Oleh:
Puji syukur ke hadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga dengan izin dan ridha-Nya kami dapat menyusun makalah
tentang “Review : Pengendalian Nyamuk Mansonia.”, shalawat serta salam
semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. yang telah menunjukkan
kepada kita semua jalan yang lurus, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang pengertian Mansonia dan
filariasis, macam-macam vektor Mansonia, taksonomi nyamuk Mansonia, siklus
hidup nyamuk Mansonia, morfologi nyamuk Mansonia, bionomik nyamuk
Mansonia, faktor kelangsungan hidup nyamuk Mansonia, strategi pencegahan
filariasis dan strategi pengendalian nyamuk Mansonia.
Selanjutnya, ucapan terima kasih kepada Nur Lina., S.K.M., M.Kes selaku
Dosen mata kuliah Pengendalian Tropik yang telah membantu kami dalam
meyelesaikan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari
bahwa terdapat berbagai kelemahan, kekurangan dan keterbatasan yang ada,
sehingga kemungkinan terjadinya kekeliruan dan kekurangan dalam penulisan dan
penyajian makalah ini.
Oleh karena itu, kami sangat mengaharapkan kritik dan saran dari pada
pembaca dalam rangka penyempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filariasis sudah ada sejak jaman sebelum masehi (SM) (sekitar tahun
1501-1480 SM) hingga saat ini. Berdasarkan WHO (2020), sebanyak 893 juta
orang di 49 negara di seluruh dunia terancam oleh filariasis limfatik dan
memerlukan kemoterapi preventif untuk menghentikan penyebaran infeksi
parasit ini.
Filariasis merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh
infeksi cacing filaria yang penularannya diperantai berbagai jenis nyamuk
(Dalilah et al, 2017). Pada tahun 2017, dari 514 kabupaten/kota di wilayah
Indonesia, sebanyak 236 kabupaten/kota tergolong endemis filariasis. Dari
jumlah tersebut, 152 kabupaten/kota di antaranya masih melaksanakan
POPM. Jumlah kasus kronis filariasis terbanyak terdapat di Provinsi Papua
dengan 3.047 kasus kronis (Kemkes, 2018).
Di Indonesia bagian Timur, Mansonia dan Anopheles barbirostris
merupakan vektor filariasis yang paling penting. Beberapa spesies Mansonia
dapat menjadi vektor Brugia malayi tipe subperiodik nokturna (Yamin,
2019). Mansonia diasosiasikan dengan rawa, sungai besar di pinggir hutan,
larva dan kepompong menempel pada sifonnya pada akar, ranting tanaman
air, seperti eceng gondok, teratai, kangkung, dan sebagainya. Ada nyamuk
Mansonia kawasan hutan dan rawa endemik, lingkungan kotor dan areal
budidaya ikan yang belum dimanfaatkan. Nyamuk Mansonia bersifat agresif
dan menghisap darah saat manusia beraktivitas di malam hari terutama di luar
rumah (Rehena et al, 2020)
Berbagai informasi terkait karakteristik Mansonia dari preferensi
istirahat, perilaku Mansonia, kepadatan fluktuasi setiap jam merupakan
informasi yang penting dalam menentukan potensi penularannya. Pemahaman
karakteristik Mansonia sangat membantu dalam memilih strategi
pengendalian vektor yang tepat dan benar. Oleh karena itu, makalah ini
bertujuan untuk menjelaskan pengertian Mansonia dan Filariasis, macam-
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini
yaitu:
a. Apa yang dimaksud dengan Mansonia dan Filariasis?
b. Apa saja macam-macam vektor Mansonia?
c. Bagaimana taksonomi nyamuk Mansonia?
d. Bagaimana siklus hidup nyamuk Mansonia?
e. Bagaimana morfologi nyamuk Mansonia?
f. Bagaimana bionomik nyamuk Mansonia?
g. Bagaimana faktor kelangsungan hidup nyamuk Mansonia?
h. Bagaimana strategi pencegahan dan pengobatan Filariasis?
i. Bagaimana strategi pengendalian nyamuk Mansonia?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum yang ingin dicapai dalam laporan ini adalah untuk
mengetahui lebih dalam terkait segala hal terkait nyamuk Mansonia yang
menyebabkan penyakit Filariasis di daerah Indonesia.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari Mansonia dan Filariasis.
b. Untuk mengetahui macam-macam vektor Mansonia.
c. Untuk mengetahui taksonomi Mansonia.
d. Untuk mengetahui siklus hidup nyamuk Mansonia.
e. Untuk mengetahui morfologi Mansonia.
f. Untuk mengetahui bionomik Mansonia.
