Anda di halaman 1dari 36

UKURAN FREKUENSI

PENYAKIT
KELOMPOK 3
Astrina Aulia (1806253242)
Dea Farah Zakia (1806167775)
Dina Milana Anwar (1806167876)
Isrianto (1806167390)
Lisna Agustiyah (1806254320)
Nurkhaira Manel (1806254516)
Rizki Ekananda (1806168714)
Thariq Miswary (1806167586)
Ukuran frekuensi penyakit

■ Mengukur kejadian penyakit, cacad ataupun kematian pada


populasi. Merupakan dasar dari epidemiologi deskriptif.
Frekuensi kejadian yang diamati diukur dengan menggunakan
Prevalens dan Incidens
Ukuran frekuensi penyakit

■ Untuk mengukur frekuensi kejadian penyakit pada suatu


populasi, digunakan salah satu dari tiga bentuk pecahan, yaitu
1. Proporsi
2. Ratio
3. Rate
1. Proporsi

■ Proporsi adalah bentuk pecahan yang pembilangnya merupakan


bagian dari penyebutnya. Bentuk ini sering dinyatakan dalam
persen, yaitu dengan mengalikan pecahan ini dengan 100%
■ Pada proporsi, perbandingan menjadi A/(A+B)
Proporsi

■ Contoh : Pada populasi


yang terdiri atas 500
orang, 20 orang di
antaranya menderita
penyakit malaria. 20
Pr oporsi   100 0 0  4%
500
■ Proporsi penderita
malaria = ?
Ciri dari Proporsi

■ Tidak mempunyai satuan (dimensi), karena satuan dari


pembilang dan penyebutnya sama, sehingga saling meniadakan.
■ Nilainya antara 0 dan 1
2. Ratio

■ Ratio
  adalah pecahan yang pembilangnya bukan merupakan
bagian dari penyebutnya. Ini yang membedakannya dengan
proporsi. Ratio menyatakan hubungan antara pembilang dan
penyebut yang berbeda satu dengan yang lain.
■ Contoh : Pada suatu kejadian luar biasa keracunan makanan
terdapat 32 orang penderita dan 12 diantaranya adalah anak-
anak, maka rasio anak terhadap orang dewasa adalah:
Jenis Rasio

1. Ratio yang mempunyai satuan, misalnya:


– Jumlah dokter per 100.000 penduduk
– Jumlah kematian bayi selama setahun per 1.000 kelahiran
hidup.
2. Ratio yang tidak mempunyai satuan oleh karena
pembilang dan penyebutnya mempunyai satuan yang
sama, misalnya:
 Ratio antara satu proporsi dengan proporsi lain atau ratio
antara satu rate dengan rate yang lain, contohnya Relative
Risk dan Odds Ratio
3. Rate

■ Rate merupakan konsep yang lebih kompleks


dibandingkan dengan dua bentuk pecahan yang
terdahulu.
■ Rate yang sesunguhnya merupakan kemampuan berubah
suatu kuantitas bila terjadi perubahan pada kuantitas lain.
■ Kuantitas lain yang digunakan sebagai patokan ini
biasanya adalah kuantitas waktu.
■ Bentuk ukuran ini sering dicampuradukkan
penggunaannya dengan proporsi.
Rate…

■ Contoh: Kecepatan mobil pada satu saat tertentu


bentuknya adalah suatu rate.
■ kecepatan sebuah mobil yang sedang berjalan dapat
berubah setiap saat, maka yang diukur adalah kecepatan
rata-rata dari mobil tersebut.
■ kecepatan (speed) diukur dengan membagi jarak tempuh
mobil tersebut dengan waktu yang digunakan untuk
mencapainya.
■ Misalnya: Jakarta-Bogor yang jaraknya 60 Km ditempuh
dalam waktu 1 jam.
■ Maka kecepatan mobilnya = 60 Km per jam.
Ciri Rate

■ Mempunyai satuan ukuran, yaitu per satuan waktu.


■ Besarnya tidak terbatas. Secara teoritis nilainya terbentang
antara 0 sampai tak terhingga.
UKURAN FREKUENSI
PENYAKIT
■ Incidens: menggambarkan jumlah kasus baru yang terjadi
dalam satu periode tertentu
■ Prevalens: menggambarkan jumlah kasus yang ada pada satu
saat tertentu.
PREVALENS
■ PREVALENS adalah proporsi populasi yang sedang menderita sakit pada
satu saat tertentu

Jumlah individu yang sedang sakit


pada satu saat terte ntu
Pr evalens 
Jumlah individu dalam populasi tersebut
pada saat terte ntu itu
Ciri dari prevalens

