan hose 2,5 inch. Terletak pada luar bangunan sasaran. Hose dan nozzle terletak
terpisah dengan hidrant dan ditempatkan di dalam box yang tidak jauh dari hidrant.
Kelas 2
Hidrant kelas ini menggunakan hose 1,5 inch. Terletak pada bagian dalam gedung. Hose dan nozzle terletak
dalam satu box dengan coupling hidrant.
Kelas 3
Hidrant kelas ini merupakan perpaduan antara kelas 1 dan kelas 2. Terdapat coupling hose untuk ukuran 2,5 inch
maupun 1,5 inch.
Automatic wet
Hidran mengandung air yang selalu ada di dalamnya. Tidak cocok untuk lingkungan dengan suhu dingin ekstrim
Automatic dry
Hidran mengandung tekanan udara yangbaru akan memancarkan air apabila katup terbuka secara otomatis
Semiautomatic dry
Manual dry
Hidran ini tidak memiliki sumber air sendiri dan harus dihubungkan dengan sumber air untuk mengaktifkannya
Manual wet
Hidran ini mengandung air dalam jumlah sedikit, sehingga dibutuhkan sumber air lain untuk mensuplainya
Pada dasarnya, semua bahan yang kita pergunakan sehari hari dapat menimbulkan api apabila terjadi reaksi diantara ketiga bahan
pembentuk api tersebut.
Berikut ini beberapa pekerjaan yang berpotensi menimbulkan kebakaran di lingkungan PT.TIA beserta daftar prosedur yang
merupakan kontrol pengendaliannya
BAB III
PERSONAL PRETECTIVE EQUIPMENT
(ALAT PELINDUNG DIRI)
PPE yang digunakan meliputi Personal Protective Clothing (PPC), Respiratory protection Equipment, dan Personal Alert Safety System
(PASS). Semua benda tersebut digunakan untuk melindungi kita dari bahaya dan meminimalisir resiko cidera atau fatality.
PPE dapat berbeda pada beberapa operasi penyelamatan. Dalam buku ini akan dijabarkan mengenai PPE untuk medical first responder
dan firefighter.
6. Protective Gloves
Berfungsi untuk melindungi tangan, pergelangan tangan dari panas, uap panas, suhu dingin, penetrasi, terpotong, dan
penyerapan cairan.
7. Protective Footwear
Mempunyai pelindung besi pada ujungnya, terbuat dari karet, kulit atau bahan anti air yang lainnya dan tidak
menghantarkan listrik.Berfungsi untuk melindungi kaki, angkle dan tungkai bawah dari :
Benda tajam yang dapat menusuk
Tergilas
Air panas atau cairan kontaminan
Terbakar
8. Hearing Protection Devices
Berfungsi untuk melindungi telinga dari paparan bising yang melampaui nilai ambang batas. Penggunaan harus sesuai
dengan kondisi pada saat operasi penyelamatan. Penggunaan peralatan ini mungkin saja berbahaya pada situasi
tertentu yang membutuhkan fungsi pendengaran tajam atau untuk berkomunikasi.
9. Personal Alert Safety System (PASS)
PASS akan menimbulkan buntyi alarm yang sangat keras untuk menunjukkan bahwa terdapat personel pemadam
kebakaran yang terancam bahaya.
PASS akan berbunyi apabila petugas tidak bergerak lebih dari 30 detik atau petugas tersebut menekan tombol
emergencynya. Beberapa tipe dapat aktif apabila mendapat temperatur tertentu sesuai batasnya.
PASS dapat menunjukkan lokasi dimana petugas terjebak, tidak sadar, atau petugas yang tidak mampu pada situasi
tertentu.
PT. TUNAS INTI ABADI 13
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran
Fire Gear
Air purifiying respirator
C. RESPIRATORY PROTECTION
Respiratory protection (pelindung pernafasan) digunakan pada beberapa operasi penyelamatan diantaranya :
Kebakaran struktural dan kebakaran hutan, yang menghasilkan asap dan produk pembakaran lainnya
Medical respon, yang memungkinkan penularan penyakit melalui udara
Confined space search, rescue, and recovery yang memungkinkan adanya udara beracun atau rendahnya kadar
oksigen
Pekerjaan perbaikan yang dapat menimbulkan fine particulate seperti debu, cat, atau serpihan metal.
