OLEH MIASNIUSON TAMU INA DAPAJIANGU 1807010450 NOMOR ABSEN (16)
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2020 1. GROUNDED THEORY METHODOLOGY Pendekatan grounded theory adalah metode riset kualitatif yang menggunakan satu kumpulan prosedur sistematis untuk mengembangkan grounded theory induktif yang diturunkan tentang sebuah fenomena. Tujuan utama dari grounded theory adalah untuk memperluas penjelasan tentang fenomena dengan mengidentifikasi elemen kunci dari fenomena itu, dan kemudian mengkategorikan hubungan dari elemen-elemen dengan konteks dan proses percobaan. Dengan kata lain, tujuannya adalah untuk pergi dari umum ke khusus tanpa mengabaikan apa yang membuat subjek studi yang unik. Metode grounded theory sering dianggap sebagai suatu metode yang memisahkan teori dan data namun yang lainnya bersikeras mengatakan bahwa metode tersebut benar-benar menggabungkan keduanya. Riset kualitatif dengan menggunakan metode grounded theory memang tidak terlalu mudah dilakukan terutama oleh peneliti pemula, sebab memiliki model analisis data yang terus-menerus, karena data masih tetap dikumpulkan selama di lapangan. Dalam riset grounded theory ini, peneliti langsung terjun ke lapangan tanpa membawa rancangan konseptual, proposisi, dan teori tertentu. Secara provokatif, sering dikatakan bahwa peneliti masuk ke lapangan dengan kepala kosong, tanpa membawa apapun yang sifatnya apriori, apakah itu konsep, proposisi, ataupun teori. Hal ini disebabkan, dengan membawa konsep, proposisi maupun teori yang bersifat apriori, dikhawatirkan terjebak pada kecenderungan studi verifikatif yang memaksakan tingkat empirikal menyesuaikan diri dengan tingkat konseptual teoritikal. Berdasarkan keterangan tersebut dapat dikatakan bahwa meskipun riset kualitatif dengan menggunakan metode grounded theory terdiri dari tiga bentuk desain yaitu sistematik, emerging, dan konstruktivis, namun secara umum metode riset ini memiliki karakteristik pokok: 1) fokus riset diarahkan pada proses yang berhubungan dengan sebuah topik substantif; 2) penjaringan data (yang dilakukan secara simultan dengan analisis data) dilakukan dengan menggunakan penyampelan teoritis; 3) analisis data dilakukan, sambil melaksanakan perbandingan konstan dan membuat pertanyaan tentang data-data yang diperoleh; 4) sewaktu menganalisis data untuk memunculkan kategori- kategori, sebuah kategori inti diidentifikasi; 5) kategori inti yang diidentifikasi kemudian dikembangkan dan dirumuskan menjadi teori; dan 6) selama melakukan riset, peneliti membuat catatan (memo) untuk mengelaborasi ide-ide yang berhubungan dengan data dan kategori yang dikodekan. Tahapan Metode Grounded Theory Prosedur riset kualitatif dengan menggunakan metode grounded theory terdiri dari beberapa tahap yang dilakukan secara simultan. Adapun tahapan tersebut dimulai dengan tahap perumusan masalah sampai terakhir yaitu menyimpulkan atau penulisan laporan riset. Tahap perumusan masalah Substansi perumusan masalah dalam metode grounded theory bersifat umum yaitu masih dalam bentuk pertanyaan yang memberikan kebebasan dalam menggali berbagai fenomena secara luas maupun secara spesifik, namun belum sampai pada penegasan atas variabel apa saja yang berhubungan dengan ruang lingkup permasalahan dan variabel yang apa saja yang tidak berhubungan. Tipe hubungan antar variabelnya juga tidak perlu dieksplisitkan dalam pembuatan rumusan masalahnya. Perumusan masalah dalam riset grounded theory disusun secara bertahap. Rumusan masalah pada tahap awal sebelum dilakukan pengumpulan data adalah bersifat lebih luas atau umum dengan maksud rumusan masalah tersebut digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan mengumpulkan data. Setelah data yang bersifat umum telah dikumpulkan, kemudian rumusan masalahnya semakin dipersempit dan lebih berfokus pada sifat data yang dikumpulkan dengan maksud sebagai pedoman dalam menyusun teori. Masalah riset merupakan bagian integral dari metode, sebagai langkah penting pertama dalam urutan kegiatan riset. Ciri-ciri dari rumusan masalah dalam riset grounded theory adalah: 1) berorientasi pada pengidentifikasian fenomena yang diteliti, 2) berorientasi pada proses dan tindakan, dan 3) mengungkapkan secara tegas mengenai objek yang akan diteliti. Tahap penggunaan kajian teoritis Riset kualitatif dengan metode grounded theory tidak bertujuan untuk menguji kebenaran suatu teori dan tidak terpengaruh oleh kajian literatur, juga tidak bertumpu pada berbagai variabel yang berasal dari suatu teori, karena akan dapat menghambat adanya pengembangan