Anda di halaman 1dari 22

METODOLOGI PENELITIAN

OLEH
MIASNIUSON TAMU INA DAPAJIANGU
1807010450
NOMOR ABSEN (16)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2020
1. GROUNDED THEORY METHODOLOGY
Pendekatan grounded theory adalah metode riset kualitatif yang
menggunakan satu kumpulan prosedur sistematis untuk mengembangkan
grounded theory induktif yang diturunkan tentang sebuah fenomena. Tujuan
utama dari grounded theory adalah untuk memperluas penjelasan tentang
fenomena dengan mengidentifikasi elemen kunci dari fenomena itu, dan
kemudian mengkategorikan hubungan dari elemen-elemen dengan konteks dan
proses percobaan. Dengan kata lain, tujuannya adalah untuk pergi dari umum ke
khusus tanpa mengabaikan apa yang membuat subjek studi yang unik. Metode
grounded theory sering dianggap sebagai suatu metode yang memisahkan teori
dan data namun yang lainnya bersikeras mengatakan bahwa metode tersebut
benar-benar menggabungkan keduanya.
Riset kualitatif dengan menggunakan metode grounded theory memang
tidak terlalu mudah dilakukan terutama oleh peneliti pemula, sebab memiliki
model analisis data yang terus-menerus, karena data masih tetap dikumpulkan
selama di lapangan. Dalam riset grounded theory ini, peneliti langsung terjun ke
lapangan tanpa membawa rancangan konseptual, proposisi, dan teori tertentu.
Secara provokatif, sering dikatakan bahwa peneliti masuk ke lapangan dengan
kepala kosong, tanpa membawa apapun yang sifatnya apriori, apakah itu konsep,
proposisi, ataupun teori. Hal ini disebabkan, dengan membawa konsep, proposisi
maupun teori yang bersifat apriori, dikhawatirkan terjebak pada kecenderungan
studi verifikatif yang memaksakan tingkat empirikal menyesuaikan diri dengan
tingkat konseptual teoritikal.
Berdasarkan keterangan tersebut dapat dikatakan bahwa meskipun riset
kualitatif dengan menggunakan metode grounded theory terdiri dari tiga bentuk
desain yaitu sistematik, emerging, dan konstruktivis, namun secara umum
metode riset ini memiliki karakteristik pokok: 1) fokus riset diarahkan pada
proses yang berhubungan dengan sebuah topik substantif; 2) penjaringan data
(yang dilakukan secara simultan dengan analisis data) dilakukan dengan
menggunakan penyampelan teoritis; 3) analisis data dilakukan, sambil
melaksanakan perbandingan konstan dan membuat pertanyaan tentang data-data
yang diperoleh; 4) sewaktu menganalisis data untuk memunculkan kategori-
kategori, sebuah kategori inti diidentifikasi; 5) kategori inti yang diidentifikasi
kemudian dikembangkan dan dirumuskan menjadi teori; dan 6) selama
melakukan riset, peneliti membuat catatan (memo) untuk mengelaborasi ide-ide
yang berhubungan dengan data dan kategori yang dikodekan.
Tahapan Metode Grounded Theory
Prosedur riset kualitatif dengan menggunakan metode grounded theory
terdiri dari beberapa tahap yang dilakukan secara simultan. Adapun tahapan
tersebut dimulai dengan tahap perumusan masalah sampai terakhir yaitu
menyimpulkan atau penulisan laporan riset.
Tahap perumusan masalah Substansi perumusan masalah dalam metode
grounded theory bersifat umum yaitu masih dalam bentuk pertanyaan yang
memberikan kebebasan dalam menggali berbagai fenomena secara luas maupun
secara spesifik, namun belum sampai pada penegasan atas variabel apa saja yang
berhubungan dengan ruang lingkup permasalahan dan variabel yang apa saja
yang tidak berhubungan. Tipe hubungan antar variabelnya juga tidak perlu
dieksplisitkan dalam pembuatan rumusan masalahnya.
Perumusan masalah dalam riset grounded theory disusun secara
bertahap. Rumusan masalah pada tahap awal sebelum dilakukan pengumpulan
data adalah bersifat lebih luas atau umum dengan maksud rumusan masalah
tersebut digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan mengumpulkan data.
Setelah data yang bersifat umum telah dikumpulkan, kemudian rumusan
masalahnya semakin dipersempit dan lebih berfokus pada sifat data yang
dikumpulkan dengan maksud sebagai pedoman dalam menyusun teori.
Masalah riset merupakan bagian integral dari metode, sebagai langkah
penting pertama dalam urutan kegiatan riset. Ciri-ciri dari rumusan masalah
dalam riset grounded theory adalah: 1) berorientasi pada pengidentifikasian
fenomena yang diteliti, 2) berorientasi pada proses dan tindakan, dan 3)
mengungkapkan secara tegas mengenai objek yang akan diteliti.
Tahap penggunaan kajian teoritis
Riset kualitatif dengan metode grounded theory tidak bertujuan untuk
menguji kebenaran suatu teori dan tidak terpengaruh oleh kajian literatur, juga
tidak bertumpu pada berbagai variabel yang berasal dari suatu teori, karena akan
dapat menghambat adanya pengembangan rumusan teori baru. Peneliti dalam
riset yang menggunakan metode grounded theory belum memiliki pengetahuan
mengenai objek yang akan ditelitinya termasuk jenis data dan berbagai variabel
yang kemungkinan akan ditemukan.