■ berbentuk proporsi
■ tidak mempunyai satuan
■ besarnya antara 0 dan 1
Prevalens
■   Prevalence (prevalensi titik)
■ Point
– Point Prevalens, yaitu proporsi dari individu dalam populasi berada dalam
keadaan sakit pada satu waktu tertentu
Point Prevalence Rate =
– Ex: hasil Riskesdas 2007, prevalensi penderita hipertensi usia 18-24 tahun adalah
12,2. Artinya numerator prevalensi titik adalah orang yang menderita HT saat
riset dilakukan
■ Period Prevalence (prevalensi periode)
– Period Prevalens yaitu proporsi populasi yang sakit pada satu periode tertentu.
– Sehingga memuat point prevalence + insidensi
– Period Prevelance Rate =
– Prevalensi periode TB paru di diagnosis oleh tenaga kesehatan pada kelompok
masyarakat desa pada tahun 2010 adalah 0,75%. Artinya numerator merupakan
orang yang sakit TB paru selama tahun 2010 baik kasus lama maupun kasus baru
Kegunaan Prevalens

■ Untuk menentukan situasi penyakit yang ada pada satu waktu


tertentu
■ Untuk merencanakan fasilitas kesehatan dan ketenagaan
Faktor yang mempengaruhi
prevalensi
Prevalensi meningkat bila Prevalensi menurun bila
• Durasi penyakit panjang • Durasi penyakit yang singkat
• Perpanjangan hidup pasien tanpa • Tinnginya angka fatalitas penyakit
pengobatan • Penurunan jumlah kasus baru
• Peningkatan jumlah kasus baru • Masuknya kasus orang-orang yang
• Masuknya kasus baru dalam sehat ke dalam populasi
populasi • Keluarnya orang-orang yang sakit
• Keluarnya orang-orang yang sehat • Meningkatnya angka pengobatan
• Masuknya orang-orang yang kasus
mungkin terkena penyakit
• Meningkatnya fasilitas diagnosis
sehingga laporan lebih baik
Insidens

■ Kasus baru yang ada dalam populasi

CI 
 kejadian baru X 1000
 populasi yang berisiko
■ Ex: pada 2010 terdapat 17.139 kasus campak di Indonesia. Pada kasus ini
seluruh penduduk Indonesia pada 2010 dianggap sebagai orang yang
terpapar risiko terkena penyakit campak. Jumlah penduduk Indonesia
pada 2010 adalah 237.641.326 jiwa.
■ Sehingga diperoleh hasil angka insidensi adalah 0,00073 atau dapat
disederhanakan angka insidensi penyakit campak di Indonesia pada tahun
2010 adalah 7,3 per 10.000 penduduk
Insidens

■ Cumulative insidence
– Mengukur risiko untuk sakit
■ Insidence rate (insidence density)
– Mengukur kecepatan untuk sakit
Cumulative
insidence/Incidence Risk
■ Probabilitas dari seorang yang tidak sakit untuk
menjadi sakit selama periode waktu tertentu, dengan
syarat orang tersebut tidak mati oleh karena penyebab
lain.
■ Risiko ini biasanya digunakan untuk mengukur
serangan penyakit yang pertama pada orang sehat
tersebut.
■ Misalnya : Insidens penyakit jantung mengukur risiko
serangan penyakit jantung pertama pada orang yang
belum pernah menderita penyakit jantung.
Cumulative insidence
CI 
 kasus baru
 populasi pada permulaan periode
• Baik pembilang maupun penyebut yang digunakan
dalam perhitungan ini adalah individu yang tidak sakit
pada permulaan periode pengamatan, sehingga
mempunyai risiko untuk terserang.
• Kelompok individu yang berisiko terserang ini disebut
population at risk atau populasi yang berisiko.
Ciri dari cumulative
insidence
■ Berbentuk proporsi
■ Tidak memilik satuan
■ Besarnya berkisar antara 0 dan 1
cumulative insidence
■ Contoh : Hasil sensus di tahun
1960 di Swedia menunjukkan
sejumlah 3076 laki-laki berumur
20-64 tahun yang bekerja di
perusahaan plastik. Berdasarkan
data dari Register Kanker
Swedia, antara tahun 1961-1973,
11
sebelas orang diantara pekerja ini CI  100%  0,36%
terserang tumor otak. 3076
■ CI tumor otak yang terjadi pada
pekerja pabrik plastik ini selama
13 tahun adalah
Attack rate
■ jenis khusus insidens kumulatif yang berguna selama
epidemik
– Contoh

Makanan Makan ARM Tidak Makan ARTM


Sakit Tidak Sakit Tidak
sakit Sakit
Salad 30 70 30/100 5 35 5/40
Krecek 16 84 16/100 4 21 4/25

ARM = Attack Rate Makan


ARMTM = Attack Rate tidak makan
Insidence rate atau insidence
density
■ Insidens rate dari kejadian penyakit adalah potensi perubahan
status penyakit per satuan waktu, relative terhadap besarnya
populasi individu yang sehat pada waktu itu
■ Untuk memperoleh insidensi harus dilakukan dengan melakukan
pengamatan kelompok penduduk yang mempunyai resiko
terkena penyakit yang ingin dicari yaitu dengan cara mengikuti
scr prospektif untuk menentukan insidens kasus baru
Insidence Density = Insidens orang-
waktu = Incidence Rate