rumusan teori baru. Peneliti dalam riset yang menggunakan metode grounded theory belum memiliki pengetahuan mengenai objek yang akan ditelitinya termasuk jenis data dan berbagai variabel yang kemungkinan akan ditemukan. Tahap ini diadakan perbandingan teori yang muncul dari hasil riset dengan teori yang ada dalam literatur. Dalam hal ini dilakukan kegiatan membandingkan kerangka kerja yang bertentangan dan kerangka kerja yang selaras. Perbandingan ini dimaksudkan untuk menyempurnakan definisi konstruk dan meningkatkan validitas internal maupun untuk meningkatkan validitas eksternal. Tahap pengumpulan data dan penyampelan Riset kualitatif dengan metode grounded theory menggunakan si peneliti sendiri sebagai instrumen pengumpulan datanya. Pada tahap ini dilakukan aktivitas definisi pertanyaan riset dan definisi dari konstruk apriori. Secara rasional diadakan upaya memfokuskan masalah serta membatasi variasi yang tidak relevan serta mempertajam validitas eksternal. Pengumpulan data diarahkan oleh sampling teoritis, yang berarti bahwa sampel ini didasarkan pada konstruksi teoritis yang relevan. Banyak percobaan dalam tahap awal, menggunakan metode sampling terbuka untuk mengidentifikasi individu, benda atau dokumen. Hal ini dilakukan agar relevansi data untuk pertanyaan riset dapat dinilai sejak awal, sebelum terlalu banyak waktu dan uang yang telah diinvestasikan. Metode yang dapat digunakan dalam proses pengumpulan datanya adalah metode observasi dan wawancara secara mendalam yang secara umum tidak jauh berbeda dengan metode observasi dan wawancara pada riset kualitatif lainnya. Hanya saja ada beberapa kriteria khusus yang membedakan metode pengumpulan data pada riset kualitatif grounded theory dengan riset kualitatif lainnya, yaitu terletak pada pemilihan fenomena yang dikumpulkan. Semua data yang ada dapat dijadikan sebagai data dari metode grounded theory yang berarti bahwa segala sesuatu yang didapatkan si peneliti ketika mempelajari suatu daerah tertentu adalah data. Tidak hanya wawancara atau observasi tapi apapun yang berhubungan adalah data yang membantu peneliti untuk menghasilkan konsep-konsep teori yang muncul. Catatan lapangan bisa berasal dari wawancara informal, kuliah, seminar, pertemuan kelompok ahli, artikel, surat kabar, daftar internet mail, acara televisi, bahkan percakapan dengan teman-teman juga merupakan data bagi metode grounded theory. Riset kualitatif dengan metode grounded theory sangat menekankan pada penggalian secara mendalam data prilaku yang sedang berlangsung untuk melihat prosesnya secara langsung dan bertujuan untuk melihat berbagai hal yang memiliki hubungan sebab akibat. Penyampelan dilakukan berdasarkan keterwakilan konsep dan bukan pada besarnya jumlah populasi. Teknik penyampelan dilakukan dengan cara penyampelan teoritis yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan atas konsep konsep yang telah terbukti memiliki hubungan secara teoritis dengan teori yang sedang dibangun, yang bertujuan untuk mengambil sampel fenomena yang menggambarkan tentang sifat, katagori dan ukuran yang secara langsung dapat menjawab masalah risetnya. Aktivitas pengumpulan data di lapangan dalam riset kualitatif grounded theory berlangsung secara bertahap dalam kurun waktu cukup lama, dimana proses pengambilan sampelnya juga berlangsung secara terus-menerus pada saat dilakukan pengumpulan data. Jumlah sampel juga bisa terus bertambah sesuai dengan bertambahnya jumlah data yang dibutuhkan dalam riset tersebut. Pengumpulan data, analisis dan perumusan teori yang dapat disangkal tersambung dalam arti timbal-balik, dan metode grounded theory menggabungkan prosedur yang tegas untuk panduan ini. Hal ini terungkap jelas menurut grounded theory, dimana proses bertanya dan membuat perbandingan khusus secara rinci untuk menginformasikan dan membimbing analisis dan untuk memfasilitasi proses berteori. Sebagai contoh, secara khusus menyatakan bahwa pertanyaan riset harus terbuka dan umum daripada dibentuk sebagai hipotesis spesifik, dan bahwa teori harus muncul untuk sebuah fenomena yang relevan kepada peneliti. Tahap pengumpulan dan analisis data pada riset kualitatiif dengan menggunakan metode grounded theory merupakan proses yang saling berhubungan dan harus dilakukan secara bergantian. Tahap analisis data dalam metode grounded theory ini dilakukan dalam bentuk pengkodean, yang merupakan proses penguraian data, pembuatan konsep dan penyusunan kembali dengan cara yang baru. Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan kepada orang lain. Adapun untuk meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna (meaning) (Muhadjir, 2002 :142). Proses biasanya diawali dengan pengkodean (coding) serta pengkategorian data. Hasil dari suatu riset grounded theory adalah suatu teori yang menjelaskan fenomena yang sedang diteliti. Laporan riset memaparkan teori yang ditunjang dengan contoh-contoh dari data. Laporan riset biasanya berupa diskusi naratif dari proses dan temuan riset. Adapun prosesnya diawali dengan proses open coding yang merupakan bagian dari analisis data, dimana peneliti melakukan identifikasi, penamaan, kategorisasi dan penguraian gejala yang ditemukan dalam teks hasil dari wawancara, observasi, dan catatan harian peneliti itu sendiri. Adapun tujuan dilakukannya pengkodean dalam metode grounded theory ini adalah: 1) memperoleh ketepatan dalam proses riset, 2) menyusun suatu teori, 3) membantu mengatasi terjadinya bias dan asumsi yang keliru, 4) memberikan suatu landasan dan kepadatan makna, dan 5) dapat mengembangkan kepekaan dalam menghasilkan teori baru. Prosedur yang dilakukan dalam tahap analisis data yang merupakan dasar dari proses pengkodean yaitu dengan melakukan perbandingan secara terusmenerus dan melakukan pengajuan pertanyaanpertanyaan. Metode riset grounded theory menekankan pada validitas data melalui verifikasi dan menggunakan coding sebagai alat utama dari pengolahan data. Ada beberapa cara untuk melakukan pengkodean, yaitu: 1) pengkodean terbuka, 2) pengkodean terporos, dan 3) pengkodean terpilih. Pengkodean terbuka terdiri atas beberapa langkah, yaitu: a) melakukan pelabelan fenomena, yaitu pemberian nama terhadap benda dan kejadian yang diperoleh melalui pengamatan atau wawancara; b) menemukan dan pemberian nama katagori menggunakan istilah yang dipakai oleh subjek yang diteliti; dan c) menyusun katagori berdasarkan pada sifat dan ukurannya. Pengkodean terporos merupakan sekumpulan prosedur penempatan data kembali dengan cara-cara baru dengan membuat hubungan antar katagori. Sedangkan pengkodean terpilih dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu: a) mengulang kembali susunan data ke dalam pokok pikiran, b) mengidentifikasi data dengan menuliskan inti dari data yang ada, c) menyimpulkan dan memberikan kode pada katagori inti yang merupakan inti masalah yang mencakup semua data atau fenomena yang ada; dan d) menentukan pilihan kategori inti yang merupakan penemuan tema pokok dari riset tersebut. Pengkodean terpilih dilakukan setelah menemukan variabel inti atau apa yang dianggap sebagai inti tentatif. Inti tentatif menjelaskan perilaku para peneliti dalam menyelesaikan perhatian utamanya. Inti tentatif tidak pernah salah, tapi dapat menghasilkan lebih atau kurang sesuai dengan data. Tahap penyimpulan atau penulisan laporan Tahap pengambilan simpulan pada riset kualitatif dengan menggunakan metode grounded theory tidak didasarkan pada generalisasi tapi lebih ke spesifikasi nya. Riset grounded theory dimaksudkan untuk membuat spesifikasi- spesifikasi terhadap: 1) kondisi yang menjadi sebab terjadinya suatu fenomena, 2) tindakan atau interaksi yang merupakan respon terhadap kondisi tersebut, dan 3) konsekuensikonsekuensi yang timbul dari tindakan atau interaksi tersebut. Jadi rumusan teoritis yang merupakan hasil akhir yang ditemukan dalam riset kualitatif dengan metode grounded theory tidak menjustifikasi keberlakuannya terhadap semua populasi namun hanya digunakan untuk situasi atau kondisi tersebut saja. Contoh Kasus dengam metode GROUND THEORY METHODOLOGY Matematika sebagai mata pelajaran yang sulit dan dan tidak disukai siswa. Matematika bagi siswa pada umumnya merupakan pelajaran yang tidak disenangi, dianggap sebagai ilmu yang sukar, ruwet dan banyak memperdayakan (Ruseffendi: 1991). Maka penelitian terhadap disposisi matematis siswa merupakan hal yang penting dalam pembelajaran matematika. Penelitian terhadap disposisi matematis siswa dilakukan dengan alasan bahwa lebih dari 50% siswa memandang matematika sebagai pelajaran hafalan (Syahputra: 2013). Selain itu menurut Syahputra kebanyakan siswa tidak menyenangi matematika dan 40% dari siswa merasa frustasi. Siswa paranoid dan cemas pada matematika. Berdasarkan gambaran tersebut maka penulis mengadakan penelitian terhadap disposisi berpikir kreatif siswa di salah satu SMP Negeri. Dari seluruh kelas dipilih satu kelas sebagai subyek penelitian, yakni kelas VIII-3 yang berjumlah 25 orang yang terdiri atas 7 orang laki-laki dan 18 orang perempuan. Subyek diambil dari tiga kategori siswa yang memiliki kemampuan matematika level tinggi, sedang