Tahap ini diadakan perbandingan teori yang muncul dari hasil riset
dengan teori yang ada dalam literatur. Dalam hal ini dilakukan kegiatan
membandingkan kerangka kerja yang bertentangan dan kerangka kerja yang
selaras. Perbandingan ini dimaksudkan untuk menyempurnakan definisi
konstruk dan meningkatkan validitas internal maupun untuk meningkatkan
validitas eksternal.
Tahap pengumpulan data dan penyampelan
Riset kualitatif dengan metode grounded theory menggunakan si peneliti
sendiri sebagai instrumen pengumpulan datanya. Pada tahap ini dilakukan
aktivitas definisi pertanyaan riset dan definisi dari konstruk apriori. Secara
rasional diadakan upaya memfokuskan   masalah   serta  membatasi  variasi
yang tidak relevan serta mempertajam validitas eksternal. Pengumpulan data
diarahkan oleh sampling teoritis, yang berarti bahwa sampel ini didasarkan pada
konstruksi teoritis yang relevan. Banyak percobaan dalam tahap awal,
menggunakan metode sampling terbuka untuk mengidentifikasi individu, benda
atau dokumen. Hal ini dilakukan agar relevansi data untuk pertanyaan riset dapat
dinilai sejak awal, sebelum terlalu banyak waktu dan uang yang telah
diinvestasikan.
Metode yang dapat digunakan dalam proses pengumpulan datanya
adalah metode observasi dan wawancara secara mendalam yang secara umum
tidak jauh berbeda dengan metode observasi dan wawancara pada riset kualitatif
lainnya. Hanya saja ada beberapa kriteria khusus yang membedakan metode
pengumpulan data pada riset kualitatif grounded theory dengan riset kualitatif
lainnya, yaitu terletak pada pemilihan fenomena yang dikumpulkan.
Semua data yang ada dapat dijadikan sebagai data dari metode grounded
theory yang berarti bahwa segala sesuatu yang didapatkan si peneliti ketika
mempelajari suatu daerah tertentu adalah data. Tidak hanya wawancara atau
observasi tapi apapun yang berhubungan adalah data yang membantu peneliti
untuk menghasilkan konsep-konsep teori yang muncul. Catatan lapangan bisa
berasal dari wawancara informal, kuliah, seminar, pertemuan kelompok ahli,
artikel, surat kabar, daftar internet mail, acara televisi, bahkan percakapan
dengan teman-teman juga merupakan data bagi metode grounded theory.
Riset kualitatif dengan metode grounded theory sangat menekankan pada
penggalian secara mendalam data prilaku yang sedang berlangsung untuk
melihat prosesnya secara langsung dan bertujuan untuk melihat berbagai hal
yang memiliki hubungan sebab akibat. Penyampelan dilakukan berdasarkan
keterwakilan konsep dan bukan pada besarnya jumlah populasi. Teknik
penyampelan dilakukan dengan cara penyampelan teoritis yaitu teknik
pengambilan sampel berdasarkan atas konsep konsep yang telah terbukti
memiliki hubungan secara teoritis dengan teori yang sedang dibangun, yang
bertujuan untuk mengambil sampel fenomena yang menggambarkan tentang
sifat, katagori dan ukuran yang secara langsung dapat menjawab masalah
risetnya.
Aktivitas pengumpulan data di lapangan dalam riset kualitatif grounded
theory berlangsung secara bertahap dalam kurun waktu cukup lama, dimana
proses pengambilan sampelnya juga berlangsung secara terus-menerus pada saat
dilakukan pengumpulan data. Jumlah sampel juga bisa terus bertambah sesuai
dengan bertambahnya jumlah data yang dibutuhkan dalam riset tersebut.
Pengumpulan data, analisis dan perumusan teori yang dapat disangkal
tersambung dalam arti timbal-balik, dan metode grounded theory
menggabungkan prosedur yang tegas untuk panduan ini. Hal ini terungkap jelas
menurut grounded theory, dimana proses bertanya dan membuat perbandingan
khusus secara rinci untuk menginformasikan dan membimbing analisis dan
untuk memfasilitasi proses berteori. Sebagai contoh, secara khusus menyatakan
bahwa pertanyaan riset harus terbuka dan umum daripada dibentuk sebagai
hipotesis spesifik, dan bahwa teori harus muncul untuk sebuah fenomena yang
relevan kepada peneliti.
Tahap pengumpulan dan analisis data pada riset kualitatiif dengan
menggunakan metode grounded theory merupakan proses yang saling
berhubungan dan harus dilakukan secara bergantian. Tahap analisis data dalam
metode grounded theory ini dilakukan dalam bentuk pengkodean, yang
merupakan proses penguraian data, pembuatan konsep dan penyusunan kembali
dengan cara yang baru.
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis
catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan
pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai
temuan kepada orang lain. Adapun untuk meningkatkan pemahaman tersebut
analisis perlu dilanjutkan dengan berupaya mencari makna (meaning) (Muhadjir,
2002 :142).
