Anda di halaman 1dari 30

Buku Pedoman

Penanggulangan
Kebakaran
PT. TUNAS INTI ABADI

Site : Sebamban,
Kalimantan Selatan

Emergency Number
:08118892585 /
08111254262

Emergency Frek
:157.9250

Edisi Pertama, 2014


PT. TUNAS INTI ABADI 1
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran

DAFTAR ISI

Halaman
BAB I Konsep Api
A. Model Api Berdasarkan Terbentuknmya ............................................................. 2
B. Proses Penyalaan Api ........................................................................................... 3
C. Model Pembakaran .............................................................................................. 3
D. Produk Pembakaran ............................................................................................. 3
E. Tahap Perkembangan Api ................................................................................... 3
F. Memadamkan Api ............................................................................................... 3

BAB II Sistem Proteksi Kebakaran


A. Klasifikasi Api ....................................................................................................... 5
B. Portable Fire Extinguishers (Alat Pemadam Api Ringan APAR ) ........................ 6
C. Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan ......................................................... 7
D. Potensi Bahaya Kebakaran di Lingkungan PT. Tunas Inti Abadi ........................... 10

BAB III Personal Protective Equipment (Alat Pelindung Diri)


A. PPE untuk Emergency Medical Operation ........................................................... 11
B. Structural Fire Fighting Protective Clothing ......................................................... 11
C. Respiratory Protection ......................................................................................... 14

BAB IV Fire Control


A. Proses Fire Control .............................................................................................. 16
B. Fire Streams ......................................................................................................... 17
C. Tactical Ventilation .............................................................................................. 18
D. Structural Search, Victim Removal & Firefighter Survival .................................... 20

Lampiran 1 Lampiran 1. Diagram alir Prosedur Kesiagaan dan Tanggap Darurat PT. Tunas
Inti Abadi beserta Nomor Telepon Penting ......................................................... 24
Lampiran 2 Lampiran 2. Diagram alir Instruksi Kerja Penanggulangan Kebakaran PT. Tunas
Inti Abadi ............................................................................................................. 25
Lampiran 3 Lampiran 3. Lokasi Sistem Proteksi Kebakaran di PT. Tunas Inti Abadi ............. 26
Refferensi .......................................................................................................... 29
PT. TUNAS INTI ABADI 2
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran

BAB I
KONSEP API

A. Model Api berdasarkan proses terbentuknya


Terdiri dari 2 macam model yaitu :
Fire Triangle (segitiga api). Terbentuk akibat adanya pertemuan antara oksigen, bahan bakar dan panas
Fire tetrahedron . Terbentuk akibat adanya pertemuan antara oksigen, bahan bakar, panas, serta reaksi kimia yang terjadi antara
ketiga bahan tersebut.

Fire Triangle Fire Tetrahedron

Sumber Panas
Energi Kimia
Merupakan sumber energi yang paling sering menjadi sumber panas dalam proses pembakaran. Terjadi akibat oksidasi bahan bakar
yang terpapar oksigen. Seringkali terjadi reaksi tanpa membutuhkan panas dari luar bahan bakar itu sendiri hingga terjadinya self
heating. Proses selanjutnya adalah terjadi spontaneous ignition atau penyalaan spontan. Contohnya adalah proses terbakarnya batu
bara secara spontan.
Penyalaan spontan dapat terjadi apabila :
- Bahan bakar tersebut tidak mudah melepas energi panas yang terbentuk
- Panas yang terbentuk cukup
- Suplai udara cukup untuk menjadikan pembakaran spontan.
Energi Listrik
Energi listrik dapat menjadi sumber panas melalui beberapa sebab, antara lain :
- Pemanasan resistansi pada material tertentu (Resistance heating)
- Pemakaian berlebih pada material tertentu (Overcurrent / Overload)
- Panas akibat kumparan
- Percikan muatan listrik
Energi Mekanik
Energi mekanik dapat menghasilkan panas melalui friksi (gesekan) atau kompresi
Proses Pemindahan Panas
Proses pemindahan panas dari satu media ke media lainnya dapat melalui cara konduksi, konveksi, dan radiasi
Konduksi, perpindahan panas terjadi merambat melalui benda padat
Konveksi, perpindahan panas terjadi melaui sirkulasi benda cair atau gas
Radiasi, perpindahan panas terjadi melaui jalur gelombang elektromagnetic

Bahan Bakar
Merupakan bahan yang teroksidasi atau terbakar pada proses pembakaran. Terdiri dari bahan bakar gas, bahan bakar cair, dan bahan
bakar padat.
Bahan bakar gas.
Merupakan bahan bakar paling berbahaya. Mudah untuk terjadi penyalaan spontan. Contoh : Metana (LNG), Propana (LPG).
Bahan bakar cair.
Memiliki karakteristik flash point dan fire point pada beberapa bahan bakar.
Flash point. Adalah temperatur minimal yang dibutuhkan untuk membentuk uap di udara sekeliling bahan bakar tersebut yang dapat
dinyalakan. tetapi belum cukup untuk menimbulkan api.
PT. TUNAS INTI ABADI 3
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran

Fire point. Adalah temperatur minimal yang dibutuhkan untuk menimbulkan penyalaan api.
Bahan bakar padat
Merupakan bahan bakar yang mempunyai kerapatan massa tinggi, sehingga berbentuk padat. Beberapa bahan padat dapat mencair
saat terpapar panas, misalnya wax atau plastik.

Oxygen
Merupakan komponen pembentuk api. Bertindak sebagai pengoksidasi dari bahan bakar.
Kadar oksigen normal di alam bebas permukaan bumi adalah 21%

B. Proses penyalaan api


Terbagi menjadi dua, yaitu penyalaan otomatis (Autoignition) dan penyalaan yang dimanipulasi (piloted ignition).
Piloted Ignition terjadi apabila suatu campuran bahan bakar dan oksigen dipapar oleh panas dari luar komponennya. Misal
menyalakan kertas dengan korek api.
Autoignition terjadi apabila penyalaan tersebut terjadi akibat dari panas dari dalam komponen itu sendiri, misalnya terbakarnya batu
bara secara mandiri.

C. Model Pembakaran
Terbagi menjadi dua, yaitu Nonflaming Combustion dan Flaming Combustion
Nonflaming combustion merupakan jenis pembakaran lokal yang terjadi akibat kontak permukaan bahan bakar, oksigen dan panas.
Proses ini tercermin dalam model segitiga api. Pembakaran ini tidak menjalarkan api secara masif. Contohnya adalah bara arang.
Flaming combustion merupakan jenis pembakaran akibat dari bahan bakar (baik padat maupun cair) yang dapat menjadi uap gas.
Sehingga dapat mengakibatkan penjalaran pembakaran secara cepat. Proses ini tercermin dalam model fire tetrahedron

D. Produk Pembakaran
Beberapa produk pembakaran adalah cahaya, panas (energi), particulate, serta asap (substansi baru).
Asap merupakan hasil dari pembakaran yang tidak sempurna, mayoritas asap bersifat beracun. Contohnya : Karbon Monoksida (CO),
Hidrogen sianida (HCN), Karbon Dioksida (CO2), dll.

E. Tahap perkembangan api


Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan api didalam ruang adalah :
- Tipe bahan bakar
- Lokasi dan ketersediaan bahan bakar tambahan
- Volume ruang dan ketinggian
- Ventilasi
- Bahan penghambat energi panas (thermal properties)
- Fire load (kuantitas bahan mudah terbakar)
Incipient Stage (Tahap Awal)
Tahap ini dimulai saat tiga bahan pembentuk api bersatu dan bereaksi menjadi api.
Growth Stage (Tahap berkembang)
Di tahap ini api mulai menjalar dari bagian bertemperatur tinggi ke temperatur rendah. Api menjalar mencari ruangan yang
mempunyai ventilasi cukup atau kadar oksigen yang lebih banyak.
Fully Developed Stage (Tahap perkembangan penuh)
Di tahap ini, bahan bakar yang terbakar mengeluarkan panas maksimalnya sesuai dengan ketersidiaan bahan bakar dan oksigen.
Terbentuk gas dan asap yang masif sebagai produk dari pembakaran itu sendiri.
Decay Stage (Tahap kerusakan)
Pada tahap ini, api sudah mulai berkurang seiring menurunnya kadar bahan bakar dan oksigen.
Rapid Fire Development (Perkembangan api cepat)
Jenis perkembangan api ini sangat berbahaya dan seringkali melukai petugas pemadam kebakaran. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan pada jenis ini adalah :
- Flashover
- Backdraft
- Smoke Explosion

F. Memadamkan Api
Api dapat dikontrol dan/atau dimatikan dengan cara membatasi atau menghalangi satu atau lebih komponen api dalam proses
pembakaran. Secara sederhana, dapat dilakukan dengan cara :
- Menurunkan temperatur
- Menghilangkan bahan bakar
PT. TUNAS INTI ABADI 4
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran

- Menghalangi masuknya oksigen


- Menghambat reaksi kimia pembakaran
- Tactical ventilation
PT. TUNAS INTI ABADI 5
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran

BAB II
SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN

A. Klasifikasi Api

Klasifikasi api berdasarkan jenis bahan - bakarnya

1. Kelas A
Bahan bakar berupa benda padat bukan logam, contohnya kain, kertas, plastik, karet, dan kayu.
Kelas ini dapat dipadamkan dengan air, dry chemical, Class A foam.
2. Kelas B
Bahan bakar berupa cairan mudah terbakar dan gas mudah terbakar. Contohnya alkohol, bensin, oli, LPG, dll.
Kelas ini dapat dipadamkan dengan CO2, Dry chemical, dan Class B Foam.
3. Kelas C
Bahan bakar berupa peralatan yang bermuatan listrik.
Dilarang untuk memadamkan kelas C ini menggunakan PFE yang berbahan dasar air sampai aliran listrik diputus terlebih
dahulu.
4. Kelas D
Bahan bakar berupa bahan metal mudah terbakar dan alloy. Contohnya lithium, magnesium, potasium, sodium, zinc.
Penggunaan air dan dry chemical pada kebakaran ini tidak dianjurkan, karena dapat menimbulkan reaksi tidak terkontrol pada
api.
Pemadaman dapat menggunakan dry powder khusus untuk Class D
5. Kelas K
Bahan bakar berupa minyak goreng atau lemak hewan yang terbakar pada temperatur tinggi.
Dapat dipadamkan dengan wet chemical.
PT. TUNAS INTI ABADI 6
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran

B. PORTABLE FIRE EXTINGUISHER (ALAT PEMADAM API RINGAN / APAR )

Macam macam Portable Fire Extinguishers

1. Pump Type Water Extinguishers


2. Stored Pressure Water Extinguishers
3. Water Mist Stored Pressure Extinguishers
4. Wet Chemical Stored Pressure Estinguishers
5. Aqueous Film Forming Foam (AFFF) Extinguishers
6. Clean Agent Extinguishers
7. Carbon Dioxide (CO2) Extinguishers
8. Dry Powder Extinguishers

Extinguisher Type Agent Fire Class


Pump Tank Water Hand carried; Back pack Water A Only
Stored Pressure Water Hand carried Water A Only
Aqueous Film Forming Foam Hand carried Water and AFFF B&C
(AFFF)
Halon 1211 Hand carried; wheeled Halon B&C
Halon 1301 Hand carried Halon B&C
Carbon Dioxide Hand carried & Wheeled Carbon dioxide B&C
Dry chemical Hand carried Sodium bicarbonate, Potassium B&C
Stored pressure bicarbonate, ammonium
Cartridge operated phosphate, potassium chloride
Multipurphose Dry Chemical Hand carried Monoammonium phosphate A, B, & C
Stored pressure
Cartridge operated
Dry Chemical Wheeled; ordinary or A, B, & C
multipurphose
Dry Powder Hand carried; wheeled Various, sodium chloride plus D Only
flow enhancers
Wet Chemical Hand carried Potassium Acetate K Only

Pemilihan dan Penggunaan Portable Fire Extinguishers


Pemilihan PFE yang tepat mengacu pada :
1. Klasifikasi bahan bakar
2. Rating PFE
3. Bahaya
4. Besaran api dan intensitasnya
5. Kondisi atmosfer
6. Ketersediaan dari personil terlatih
7. Mudah dikendalikan
8. Hal lain yang perlu diperhatikan

Penggunaan PFE
Penggunaan PFE dapat disingkat menjadi PASS
P : Pull the pin, tarik pin sehingga lepas
A : Aim the nozzle, arahkan nozzle kepada sumber api
S : Squeeze the handles together, Tekan handle sehingga mengeluarkan agent
S : Sweep the nozzle, sapukan nozzle hingga agent menyelimuti bahan yang terbakar
PT. TUNAS INTI ABADI 7
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran

Pemeliharaan, perawatan serta inspeksi PFE


Inspeksi.
Berikut ini adalah hal yang perlu diperhatikan saat melakukan inspeksi terhadap PFE :
1. Pastikan PFE berada pada tempat yang telah disetujui dan mudah dijangkau
2. Pastikan kepala nozzle tidak ada kerusakan
3. Pastikan hose tidak retak atau mengalami kerusakan
4. Pastikan tabung tidak mengalami kerusakan fisik, seperti penyok, berkarat, berlubang, dll
5. Pastikan label keterangan serta manual instruction bisa terbaca
6. Pastikan segel pin tidak rusak
7. Pastikan pressure gauge dalam rentang normal
8. Pastikan tanda label inspeksi telah terisi
Pemeliharaan dan perawatan
Hal hal yang perlu diperhatikan dalam menangani APAR adalah sbb :
1. Dilarang membanting APAR
2. Gunakan manual handling yang benar dalam membawa APAR
3. Jangan menarik safety pin sampai anda benar benar siap melakukan pemadaman
4. Tempatkan APAR pada tempat yang telah disediakan
5. Pisahkan APAR yang sudah tidak terpakai atau rusak
6. Jangan menempatkan benda apapun di sekitar APAR
7. Goncangkan APAR dry chemical minimal satu bulan sekali untuk menghindari penggumpalan

C. Sistem Proteksi Kebakaran pada bangunan

Sistem proteksi kebakaran memiliki fungsi antara lain :

Sarana pemberitahuan kepada penghuni suatu bangunan untuk segera melakukan evakuasi pada saat terjadinya kebakaran
Mendeteksi adanya kebakaran atau produk pembakran
Sebagai tanda kepada departemen emergency response untuk segera melakukan kontrol terhadap kebakaran
Memulai sistem kontrol kebakaran otomatis dan aktivasi alarm
Untuk memastikan bahwa sistem kontrol kebakaran dan sistem supresi api terpelihara
Sistem ventilasi untuk menghilangkan asap serta produk pembakaran lainnya.
Memulai fungsi tambahan yang melibatkan lingkungan, peralatan, dan proses kontrol lainnya.

Sistem Proteksi Kebakaran yang dimaksud antara lain :

Sistem Alarm
PT. TUNAS INTI ABADI 8
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran

Alarm-initiating devices
Automatic Sprinkler systems (sistem alarm otomatis)
Standpipe and hose systems (Sistem hidran dan hose)
Smoke management systems (Sistem manajemen asap)
Kontrol bangunan yang dikendalikan oleh sistem proteksi kebakaran.

Pada buku ini hanya dibahas mengenai sistem proteksi kebakaran yang terdapat di lingkungan PT.Tunas Inti Abadi.

1. Sistem Alarm Kebakaran


Sistem alarm kebakaran berfungsi sebagai tanda dari kondisi emergency kepada lingkungan di sekitar alarm tersebut. Terdapat
beberapa macam sistem alarm, dari yang sangat sederhana hingga sistem yang kompleks. Sistem alarm ini harus diuji secara
berkala untuk memastikan bahwa sistem tersebut siap digunakan setiap saat.
Berikut ini adalah contoh komponen dari sistem alarm kebakaran kompleks
Fire Alarm Control Panel.
Merupakan suatu komponen elektronik dari sistem alarm tersebut.
Power Suply
Sumber tenaga dari fire alarm terdiri dari sumber tenaga primer (dari listrik gedung) dan sumber tenaga
sekunder, yang merupakan sumber tenaga cadangan berupa batery
Initiating Devices
Merupakan alat yang digunakan untuk mengaktifkan sistem ini. Dapat berupa manual (model pencet atau
tombol) atau berupa otomatis (smoke detector, heat detector, flame detector, fire-gas detector, combination
detectors)
Notification Appliance
Merupakan komponen yang berfungsi sebagai media pemberitahuan. Dapat berupa :
Bell
Sirine
Rekaman suara
Lampu rotari
Speakers
Buzzer

Alat notifikasi ini dapat berupa kombinasi dari beberapa hal dibawah ini :

Audible : berupa suara (bell, sirine, speakers, dll


Audiovisual : berupa alat yang menyala seperti lampu rotari, lampu kedip.
Visual : teks visual atau simbol
Tactile : berupa bahan bergetar, jika terjadi kebakaran.

Alarm initiating device Alarm notification


PT. TUNAS INTI ABADI 9
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran

2. Standpipe and Hose System (Hidrant)


Hidrant didesain untuk mengalirkan persediaan air ke sistem hose pada saat operasi pemadaman kebakaran dalam skala luas di
area jangkauan tembakan air
Komponen Standpipe systems:
Hose station
Water Supply (suplai air)
Waterflow control valves (katup pengontrol aliran air)
Risers
Pressure-regulating devices
Fire department connection (additional)

Klasisfikasi Hidrant

Kelas 1
Hidrant kelas ini menggunakan hose 2,5 inch. Terletak pada luar bangunan sasaran. Hose dan nozzle terletak
terpisah dengan hidrant dan ditempatkan di dalam box yang tidak jauh dari hidrant.
Kelas 2
Hidrant kelas ini menggunakan hose 1,5 inch. Terletak pada bagian dalam gedung. Hose dan nozzle terletak
dalam satu box dengan coupling hidrant.
Kelas 3
Hidrant kelas ini merupakan perpaduan antara kelas 1 dan kelas 2. Terdapat coupling hose untuk ukuran 2,5 inch
maupun 1,5 inch.