Nose cup
Speaking diaphragm
Regulator fitting atau hose connection.
Open SCBA memiliki durasi waktu pemakaian yang disebut dengan Work duration.
Kapasitas silinder (Liter) x Tekanan pressure (BAR) safety margin (10 menit)
40 (rata rata kecepatan konsumsi nafas)
Apabila Low pressure alarm SCBA berbunyi, maka petugas harus secepatnya mencari jalan keluar atau segera keluar
menghentikan operasi penyelamatannya.
1. Batasan Pemakai
Pemakai tidak boleh dalam kondisi sebagai berikut :
Kondisi fisik yang lemah
Kemampuan yang kurang
Kapasitas paru yang tidak adekuat
Memiliki kemampuan cardiovaskular yang lemah
Psikologis yang terganggu
Memiliki bentuk wajah yang unik sehingga fungsi alat tidak bisa sempurna
2. Batasan penggunaan alat
Pencahayaan yang kurang
Terjadi penurunan komunikasi yang dibutuhkan
Terjadi penurunan daya tahan fisik
Terjadi penurunan atau keterbatasan pergerakan
Kondisi apparatus yang tidak sempurna atau rusak
Tekanan udara dalam tabung rendah
SCBA UNIT
PT. TUNAS INTI ABADI 16
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran
BAB IV
FIRE CONTROL
(KONTROL KEBAKARAN)
Apabila terjadi kebakaran di PT. Tunas Inti Abadi, maka jalankan prosedur tanggap darurat yang sudah ada. Pembahasan kali ini merupakan
acuan teknis dalam melakukan pemadaman kebakaran besar, yang meliputi :
3. Pemilihan nozzle
Pemilihan nozzle berdasarkan hal berikut ini :
Kondisi api
Ketersediaan suplai air
Jumlah petugas
Kemampuan nozzle yang disesuaikan dengan kondisi hose.
Mengacu pada pemilihan hose
6. Pendinginan gas
Pendinginan gas bukan merupakan metode pemadaman api, teknik ini hanya untuk mengurangi temperatur selubung gas dan
memudahkan petugas dalam melakukan penyerangan terhadap api. Gunakan aliran tipe fog (kabut) untuk mendinginkan selubung
gas.
B. FIRE STREAMS
Fire stream adalah pancaran air atau bahan pemadam lain yang keluar dari nozzle sampai kepada target. Beberapa faktor yang
mempengaruhi fire stream adalah :
Kecepatan air
Gravitasi
Arah dan kecepatan angin
Friksi udara
Tekanan operasi
Desain dan pengaturan nozzle
PT. TUNAS INTI ABADI 18
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran
1. Ukuran
Low volume stream
Mengeluarkan aliran kurang dari 40 gpm (160L/min). Menggunakan hose ukuran inch, 1 inch, atau 1.5 inch.
Handline stream
Mengeluarkan aliran antara 40 350 gpm (160L/min 1400L/min). Menggunakan hose ukuran 1.5 3 inch
Master stream
Mengeluarkan aliran lebih dari 350 gpm (1400L/min). Menggunakan hose ukuran 2.5 3 inch, dengan takanan 80 100 psi.
2. Tipe
Solid stream
Aliran yang memancar merupakan aliran padat dan panjang
Fog Stream
Aliran yang memancar berbentuk kabut yang dapat menyelubung atau menyebar
Straight stream
Merupakan semi solid stream, karakteristiknya merupakan peralihan dari fog stream ke solid stream
Broken stream
Merupakan aliran yang dapat memancar secara masih dan acak. Biasanya digunakan pada area ruang terbatas (confined space)
A. Horizontal Ventilation
1. Natural horizontal ventilation
Dilakukan apabila kondisi cuaca memungkinkan untuk ini.
Prinsip kerjanya adalah membuat pintu masuk udara dan membuat pintu keluar asap dalam satu arah dan mengandalkan
hembusan angin.
B. Vertical Ventilation
Ventilasi ini digunakan apabila menemukan bangunan bertingkat, terdiri dari 2 jenis :
Offensive vertical ventilation
PT. TUNAS INTI ABADI 20
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran
Membuka / membuat jalan keluar asap, api atau gas di bagian atas sebuah bangunan. Teknik ini membutuhkan alat untuk
melakukan breaching terhadap atap bangunan.