dan rendah Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah grounded theory, dengan penekanan terhadap disposisi berpikir kreatif siswa. Pemilihan metode ini didasarkan atas keingintahuan peneliti untuk melakukan analisis lebih mendalam tentang disposisi berpikir kreatif siswa. Dalam penelitian kualitatif, grounded theory tidak berangkat dari teori untuk menghasilkan teori baru melainkan berupaya menemukan teori berdasar teori empirik, bukan membangun teori secara deduktif logis.Karena itu, grounded theory melepaskan teori dan peneliti langsung terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik non-tes yang terdiri dari kuesioner/angket, observasi dan wawancara. Pemilihan ketiga instrumen ini adalah berdasarkan Triangulasi Data yang bertujuan untuk memastikan keabsahan data (Creswell, 2010). Teknik non-tes digunakan untuk mengumpulkan data yang terkait dengan disposisi berpikir kreatif siswa. Angket digunakan untuk mengumpulkan data yang terkait dengan sikap siswa terhadap matematika. Untuk mengumpulkan data berupa aktivitas guru pada saat proses belajar-mengajar berlangsung, maka digunakan lembar observasi. Kemudian untuk mengetahui informasi mengenai pendapat, aspirasi, harapan, keinginan, dan keyakinan siswa terhadap matematika, maka penulis menggunakan teknik wawancara.Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif dimana data yang dikumpulkan adalah bukan data berupa angka-angka. Data tersebut berasal dari catatan observasi, hasil wawancara, dokumen, foto, rekaman audio dan video yang diperoleh melalui angket, observasi, dan wawancara yang mendalam (deep interview). Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif sehingga yang menjadi instrumennya adalah peneliti sendiri(Moleong, 2011). Sumber data penelitian terdiri dari unsur manusia sebagai instrumen kunci yaitu peneliti yang terlibat dalam observasi partisipasi, serta guru dan siswa sebagai unsur informan. Unsur non manusia digunakan sebagai data pendukung (Moleong, 2011). Penelitian kualitatif menuntut kehadiran peneliti di lapangan karena peneliti sebagai instrumen utama penelitian dan juga sebagai perencana tindakan, pengumpul data, penganalisa data dan pelopor hasil penelitian. Hal ini sejalan dengan pendapat Moleong (2011), ”Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir, dan akhirnyya sebagai pelopor penelitian yang dilaksanakan.Sementara itu, sumber data berasal dari catatan observasi, hasil wawancara, dokumen, foto, rekaman audio dan video yang diperoleh melalui angket, observasi, dan wawancara yang mendalam (deep interview). Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan- pertanyaan analitis dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian. Analisis data dilakukan mulai sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai dari lapangan.Sebelum peneliti memasuki lapangan, analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian, namun masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki lapangan dan selama di lapangan. Selama di lapangan analisis dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Jika setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti melanjutkan lagi sampai data yang dianggap kredibel. Menurut Sugiyono (2008), aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas hingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data ini meliputi data reduction, data display dan conclusion drawing/verification seperti tampak HASIL DAN PEMBAHASAN Observasi Kegiatan Pembelajaran (OKP) Hasil observasi kegiatan pembelajaran matematika di kelas dikaji berdasarkan kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup sebagai berikut: Kegiatan Pendahuluan Tahap pendahuluan ini berlangsung sekitar ± 15 menit. Guru membuka pelajaran dengan cara mengucapkan salam terlebih dahulu, kemudian mengisi daftar hadir siswa dilanjutkan dengan memotivasi siswa dan memberikan pengarahan tentang pembelajaran yang akan diajarkan. Cara membuka pelajaran tersebut sudah sesuai dengan materi yang akan disajikan, karena apa yang dilakukan oleh guru berhubungan dengan materi yang akan diajarkan. Perhatian siswa terhadap guru adalah mendengar dan memperhatikan pendahuluan yang disampaikan oleh guru. Kegiatan Inti Guru menyajikan materi pelajaran dengan menggunakan metode ekspositori sesuai dengan materi pelajaran yang akan diajarkan dan lebih melibatkan siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran dengan mepersilahkan beberapa orang siswa untuk menyelesaikan soal yang berhubungan dengan materi pelajaran yang diajarkan.Selama pelajaran