3
D. Manfaat
1. Mahasiswa/Peneliti Lain
Memberikan informasi terkait Mansonia dan mampu menjadi
bahan penelitian selanjutnya.
2. Masyarakat
Sebagai bahan informasi yang berkaitan dengan gambaran kejadian
Mansonia sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk pencegahan
terhadap kasus Filariasis.
3. Pemerintah
Mampu membuat kebijakan yang tepat terkait strategi
pengendalian dan penanganan nyamuk Mansonia.
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
5
nyamuk Ma. dives terjadi pada pukul 19:00‐19:45. Nyamuk ini aktif
sepanjang malam.
Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Ridha (2018), puncak
aktivitas menghisap darah Ma. uniformis di dalam rumah di Desa
Dadahup pada pukul 19.00-20.00 dan 21.00-22.00, sedangkan di Desa
Pulau Ku’u pada pukul 21.00-22.00, namun di Kelurahan Mandomai
aktivitas tertinggi pada pukul 05.00-06.00. Ma. dives mempunyai aktivitas
menghisap darah di luar rumah di Desa Dadahup dan Kelurahan
Mandomai pada pukul 04.00-05.00, sedangan pada Desa Bangkal Ulu
pada pukul 01.00-02.00.
Dapat disimpulkan dari kedua jurnal, bahwa perilaku nyamuk
Mansonia lebih senang mencari darah di luar rumah dibandingkan dalam
rumah (eksofagik). Perilaku nyamuk Mansonia menghisap darah
bervariasi setiap species, namun berfluktuasi pada jam-jam tertentu.
Sebagian bersifat eksofagik dan sebagian bersifat endofagik. Hal ini
dikarenakan perilaku nyamuk di setiap daerah bersifat lokal spesifik,
artinya walaupun spesiesnya sama namun perilakunya bisa berbeda.
4. Tempat Istirahat (resting places)
Berdasarkan hasil penelitian Ridha (2018), perilaku istirahat Ma.
uniformis di Desa Dadahup, Pulau Ku’u, dan Bangka Ulu bersifat indoor
resting (menyukai istirahat di dalam rumah), sedangkan di Kelurahan
Mandomai bersifat outdoor resting (menyukai istirahat di luar rumah).
Perilaku istirahat Ma. dives di daerah penelitian lebih banyak yang
bersifat indoor resting yaitu Kelurahan Mandomai dan Desa Bangkal Ulu,
sedangkan Desa Dadahup bersifat outdoor resting. Perilaku istirahat Ma.
uniformis di Desa Dadahup, Pulau Ku’u, dan Bangka Ulu bersifat indoor
resting (menyukai istirahat di dalam rumah), sedangkan di Kelurahan
Mandomai bersifat outdoor resting (menyukai istirahat di luar rumah).
Perbedaan ini dikarenakan adanya pengaruh suhu, dan kelembapan udara
yang dapat menyebabkan bertambah atau berkurangnya kehadiran
nyamuk Mansonia di suatu tempat.
11
c. Habitat
Adapula faktor habitat, dimana hasil penilitian Supriyono (2017),
penangkapan nyamuk tertinggi terjadi pada bulan Januari dan
kecenderungan menurun jumlahnya pada bulan berikutnya. Hal ini
disebabkan oleh ketersediaan air pada habitat yang terdapat di Desa
Gulinggang pada musim penghujan. (Supriyono, 2017)
I. Survei Vektor
Survei vector dilakukan untuk melihat spesies nyamuk yang
mengandung larva L1, L2 dan L3. Pelaksanaannya 2 kali, dengan selang
waktu 1 bulan, pada 6 titik/lokasi. Menggunakan relawan orang sebagai
umpan dalam penangkapan nyamuk. (Maloha et al, 2020) dan Resting
Collection (hinggap/istirahat di dalam dan di luar rumah) (Ridha, 2018).
Penangkapan nyamuk dilakukan menggunakan metode human
landing collection (penangkapan nyamuk dengan umpan orang) pada
malam hari jam 20.00-24.00 WIB dan resting collection (penangkapan
nyamuk secara langsung saat hinggap atau istirahat). Alat yang
digunakan pada saat penangkapan menggunakan aspirator (Gambar 2.8)
dan melalui perangkap cahaya menggunakan cahaya lampu (light trap).