Tipe tipe Standpipe Systems

Automatic wet
Hidran mengandung air yang selalu ada di dalamnya. Tidak cocok untuk lingkungan dengan suhu dingin ekstrim
Automatic dry
Hidran mengandung tekanan udara yangbaru akan memancarkan air apabila katup terbuka secara otomatis
Semiautomatic dry
Manual dry
Hidran ini tidak memiliki sumber air sendiri dan harus dihubungkan dengan sumber air untuk mengaktifkannya
Manual wet
Hidran ini mengandung air dalam jumlah sedikit, sehingga dibutuhkan sumber air lain untuk mensuplainya

Hidrant kelas 1 Hidrant kelas 2


PT. TUNAS INTI ABADI 10
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran

D. Potensi Bahaya Kebakaran di Lingkungan PT. Tunas Inti Abadi

Pada dasarnya, semua bahan yang kita pergunakan sehari hari dapat menimbulkan api apabila terjadi reaksi diantara ketiga bahan
pembentuk api tersebut.

Berikut ini beberapa pekerjaan yang berpotensi menimbulkan kebakaran di lingkungan PT.TIA beserta daftar prosedur yang
merupakan kontrol pengendaliannya

1. Coal handling (Penanganan batu bara)


Batu bara merupakan bahan bakar yang dapat terjadi autoignition pada kondisi kondisi tertentu. Untuk itu diperlukan
pengendalian agar batu bara tidak terbakar dengan sendirinya.
Prosedur terkait :
TIA-PR-PRT-02_02 Prosedur Management Stockpile batu bara
TIA-IK-PRT-05_01 Instruksi Kerja pengecekan temperatur di area stockpile
2. Electrical handling (Penanganan alat-alat listrik)
Semua barang elektrik berpotensi menimbulkan kebakaran. Untuk itu harus dilakukan pemeriksaan secara berkala agar kondisi
alat dalam keadaan aman digunakan.
Prosedur terkait :
TIA-IK-MTC-01_00 Instruksi Kerja Pemeriksaan Harian Genset
TIA-IK-MTC-02_00 Instruksi Kerja PM Service 250 Jam Genset 135 KVA Camp Power House
TIA-IK-MTC-03_00 Instruksi Kerja PM Service 500 Jam Genset 135 KVA Camp Power House
TIA-IK-MTC-04_00 Instruksi Kerja PM Service 1000 Jam Genset 135 KVA Camp Power House
TIA-IK-MTC-05_00 Instruksi Kerja Pengoperasian Genset 135 KVA
TIA-IK-MTC-06_00 TIA-IK-MTC-06_00 Instruksi Kerja Pengukuran Pentanahan
TIA-IK-MTC-07_00 Instruksi Kerja Pemeriksaan Alat Listrik Portable & GPO
TIA-ST-ICT-02_00 Standar Ruang Server PT. Tunas Inti Abadi
TIA-IK-ICT-02 Instruksi Kerja Perawatan Komputer
3. Mengemudikan kendaraan bermotor
Kendaraan bermotor merupakan alat yang dijalankan dengan bahan bakar cair, untuk itu diperlukan standard yang bertujuan
untuk mengendalikan potensi bahaya kebakaran yang dapat menimpa kendaraan bermotor.
Prosedur terkait :
TIA-ST-HSE-01_01 Standar Kelayakan Kendaraan Unit
TIA-PR-HSE-01_02 Prosedur Pengoperasian Kendaraan Unit
TIA-IK-HSE-45_01 Instruksi Kerja Pemeriksaan Kelayakan Unit atau Kendaraan
4. Bekerja di dekat panas
Bekerja di dekat panas, contohnya welding, dapat menimbulkan bahaya kebakaran cukup serius karena menggunakan bahan
bakar gas, ataupun elektrikal. Untuk itu diperlukan izin khusus jika karyawan akan melakukannya.
Prosedur terkait :
TIA-PR-HSE-16_01 Prosedur Bekerja Dekat Panas
5. Penanganan bahan bakar cair, dan / atau cairan mudah terbakar lainnya
Bahan bakar cair yang umum digunakan di lingkungan PT.TIA adalah Solar. Sedangkan cairan mudah terbakar lainnya dapat
ditemukan di workshop ataupun gudang B3 yaitu oli, grease, cat, dan B3 mudah terbakar lainnya. Selain dapat menimbulkan
resiko pencemaran lingkungan, juga berpotensi menimbulkan kebakaran.
Prosedur terkait :
TIA-ST-HSE-04_01 Standar Simbol dan Label Limbah B3
TIA-ST-HSE-05_01 Standar Oil Traps
TIA-ST-HSE-06_01 Standar Tempat Penyimpanan Limbah B3 Sementara
TIA-IK-HSE-25_01 Instruksi Kerja Inspeksi TPS Limbah B3
TIA-IK-HSE-46_00 Instruksi Kerja Inspeksi Workshop
TIA-IK-MMN-04_00 Instruksi Kerja Penerimaan dan Pengeluaran Fuel
6. Cooking (Memasak)
Aktifitas di dapur erat kaitannya dengan api, selain itu, terdapat bahan bakar gas (LPG)
Prosedur terkait :
TIA-IK-HRD-01_00 Insrruksi Kerja Pemeriksaan Tabung LPG di Kantin
TIA-IK-HRD-03_00 Instruksi Kerja Kegiatan Petugas Dapur Site
PT. TUNAS INTI ABADI 11
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran

BAB III
PERSONAL PRETECTIVE EQUIPMENT
(ALAT PELINDUNG DIRI)

PPE yang digunakan meliputi Personal Protective Clothing (PPC), Respiratory protection Equipment, dan Personal Alert Safety System
(PASS). Semua benda tersebut digunakan untuk melindungi kita dari bahaya dan meminimalisir resiko cidera atau fatality.

PPE dapat berbeda pada beberapa operasi penyelamatan. Dalam buku ini akan dijabarkan mengenai PPE untuk medical first responder
dan firefighter.

A. PPE / PPC untuk Emergency Medical Operation


Petugas Emergency Medical Operation harus melindungi diri dari paparan bahaya cairan tubuh infeksius, dan airborne
pathogens. Penggunaannya dapat disesuaikan dengan kondisi lapangan. Tidak dianjurkan untuk hanya memakai PPC untuk
firefighter, dikarenakan dapat mengkontaminasi korban dengan luka terbuka.
Sesuai dengan standard NFPA1999, PPC untuk Emergency Medical Operation meliputi :
Utility gloves. Bukan untuk perawatan pasien, tetapi sebagai penghalang dari cairan tubuh, disinfectans, dan
cairan pembersih
Medical examination gloves. Digunakan untuk merawat pasien dan sebagai penghalang dari paparan cairan
infeksius sampai dengan lengan bawah.
Eye/Face protection device. Faceshield, goggles, safety glasses, atau hooded visor, untuk melindungi sebagian
dari mata dan wajah.
Facemask. Full face device untuk melindungi mata, wajah, hidung, dan mulut.
Footwear. Safety shoes atau boots untuk melindungi kaki sampai ankles.
Footwear cover. Untuk melindungi footwear dari cairan tubuh
Medical garment. Single use atau multiple use. Untuk
melindungi tubuh dari paparan cairan tubuh. Dapat berupa jaket,
celana, rompi,apron, atau coveralls
Medical helmet. Pelindung kepala yang didesain untuk menahan
benturan, penetrasi, atau electrical pada pasien yang berada di
area yang berbahaya. Helm tersebut harus sesuai dengan standard
ANSI type 1
Respiratory protection device. Filter Mask untuk melindungi
pernafasan dari airborne pathogens

B. STRUCTURAL FIRE FIGHTING PROTECTIVE CLOTHING


Semua PPC untuk pemadam kebakaran struktural harus memenuhi kriteria dari
NFPA1971 (Standard on Protective Ensembles for Structural Fire Fighting and
Proxymity Fire Fighting). Yaitu meliputi :
1. Helmet
Helm yang khusus di desain khusus untuk :
Melindungi kepala, telinga, dan leher dari air panas dan bara api
Melindungi kepala dari cedera akibat benda jatuh
Melindungi dari panas dan dingin.
2. Eye Protection Devices
Dapat berupa SCBA facepiece, helmet-mounted faceshields, goggles, dan safety glasses
3. Protective Hoods
Melindungi bagian yang tidak dapat dicover oleh SCBA facepiece, helm, ear flaps, atau coat collar. Terbuat dari bahan
tahan api.
4. Protective Coat
Merupakan baju tahan api yang dipakai oleh petugas pemadam kebakaran. Terdiri dari 3 lapisan yang dapat menahan
paparan api langsung, air panas, uap panas, temperatur dingin, dan beberapa bahaya lingkungan yang lain.
5. Protective Trousers
Merupakan celana tahan api yang didesain dengan bahan yang sama dengan protective coat
PT. TUNAS INTI ABADI 12
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran

6. Protective Gloves
Berfungsi untuk melindungi tangan, pergelangan tangan dari panas, uap panas, suhu dingin, penetrasi, terpotong, dan
penyerapan cairan.
7. Protective Footwear
Mempunyai pelindung besi pada ujungnya, terbuat dari karet, kulit atau bahan anti air yang lainnya dan tidak
menghantarkan listrik.Berfungsi untuk melindungi kaki, angkle dan tungkai bawah dari :
Benda tajam yang dapat menusuk
Tergilas
Air panas atau cairan kontaminan
Terbakar
8. Hearing Protection Devices
Berfungsi untuk melindungi telinga dari paparan bising yang melampaui nilai ambang batas. Penggunaan harus sesuai
dengan kondisi pada saat operasi penyelamatan. Penggunaan peralatan ini mungkin saja berbahaya pada situasi
tertentu yang membutuhkan fungsi pendengaran tajam atau untuk berkomunikasi.
9. Personal Alert Safety System (PASS)
PASS akan menimbulkan buntyi alarm yang sangat keras untuk menunjukkan bahwa terdapat personel pemadam
kebakaran yang terancam bahaya.
PASS akan berbunyi apabila petugas tidak bergerak lebih dari 30 detik atau petugas tersebut menekan tombol
emergencynya. Beberapa tipe dapat aktif apabila mendapat temperatur tertentu sesuai batasnya.
PASS dapat menunjukkan lokasi dimana petugas terjebak, tidak sadar, atau petugas yang tidak mampu pada situasi
tertentu.
PT. TUNAS INTI ABADI 13
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran

PPE Untuk Firefighter

Fire helmet & faceshield

Fire Gear
Air purifiying respirator

Fire hood Fire boots Fire protective gloves

PASS Device Goggles Ear Muff hearing


protection device
PT. TUNAS INTI ABADI 14
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran

C. RESPIRATORY PROTECTION
Respiratory protection (pelindung pernafasan) digunakan pada beberapa operasi penyelamatan diantaranya :
Kebakaran struktural dan kebakaran hutan, yang menghasilkan asap dan produk pembakaran lainnya
Medical respon, yang memungkinkan penularan penyakit melalui udara
Confined space search, rescue, and recovery yang memungkinkan adanya udara beracun atau rendahnya kadar
oksigen
Pekerjaan perbaikan yang dapat menimbulkan fine particulate seperti debu, cat, atau serpihan metal.

Beberapa bahaya yang dapat mengancam pernafasan antara lain :

Defisiensi oksigen atau penurunan kadar oksigen


Peningkatan temperatur
Kontaminan particulate
Gas dan vapour
Airborne pathogens

Macam macam Pelindung Pernafasan

1. Atmosphere Supplying Respirators (ASRs)


Disebut juga dengan Self Containing Breathing Apparatus (SCBA). Merupakan alat yang memiliki tabung udara sebagai
supply oksigen untuk petugas.
Digunakan oleh petugas yang diharuskan untuk masuk ke area berbahaya bagi pernafasan dalam waktu yang relatif
lama, dengan catatan tidak ada bahaya berupa api yang dapat merusak komponen SCBA. Alat ini hanya boleh digunakan
oleh petugas yang terlatih dalam operasi penyelamatan.
Terdapat dua jenis SCBA, yaitu :
Open-Circuit SCBA
Yaitu SCBA yang dapat mengeluarkan udara ekshalasi dari pernafasan ke atmosfer
Close-Circuit SCBA
Disebut juga SCBA rebreather. Yaitu SCBA yang dapat mendaur ulang udara ekshalasi. Yang dikeluarkan
adalah CO2 saja. Sedangkan Oksigen dimasukkan kembali ke tabung. Jenis ini tidak diperbolehkan dipakai
dalam operasi pemadam kebakaran

Open SCBA memiliki 4 komponen dasar, yaitu :

Backplate dan harness


Terdiri dari rigid frame dengan beberapa sabuk untuk mengangkut silinder udara dan sebagai media
petugas untuk membawa SCBA tersebut.
Air cylinder assembly
Berisi udara bertekanan. Terbuat dari besi, alumunium, alumunium yang dibungkus dengan fiberglass,
kevlar, atau carbon composit material.
Memiliki bagian control valve, threaded stem / quick connect fitting, dan pressure gauge yang
dihubungkan oleh hose atau selang udara.
Regulator assembly
Regulator berfungsi untuk menyeimbangkan udara bertekanan dari dalam silinder sehingga memiliki
tekanan yang sama dengan tekanan atmosfer yang dapat dihirup manusia. Memiliki diafragma yang
dapat mengatur keluar masuknya udara. Jika ada hirupan, maka akan terjadi perbedaan tekanan pada
regulator, sehingga udara akan masuk secara perlahan ke dalam facepieces. Jika tidak terdapat hirupan,
maka sistem diafragma regulator akan tertutup secara otomatis.
Facepiece assembly
Berfungsi sebagai media masuknya udara dari regulator sehingga dapat dihirup oleh pemakai. Facepieces
menerapkan sitem kedap udara, sehingga udara dari luar tidak akan masuk dan terhirup oleh pemakai
jika sudah terpasang regulator.
Memiliki beberapa komponen :
Facepiece frame and lens
Head harness and straps
Exhalating valve
PT. TUNAS INTI ABADI 15
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran

Nose cup
Speaking diaphragm
Regulator fitting atau hose connection.

Open SCBA memiliki durasi waktu pemakaian yang disebut dengan Work duration.

Rumus work duration SCBA dalam satuan menit adalah

Kapasitas silinder (Liter) x Tekanan pressure (BAR) safety margin (10 menit)
40 (rata rata kecepatan konsumsi nafas)

Apabila Low pressure alarm SCBA berbunyi, maka petugas harus secepatnya mencari jalan keluar atau segera keluar
menghentikan operasi penyelamatannya.

2. Air Purifying Respirators (APRs)


APRs memurnikan udara dengan cara melakukan saringan terhadap udara oleh filter, canister, atau cartridge. Beberapa
tipe memiliki full facepieces yang dapat melindungi penuh mata, hidung, dan mulut. Ada juga yang hanya memiliki half
facepieces yang hanya melindungi separuh wajah yaitu hidung dan mulut saja.
Particulate filter merupakan bahan sekali pakai.

Batasan Pemakaian Pelindung Pernafasan

1. Batasan Pemakai
Pemakai tidak boleh dalam kondisi sebagai berikut :
Kondisi fisik yang lemah
Kemampuan yang kurang
Kapasitas paru yang tidak adekuat
Memiliki kemampuan cardiovaskular yang lemah
Psikologis yang terganggu
Memiliki bentuk wajah yang unik sehingga fungsi alat tidak bisa sempurna
2. Batasan penggunaan alat
Pencahayaan yang kurang
Terjadi penurunan komunikasi yang dibutuhkan
Terjadi penurunan daya tahan fisik
Terjadi penurunan atau keterbatasan pergerakan
Kondisi apparatus yang tidak sempurna atau rusak
Tekanan udara dalam tabung rendah

SCBA UNIT
PT. TUNAS INTI ABADI 16
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran

BAB IV
FIRE CONTROL
(KONTROL KEBAKARAN)

A. PROSES KONTROL KEBAKARAN

Apabila terjadi kebakaran di PT. Tunas Inti Abadi, maka jalankan prosedur tanggap darurat yang sudah ada. Pembahasan kali ini merupakan
acuan teknis dalam melakukan pemadaman kebakaran besar, yang meliputi :

Strategi dan koordinasi


Pemilihan hose
Pemilihan nozzle
Membuat pintu masuk
Penyerangan terhadap api
Pendinginan gas
Perlindungan area terbuka
Kontrol fasilitas bangunan.

1. Strategi dan koordinasi


Saat pertama kali tiba di lokasi kejadian, Kapten atau IC harus dapat segera membaca situasi, untuk kemudian menentukan strat egi,
taktik dan koordinasi dengan pihak yang dibutuhkan.
Keputusan diambil berdasarkan pada 3 prioritas, yaitu : life safety, stabilisasi insiden, dan perlindungan properti.
Berikut ini adalah straegi yang dapat dipilih :
Offensive
Strategi ini mengutamakan kecepatan dalam melakukan pemadaman sekaligus penyelamatan yang berjalan secara
bersamaan dan simultan.
Petugas mobil pemadam kebakaran bertugas memadamkan api dari luar bangunan, sedangkan petugas pencari
langsung masuk ke dalam bangunan untuk segera melakukan pencarian terhadap korban dengan membawa hose
sebagai penyerang api atau pertahanan.
Defensive
Strategi ini dipilih apabila :
Tidak ada ancaman serius terhadap penghuni gedung
Penghuni tidak mungkin terselamtkan
Properti tidak mungkin terselamatkan
Keterbatasan petugas jika melakukan strategi offensive
Ancaman bahaya bangunan akan segera runtuh
Berbahaya bagi petugas untuk melakukan offensive
Transisi strategi
Transisi strategi dimungkinkan pada saat operasi tergantung situasi dan kondisi aktual. Transisi strategi dapat
dilakukan dari offensive ke defensive atau sebaliknya.
2. Pemilihan hose
Pemilihan hose mempertimbangkan :
Besaran api dan material yang terbakar
Kebutuhan flow rate untuk pemadaman
Jangkauan pancaran
Jumlah ketersediaan petugas
Kecepatan dan mobilitas yang dibutuhkan
Kebutuhan taktik dan strategi
Akses penggelaran hose
Potensi penyebaran api
Ukuran bangunan
Ukuran api dan lokasi api