berlangsung, guru bertanya sebanyak ± 5 (lima) kali kepada 5 (lima) orang siswa secara acak.Ada 4 orang siswa yang mendapat kesempatan menjawab pertanyaan guru. Selama pelajaran berlangsung ada beberapa orang siswa yang mengajukan pertanyaan. Cara guru menilai siswa adalah dengan memberikan pertanyaan dan memberikan tugas yang dikerjakan di kelas dan dikumpulkan pada akhir jam pelajaran. Guru juga menilai peran aktif siswa dalam proses pembelajaran, seperti mengerjakan soal di depan kelas.Ada 1-2 orang siswa yang mengganggu kelas maka guru memberikan nasehat pada siswa dengan cara memberikan teguran secara halus, namun bila tidak ada perubahan diberikan teguran secara keras. Biasanya guru selalu mengingatkan siswa agar tidak ribut selama proses pembelajaran berlangsung.Secara umum, siswa memperhatikan pelajaran yang disajikan oleh guru. Kegiatan Penutup Bagian penutup ini berlangsung selama ± 10 menit. Sebelum mengakhiri, guru memberitahu bahwa waktu hampir selesai dan menyarankan siswa untuk melengkapi tugas serta menyarankan siswa untuk mengulang kembali pelajaran di rumah. Untuk mengakhiri pelajaran, guru merangkum materi yang telah disampaikan dan memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan di rumah. Berdasarkan hasil observasi, faktor-faktor yang mempengarui kesuksesan pembelajaran di kelas adalah guru, peserta didik, situasi dan kondisi kelas. Guru adalah faktor pendukung yang paling berpengaruh dalam memicu disposisi berpikir kreatif siswa. Guru menciptakan suasana belajar yang santai tetapi tetap terarah dengan memberikan kebebasan kepada siswa untuk bertanya, memberikan gagasan, pendapat dan ide – idenya dalam belajar. Peserta didik memiliki minat yang baik dalam belajar matematika, artinya peserta memiliki sikap positif (disposisi) terhadap berpikir kreatif. Tentu saja hal ini sangat mempengaruhi kesuksesan pembelajaran di kelas. Situasi dan kondisi juga sangat mendukung proses pembelajaran. Kondisi ruang belajar yang ditemui sangat nyaman dan bersih. Ruangan dilengkapi dengan fasilitas belajar mengajar dan media elektronik yang memadai. Hal ini dapat menciptakan disposisi berpikir kreatif siswa. Hasil Wawancara Berdasarkan hasil Angket, wawancara dilakukan kepada 8 orang siswa yang sudah dapat mewakili seluruh siswa di kelas, yaitu terdiri atas 3 orang siswa berkemampuan rendah (S1, S7 dan S10), 2 orang siswa dengan kemampuan menengah (S9 dan S17) dan 3 orang siswa dengan kemampuan tinggi (S3, S4 dan S14) . Pemilihan 8 orang siswa ini didasarkan kepada pertimbangan guru kelas dan hasil angket yang telah diberikan kepada siswa. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai pendapat, aspirasi, harapan, keinginan, keyakinan dan lain sebagaimya yang ada pada diri siswa sekaligus untuk mengetahui korelasi dari hasil observasi serta kuesioner yang telah diberikan kepada siswa. Selain itu, wawancara juga dilakukan terhadap guru untuk mengetahui sikap siswa saat belajar di dalam kelas, strategi pembelajaran dan teknik asesmen yang digunakan oleh guru yang tujuan akhirnya adalah untuk mengetahui disposisi berpikir kreatif siswa. Rekaman suara dan rekaman video wawancara terlampir dalam bentuk CD.Berikut ini adalah kesimpulan hasil wawancara terhadap guru dan 8 orang siswa. 2. MASALAH DAN FOKUS PENELITIAN Salah satu teknik yang sering digunakan dalam proses penelitian adalah membuat model obyek yang akan diselidiki. Karena model itu merupakan tiruan kenyataan, maka ia harus dapat menggambarkan berbagai aspek yang diselidiki. Salah satu alasan utama pengembangan model adalah untuk lebih memudahkan pencarian variabel-variabel yang penting dan berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Menemukan Sumber – Sumber Masalah Penelitian Kriteria Analisis a. Rumusan masalah tersebut telah menghubungkan dua atau lebih halatau factor (defenisi masalah) b. Rumusan masalah itu dipisahkan dari tujuan penelitian c. Uraian dalam bentuk deskriptif saja atau deskriptif disertai pertanyaan penelitian d. Uraian masalah dipaparkan secara khusus sehingga telah dapat memenuhi criteria inklusi-ekslusi. e. Hipotesis kerja dinyatakan secara eksplisit dan berkaitan dengan masalah penellitian f. Pembatasan study dinyatakan dengan istilah fokus. Prinsip-prinsip Perumusan Masalah Prinsip yang Berkaitan dengan Teori dari Dasar Peneliti hendaknya senantiasa menyadari bahwa perumusan masalah dalam penelitiannya didasarkan atas upaya menemukan teori dari dasar sebagai acuan utama. Perumusan masalah adalah sekadar arahan pembimbing atau acuan pada usaha untuk menemukan masalah