Proses biasanya diawali dengan pengkodean (coding) serta
pengkategorian data. Hasil dari suatu riset grounded theory adalah suatu teori
yang menjelaskan fenomena yang sedang diteliti. Laporan riset memaparkan
teori yang ditunjang dengan contoh-contoh dari data. Laporan riset biasanya
berupa diskusi naratif dari proses dan temuan riset. Adapun prosesnya diawali
dengan proses open coding yang merupakan bagian dari analisis data, dimana
peneliti melakukan identifikasi, penamaan, kategorisasi dan penguraian gejala
yang ditemukan dalam teks hasil dari wawancara, observasi, dan catatan harian
peneliti itu sendiri.
Adapun tujuan dilakukannya pengkodean dalam metode grounded theory
ini adalah: 1) memperoleh ketepatan dalam proses riset, 2) menyusun suatu
teori, 3) membantu mengatasi terjadinya bias dan asumsi yang keliru, 4)
memberikan suatu landasan dan kepadatan makna, dan 5) dapat
mengembangkan kepekaan dalam menghasilkan teori baru. Prosedur yang
dilakukan dalam tahap analisis data yang merupakan dasar dari proses
pengkodean yaitu dengan melakukan perbandingan secara terusmenerus dan
melakukan pengajuan pertanyaanpertanyaan. Metode riset grounded theory
menekankan pada validitas data melalui verifikasi dan menggunakan coding
sebagai alat utama dari pengolahan data.
Ada beberapa cara untuk melakukan pengkodean, yaitu: 1) pengkodean
terbuka, 2) pengkodean terporos, dan 3) pengkodean terpilih. Pengkodean
terbuka terdiri atas beberapa langkah, yaitu: a) melakukan pelabelan fenomena,
yaitu pemberian nama terhadap benda dan kejadian yang diperoleh melalui
pengamatan atau wawancara; b) menemukan dan pemberian nama katagori
menggunakan istilah yang dipakai oleh subjek yang diteliti; dan c) menyusun
katagori berdasarkan pada sifat dan ukurannya.
Pengkodean terporos merupakan sekumpulan prosedur penempatan data
kembali dengan cara-cara baru dengan membuat hubungan antar katagori.
Sedangkan pengkodean terpilih dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu: a)
mengulang kembali susunan data ke dalam pokok pikiran, b) mengidentifikasi
data dengan menuliskan inti dari data yang ada, c) menyimpulkan dan
memberikan kode pada katagori inti yang merupakan inti masalah yang
mencakup semua data atau fenomena yang ada; dan d) menentukan pilihan
kategori inti yang merupakan penemuan tema pokok dari riset tersebut.
Pengkodean terpilih dilakukan setelah menemukan variabel inti atau apa
yang dianggap sebagai inti tentatif. Inti tentatif menjelaskan perilaku para
peneliti dalam menyelesaikan perhatian utamanya. Inti tentatif tidak pernah
salah, tapi dapat menghasilkan lebih atau kurang sesuai dengan data.
Tahap penyimpulan atau penulisan laporan
Tahap pengambilan simpulan pada riset kualitatif dengan menggunakan
metode grounded theory tidak didasarkan pada generalisasi tapi lebih ke
spesifikasi nya. Riset grounded theory dimaksudkan untuk membuat spesifikasi-
spesifikasi terhadap: 1) kondisi yang menjadi sebab terjadinya suatu fenomena,
2) tindakan atau interaksi yang merupakan respon terhadap kondisi tersebut, dan
3) konsekuensikonsekuensi yang timbul dari tindakan atau interaksi tersebut.
Jadi rumusan teoritis yang merupakan hasil akhir yang ditemukan dalam riset
kualitatif dengan metode grounded theory tidak menjustifikasi keberlakuannya
terhadap semua populasi namun hanya digunakan untuk situasi atau kondisi
tersebut saja.
Contoh Kasus dengam metode GROUND THEORY METHODOLOGY
Matematika sebagai mata pelajaran yang sulit dan dan tidak disukai siswa.
Matematika bagi siswa pada umumnya merupakan pelajaran yang tidak
disenangi, dianggap sebagai ilmu yang sukar, ruwet dan banyak memperdayakan
(Ruseffendi: 1991). Maka penelitian terhadap disposisi matematis siswa
merupakan hal yang penting dalam pembelajaran matematika. Penelitian
terhadap disposisi matematis siswa dilakukan dengan alasan bahwa lebih dari
50% siswa memandang matematika sebagai pelajaran hafalan (Syahputra: 2013).
Selain itu menurut Syahputra kebanyakan siswa tidak menyenangi matematika
dan 40% dari siswa merasa frustasi. Siswa paranoid dan cemas pada matematika.
Berdasarkan gambaran tersebut maka penulis mengadakan penelitian
terhadap disposisi berpikir kreatif siswa di salah satu SMP Negeri. Dari seluruh
kelas dipilih satu kelas sebagai subyek penelitian, yakni kelas VIII-3 yang
berjumlah 25 orang yang terdiri atas 7 orang laki-laki dan 18 orang perempuan.
Subyek diambil dari tiga kategori siswa yang memiliki kemampuan matematika
level tinggi, sedang dan rendah
Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah
grounded theory, dengan penekanan terhadap disposisi berpikir kreatif siswa.