Defensive vertical ventilation
Membuka bagian atas sebuah bangunan yang bertujuan untuk memecah api. Tidak efektif dilakukan apabila bangunan terlalu
luas
Sebelum melakukan struktural searching, petugas penyelamat harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai :
Jika pandangan sangat terbatas,maka gunakanlah pandu dinding, hose, atau tali pencarian
Jikia memungkinkan, pakailah hose yang telah tersedia di ruangan (Class II) sebagai panduan pencarian
Koordinasi dengan IC dan tim ventilasi sebelum membuka jendela untuk mengeluarkan asap dan panas
Informasikan kepada kapten mengenai ruangan yang tidak bisa dimasuki
Lapor ke Kapten jika pencarian sudah selesai, proses api, serta kondisi fisik bangunan
5. Persiapan Pencarian
Sebelum memasuki area pencarian, harus memastikan hal hal di bawah ini :
Mengetahui jalur komando
Alat alat pendukung pencarian siap untuk digunakan, termasuk alat pendobrak, handlight, thermal imager (jika ada),
dan tali pandu pencarian
Radio tangan berfungsi, di channel yang tepat dan posisi on
SCBA pada posisi on, berfungsi baik, dan memiliki udara yang penuh atau cukup
PASS pada posisi on dan berfungsi
Telah tercatat oleh Breathing Apparatus Controll Officer (BACO) atau Accountability officer atau Safety Officer
Mengetahui tugas dan sasaran, serta taktik tim
Mengetahui struktur bangunan serta alternatif jalan keluar
6. Prosedur Pencarian
Berikut ini hal hal yang harus diperhatikan dalam prosedur pencarian :
Terdapat 2 sasaran dalam structural search,yaitu pencarian korban hidup, dan penentuan status kondisi api.
Gali sebanyak informasi dari saksi (jika ada) mengenai korban yang mungkin terdapat di dalam bangunan yang sedang
terbakar, lokasi korban, serta lokasi yang terdapat api. Laporkan informasi tersebut kepada kapten atau IC.
Jika tidak ada saksi atau bangunan tersebut tidak dihuni. Asumsikan di dalam gedung tersebut terdapat korban.
Jika memungkinkan, lakukan pencarian bersamaan dengan fire attack dan ventilation.
Bila dimungkinkan terdapat api di dalam bangunan, maka bawa masuk hose agar dapat melakukan pemadaman saat
petugas menemukan api.
Terdapat 2 tipe pencarian, yaitu primary search dan secondary search.
Primary Search
Selalu menggunakan buddy system
Lakukan dengan cepat dan sistematis sesuai metode yang dipilih
Gunakan prioritas untuk proses pencarian cepat, yaitu :
1. Ruangan yang paling parah kondisinya
2. Ruangan yang paling mungkin terdapat banyak orang
3. Ruangan yang paling jauh dari api
4. Interior lainnya dan eksterior
Secondary Search
Dilakukan setelah proses pemadaman api dan ventilasi selesai dilakukan. Melibatkan petugas yang tidak
tergabung dalam tim primary search.
Dilakukan lebih lambat dan lebih teliti dari primary search, dan selalu pastikan tidak ada ruangan yang
terlewati
Jika menemukan ketidakstabilan struktur bangunan harus segera dilaporkan ke kapten.
SCBA tetap harus digunakan meskipun sudah tidak ada asap.
Setelah selesai di satu ruangan, anggota tim segera menuju ke tempat tim leader.
Segera berpindah ke ruangan lainnya termasuk tim leader dengan proses seperti di atas
Wide Area search methode
Teknik ini digunakan apabila ruangan sangat luas.
Menggunakan safety line sebagai guide
Minimal 3 personel untuk melakukannya. Satu orang berjaga di entry point di dekat pangkal tali. Satu
orang sebagai lead yang dikaitkan dengan tali lain yang diikat ke tali utama. Satu orang sebagai
navigator yang memegang ujung tali
Komunikasi antar tim bisa menggunakan suara atau kode tarikan tali.
8. Marking System
Sistem penandaan ini penting sekali dilakukan untuk menjamin efektifitas pencarian. Tanda bisa dibuat dengan kapur atau crayon, cat
spray fluoroscent, atau selotip berpendar.