yang sebenarnya. Masalah sesungguhnya baru akan dapat dirumuskan apabila peneliti sudah berada dan mulai, bahkan sedang mengumpulkan data. Prinsip yang Berkaitan dengan Maksud Perumusan Masalah Perumusan masalah di sini bermaksud menunjang upaya penemuan dan penyusunan teori substantif, yaitu teori yang bersumber dari data. a. Peneliti merumuskan masalah dengan maksud menguji suatu teori dengan menyadari segala macam kekurangan akibat tindakannya. b. Penekanan pada suatu usaha penemuan dapat membawa peneliti untuk juga dapat menguji suatu teori yang sedang berlaku c. Masalah yang dirumuskan dan mungkin disempurnakan akan berfungsi sebagai patokan untuk keperluan mengadakan analisis datadan kemudian menjadi hipotesis kerja. Prinsip Hubungan Faktor Faktor-faktor di sini dapat berupa konsep, peristiwa, pengalaman, atau fenomena. Ada 3 aturan tertentu yang perlu dipertimbangkan oleh peneliti pada waktu merumuskan masalah tersebut : a. Adanya dua atau lebih faktor b. Faktor – factor itu dihubungkan dalam suatu hubungan yang logis atau bermakna c. Hasil pekerjaan tadi menghubungkan suatu keadaan yang menimbulkan tanda tanya atau hal yang membingungkan, jadi suatu keadaan bersifat tanda tanya, yang memerlukan pemecahan atau upaya untuk menjawabnya. Jadi, walaupun ada factor – factor, jika tidak dikaitkan satu dengan lainnya secara bermakna, hal itu berarti belum memenuhi persyaratan. Fokus sebagai wahana untuk membatasi study Peneliti kualitatif bersifat terbuka artinya tidak mengharuskan peneliti menganut suatu orientasi teori atau paradigma tertentu. Peneliti boleh memilih paradigma ilmiah, alamiah ataupun paradigma tengah. Perumusan masalah bagi peneliti akan mengarahkan dan membimbing pada situasi lapangan bagaimanakah yang akan dipillih dari berbagai latar yang sangat banyak tersedia. Prinsip yang berkaitan dengan inklusi – ekslusi Perumusan focus yang baik yang dilakukan sebelum peneliti ke lapangan dan yang mungkin disempurnakan pada awal ia terjun ke lapangan akan membatasi peneliti guna memilih mana data yang relevandan mana yang tidak. Data yang relevan dimasukkan dan dianalisis sedangkan yang tidak relevan dengan masalah dikeluarkan. Prinsip yang berkaitan dengan bentuk dan cara perumusan masalah Ada tiga bentuk perumusan masalah : a. Secara diskusi, cara penyajiannya adalah dalam bentuk pernyataan secara deskriptif namun perlu diikuti dengan pertanyaan – pertanyaan peneliti b. Secara proposional, secara langsung menghubungkan factor – factor dalam hubungan logis dan bermakna c. Secara gabungan, terlebih dahulu disajikan dalam bentuk diskusi kemudian ditegaskan lagi dalam bentuk proposisional. Prinsip sehubungan dengan posisis perumusan masalah Yang dimaksud dengan posisi disini adalah kedudukan untuk perumusan masalah diantara unsur-unsur peneliti lainnya. Unsur – unsur penelitian lainnya yang erat kaitanya dengan rumusan masalah ialah latar belakang masalah, tujuan, dan acuan teori dan metode penelitian :
1. Prinsip posisi menghendaki agar rumusan latar belakang penelitian
didahulukan. 2. Prinsip lainnya ialah hendaknya rumusan masalah disusun terlebih dahulu 3. Prinsip berikutnya menghendaki agar sebaiknya rumusan masalah dipisahkan dari rumus dan tujuaan 4. Prinsip terakhir menghendaki agar seharusnya rumusan masalah dipisahkan dari metode penelitian. Prinsip yang berkaitan dengan hasil penelaahan kepustakaan Pada dasarnya perumusan masalah itu tidak bisa dipisahkan dari hasil penelaahan kepustakaan yang berkaitan, karena diperlukan untuk lebih mempertajam perumusan masalah itu, serta mengarahkan dan membimbing peneliti untuk membentuk kategori substantif. Prinsip yang berkaitan dengan penggunaan bahasa Perumusan masalah dilakukan pada waktu mengajukan usulan penelitian dan diulangi kembali pada waktu menulis laporan. Pada waktu menulis laporan atau artikel tentang hasil penelitian, ketika merumuskan masalah, hendaknya peneliti memmpertimbangkan ragam pembacanya, sehingga rumusan masalah yang diajukan dapat disesuaikan dengan tingkat kemampuan menyimak para pembacanya. Dengan kata lain, penulisan perumusan masalah harus disesuaikan dengan tingkat keumumannya para pembaca. Langkah – langkah Perumusan Masalah 1. Tentukan fokus penelitian 2. Cari berbagai kemungkinan factor yang ada kaitan denganfocus tersebut yang dalam hal ini dinamakan sub fokus 3. Dari antara factor – factor yang terkait adakan pengkajian mana yang sangat menarik untuk ditelaah, kemudian tetapkan mana yang dipilih 4. Kaitkan secara logis factor –factor subfokus yang dipilih dengan focus penelitian.