Pemilihan metode ini didasarkan atas keingintahuan peneliti untuk melakukan
analisis lebih mendalam tentang disposisi berpikir kreatif siswa.
Dalam penelitian kualitatif, grounded theory tidak berangkat dari teori
untuk menghasilkan teori baru melainkan berupaya menemukan teori berdasar
teori empirik, bukan membangun teori secara deduktif logis.Karena itu,
grounded theory melepaskan teori dan peneliti langsung terjun ke lapangan
untuk mengumpulkan data.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah
teknik non-tes yang terdiri dari kuesioner/angket, observasi dan wawancara.
Pemilihan ketiga instrumen ini adalah berdasarkan Triangulasi Data yang
bertujuan untuk memastikan keabsahan data (Creswell, 2010). Teknik non-tes
digunakan untuk mengumpulkan data yang terkait dengan disposisi berpikir
kreatif siswa. Angket digunakan untuk mengumpulkan data yang terkait dengan
sikap siswa terhadap matematika. Untuk mengumpulkan data berupa aktivitas
guru pada saat proses belajar-mengajar berlangsung, maka digunakan lembar
observasi. Kemudian untuk mengetahui informasi mengenai pendapat, aspirasi,
harapan, keinginan, dan keyakinan siswa terhadap matematika, maka penulis
menggunakan teknik wawancara.Pengumpulan data dalam penelitian ini
dilakukan secara deskriptif dimana data yang dikumpulkan adalah bukan data
berupa angka-angka. Data tersebut berasal dari catatan observasi, hasil
wawancara, dokumen, foto, rekaman audio dan video yang diperoleh melalui
angket, observasi, dan wawancara yang mendalam (deep interview).
Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif sehingga yang menjadi
instrumennya adalah peneliti sendiri(Moleong, 2011). Sumber data penelitian
terdiri dari unsur manusia sebagai instrumen kunci yaitu peneliti yang terlibat
dalam observasi partisipasi, serta guru dan siswa sebagai unsur informan. Unsur
non manusia digunakan sebagai data pendukung (Moleong, 2011).
Penelitian kualitatif menuntut kehadiran peneliti di lapangan karena
peneliti sebagai instrumen utama penelitian dan juga sebagai perencana
tindakan, pengumpul data, penganalisa data dan pelopor hasil penelitian. Hal ini
sejalan dengan pendapat Moleong (2011), ”Kedudukan peneliti dalam penelitian
kualitatif cukup rumit, ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul
data, penganalisis, penafsir, dan akhirnyya sebagai pelopor penelitian yang
dilaksanakan.Sementara itu, sumber data berasal dari catatan observasi, hasil
wawancara, dokumen, foto, rekaman audio dan video yang diperoleh melalui
angket, observasi, dan wawancara yang mendalam (deep interview).
Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini merupakan proses berkelanjutan yang
membutuhkan refleksi terus menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-
pertanyaan analitis dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian. Analisis
data dilakukan mulai sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan
setelah selesai dari lapangan.Sebelum peneliti memasuki lapangan, analisis
dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan atau data sekunder yang akan
digunakan untuk menentukan fokus penelitian, namun masih bersifat sementara
dan akan berkembang setelah peneliti memasuki lapangan dan selama di
lapangan.
Selama di lapangan analisis dilakukan pada saat pengumpulan data
berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Jika
setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti melanjutkan lagi
sampai data yang dianggap kredibel. Menurut Sugiyono (2008), aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas hingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data ini
meliputi data reduction, data display dan conclusion drawing/verification seperti
tampak
HASIL DAN PEMBAHASAN
Observasi Kegiatan Pembelajaran (OKP)
Hasil observasi kegiatan pembelajaran matematika di kelas dikaji
berdasarkan kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup sebagai
berikut:
Kegiatan Pendahuluan
Tahap pendahuluan ini berlangsung sekitar ± 15 menit. Guru membuka
pelajaran dengan cara mengucapkan salam terlebih dahulu, kemudian mengisi
daftar hadir siswa dilanjutkan dengan memotivasi siswa dan memberikan
pengarahan tentang pembelajaran yang akan diajarkan. Cara membuka pelajaran
tersebut sudah sesuai dengan materi yang akan disajikan, karena apa yang
dilakukan oleh guru berhubungan dengan materi yang akan diajarkan. Perhatian
siswa terhadap guru adalah mendengar dan memperhatikan pendahuluan yang
disampaikan oleh guru.
Kegiatan Inti
Guru menyajikan materi pelajaran dengan menggunakan metode
ekspositori sesuai dengan materi pelajaran yang akan diajarkan dan lebih
melibatkan siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran dengan
mepersilahkan beberapa orang siswa untuk menyelesaikan soal yang
berhubungan dengan materi pelajaran yang diajarkan.Selama pelajaran
berlangsung, guru bertanya sebanyak ± 5 (lima) kali kepada 5 (lima) orang siswa
secara acak.Ada 4 orang siswa yang mendapat kesempatan menjawab
pertanyaan guru.