– Menyatakan suatu jumlah kasus baru per orang-waktu


– Rumusnya:

Jumlah kasus insidens terjadi dalam periode waktu


Insidence Density 
Jumlah orang  waktu
SKEMA

S: 1 2
X
4 X
X X
X 3 X
5 6
7 X
X 8 9
X X X X
1 Januari 1990 31 Desember 1990

◆ Incidence: kasus 2, 3, 4, 8, 9
◆ Point prevalence: 1 Jan: kasus 1, 5,
31 Des: kasus 2, 5
◆ Periode prevalence: kasus 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8 dan 9
INSIDENCE RATE
Gambar 1 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah waktu dalam jangka
observasi dan dalam keadaan sehat
(tahun)

A 7

B 7

C * 2

D 7

E 3

F 2

G 5

Keterangan

Periode sehat

Periode sakit

Hilang dalam pengamatan selanjutnya

* Meninggal
INSIDENCE RATE
■ Dari Gambar 1. Hitunglah nilai Incidence Rate
(IR)?
■ Jawab:
– Hitung jumlah orang-waktu terlebih dulu

  orang  waktu   7  7  2  7  3  2  5  33 orang  tahun


IR 
 kasus baru
  orang  waktu 

– Kemudian3hitung
kasus
IR   9,1 kasus per 100 orang - tahun
33 orang  tahun
Ciri Dari Insidens Density

■ Mempunyai satuan, yaitu per waktu. Tanpa satuan ini insidens


density kehilangan maknanya
■ Besarnya berkisar antara 0 sampai tak terhingga
Apa yang sesungguhnya diukur
oleh insidence density?
■ Jumlah orang yang berpindah status dari tidak sakit ke status
sakit selama periode waktu tertentu merupakan hasil paduan
antara tiga faktor, yaitu
– Ukuran besarnya populasi
– Lama periode pengamatan
– Kekuatan penyebaran penyakit (force of morbidity)

■ Oleh karena besarnya populasi dan lama periode pengamatan


telah ditentukan oleh pengamat/peneliti, maka yang diukur
dengan insidens density ini adalah kekuatan penyebaran
penyakit (Force of Morbidity).
Perbedaan prevalensi dan
insidensi
Prevalensi Insidensi
Numerator Jumlah kasus yang ada dari Jumlah kasus baru dari suatu
suatu penyakit pada suawtu penyakit selama periode waktu
waktu tertentu tertentu
Denominator Populasi berisiko Populasi berisiko
Fokus Ada atau tidak adanya penyakit Ketika kejadian adalah kasus
Periode waktu berubah-ubah; baru
kadang sebuah potret waktu Permulaan waktu dari penyakit
Penggunaan Mengestimasi kemungkinan Memperlihatkan risiko untuk
populasi menjadi sakit pada menjadi sakit. Pengukuran
periode waktu selama studi utama pada suatu penyakit atau
(penelitian) kondisi akut, tetapi digunakan
juga untuk penyakit kronis.
Lebih banyak digunakan pada
studi (penelitian) yang
menginvestigasi penyebab
■ Program pencegahan yang berhasil akan menurunkan insidensi
■ Pengobatan yang berhasil untuk penyakit akut, akan berdampak
pada pengurangan prevalensi, dan untuk penyakit kronis
kadangkala akan meningkatkan angka prevalensi
■ Ex: pengobatan HIV/AIDS, pengobatan ini bukan mengurangi
jumlah orang yang mengidap HIV tetapi memperpanjang usia
orang dengan HIV, sehingga prevalensi orang yang mengidap
HIV tetap atau bahkan meningkat
SUMBER KESALAHAN DALAM
PENGUKURAN

Dalam mengukur frekwensi masalah kesehatan dapat terjadi


kesalahan – kesalahan yang berasal dari 2 sumber yaitu :

1)Kesalahan akibat penggunaan data yang tidak sesuai :


 Menggunakan sumber data yang tidak representative :

Hanya data dari pelayanan kesehatan saja, padahal diketahui bahwa cakupan
pelayanan kesehatan sangat terbatas dan tidak semua masyarakat
datang berobat ke fasilitas pelayanan tersebut.
 Memanfaatkan data dari hasil survey khusus yang pengambilan
respondennya tidak secara acak. ( tidak memenuhi syarat Randomisasi )
 Memanfaatkan data dari hasil survey khusus yang sebagian respondenya tidak
memberikan jawaban ( drop out )
2)Kesalahan karena adanya factor BIAS :
 BIAS = adanya perbedaan antara hasil pengukuran dengan nilai
sebenarnya.
 Sumber BIAS :
a) Dari Pengumpul Data :
 Menggunakan alat ukur yang berbeda – beda / tidak standar
 Menggunakan teknik pengukuran yang berbeda

b) Dari Masyarakat :
 Adanya perbedaan persepsi masyarakat terhadap penyakit yang ditanyakan
 Adanya perbedaan respon terhadap alat / test yang
dipergunakan.

Anda mungkin juga menyukai