B. Fokus Penelitian Salah satu asumsi tentang gejala dalam penelitian kuantitatif adalah bahwa gejala dari suatu objek itu sifat tunggal dan parsial. Dengan demikian berdasarkan gejala tersebut peneliti kuantitatif dapat menemukan variable- variabel yang akan di teliti. Dalam pandangan penelitian kualitatif, gejala itubersifat holistic (Menyeluruh tidak dapat di pisah-pisahkan), sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan fariabel penelitian , tetapi keseluruhan situasi social yang di teliti yang meliputi aspek tempat (plase), peleku (actor) dan aktivitas (activity) tang berinteraksi secara sinergis. Karena terlalu luasnya masalah, maka dalam rangka penelitian kuantitatif, peneliti akan membatasi penelitian dalam satu atau lebih variable. Dengan demikian dalam penelitian kuantitatif ada yang di sebut batasan masalah. Batasan masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan focus, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum. Pembatasan dalam penelitian kualitatif lebih didasarkan pada tingkat kepentingan, urgensi feabilitas masalah yang akan di pecahkan selain juga factor keterbatasan tenaga , dana dan waktu. Suatu masalah di katakan penting apabila masalah tersebut tidak di pecahkan melalui penelitian, maka akan semakin menimbulkan masalah baru. Masalah dikatakan urgen (mendesak) apabila masalah tersebut tidak segera di pecahkan melelui penelitian, maka akan semakin kehilangan berbagai kesempatan untuk mengatasi. Untuk dapat memehami secarah lebih luas dan mendalam, Maka diperlukan pemilihan fokus penelitian. Spladley dalam sanapiah faisal (1988) mengemukakan empat alternative untuk menetapkan fokus yaitu : 1. Menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan oleh informal 2. Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu organizing domain 3. Menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk pengembangan iptek 4. Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan teori-teori yang telah ada C. Bentuk Rumusan Masalah Berdasarkan level of explanation , suatu gejala, maka secara umum terdapat tiga bentuk rumusan masalah, yaitu rumusan masalah deskriptif, komparatif dan assosiatif : a. Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yangmemandu peneliti untuk mengekslorasi dan atau memotret situasisocial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan mendalam. b. Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk membandingkan antara konteks social atau domain satu dibandingkan dengan yang lain. c. Rumusan masalah assosiatif atau hubungan adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk mengkonstruksi hubungan antara situasi social atau domain satu dengan yang lainnya. Rumusan masalah assosiatif di bagi menjadi tiga yaitu :hubungan simetris, kausal dan reciprocal atau interaktif Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Selanjutnya hubungan reciprocal adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Dalam penelitian kualitatif hubungan yang diamati atau ditemukan adalah hubungan yang bersifat reciprocal atau interaktif.
3. TEORI DALAM PENELITIAN KUALITATIF
Pengertian Teori Teori adalah seperangkat dalil mengenai hubungan antara berbagai konsep. Dalam penelitian kualitatif, teori yang sudah ada memiliki kegunaan yang cukup penting, teori dalam penelitian kualitatif digunakan secara lebih longgar, teori memungkinkan dan membantu untuk memahami apa yang sudah diketahui secara intuitif pada saat pertama, tetapi bersifat jamak untuk berubah sebagaimana teori sosial berubah. Pada umumnya teori bagi penelitian kualitatif berguna sebagai sumber inspirasi dan pembanding (Bahar, 2011). Teori menyediakan serangkaian konsep penjelas (explanatory concepts). Tanpa sebuah teori, tidak akan terlaksana penelitian. Di dalam penelitian sosial, contoh teori adalah fungsionalisme (yang mengkaji fungsi-fungsi pranata sosial), behaviorisme (yang melihat semua perilaku dalam kerangka stimulus dan respon), dan interaksi simbolik (yang memusatkan bagaimana kita mengkaitkan makna-makna simbolis dengan relasirelasi interpersonal. Dalam penelitian kualitatif, karena permasalahan yang dibawa oleh peneliti bersifat sementara, maka teori yang digunakan dalam penelitian kualitatif juga bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti memasuki lapangan atau dalam konteks sosial. Dalam kaitannya dengan teori, penelitian kualitatif bersifat menemukan teori. Teori Bagi Peneliti Kualitatif Dari sisi kememadaian, dalam penelitian kualitatif yang bersifat holistik, jumlah teori yang harus dimiliki peneliti kualitatif jauh lebih banyak di bandingkan penelitian kuantitatif karena harus disesuaikan dengan fenomena yang berkembang di lapangan. Peneliti kualitatif akan lebih profesional