Selama pelajaran berlangsung ada beberapa orang siswa yang
mengajukan pertanyaan. Cara guru menilai siswa adalah dengan memberikan
pertanyaan dan memberikan tugas yang dikerjakan di kelas dan dikumpulkan
pada akhir jam pelajaran. Guru juga menilai peran aktif siswa dalam proses
pembelajaran, seperti mengerjakan soal di depan kelas.Ada 1-2 orang siswa
yang mengganggu kelas maka guru memberikan nasehat pada siswa dengan cara
memberikan teguran secara halus, namun bila tidak ada perubahan diberikan
teguran secara keras. Biasanya guru selalu mengingatkan siswa agar tidak ribut
selama proses pembelajaran berlangsung.Secara umum, siswa memperhatikan
pelajaran yang disajikan oleh guru.
Kegiatan Penutup
Bagian penutup ini berlangsung selama ± 10 menit. Sebelum mengakhiri,
guru memberitahu bahwa waktu hampir selesai dan menyarankan siswa untuk
melengkapi tugas serta menyarankan siswa untuk mengulang kembali pelajaran
di rumah. Untuk mengakhiri pelajaran, guru merangkum materi yang telah
disampaikan dan memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan di rumah.
Berdasarkan hasil observasi, faktor-faktor yang mempengarui
kesuksesan pembelajaran di kelas adalah guru, peserta didik, situasi dan kondisi
kelas. Guru adalah faktor pendukung yang paling berpengaruh dalam memicu
disposisi berpikir kreatif siswa. Guru menciptakan suasana belajar yang santai
tetapi tetap terarah dengan memberikan kebebasan kepada siswa untuk bertanya,
memberikan gagasan, pendapat dan ide – idenya dalam belajar. Peserta didik
memiliki minat yang baik dalam belajar matematika, artinya peserta memiliki
sikap positif (disposisi) terhadap berpikir kreatif. Tentu saja hal ini sangat
mempengaruhi kesuksesan pembelajaran di kelas. Situasi dan kondisi juga
sangat mendukung proses pembelajaran. Kondisi ruang belajar yang ditemui
sangat nyaman dan bersih. Ruangan dilengkapi dengan fasilitas belajar mengajar
dan media elektronik yang memadai. Hal ini dapat menciptakan disposisi
berpikir kreatif siswa.
Hasil Wawancara
Berdasarkan hasil Angket, wawancara dilakukan kepada 8 orang siswa
yang sudah dapat mewakili seluruh siswa di kelas, yaitu terdiri atas 3 orang
siswa berkemampuan rendah (S1, S7 dan S10), 2 orang siswa dengan
kemampuan menengah (S9 dan S17) dan 3 orang siswa dengan kemampuan
tinggi (S3, S4 dan S14) . Pemilihan 8 orang siswa ini didasarkan kepada
pertimbangan guru kelas dan hasil angket yang telah diberikan kepada siswa.
Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mendapatkan informasi mengenai
pendapat, aspirasi, harapan, keinginan, keyakinan dan lain sebagaimya yang ada
pada diri siswa sekaligus untuk mengetahui korelasi dari hasil observasi serta
kuesioner yang telah diberikan kepada siswa.
Selain itu, wawancara juga dilakukan terhadap guru untuk mengetahui
sikap siswa saat belajar di dalam kelas, strategi pembelajaran dan teknik
asesmen yang digunakan oleh guru yang tujuan akhirnya adalah untuk
mengetahui disposisi berpikir kreatif siswa. Rekaman suara dan rekaman video
wawancara terlampir dalam bentuk CD.Berikut ini adalah kesimpulan hasil
wawancara terhadap guru dan 8 orang siswa.
2. MASALAH DAN FOKUS PENELITIAN
Salah satu teknik yang sering digunakan dalam proses penelitian adalah
membuat model obyek yang akan diselidiki. Karena model itu merupakan tiruan
kenyataan, maka ia harus dapat menggambarkan berbagai aspek yang diselidiki.
Salah satu alasan utama pengembangan model adalah untuk lebih memudahkan
pencarian variabel-variabel yang penting dan berkaitan dengan penelitian yang
dilakukan.
Menemukan Sumber – Sumber Masalah Penelitian
Kriteria Analisis
a. Rumusan masalah tersebut telah menghubungkan dua atau lebih halatau
factor (defenisi masalah)
b. Rumusan masalah itu dipisahkan dari tujuan penelitian
c. Uraian dalam bentuk deskriptif saja atau deskriptif disertai pertanyaan
penelitian
d. Uraian masalah dipaparkan secara khusus sehingga telah dapat memenuhi
criteria inklusi-ekslusi.
e. Hipotesis kerja dinyatakan secara eksplisit dan berkaitan dengan masalah
penellitian
f. Pembatasan study dinyatakan dengan istilah fokus.
Prinsip-prinsip Perumusan Masalah 
Prinsip yang Berkaitan dengan Teori dari Dasar
Peneliti hendaknya senantiasa menyadari bahwa perumusan masalah
dalam penelitiannya didasarkan atas upaya menemukan teori dari dasar sebagai
acuan utama. Perumusan masalah adalah sekadar arahan pembimbing atau acuan
pada usaha untuk menemukan masalah yang sebenarnya. Masalah sesungguhnya
baru akan dapat dirumuskan apabila peneliti sudah berada dan mulai, bahkan
sedang mengumpulkan data.