Berikut ini contoh penerapan tanda :
Saat memasuki ruangan : Beri tanda 1 garis menyamping
Saat meninggalkan ruangan : Beri tanda 1 garis lagi menyilang dengan garis pertama sehingga membentuk tanda silang
X
Beri keterangan mengenai identitas tim, tanggal dan jam masuk, bahaya, jumlah korban hidup dan korban tidak hidup
9. Victim removal
Terdapat 3 macam victim removal:
1. Self Evacuation
Penghuni gedung dapat menyelamatkan diri sendiri keluar dari gedung yang sedang terbakar dengan panduan petugas
2. Shelter in Place
Shelter atau ruang perlindungan biasanya terdapat pada rumah sakit, atau industri dengan tingkat bahaya tinggi.
Metode ini memindahkan korban ke ruangan aman yang masih di dalam gedung dengan syarat :
Bahaya minimal
Ruangan telah dipastikan aman
Korban tidak dapat dipindahkan karena alasan tertentu
Jumlah petugas terbatas untuk elakukan evakuasi
Struktur shelter pelindung memiliki struktur kuat.
3. Rescue
Metode ini mengharuskan kontak langsung antara penyelamat dengan korban, dapat dilakukan dengan cara :
Incline drag
Webbing drag
Cradle in Arms lift / Carry
Seat lift / Carry
Menggunakan alat angkut korban
Extremities lift / Carry
Berikut ini beberapa pilihan untuk menghadapi situasi gawat darurat saat melakukan searching.
1. Gunakan radio komunikasi : Aktifkan MAYDAY report yang berisi informasi : Lokasi, unit, nama, tugas,
bantuan yang dibutuhkan, situasi terkini
2. Tunggu sampai ada konfirmasi
3. Aktifkan PASS device
4. Tetap tenang
5. Jika membawa hose, gunakan sebagai pelindung (fog)
6. Cari panduan seperti saat memasuki ruangan, misalnya dinding, tali, cahaya, atau hoseline
7. Tetap membungkuk
8. Tetap kontak dengan dinding
9. Tetap berkomunikasi melalui radio dengan kapten atau IC
10. Tetap mengingat ruangan yang sedang kita lewati
11. Kontrol pernafasan
12. Cek persediaan udara secara terus menerus dan laporkan kepada kapten atau IC
13. Cari jalan keluar melelui panduan awal.
14. Jika posisi di lantai 2 atau lebih, maka dimungkinkan untuk turun menggunakan tangga, atau menggunakan tali.
15. Penggunaan alat untuk melakukan breaching atau penjebolan dinding dapat dilakukan sebagai opsi
menyelamatkan diri
LAMPIRAN 1
DIAGRAM ALIR PROSEDUR KESIAGAAN TANGGAP DARURAT DAN NOMOR TELEPON PENTING TANGGAP DARURAT PT. TUNAS INTI ABADI
Saksi
Saksi OSC/HSE
OSC/HSEDept
Dept Security
Security ERT/Medik
ERT/Medik Pihak
PihakExternal
External
Penanganan korban
Pelaporan cidera dan
PelaporanEmergency
Emergency: : Tidak
1.1.Nama penanggulangan lokasi
Nama
2.2.Perusahaan kejadian
Perusahaan
3.3.Departemen
Departemen
4.4.Emergency Final koordinasi
Emergencyyang
yangterjadi
terjadi Korban cidera ringan
5.5.Lokasi penanganan korban
LokasiKejadian
Kejadian dan berat
6.6.Jika dengan KTT
Jikaada
adakorban
korban
sampaikan kondisinya
sampaikan kondisinya
7.7.Bantuan
Bantuanyang
yang
diperlukan
diperlukan
Cidera Evakuasi
Cidera?? Berat menggunakan Penanganan Korban
ambulance ke RS
Kecelakaan
dengan fasilitas
Ringan memadai
Recovery lokasi
kejadian
Selesai
Selesai
INTERNAL EKSTERNAL