kalau menguasai semua teori sehingga wawasannya lebih luas, dan dapat menjadi instrumen penelitian yang baik. Teori bagi peneliti kualitatif akan berfungsi sebagai bekal untuk bisa memahami konteks sosial secara lebih luas dan mendalam. Walaupun peneliti kualitatif dituntut untuk menguasai teori yang luas dan mendalam, namun dalam melaksanakan penelitian, peneliti kualitatif harus mampu melepaskan teori yang dimiliki tersebut dan tidak digunakan sebagai panduan dalam menyusun instrument dan sebagai panduan dalam menyusun panduan untuk wawancara, dan observasi. Peneliti kualitatif dituntut dapat menggali data berdasarkan apa yang diucapkan, dirasakan, dan dilakukan oleh partisipan atau sumber data. Peneliti kualitatif harus bersifat “perspektif emic” artinya memperoleh data bukan “sebagai seharusnya”, bukan berdasarkan apa yang dipikirkan oleh peneliti tetapi berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi dilapangan, yang dialami, dirasakan, dan dipikirkan oleh partisipan/sumber data. Untuk penelitian yang bermaksud memperluas teori yang sudah ada, teori tersebut bermanfaat bagi peneliti pada tiga hal berikut; a. Penelitian dapat dimulai dari teori terdahulu tersebut dengan merujuk kerangka umum teori itu. Dengan kata lain, kerangka teoritik yang sudah ada bisa digunakan untuk menginterpretasi dan mendekati data. Namun demikian, penelitian yang sekarang harus dikembangkan secara tersendiri dan terlepas dari teori sebelumnya. Dengan demikian, penelitian dapat dengan bebas memilih data yang dikumpulkan, sehingga memungkinkan teori awalnya dapat diubah, ditambah, atau dimodifikasi; b. Teori yang sudah ada dapat dimanfaatkan untuk menyusun sejumlah pertanyaan atau menjadi pedoman dalam pengamatan/wawancara untuk mengumpul data awal; dan c. Jika temuan penelitian sekarang berbeda dari teori yang sudah ada, maka peneliti dapat menjelaskan bagaimana dan mengapa temuannya berbeda dengan teori yang ada. Peneliti kualitatif dituntut mampu mengorganisasikan semua teori yang dibaca. Landasan teori yang dituliskan dalam proposal penelitian lebih berfungsi untuk menunjukkan seberapa jauh peneliti memiliki teori dan memahami permasalahan yang diteliti walaupun permasalahan tersebut masih bersifat sementara. Oleh karena itu landasan teori yang dikemukakan bukan merupakan harga mati, tetapi bersifat sementara. Peneliti kualitatif justru dituntut untuk melakukan “grounded research”, yaitu menemukan teori berdasarkan data yang diperoleh di lapangan. Ada dua bentuk perangkat yang digunakan dalam merancang kerangka konseptual sebagai panduan kerja dalam penelitian kualitatif. Peneliti kualitatif akan lebih profesional kalau menguasai semua teori sehingga wawasannya lebih luas, dan dapat menjadi instrumen penelitian yang baik. Teori bagi peneliti kualitatif akan berfungsi sebagai bekal untuk bisa memahami konteks sosial secara lebih luas dan mendalam. Oleh karena itu penelitian kualitatif jauh lebih sulit dari penelitian kuantitatif, karena peneliti kualitatif harus berbekal teori yang luas sehingga mampu menjadi “human instrument” yang baik. Penelitian kualitatif jauh lebih sulit bila dibandingkan dengan penelitian kuantitatif karena data yang terkumpul bersifat subyektif dan instrument sebagai alat pengumpul data adalah peneliti itu sendiri. Fungsi dan posisi sebuah teori dalam pengertian sederhana adalah bingkai dari sebuah penelitian kualitatif. Di sini tidak lain adalah menggunakan sebuah teori ilmu tertentu untuk menginterpretasikan temuan penelitian dan bukan untuk menentukan variabelvariabel yang perlu ditemukan, apalagi untuk membuktikan kebenaran sebuah teori. Dapat dikatakan bahwa pada dasarnya, fungsi dan posisi teori berada pada garis yang kontimum dari awal hingga akhir proses penelitian, tinggal pada posisi mana pada garis tersebut sebuah teori akan digunakan di masingmasing tradisi penelitian kualitatif. Akhrinya, sebagaimana ditemukan dalam beberapa literatur metode penelitian (Moleong, 1999; Creswell, 2002, Lindloft, 1995), menyebutkan bahwa metode penelitian kualitatif lebih bersifat induktif. Artinya langkah penelitian yang harus didahulukan adalah data berdasarkan fakta, gejala, fenomena, realitas yang menjadi tema, kemudian diolah, diproses, sehingga akhir penelitian dapat menjadi proposisi, model atau bahkan teori. DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, M., Ma’rufi, M. R., & Nisraeni, N. (2015). Metodologi Penelitian
Pendidikan Matematika. Nasution, E. Y. P. (2018). Analisis Terhadap Disposisi Berpikir Kreatif Siswa Pada Pembelajaran Matematika. Edumatika: Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 1(1), 44-55. Walidin, W., & Idris, S. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif & Grounded Theory.