Prinsip yang Berkaitan dengan Maksud Perumusan Masalah
Perumusan masalah di sini bermaksud menunjang upaya penemuan dan
penyusunan teori substantif, yaitu teori yang bersumber dari data.
a. Peneliti merumuskan masalah dengan maksud menguji suatu teori
dengan menyadari segala macam kekurangan akibat tindakannya.
b. Penekanan pada suatu usaha penemuan dapat membawa peneliti
untuk  juga dapat menguji suatu teori yang sedang berlaku
c. Masalah yang dirumuskan dan mungkin disempurnakan akan berfungsi
sebagai patokan untuk keperluan mengadakan analisis datadan kemudian
menjadi hipotesis kerja.
Prinsip Hubungan Faktor
Faktor-faktor di sini dapat berupa konsep, peristiwa, pengalaman, atau
fenomena. Ada 3 aturan tertentu yang perlu dipertimbangkan oleh peneliti pada
waktu merumuskan masalah tersebut :
a. Adanya dua atau lebih faktor
b. Faktor – factor itu dihubungkan dalam suatu hubungan yang logis atau
bermakna
c. Hasil pekerjaan tadi menghubungkan suatu keadaan yang menimbulkan
tanda tanya atau hal yang membingungkan, jadi suatu keadaan bersifat
tanda tanya, yang memerlukan pemecahan atau upaya untuk
menjawabnya. Jadi, walaupun ada factor – factor,  jika tidak dikaitkan
satu dengan lainnya secara bermakna, hal itu berarti belum memenuhi
persyaratan.
Fokus sebagai wahana untuk membatasi study
Peneliti kualitatif bersifat terbuka artinya tidak mengharuskan peneliti
menganut suatu orientasi teori atau paradigma tertentu. Peneliti boleh memilih
paradigma ilmiah, alamiah ataupun paradigma tengah. Perumusan masalah bagi
peneliti akan mengarahkan dan membimbing pada situasi lapangan
bagaimanakah yang akan dipillih dari berbagai latar yang sangat banyak
tersedia.
Prinsip yang berkaitan dengan inklusi – ekslusi
Perumusan focus yang baik yang dilakukan sebelum peneliti ke lapangan
dan yang mungkin disempurnakan pada awal ia terjun ke lapangan akan
membatasi peneliti guna memilih mana data yang relevandan mana yang tidak.
Data yang relevan dimasukkan dan dianalisis sedangkan yang tidak relevan
dengan masalah dikeluarkan. 
Prinsip yang berkaitan dengan bentuk dan cara perumusan masalah
Ada tiga bentuk perumusan masalah :
a. Secara diskusi, cara penyajiannya adalah dalam bentuk pernyataan secara
deskriptif namun perlu diikuti dengan pertanyaan – pertanyaan peneliti
b. Secara proposional, secara langsung menghubungkan factor – factor
dalam hubungan logis dan bermakna
c. Secara gabungan, terlebih dahulu disajikan dalam bentuk diskusi
kemudian ditegaskan lagi dalam bentuk proposisional.
Prinsip sehubungan dengan posisis perumusan masalah
Yang dimaksud dengan posisi disini adalah kedudukan untuk perumusan
masalah diantara unsur-unsur peneliti lainnya. Unsur – unsur penelitian lainnya
yang erat kaitanya dengan rumusan masalah ialah latar belakang masalah,
tujuan, dan acuan teori dan metode penelitian :

1. Prinsip posisi menghendaki agar rumusan latar belakang penelitian


didahulukan.
2. Prinsip lainnya ialah hendaknya rumusan masalah disusun terlebih
dahulu
3. Prinsip berikutnya menghendaki agar sebaiknya rumusan masalah
dipisahkan dari rumus dan tujuaan
4. Prinsip terakhir menghendaki agar seharusnya rumusan masalah
dipisahkan dari metode penelitian.
Prinsip yang berkaitan dengan hasil penelaahan kepustakaan
Pada dasarnya perumusan masalah itu tidak bisa dipisahkan dari hasil
penelaahan kepustakaan yang berkaitan, karena diperlukan untuk lebih
mempertajam perumusan masalah itu, serta mengarahkan dan membimbing
peneliti untuk membentuk kategori substantif.
Prinsip yang berkaitan dengan penggunaan bahasa
Perumusan masalah dilakukan pada waktu mengajukan usulan penelitian
dan diulangi kembali pada waktu menulis laporan. Pada waktu menulis laporan
atau artikel tentang hasil penelitian, ketika merumuskan masalah, hendaknya
peneliti memmpertimbangkan ragam pembacanya, sehingga rumusan masalah
yang diajukan dapat disesuaikan dengan tingkat kemampuan menyimak para
pembacanya. Dengan kata lain, penulisan perumusan masalah harus disesuaikan
dengan tingkat keumumannya para pembaca.
Langkah – langkah Perumusan Masalah
1. Tentukan fokus penelitian
2. Cari berbagai kemungkinan factor yang ada kaitan denganfocus tersebut
yang dalam hal ini dinamakan sub fokus
3. Dari antara factor – factor yang terkait adakan pengkajian mana yang
sangat menarik untuk ditelaah, kemudian tetapkan mana yang dipilih
4. Kaitkan secara logis factor –factor subfokus yang dipilih dengan focus
penelitian.