Saat operasi, harus tersedia backup hose / hose cadangan


PT. TUNAS INTI ABADI 17
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran

3. Pemilihan nozzle
Pemilihan nozzle berdasarkan hal berikut ini :
Kondisi api
Ketersediaan suplai air
Jumlah petugas
Kemampuan nozzle yang disesuaikan dengan kondisi hose.
Mengacu pada pemilihan hose

4. Membuat pintu masuk


Penentuan entry point mempertimbangkan hal berikut ini :
Arah dan kecepatan angin
Kondisi bangunan
Kondisi awal permulaan api
Lokasi penghuni
Area terbuka

5. Penyerangan terhadap api (Fire attack)


Direct Attack (Penyerangan langsung)
Metode penyerangan yang langsung menyemprotkan air atau foam ke sumber api. Bisa menggunakan solid stream
ataupun straight stream
Indirect Attack (Penyerangan tidak langsung)
Metode penyerangan yang dilakukan dari luar bangunan. Penyemprotan air atau foam dilakukan melalui jendela atau
bagian bangunan yang terbuka.
Combination Attack (Penyerangan kombinasi)
Metode penyerangan ini bertujuan untuk mendinginkan selubung gas di langit langit bangunan menggunakan
indirect attack dan memadamkan api langsung dari sumbernya menggunakan direct attack.

6. Pendinginan gas
Pendinginan gas bukan merupakan metode pemadaman api, teknik ini hanya untuk mengurangi temperatur selubung gas dan
memudahkan petugas dalam melakukan penyerangan terhadap api. Gunakan aliran tipe fog (kabut) untuk mendinginkan selubung
gas.

7. Perlindungan area sekitar kebakaran


Yang dimaksud dengan area sekitar kebakaran adalah area atau struktur yang merupakan bagian dari bangunan yang terbakar dan
dimasuki oleh asap.
Struktur ini harus dilapisi oleh foam atau disemprot dengan air untuk mencegah penjalara api

8. Kontrol fasilitas bangunan


Beberapa hal yang harus dilakukan kontrol dan dilakukan pengamanan sebelum dan sesudah operasi adalah :
Eletrical (sumber arus listrik)
Sumber gas rumah tangga
Saluran air

B. FIRE STREAMS

Fire stream adalah pancaran air atau bahan pemadam lain yang keluar dari nozzle sampai kepada target. Beberapa faktor yang
mempengaruhi fire stream adalah :
Kecepatan air
Gravitasi
Arah dan kecepatan angin
Friksi udara
Tekanan operasi
Desain dan pengaturan nozzle
PT. TUNAS INTI ABADI 18
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran

Kondisi bukaan nozzle

Tujuan dari fire stream adalah :


Membuat kontak air atau foam dengan material terbakar untuk menurunkan temperaturnya
Membuat kontak air atau foam dengan api terbuka untuk menurunkan temperatur sehingga petugas dapat melakukan strategi
berikutnya
Menurunkan temperatur di atas selubung gas
Memecah asap panas dan gas api
Menciptakan penghalang antara api dan bahan bakar

Pola Fire Stream


Terdiri dari ukuran dan tipe

1. Ukuran
Low volume stream
Mengeluarkan aliran kurang dari 40 gpm (160L/min). Menggunakan hose ukuran inch, 1 inch, atau 1.5 inch.
Handline stream
Mengeluarkan aliran antara 40 350 gpm (160L/min 1400L/min). Menggunakan hose ukuran 1.5 3 inch
Master stream
Mengeluarkan aliran lebih dari 350 gpm (1400L/min). Menggunakan hose ukuran 2.5 3 inch, dengan takanan 80 100 psi.

2. Tipe
Solid stream
Aliran yang memancar merupakan aliran padat dan panjang
Fog Stream
Aliran yang memancar berbentuk kabut yang dapat menyelubung atau menyebar
Straight stream
Merupakan semi solid stream, karakteristiknya merupakan peralihan dari fog stream ke solid stream
Broken stream
Merupakan aliran yang dapat memancar secara masih dan acak. Biasanya digunakan pada area ruang terbatas (confined space)

Solid & straight stream Fog stream

C. TACTICAL VENTILATION (TEKNIK VENTILASI)


Penggunaan tactical ventilation dimaksudkan untuk :
Menurunkan temperatur interior
Menurunkan radius penyebaran api
Mengurangi potensi kebakaran ekstrem
Meningkatkan pencahayaan ruangan
Meningkatkan efisiensi petugas pemadam kebakaran
Meningkatkan kemungkinan hidup korban
Mengurangi kerusakan properti akibat asap
PT. TUNAS INTI ABADI 19
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran

Beberapa pertimbangan dalam pengambilan keputusan tactical ventilation :

Resiko yang akan dialami korban dan petugas


Konstruksi bangunan
Indikator perilaku api
Lokasi dan luasan api
Tipe ventilasi
Lokasi ventilasi
Kondisi cuaca
Pembongkaran
Ketersediaan sumber daya

TIPE TACTICAL VENTILATION

A. Horizontal Ventilation
1. Natural horizontal ventilation
Dilakukan apabila kondisi cuaca memungkinkan untuk ini.
Prinsip kerjanya adalah membuat pintu masuk udara dan membuat pintu keluar asap dalam satu arah dan mengandalkan
hembusan angin.

2. Mechanical horizontal ventilation


Menggunakan alat untuk melakukan ventilasi, terdiri dari :
Negative pressure ventilation.
Menggunakan smoke ejector untuk menghisap asap keluar
Positive pressure ventilation
Menggunakan kipas angin untuk menghembuskan asap sehingga asap bisa keluar melalui pintu keluar yang sudah dipersiapkan.
Hydraulic ventilation
Hanya bisa dilakukan dari dalam bangunan. Menggunakan pancaran air dari nozzle yang dibentuk kabut kemudian
mengarahkan asap ke pintu keluar.

Positive pressure ventilation Negative pressure ventilation

B. Vertical Ventilation
Ventilasi ini digunakan apabila menemukan bangunan bertingkat, terdiri dari 2 jenis :
Offensive vertical ventilation
PT. TUNAS INTI ABADI 20
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran

Membuka / membuat jalan keluar asap, api atau gas di bagian atas sebuah bangunan. Teknik ini membutuhkan alat untuk
melakukan breaching terhadap atap bangunan.
Defensive vertical ventilation
Membuka bagian atas sebuah bangunan yang bertujuan untuk memecah api. Tidak efektif dilakukan apabila bangunan terlalu
luas

D. STRUCTURAL SEARCH, VICTIM REMOVAL, AND FIREFIGHTER SURVIVAL

Sebelum melakukan struktural searching, petugas penyelamat harus memiliki pengetahuan yang cukup mengenai :

Struktur dan konstruksi Bangungan


Denah ruangan tiap lantai
Pengenalan situasi atau scene size up
Search safety guidelines
Prosedur pencarian
Pemindai panas (jika tersedia)
Sistem tanda pencarian
Perilaku api
Operasi tambahan yang mendukung proses pencarian seperti pengendalian api dan tactical ventilation
1. Struktur dan konstruksi bangunan
Petugas pemadam kebakaran harus mengetahui bahan serta konstruksi bangunan yang sedang terbakar. Tujuannya adlah untuk
mengetahui seberapa cepat api tersebut menyebar, kemungkinan arah penyebaran api, kemungkinan bangunan runtuh, serta bagian
gedung yang dapat dibongkar dengan tujuan evakuasi emergency

2. Denah ruangan tiap lantai


Untuk menghasilkan pencarian yang efektif, petugas harus mengetahui denah ruangan secara akurat. Informasi denah bangunan bisa
didapat dari laporan inspeksi, preincedent survey, rencana pembangunan, atau observasi personal

3. Pengenalan situasi dan scene size-up


Size-up adalah evaluasi cepat yang dilakukan di tempat kejadian , untuk melihat dan menilai hal hal penting dari situasi insiden yang
sedang terjadi, termasuk bahaya dan strategi yang akan dilakukan. Size-up harus dapat memecahkan pertanyaan di bawah ini :
Apa yang telah terjadi ?
Apa yang sedang terjadi ?
Apa yang akan mungkin terjadi ?