SHE On Call 0811 889 2585 / 0811 125 4262 RS. Amanah Husada Batulicin 0518-71056 / 0518-71067
I Ketut Jadiasa 0823 3127 2212 PMI Banjarmasin 0511-3259282 / 08513275053
Hutomo Hinawan 0852 9128 8883 Klinik SMS Satui Sungai Danau 0511-61717 / 085122729192
Badrian A 0813 3437 4045 RSUD Ulin 0511-3264663
Iwan Budiono 0812 5192 9525 RS. Suaka Insan 0511-3353335 / 0511-3356280
Faisal Reza 0811 125 4262 RS. Sari Mulya 0511-3252570
I Kadek Taurusiana 0811 889 2589 RS. Pertamina Balikpapan 0542-734020 / 0542-734021
Polres Tanah Bumbu 0518-71080
CHANNEL RADIO 170.3500 SAR Kalsel 0511-4707856 / 4707911 /
4707881
Rescue Banjarmasin 0511-9110911
DEMR Tanah Bumbu 0518-71818 / 70435 / 70472
PMK HIPPINDO 0511-7500911
PT. TUNAS INTI ABADI 25
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran
LAMPIRAN 2
DIAGRAM ALIR INTRUKSI KERJA PENANGGULANGAN KEBAKARAN PT. TUNAS INTI ABADI
PT. TUNAS INTI ABADI 26
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran
LAMPIRAN 3
AREA WORKSHOP
76 Genset Induk A ABC Powder 50 kg
77 Genset Induk B ABC Powder 25 kg
78 Office CP ABC Powder 6 kg
79 Tool Room 1 ABC Powder 6 kg
80 Tool Room 2 ABC Powder 6 kg
81 Bay Workshop A ABC Powder 50 kg
82 Bay Workshop B ABC Powder 50 kg
83 R. Foreman ABC Powder 6 kg
84 Welding Area ABC Powder 6 kg
85 WM 017 ABC Powder 6 kg
86 WM 011 ABC Powder 6 kg
OTHERS
87 Wshop Safety ABC Powder 6 kg
88 Pos Induk ABC Powder 6 kg
PT. BAMA
1 Workshop ABC Powder 6 kg
2 Gudang B3 ABC Powder 3 kg
3 Fuel Storage Crusher ABC Powder 20 kg
4 Genset Crusher 01 ABC Powder 6 kg
5 Genset Crusher 02 ABC Powder 6 kg
6 Genset Crusher 03 ABC Powder 6 kg
7 Genset BLC 01 ABC Powder 3 kg
8 Genset BLC 02 ABC Powder 3 kg
9 Fuel Storage BLC ABC Powder 20 kg
10 TT 3 ABC Powder 6 kg
PT. WBS
11 R. Meeting ABC Powder 6 kg
12 Office ABC Powder 6 kg
13 R. Welder ABC Powder 6 kg
14 R. Tool Room ABC Powder 6 kg
15 Gas Storage 01 ABC Powder 6 kg
16 Gas Storage 02 ABC Powder 6 kg
17 Gudang Spare Parts ABC Powder 6 kg
18 Workshop ABC Powder 6 kg
19 TPS Oli Bekas ABC Powder 6 kg
20 Tempat Oli Baru ABC Powder 6 kg
21 Fuel Storage 01 ABC Powder
PT. TUNAS INTI ABADI 28
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran
No LOKASI
1 Office & Mess PT.TIA Port
2 Laboratorium PT.TIA Port Geoservice
3 BLC PT. TIA Port
4 Crusher Area PT. TIA Port
5 Stock Pile Area PT. TIA Port
6 Workshop & Office PT. BAMA
7 Workshop & Office PT. MMM - Port
8 Office PT. TIA Mining
9 Mess Non Staff PT. TIA Mining
10 Nursery PT. TIA Mining
11 Mess Staff & kantin PT. TIA Mining
12 Office 01 & Office 02 PT.CK
13 Workshop & Warehouse PT.CK
14 Mess Non Staff PT.CK
15 Mess Staff PT.CK
16 Office MMS PT. CK
17 Mining Office PT. CK
18 Office, Workshop & Warehouse PT. MMM Hauling
19 Office, Workshop & Warehouse PT. WBS Mining
20 Office, Workshop & Warehouse PT. DS Hauling
21 Office, Workshop & Warehouse CV. BRD Hauling
PT. TUNAS INTI ABADI 29
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran
REFFERENSI
Brady, Essentials of Fire Fighting and Fire Departement 6th Edition, USA, 2013