 
B.   Fokus Penelitian
Salah satu asumsi tentang gejala dalam penelitian kuantitatif adalah
bahwa gejala dari suatu objek itu sifat tunggal dan parsial. Dengan demikian
berdasarkan gejala tersebut peneliti kuantitatif dapat menemukan variable-
variabel yang akan di teliti. Dalam pandangan penelitian kualitatif, gejala
itubersifat holistic (Menyeluruh tidak dapat di pisah-pisahkan), sehingga peneliti
kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan fariabel
penelitian , tetapi keseluruhan situasi social yang di teliti yang meliputi
aspek tempat (plase), peleku (actor) dan aktivitas (activity) tang berinteraksi
secara sinergis.
Karena terlalu luasnya masalah, maka dalam rangka penelitian
kuantitatif, peneliti akan membatasi penelitian dalam satu atau lebih variable.
Dengan demikian dalam penelitian kuantitatif ada yang di sebut batasan
masalah. Batasan masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan focus, yang
berisi pokok masalah yang masih bersifat umum.
Pembatasan dalam penelitian kualitatif lebih didasarkan pada tingkat
kepentingan, urgensi feabilitas masalah yang akan di pecahkan selain juga factor
keterbatasan tenaga , dana dan waktu. Suatu masalah di katakan penting apabila
masalah tersebut tidak di pecahkan melalui penelitian, maka akan semakin
menimbulkan masalah baru. Masalah dikatakan urgen (mendesak) apabila
masalah tersebut tidak segera di pecahkan melelui penelitian, maka akan
semakin kehilangan berbagai kesempatan untuk mengatasi.
Untuk dapat memehami secarah lebih luas dan mendalam, Maka
diperlukan pemilihan fokus penelitian. Spladley dalam sanapiah faisal
(1988) mengemukakan empat alternative untuk menetapkan fokus yaitu :
1. Menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan oleh
informal
2. Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu
organizing domain
3. Menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk
pengembangan iptek
4. Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait dengan
teori-teori yang telah ada
C.   Bentuk Rumusan Masalah
Berdasarkan level of explanation , suatu gejala, maka secara umum
terdapat tiga bentuk rumusan masalah, yaitu rumusan masalah deskriptif,
komparatif dan assosiatif :
a. Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah
yangmemandu peneliti untuk mengekslorasi dan atau memotret
situasisocial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas dan
mendalam.
b. Rumusan masalah komparatif adalah rumusan masalah yang
memandu peneliti untuk membandingkan antara konteks social
atau domain satu dibandingkan dengan yang lain.
c. Rumusan masalah assosiatif atau hubungan adalah rumusan
masalah yang memandu peneliti untuk mengkonstruksi hubungan
antara situasi social atau domain satu dengan yang lainnya.
Rumusan masalah assosiatif di bagi menjadi tiga yaitu :hubungan
simetris, kausal dan reciprocal atau interaktif
Hubungan kausal  adalah hubungan yang bersifat sebab akibat.
Selanjutnya hubungan reciprocal adalah hubungan yang saling mempengaruhi.
Dalam penelitian kualitatif hubungan yang diamati atau ditemukan adalah
hubungan yang bersifat reciprocal atau interaktif.

3. TEORI DALAM PENELITIAN KUALITATIF


Pengertian Teori
Teori adalah seperangkat dalil mengenai hubungan antara berbagai
konsep. Dalam penelitian kualitatif, teori yang sudah ada memiliki kegunaan
yang cukup penting, teori dalam penelitian kualitatif digunakan secara lebih
longgar, teori memungkinkan dan membantu untuk memahami apa yang sudah
diketahui secara intuitif pada saat pertama, tetapi bersifat jamak untuk berubah
sebagaimana teori sosial berubah. Pada umumnya teori bagi penelitian kualitatif
berguna sebagai sumber inspirasi dan pembanding (Bahar, 2011).
Teori menyediakan serangkaian konsep penjelas (explanatory concepts).
Tanpa sebuah teori, tidak akan terlaksana penelitian. Di dalam penelitian sosial,
contoh teori adalah fungsionalisme (yang mengkaji fungsi-fungsi pranata sosial),
behaviorisme (yang melihat semua perilaku dalam kerangka stimulus dan
respon), dan interaksi simbolik (yang memusatkan bagaimana kita mengkaitkan
makna-makna simbolis dengan relasirelasi interpersonal.
Dalam penelitian kualitatif, karena permasalahan yang dibawa oleh
peneliti bersifat sementara, maka teori yang digunakan dalam penelitian
kualitatif juga bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti
memasuki lapangan atau dalam konteks sosial. Dalam kaitannya dengan teori,
penelitian kualitatif bersifat menemukan teori.
Teori Bagi Peneliti Kualitatif Dari sisi kememadaian, dalam penelitian
kualitatif yang bersifat holistik, jumlah teori yang harus dimiliki peneliti
kualitatif jauh lebih banyak di bandingkan penelitian kuantitatif karena harus
disesuaikan dengan fenomena yang berkembang di lapangan.