4. Search safety guidelines (Panduan keamanan pencarian)


Jangan memasuk bangunan yang diperkirakan bahwa penghuni bangunan tersebut tidak mungkin ditemukan, misalnya
bangunan sudah akan runtuh dan api sangat besar. Laporkan kepada kapten tentang situasi tersebut
Jika api masih sangat besar dan tidak terkendali. Lakukan prosedur fire control dan ventilasi sebelum memasuki
bangunan
Jangan melalukan pencarian mandiri. Bekera sesuai rencana penangan insiden yang telah dibuat.
Jalin komunikasi terus menerus dengan Incedent Commander (IC)
Monitor jalur radio untuk mengetahui informasi penting.
Selalu monitor kondisi api
Berhati hati terhadap kondisi entry point, pastikan struktur entry point cukup kuat
Gunakan PPE lengkap, termasuk SCBA, dan PASS
Selalu masuk dengan rekan (2 atau lebih), dan selalu melakukan kontak baik fisik, visual ataupun vokal kontak
Setelah membuka pintu. Ikatlah knob pintu dengan menggunakan strap , sehingga dapat ditutup dengan cepat apabila
terjadi situasi darurat di dalam.
Jika menemukan api di ruangan. Maka tutup pintunya kemudian segera laporkan kondisinya terhadap kapten.
Pencarian dilakukan sistmatis sesuai rencana, sehingga dapat menurunkan kemungkinan disorientasi ruang.
Jika pandangan terbatas, tetaplah bergerak dengan pelan
Selalu memperhatikan struktur bangunan dari kemungkinan kolaps
Beri tanda ruangan yang sudah dilakukan pencarian.
PT. TUNAS INTI ABADI 21
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran

Jika pandangan sangat terbatas,maka gunakanlah pandu dinding, hose, atau tali pencarian
Jikia memungkinkan, pakailah hose yang telah tersedia di ruangan (Class II) sebagai panduan pencarian
Koordinasi dengan IC dan tim ventilasi sebelum membuka jendela untuk mengeluarkan asap dan panas
Informasikan kepada kapten mengenai ruangan yang tidak bisa dimasuki
Lapor ke Kapten jika pencarian sudah selesai, proses api, serta kondisi fisik bangunan

5. Persiapan Pencarian
Sebelum memasuki area pencarian, harus memastikan hal hal di bawah ini :
Mengetahui jalur komando
Alat alat pendukung pencarian siap untuk digunakan, termasuk alat pendobrak, handlight, thermal imager (jika ada),
dan tali pandu pencarian
Radio tangan berfungsi, di channel yang tepat dan posisi on
SCBA pada posisi on, berfungsi baik, dan memiliki udara yang penuh atau cukup
PASS pada posisi on dan berfungsi
Telah tercatat oleh Breathing Apparatus Controll Officer (BACO) atau Accountability officer atau Safety Officer
Mengetahui tugas dan sasaran, serta taktik tim
Mengetahui struktur bangunan serta alternatif jalan keluar

6. Prosedur Pencarian
Berikut ini hal hal yang harus diperhatikan dalam prosedur pencarian :
Terdapat 2 sasaran dalam structural search,yaitu pencarian korban hidup, dan penentuan status kondisi api.
Gali sebanyak informasi dari saksi (jika ada) mengenai korban yang mungkin terdapat di dalam bangunan yang sedang
terbakar, lokasi korban, serta lokasi yang terdapat api. Laporkan informasi tersebut kepada kapten atau IC.
Jika tidak ada saksi atau bangunan tersebut tidak dihuni. Asumsikan di dalam gedung tersebut terdapat korban.
Jika memungkinkan, lakukan pencarian bersamaan dengan fire attack dan ventilation.
Bila dimungkinkan terdapat api di dalam bangunan, maka bawa masuk hose agar dapat melakukan pemadaman saat
petugas menemukan api.
Terdapat 2 tipe pencarian, yaitu primary search dan secondary search.
Primary Search
Selalu menggunakan buddy system
Lakukan dengan cepat dan sistematis sesuai metode yang dipilih
Gunakan prioritas untuk proses pencarian cepat, yaitu :
1. Ruangan yang paling parah kondisinya
2. Ruangan yang paling mungkin terdapat banyak orang
3. Ruangan yang paling jauh dari api
4. Interior lainnya dan eksterior
Secondary Search
Dilakukan setelah proses pemadaman api dan ventilasi selesai dilakukan. Melibatkan petugas yang tidak
tergabung dalam tim primary search.
Dilakukan lebih lambat dan lebih teliti dari primary search, dan selalu pastikan tidak ada ruangan yang
terlewati
Jika menemukan ketidakstabilan struktur bangunan harus segera dilaporkan ke kapten.
SCBA tetap harus digunakan meskipun sudah tidak ada asap.

7. Search Methods (Metode Pencarian)


General Methods
Digunakan dalam primary maupun secondary seraches dengan mengikuti pola sistematis
Masuk menggunakan panduan satu sisi, yaitu sisi kiri atau sisi kanan, dengan panduan dinding.
Masuk dan keluar menggunakan entry point yang sama
Tutup kembali pintu jika searching telah dilakukan dan tidak ada api di dalamnya. Kecuali ruangan
tersebut memang dibutuhkan untuk ventilasi.
Oriented Search Method
Terdapat team leader dalam setiap pencarian di dalam bangunan
Team leader diam di pintu atau entry point, sedangkan anggota tim masuk melakukan searching.
Komunikasi harus selalu terjalin antara anggota tim searching dan tim leader.
PT. TUNAS INTI ABADI 22
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran

Setelah selesai di satu ruangan, anggota tim segera menuju ke tempat tim leader.
Segera berpindah ke ruangan lainnya termasuk tim leader dengan proses seperti di atas
Wide Area search methode
Teknik ini digunakan apabila ruangan sangat luas.
Menggunakan safety line sebagai guide
Minimal 3 personel untuk melakukannya. Satu orang berjaga di entry point di dekat pangkal tali. Satu
orang sebagai lead yang dikaitkan dengan tali lain yang diikat ke tali utama. Satu orang sebagai
navigator yang memegang ujung tali
Komunikasi antar tim bisa menggunakan suara atau kode tarikan tali.

Thermal imagers Search methode


Metode ini menggunakan alat pemindai panas untuk menemukan korban yang terjebak di bangunan.

8. Marking System
Sistem penandaan ini penting sekali dilakukan untuk menjamin efektifitas pencarian. Tanda bisa dibuat dengan kapur atau crayon, cat
spray fluoroscent, atau selotip berpendar.
Berikut ini contoh penerapan tanda :
Saat memasuki ruangan : Beri tanda 1 garis menyamping
Saat meninggalkan ruangan : Beri tanda 1 garis lagi menyilang dengan garis pertama sehingga membentuk tanda silang
X
Beri keterangan mengenai identitas tim, tanggal dan jam masuk, bahaya, jumlah korban hidup dan korban tidak hidup
9. Victim removal
Terdapat 3 macam victim removal:
1. Self Evacuation
Penghuni gedung dapat menyelamatkan diri sendiri keluar dari gedung yang sedang terbakar dengan panduan petugas
2. Shelter in Place
Shelter atau ruang perlindungan biasanya terdapat pada rumah sakit, atau industri dengan tingkat bahaya tinggi.
Metode ini memindahkan korban ke ruangan aman yang masih di dalam gedung dengan syarat :
Bahaya minimal
Ruangan telah dipastikan aman
Korban tidak dapat dipindahkan karena alasan tertentu
Jumlah petugas terbatas untuk elakukan evakuasi
Struktur shelter pelindung memiliki struktur kuat.
3. Rescue
Metode ini mengharuskan kontak langsung antara penyelamat dengan korban, dapat dilakukan dengan cara :
Incline drag
Webbing drag
Cradle in Arms lift / Carry
Seat lift / Carry
Menggunakan alat angkut korban
Extremities lift / Carry

10. Teknik Bertahan (Firefighter survival)


Teknik bertahan ini dapat diterapkan apabila petugas penyelamat (searching) terjebak dalam kondisi berbahaya dan mengancam
kehidupan.
Beberapa hal darurat yang dapat terjadi terhadap petugas searching adalah sbb :
Udara dalam SCBA menipis
Tersesat
Terbelit tali atau kabel
Peningkatan suhu secara ekstrim
Terjebak dalam reruntuhan

Berikut ini beberapa pilihan untuk menghadapi situasi gawat darurat saat melakukan searching.

Tetap tinggal di tempat terakhir (Remain in Place)


1. Gunakan radio komunikasi : Aktifkan MAYDAY report yang berisi informasi : Lokasi, unit, nama, tugas,
bantuan yang dibutuhkan, situasi terkini
PT. TUNAS INTI ABADI 23
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran

2. Tunggu sampai ada konfirmasi


3. Aktifkan PASS device
4. Ketuk lantai atau benda apapun untuk menimbulkan suara
5. Hidupkan senter mengarah ke atas
6. Jika ingin memastikan tempat dengan mendengarkan suara, matikan sementara PASS device
7. Tetap tenang dan mengatur nafas sampai bantuan datang
Mencari tempat berlindung (Seeking Safe Haven)
1. Gunakan protokol Remain in Place
2. Tetap menunduk sedekat mungkin dengan lantai
3. Jika membawa hose, buat kabut untuk perlindungan
4. Jika terdapat pintu, tutup pintu untuk mencegah api menjalar
5. Gunakan alat untuk menyangga struktur bangunan yang labil
6. Jika SCBA habis, gunakan protective hood sebagai filter face piece
Membebaskan diri (Escaping)
Membebaskan diri merupakan pilihan yang paling tepat pada kondisi berikut ini :
Bangunan semakin labil dan akan segera runtuh
Tidak ada tempat aman untuk berlindung
Persediaan udara SCBA habis
Kondisi kebakaran yang menjadi semakin ekstrem
Mendapatkan perintah untuk segera meninggalkan bangunan.