Nyamuk yang tertangkap dimasukkan ke bufferglass, identifikasi genus
nyamuk menggunakan mikroskop binokuler sesuai buku panduan
identifikasi (Maloha et al, 2020).
BAB III
PEMBAHASAN
A. Simpulan
Filariasis merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh
infeksi cacing filaria yang dapat ditularkan salah satunya dengan nyamuk
Mansonia. Terdapat beragam vector filariasis di Indonesia untuk vektor
Brugia terdiri atas enam spesies Mansonia yaitu Ma. bonneae, Ma. dives, Ma.
annulata, Ma. indiana, Ma. Uniformis dan Ma. Annulifera. Yang paling
banyak ditemukan adalah Ma. Uniformis. Siklus hidup nyamuk Mansonia
merupakan metamorfosis sempurna dimana ada 4 tahapan, yaitu telur, larva,
pupa dan dewasa. Habitat nyamuk Mansonia banyak ditemukan di daerah
berawa-rawa. Larva nyamuk Mansonia mengambil oksigen melalui akar
tumbuhan air seperti tanaman Pistia stratiotes dan Echhornia crassipes.
Perilaku nyamuk Mansonia menghisap darah bervariasi setiap species, namun
berfluktuasi pada jam-jam tertentu dan umumnya menghisap darah pada
malam hari. Musim, suhu dan kelembaban merupakan faktor yang
mempengaruhi keberlangsungan nyamuk Mansonia.
Pengendalian secara larviciding merupakan pendekatan yang lebih baik
karena tahap dewasa mereka yang lebih lama. Penggunaan adulticide seperti
semprotan pada ruangan sebaiknya hanya dipertimbangkan dalam situasi
epidemi, dimana cepat dalam pengurangan nyamuk infektif. Bahkan, produk
insektisida rumah tangga terutama obat nyamuk bakar harus tergabung dalam
program pengendalian vektor. Sebagai kesimpulan, terkoordinasi dan upaya
intensif dalam penelitian kegiatan pengendalian vektor Mansonia
memanfaatkan berbagai pendekatan pengendalian (bahan kimia dan
pengurangan sumber kontak manusia-vektor reduksi) harus dilakukan. Tujuan
utamanya juga adalah memasukkan pengendalian vektor Mansonia sebagai
yang layak dan penting dalam komponen dari strategi keseluruhan untuk
pengendalian filariasis brugian.
19
20
B. Saran
1. Mahasiswa/Peneliti Lain
Masih sedikit jurnal yang membahas tentang nyamuk Mansonia
dibandingkan nyamuk Aedes aegypti yang sering dibahas di Indonesia.
Terutama keterkaitan nyamuk Mansonia yang dapat menular melalui
hewan. Tak hanya itu cara pengendalian masih perlu banyak pembuktian
efektifitasnya.
2. Masyarakat
Perlu adanya kesadaran dan keterlibatan publik dalam upaya
pengendalian vektor nyamuk. Hal ini dapat dicapai dengan membangun
kemitraan dengan pihak puskesmas terdekat untuk mendidik dan
memberdayakan penduduk pedesaan dan perkotaan tentang langkah-
langkah pengendalian nyamuk yang efektif.
3. Pemerintah
Diharapkan pemerintah mampu bekerjasama dengan pihak instansi
kesehatan untu lebih bisa menjangkau data persebaran penyakit yang
lebih luas sehingga perlu adanya kegiatan surveilans aktif terutama di
daerah yang banyak terjadi kasus filariasis.
DAFTAR PUSTAKA
Dalilah et al. 2017. Identifikasi spesies nyamuk genus Mansonia dan deteksi
molekuler terhadap mikrofilaria/larva cacing Brugia malayi pada
nyamuk genus Mansonia.
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jkk/article/view/6098
Goodman, D.S., J.N. Orelus., J.M. Roberts., P.J. Lammie., T.G. Streit., 2003.
PCR and Mosquito Dissection as Tools to Monitor Filarial Infection
Levels following Mass treatment. Filaria journal 2:11 : 1-9.
Ridha. 2018. Bionomik Mansonia uniformis dan Mansonia dives sebagai Vektor
Filariasis pada Beberapa Wilayah di Kalimantan.
https://doi.org/10.22435/blb.v14i1.295
Ridha. 2018. Pengaruh Iklim Terhadap Peluang Umur Nyamuk Mansonia spp di
Daerah Endemis Filariasis di Kabupaten Kapuas.
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jkli/article/viewFile/17579/13926