Peneliti kualitatif akan lebih profesional kalau menguasai semua teori
sehingga wawasannya lebih luas, dan dapat menjadi instrumen penelitian yang
baik. Teori bagi peneliti kualitatif akan berfungsi sebagai bekal untuk bisa
memahami konteks sosial secara lebih luas dan mendalam. Walaupun peneliti
kualitatif dituntut untuk menguasai teori yang luas dan mendalam, namun dalam
melaksanakan penelitian, peneliti kualitatif harus mampu melepaskan teori yang
dimiliki tersebut dan tidak digunakan sebagai panduan dalam menyusun
instrument dan sebagai panduan dalam menyusun panduan untuk wawancara,
dan observasi.
Peneliti kualitatif dituntut dapat menggali data berdasarkan apa
yang diucapkan, dirasakan, dan dilakukan oleh partisipan atau sumber
data. Peneliti kualitatif harus bersifat “perspektif emic” artinya
memperoleh data bukan “sebagai seharusnya”, bukan berdasarkan apa
yang dipikirkan oleh peneliti tetapi berdasarkan sebagaimana adanya
yang terjadi dilapangan, yang dialami, dirasakan, dan dipikirkan oleh
partisipan/sumber data.
Untuk penelitian yang bermaksud memperluas teori yang sudah ada, teori
tersebut bermanfaat bagi peneliti pada tiga hal berikut;
a. Penelitian dapat dimulai dari teori terdahulu tersebut dengan merujuk
kerangka umum teori itu. Dengan kata lain, kerangka teoritik yang sudah
ada bisa digunakan untuk menginterpretasi dan mendekati data. Namun
demikian, penelitian yang sekarang harus dikembangkan secara
tersendiri dan terlepas dari teori sebelumnya. Dengan demikian,
penelitian dapat dengan bebas memilih data yang dikumpulkan, sehingga
memungkinkan teori awalnya dapat diubah, ditambah, atau dimodifikasi;
b. Teori yang sudah ada dapat dimanfaatkan untuk menyusun sejumlah
pertanyaan atau menjadi pedoman dalam pengamatan/wawancara untuk
mengumpul data awal; dan
c. Jika temuan penelitian sekarang berbeda dari teori yang sudah ada, maka
peneliti dapat menjelaskan bagaimana dan mengapa temuannya berbeda
dengan teori yang ada. Peneliti kualitatif dituntut mampu
mengorganisasikan semua teori yang dibaca. Landasan teori yang
dituliskan dalam proposal penelitian lebih berfungsi untuk menunjukkan
seberapa jauh peneliti memiliki teori dan memahami permasalahan yang
diteliti walaupun permasalahan tersebut masih bersifat sementara.
Oleh karena itu landasan teori yang dikemukakan bukan merupakan
harga mati, tetapi bersifat sementara. Peneliti kualitatif justru dituntut untuk
melakukan “grounded research”, yaitu menemukan teori berdasarkan data yang
diperoleh di lapangan. Ada dua bentuk perangkat yang digunakan dalam
merancang kerangka konseptual sebagai panduan kerja dalam penelitian
kualitatif.
Peneliti kualitatif akan lebih profesional kalau menguasai semua teori
sehingga wawasannya lebih luas, dan dapat menjadi instrumen penelitian yang
baik. Teori bagi peneliti kualitatif akan berfungsi sebagai bekal untuk bisa
memahami konteks sosial secara lebih luas dan mendalam. Oleh karena itu
penelitian kualitatif jauh lebih sulit dari penelitian kuantitatif, karena peneliti
kualitatif harus berbekal teori yang luas sehingga mampu menjadi “human
instrument” yang baik. Penelitian kualitatif jauh lebih sulit bila dibandingkan
dengan penelitian kuantitatif karena data yang terkumpul bersifat subyektif dan
instrument sebagai alat pengumpul data adalah peneliti itu sendiri.
Fungsi dan posisi sebuah teori dalam pengertian sederhana adalah
bingkai dari sebuah penelitian kualitatif. Di sini tidak lain adalah menggunakan
sebuah teori ilmu tertentu untuk menginterpretasikan temuan penelitian dan
bukan untuk menentukan variabelvariabel yang perlu ditemukan, apalagi untuk
membuktikan kebenaran sebuah teori. Dapat dikatakan bahwa pada dasarnya,
fungsi dan posisi teori berada pada garis yang kontimum dari awal hingga akhir
proses penelitian, tinggal pada posisi mana pada garis tersebut sebuah teori akan
digunakan di masingmasing tradisi penelitian kualitatif.
Akhrinya, sebagaimana ditemukan dalam beberapa literatur metode
penelitian (Moleong, 1999; Creswell, 2002, Lindloft, 1995), menyebutkan
bahwa metode penelitian kualitatif lebih bersifat induktif. Artinya langkah
penelitian yang harus didahulukan adalah data berdasarkan fakta, gejala,
fenomena, realitas yang menjadi tema, kemudian diolah, diproses, sehingga
akhir penelitian dapat menjadi proposisi, model atau bahkan teori.
DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, M., Ma’rufi, M. R., & Nisraeni, N. (2015). Metodologi Penelitian


Pendidikan Matematika.
Nasution, E. Y. P. (2018). Analisis Terhadap Disposisi Berpikir Kreatif Siswa
Pada Pembelajaran Matematika. Edumatika: Jurnal Riset Pendidikan
Matematika, 1(1), 44-55.
Walidin, W., & Idris, S. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif & Grounded
Theory.

Anda mungkin juga menyukai