Protokol membebaskan diri (Escaping) adalah sbb :

1. Gunakan radio komunikasi : Aktifkan MAYDAY report yang berisi informasi : Lokasi, unit, nama, tugas,
bantuan yang dibutuhkan, situasi terkini
2. Tunggu sampai ada konfirmasi
3. Aktifkan PASS device
4. Tetap tenang
5. Jika membawa hose, gunakan sebagai pelindung (fog)
6. Cari panduan seperti saat memasuki ruangan, misalnya dinding, tali, cahaya, atau hoseline
7. Tetap membungkuk
8. Tetap kontak dengan dinding
9. Tetap berkomunikasi melalui radio dengan kapten atau IC
10. Tetap mengingat ruangan yang sedang kita lewati
11. Kontrol pernafasan
12. Cek persediaan udara secara terus menerus dan laporkan kepada kapten atau IC
13. Cari jalan keluar melelui panduan awal.
14. Jika posisi di lantai 2 atau lebih, maka dimungkinkan untuk turun menggunakan tangga, atau menggunakan tali.
15. Penggunaan alat untuk melakukan breaching atau penjebolan dinding dapat dilakukan sebagai opsi
menyelamatkan diri

Penyelamatan Petugas (firefighters)


Jika lokasi petugas yang terjebak sudah diketahui, maka lakukanlah protokol berikut :
1. Cek ketersediaan udara SCBA
2. Jika membawa tabung cadangan, maka segera ganti
3. Matikan PASS device dan konfirmasi identitas petugas
4. Laporkan situasi kepada kapten atau IC
5. Jika petuga dalam keadaan cidera atau terjebak reruntuhan, dan membutuhkan pertolongan lebih lanjut, maka
informasikan kepada kapten atau IC. Sementara menunggu pertolongan datang, perhatikan setiap bahaya yang
mengancam. Jika memungkinkan segera pindahkan ke tempat yang lebih aman.
6. Jika petugas masih bisa berjalan (walaupun cidera), maka segera tuntun untuk memindahkannya ke tempat
yang aman atau keluar.
7. Tidak dianjurkan menggunakan teknik buddy breathing (pemakaian SCBA secara bergantian)
PT. TUNAS INTI ABADI 24
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran

LAMPIRAN 1

DIAGRAM ALIR PROSEDUR KESIAGAAN TANGGAP DARURAT DAN NOMOR TELEPON PENTING TANGGAP DARURAT PT. TUNAS INTI ABADI

Prosedur Kesiagaan dan Tanggap Darurat

Saksi
Saksi OSC/HSE
OSC/HSEDept
Dept Security
Security ERT/Medik
ERT/Medik Pihak
PihakExternal
External

Mulai Identifikasi keadaan Lakukan pengamanan


Mulai lokasi kejadian
darurat
Laporkan kejadian
emergency Rencana penanganan
(Emergency, keadaan darurat
Emergency, bersama KTT
Emergency)
Melakukan
Frequency Radio : penanganan
157.9250 Perlu bantuan Koordinasi dengan
Ya keadaan darurat
dan pihak eksternal? pihak eksternal
Emergency Call TIA

Penanganan korban
Pelaporan cidera dan
PelaporanEmergency
Emergency: : Tidak
1.1.Nama penanggulangan lokasi
Nama
2.2.Perusahaan kejadian
Perusahaan
3.3.Departemen
Departemen
4.4.Emergency Final koordinasi
Emergencyyang
yangterjadi
terjadi Korban cidera ringan
5.5.Lokasi penanganan korban
LokasiKejadian
Kejadian dan berat
6.6.Jika dengan KTT
Jikaada
adakorban
korban
sampaikan kondisinya
sampaikan kondisinya
7.7.Bantuan
Bantuanyang
yang
diperlukan
diperlukan
Cidera Evakuasi
Cidera?? Berat menggunakan Penanganan Korban
ambulance ke RS
Kecelakaan
dengan fasilitas
Ringan memadai

Klinik Laporan hasil


pemeriksaan korban

Recovery lokasi
kejadian

Evaluasi dari hasil


investigasi

Selesai
Selesai

EMERGENCY CALL PT. TUNAS INTI ABADI

INTERNAL EKSTERNAL
SHE On Call 0811 889 2585 / 0811 125 4262 RS. Amanah Husada Batulicin 0518-71056 / 0518-71067
I Ketut Jadiasa 0823 3127 2212 PMI Banjarmasin 0511-3259282 / 08513275053
Hutomo Hinawan 0852 9128 8883 Klinik SMS Satui Sungai Danau 0511-61717 / 085122729192
Badrian A 0813 3437 4045 RSUD Ulin 0511-3264663
Iwan Budiono 0812 5192 9525 RS. Suaka Insan 0511-3353335 / 0511-3356280
Faisal Reza 0811 125 4262 RS. Sari Mulya 0511-3252570
I Kadek Taurusiana 0811 889 2589 RS. Pertamina Balikpapan 0542-734020 / 0542-734021
Polres Tanah Bumbu 0518-71080
CHANNEL RADIO 170.3500 SAR Kalsel 0511-4707856 / 4707911 /
4707881
Rescue Banjarmasin 0511-9110911
DEMR Tanah Bumbu 0518-71818 / 70435 / 70472
PMK HIPPINDO 0511-7500911
PT. TUNAS INTI ABADI 25
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran

LAMPIRAN 2

DIAGRAM ALIR INTRUKSI KERJA PENANGGULANGAN KEBAKARAN PT. TUNAS INTI ABADI
PT. TUNAS INTI ABADI 26
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran

LAMPIRAN 3

LOKASI SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN DI PT. TUNAS INTI ABADI

1. LOKASI ALAT PEMADAM API RINGAN


PT.TUNAS INTI ABADI PT. CIPTA KRIDATAMA
No Lokasi Jenis Kapasitas No Lokasi Jenis Kapasitas
1 Office 01 Mining ABC Powder 6 kg 11 Junior Staff 1 Lt. 1 ABC Powder 6 kg
2 Office 02 Mining ABC Powder 6 kg 12 Junior Staff 1 Lt. 2 ABC Powder 6 kg
3 Office 03 Mining ABC Powder 6 kg 13 sda ABC Powder 6 kg
4 Genset 01 Mining ABC Powder 6 kg 14 sda ABC Powder 6 kg
5 Genset 02 Mining ABC Powder 6 kg 15 sda ABC Powder 6 kg
6 Fuel Storage Mining ABC Powder 6 kg 16 Junior Staff 2 Lt. 1 ABC Powder 6 kg
7 Mess Mahoni ABC Powder 6 kg 17 sda ABC Powder 6 kg
8 Mess Pinus ABC Powder 6 kg 18 sda ABC Powder 6 kg
9 Nursery ABC Powder 6 kg 19 sda ABC Powder 6 kg
10 Mess Agathis 01 ABC Powder 6 kg 20 Junior Staff 2 Lt. 2 ABC Powder 6 kg
11 Mess Agathis 02 ABC Powder 6 kg 21 sda ABC Powder 6 kg
12 Mess Agathis 03 ABC Powder 6 kg 22 sda ABC Powder 6 kg
13 Mess Agathis 04 ABC Powder 6 kg 23 sda ABC Powder 6 kg
14 Mess Meranti 01 ABC Powder 6 kg 24 Kantin ABC Powder 6 kg
15 Mess Meranti 02 ABC Powder 6 kg 25 Londry ABC Powder 6 kg
16 Mess Meranti 03 ABC Powder 6 kg 26 Bakery Dalam ABC Powder 6 kg
17 Mess Meranti 04 ABC Powder 6 kg 27 Bakery Luar ABC Powder 6 kg
18 Mess Ulin 01 ABC Powder 6 kg 28 Genset ABC Powder 6 kg
19 Mess Ulin 02 ABC Powder 6 kg MESS NON STAFF
20 Kantin 01 Mining ABC Powder 6 kg 29 Mess 1 B ABC Powder 6 kg
21 Kantin 02 Mining ABC Powder 6 kg 30 Mess 1 C ABC Powder 6 kg
22 Office 01 Port ABC Powder 6 kg 31 Mess 2 A ABC Powder 6 kg
23 Office 02 Port ABC Powder 6 kg 32 Mess 2 B ABC Powder 6 kg
24 Mess 1A-1B ABC Powder 6 kg 33 Mess Tamu ABC Powder 6 kg
25 Mess 2A-2B ABC Powder 6 kg 34 Mushalla ABC Powder 6 kg
26 Mess 3A-3B ABC Powder 6 kg 35 Loundry Room A ABC Powder 6 kg
27 Mess 4A-4B ABC Powder 6 kg 36 Loundry Room B ABC Powder 6 kg
28 Mess 5A-5B ABC Powder 6 kg 37 Gudang LPG ABC Powder 6 kg
29 Mess 6A-6B ABC Powder 6 kg 38 Kantin A ABC Powder 6 kg
30 Mess 1C-2C ABC Powder 6 kg 39 Kantin B ABC Powder 6 kg
31 Mess 3C-4C ABC Powder 6 kg 40 Dapur A ABC Powder 6 kg
32 Mess 5C-6C ABC Powder 6 kg 41 Dapur B ABC Powder 6 kg
33 Kantin Port ABC Powder 6 kg 42 Dapur C ABC Powder 6 kg
34 Loundry Port ABC Powder 6 kg 43 Aula ABC Powder 6 kg
35 Genset 01 Port ABC Powder 6 kg 44 Mess 3 A ABC Powder 6 kg
36 Genset 02 Port ABC Powder 6 kg 45 Mess 3 B ABC Powder 6 kg
37 Fuel Storage Port ABC Powder 25 kg 46 Mess 4 A ABC Powder 6 kg
38 Lab 1 ABC Powder 6 kg 47 Mess 4 B ABC Powder 6 kg
39 Lab 2 ABC Powder 6 kg 48 Mess 5 A ABC Powder 6 kg
40 Lab 3 ABC Powder 6 kg 49 Mess 5 B ABC Powder 6 kg
41 Timbangan Delta 3 ABC Powder 6 kg 50 Mess 6 A ABC Powder 6 kg
42 Timbangan Delta 5 ABC Powder 6 kg 51 Mess 6 B ABC Powder 6 kg
43 Feeder Breaker 01 ABC Powder 6 kg 52 Mess 7 A ABC Powder 6 kg
44 Feeder Breaker 02 ABC Powder 6 kg 53 Mess 7 B ABC Powder 6 kg
45 Lab Depan ABC Powder 6 kg 54 Mess 8 A ABC Powder 6 kg
46 Lab Belakang ABC Powder 6 kg 55 Mess 8 B ABC Powder 6 kg
47 Jetty ABC Powder 6 kg 56 Mess 9 A ABC Powder 6 kg
48 Gudang TPS B3 01 ABC Powder 6 kg 57 Mess 9 B ABC Powder 6 kg
49 Gudang TPS B3 02 ABC Powder 6 kg 58 Mess 10 A ABC Powder 6 kg
PT. CIPTA KRIDATAMA 59 Mess 10 B ABC Powder 6 kg
1 Pos Pratama ABC Powder 6 kg 60 Mess MTC A ABC Powder 6 kg
2 Senior Staff A ABC Powder 6 kg 61 Mess MTC B ABC Powder 6 kg
3 sda ABC Powder 6 kg
4 Senior Staff B ABC Powder 6 kg AREA OFFICE 1
PT. TUNAS INTI ABADI 27
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran

5 sda ABC Powder 6 kg 62 Pantry ABC Powder 6 kg


6 Senior Staff C ABC Powder 6 kg 63 R. Partisi ABC Powder 6 kg
7 sda ABC Powder 6 kg 64 R. Server ABC Powder 6 kg
8 Junior Staff 1 lt 1 ABC Powder 6 kg 65 R. Meeting ABC Powder 6 kg
9 sda ABC Powder 6 kg
10 sda ABC Powder 6 kg

PT. CIPTA KRIDATAMA PT. WBS


AREA OFFICE 2 No Lokasi Jenis Kapasitas
66 Office 2 A ABC Powder 6 kg 22 Fuel Storage 02 ABC Powder
67 Office 2 B ABC Powder 6 kg
PT. MMM Port
AREA WAREHOUSE 1 Workshop 01 ABC Powder 6 kg
68 Gudang gas ABC Powder 6 kg 2 Workshop 02 ABC Powder 6 kg
69 Gudang Oli ABC Powder 6 kg 3 Gudang B3 ABC Powder 6 kg
70 Gudang TPS B3 ABC Powder 6 kg 4 Welding Room ABC Powder 6 kg
71 Gudang Spare Parts ABC Powder 6 kg 5 Fuel Station ABC Powder 20 kg
72 Petro 5 ABC Powder 6 kg
73 Tangki Fuel 500 KL A ABC Powder 50 kg
74 Tangki Fuel 500 KL B Foam 50 kg
75 Gudang WH ABC Powder 6 kg

AREA WORKSHOP
76 Genset Induk A ABC Powder 50 kg
77 Genset Induk B ABC Powder 25 kg
78 Office CP ABC Powder 6 kg
79 Tool Room 1 ABC Powder 6 kg
80 Tool Room 2 ABC Powder 6 kg
81 Bay Workshop A ABC Powder 50 kg
82 Bay Workshop B ABC Powder 50 kg
83 R. Foreman ABC Powder 6 kg
84 Welding Area ABC Powder 6 kg
85 WM 017 ABC Powder 6 kg
86 WM 011 ABC Powder 6 kg

OTHERS
87 Wshop Safety ABC Powder 6 kg
88 Pos Induk ABC Powder 6 kg

PT. BAMA
1 Workshop ABC Powder 6 kg
2 Gudang B3 ABC Powder 3 kg
3 Fuel Storage Crusher ABC Powder 20 kg
4 Genset Crusher 01 ABC Powder 6 kg
5 Genset Crusher 02 ABC Powder 6 kg
6 Genset Crusher 03 ABC Powder 6 kg
7 Genset BLC 01 ABC Powder 3 kg
8 Genset BLC 02 ABC Powder 3 kg
9 Fuel Storage BLC ABC Powder 20 kg
10 TT 3 ABC Powder 6 kg
PT. WBS
11 R. Meeting ABC Powder 6 kg
12 Office ABC Powder 6 kg
13 R. Welder ABC Powder 6 kg
14 R. Tool Room ABC Powder 6 kg
15 Gas Storage 01 ABC Powder 6 kg
16 Gas Storage 02 ABC Powder 6 kg
17 Gudang Spare Parts ABC Powder 6 kg
18 Workshop ABC Powder 6 kg
19 TPS Oli Bekas ABC Powder 6 kg
20 Tempat Oli Baru ABC Powder 6 kg
21 Fuel Storage 01 ABC Powder
PT. TUNAS INTI ABADI 28
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran

2. LOKASI FIRE ALARM

No LOKASI JENIS INISIASI NO LOKASI JENIS INISIASI


1 Mess & Kantin PT.TIA Port Manual Switch 8 Office Atas PT. BAMA Manual Switch
2 Office PT. TIA Port Manual Switch 9 Office Bawah PT. BAMA Manual Switch
3 Office PT. TIA Mining Manual Switch 10 Workshop PT. BAMA Manual Switch
4 Kantin PT.TIA Mining Manual Switch
5 Office PT.CK 01 Manual Switch
6 Office PT.CK 02 Manual Switch
7 Wshop & Whouse PT.CK Manual Switch

3. LOKASI FIRE HIDRANT

No LOKASI JENIS STANDPIPE


1 Office 01 PT.CK CLASS 1 Manual Dry
2 Office 02 PT.CK CLASS 1 Manual Dry
3 Workshop PT.CK CLASS 1 Manual Dry
4 Warehouse PT.CK CLASS 1 Manual Dry
5 KL 500 CLASS 1 Manual Dry
6 Mess Staff PT.CK CLASS 1 Manual Dry
7 Kantin Staff PT.CK CLASS 1 Manual Dry
8 Mess Non Staff PT.CK 01 CLASS 1 Manual Dry
9 Mess Non Staff PT.CK 02 CLASS 1 Manual Dry

4. LOKASI TEMPAT BERKUMPUL DARURAT (ASSEMBLY POINT)

No LOKASI
1 Office & Mess PT.TIA Port
2 Laboratorium PT.TIA Port Geoservice
3 BLC PT. TIA Port
4 Crusher Area PT. TIA Port
5 Stock Pile Area PT. TIA Port
6 Workshop & Office PT. BAMA
7 Workshop & Office PT. MMM - Port
8 Office PT. TIA Mining
9 Mess Non Staff PT. TIA Mining
10 Nursery PT. TIA Mining
11 Mess Staff & kantin PT. TIA Mining
12 Office 01 & Office 02 PT.CK
13 Workshop & Warehouse PT.CK
14 Mess Non Staff PT.CK
15 Mess Staff PT.CK
16 Office MMS PT. CK
17 Mining Office PT. CK
18 Office, Workshop & Warehouse PT. MMM Hauling
19 Office, Workshop & Warehouse PT. WBS Mining
20 Office, Workshop & Warehouse PT. DS Hauling
21 Office, Workshop & Warehouse CV. BRD Hauling
PT. TUNAS INTI ABADI 29
Buku Pedoman Penanggulangan Kebakaran

REFFERENSI

Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI. No.Kep.186/MEN/1999

TIA PR HSE 07_02 Prosedur Kesiagaan dan Tanggap Darurat

TIA IK HSE 05_01 Intruksi Kerja Penanggulangan Kebakaran

Brady, Essentials of Fire Fighting and Fire Departement 6th Edition, USA, 2013

Anda mungkin juga menyukai