Anda di halaman 1dari 26

EPIDEMOLOGI SURVEILANS

“MONITORING, EVALUASI, DAN PEMBINAAN DAN


PENGAWASAN”

Disusun Oleh:

Kelompok 2 :

Adilla Windah Aprilia (P21345120002)

Akhnas Hidayat (P21345120003)

Dindya Luthfiah Fa’izah (P21345120018)

Farisya Puspita Pratama (P21345120024)

PROGRAM STUDI DIII SANITASI LINGKUNGAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA 2
Jln. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta 12120
Telp. 021.7397641, 7397643 Fax. 021.7397769
E-mail : info@poltekkesjkt2.ac.id
Kata Pengantar

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, tak lupa
shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW. Atas
limpahan nikmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai
tugas Mata Kuliah Surveilans Epidemiologi. Dalam penyusunan makalah ini tentunya
tak sedikit hambatan yang kami hadapi. Akan tetapi hambatan itu berhasil kami atasi
berkat semangat, kerja keras, doa dan bimbingan dosen kami. Dengan disusunnya
makalah ini kami harap dapat memberikan pengetahuan baru bagi para pembaca
mengenai Monitoring, Evaluasi, dan Pembinaan dan Pengawasan.

Makalah ini kami susun berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber


informasi, referensi, jurnal, dan berita. Kami harap makalah ini dapat memperikan
ilmu yang bermanfaat dan dapat memperluas ilmu para pembaca, khususnya
mahasiswa/I Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II jurusan Kesehatan
Lingkungan. Kami sadar bahwa selama penulisan makalah ini terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami harap dosen pembimbing kami dapat memberikan
masukannya agar kami dapat memperbaiki kesalahan kami dan membuat makalah
dengan lebiih baik lagi. Begitupun kepada pembaca, kami sangat terbuka untuk
menerima kritik dan saran dari para pembaca.

Jakarta, 21 Oktober 2021

Kelompok 2

i
Daftar Isi

KATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1

1.1.................................................................................................................. Latar
Belakang................................................................................................. 1
1.2..................................................................................................................
Rumusan Masalah................................................................................. 1
1.3..................................................................................................................
Tujuan Pembahasan............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3

2.1 Monitoring............................................................................................. 3
2.2 Evaluasi.................................................................................................. 4
2.3 Pembinaan dan Pengawasan................................................................ 8
BAB III PENUTUP........................................................................................... 21

3.1 Kesimpulan............................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan atas
objektif program, memantau perubahan yang fokus pada proses dan keluaran.
Monitoring melibatkan perhitungan atas apa yang kita lakukan, monitoring melibatkan
pengamatan atas kualitas dari layanan yang kita berikan.

Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan secara
sistematis menginvestigasi efektifitas program. Menilai kontribusi program terhadap
perubahan (Goal/objektif) dan menilai kebutuhan perbaikan, kelanjutan atau perluasan
program (rekomendasi).

Pembinaan adalah upaya pendidikan formal maupun non formal yang dilakukan
secara sadar, berencana, terarah, teratur, dan bertanggung jawab dalam rangka
memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing, dan mengembangkan suatu dasar-
dasar kepribadiannya seimbang, utuh dan selaras, pengetahuan dan keterampilan sesuai
dengan bakat, kecenderungan/keinginan serta kemampuan-kemampuannya sebagai
bekal, untuk selanjutnya atas perkasa sendiri menambah, meningkatkan dan
mengembangkan dirinya, sesamanya maupun lingkungannya ke arah tercapainya
martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri.
Pengawasan ialah sebuah proses untuk memastikan bahwa semua aktifitas yang
terlaksana telah sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.

1. 2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan monitoring?
2. Jelaskan pengertian dari pembinaan dan pengawasan?

1
3. Apa yang dimaksud dengan evaluasi?
1. 3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu monitoring
2. Untuk mengetahui dan memahami apa itu evaluasi
3. Untuk mengetahui dan memahami apa itu pembinaan dan pengawasan

2
BAB II

PENDAHULUAN

2.1 Monitoring

Monitoring adalah kegiatan yang dilakukan dengan cara menggali lebih dalam
suatu hal untuk mendapatkan informasi secara regular berdasarkan indikator tertentu
dengan tujuan mengetahui kegiatan yang sedang berlangsung sudah sesuai atau
belum dengan perencanaan dan prosedut yang telah disepakati. Monitoring lebih
berfokus pada kegiatan yang sedang dilaksanakan, indikator dari monitoring yakni
mencakup esensi aktivitas dan target yang ditetapkan pada perencanaan program.
Dalam monitoring terdapat beberapa fungsi seperti yang dijelaskan oleh Dunn (1981),
empat fungsi dari monitoring adalah sebagai berikut:

Dalam pelaksanaan Surveilans, untuk mengetahui keberhasilan maupun kendala


dalam manajemen kegiatan surveilans hipertensi sebaiknya selalu dilakukan
monitoring terutama terhadap proses dan keluaran (output) kegiatas surveilans secara
keseluruhan. Monitoring dilakukan untuk melihat proses pencatatan data kasus
hipertensi di tempat pelayanan kesehatan tingkat Kab/Kota. Dengan dilakukannya
monitoring, kelemahan akan segera diketahui dan dapat dilakukan perbaikan.
Menurut Ditjen P2PL Depkes RI (2003) didalam Surveilans Epidemiologi,
monitoring memiliki beberapa indikator, yakni:

a. Compliance (kesesuaian/kepatuhan)
Menentukan apakah implementasi kebijakan tersebut sesuai dengan standard
dan prosedur yang telah ditentukan.
b. Auditing (pemeriksaan)

3
Menentukan apakah sumber-sumber/pelayanan kepada kelompok sasaran
(target groups) memang benar-benar sampai kepada mereka.
c. Accounting (Akuntansi)
Menentukan perubahan sosial dan ekonomi apa saja yang terjadi setelah
implementasi sejumlah kebijakan publik dari waktu ke waktu.
d. Explanation (Penjelasan)
Menjelaskan mengenai hasil-hasil kebijakan publik berbeda dengan tujuan
kebijakan publik.

Dalam pelaksanaan Surveilans, untuk mengetahui keberhasilan maupun


kendala dalam manajemen kegiatan surveilans hipertensi sebaiknya selalu dilakukan
monitoring terutama terhadap proses dan keluaran (output) kegiatas surveilans secara
keseluruhan. Monitoring dilakukan untuk melihat proses pencatatan data kasus
hipertensi di tempat pelayanan kesehatan tingkat Kab/Kota. Dengan dilakukannya
monitoring, kelemahan akan segera diketahui dan dapat dilakukan perbaikan.
Menurut Ditjen P2PL Depkes RI (2003) didalam Surveilans Epidemiologi,
monitoring memiliki beberapa indikator, yakni:

1) Sumber Daya Manusia


Tersedianya tim epidemiolog, Tenaga surveilans di tingkat Puskesmas
minimal terdapat 1 tenaga ahli epidemiologi (Kepmenpan RI, 2000).
1. Metode
a) Tersedianya berbagai pedoman pelaksanaan surveilans
b) Tersedianya petunjuk teknis pelaksanaan surveilans
c) Tersedianya payung hukum surveilans
d) Tersedianya POSBINDU PTM untuk penyakit tidak menular
e) Tersedianya PROLANIS
2. Material
a) Tersedianya alat komunikasi

4
b) Tersedianya peralatan surveilans

2.2 Evaluasi

Pengertian evaluasi menurut Hornby dan Parnwell (dalam Mardikanto, 2009)


adalah sebagai suatu tindakan pengambilan keputusan untuk menilai suatu objek,
keadaan, peristiwa atau kegiatan tertentu yang sedang diamati. Pengertian tersebut
juga dikemukakan oleh Soumelis (1983) yang mengartikan evaluasi sebagai proses
pengambilan keputusan melalui kegiatan membanding-bandingkan hasil pengamatan
terhadap suatu obyek. Diartikan oleh Seepersad dan Henderson (1984) mengartikan

Untuk mengetahui keberhasilan maupun kendala dalam manajemen kegiatan


surveilans hipertensi sebaiknya selalu dilakukan monitoring terutama terhadap proses
dan keluaran output kegiatas surveilans secara keseluruhan. Monitoring dilakukan
untuk melihat proses pencatatan data kasus hipertensi di tempat pelayanan kesehatan
tingkat KabKota. Sedangkan evaluasi diajukan untuk keberhasilan program
pengendalian penyakit Amirudin, 2013.

Melalui evaluasi dapat ditentukan strategi penyusunan perencanaan sistem


surveilans tahun berikutnya. Evaluasi terhadap pelaksanaan sistem surveilans perlu
dipersiapkan, apakah sistem surveilans tersebut bermanfaat atau sudah sesuai dengan
apa yang diharapkan Ditjen P2PL Depkes RI, 2003. 2.1.2.8.1 Evaluasi Sistem
Menurut Atribut Atribut yang digunakan dalam mengevaluasi suatu sistem surveilans
epidemiologi yaitu kesederhanaan simplicity, fleksibilitas flexibility, akseptabilitas
acceptabiliity, sensitivitas sensitivity, nilai prediktif positif predictive value positive,
kerepresentatifan representativeness, dan ketepatan waktu timeliness Ditjen P2PL,
2003; Amiruddin, 2013. Sedangkan menurut CDC atribut sistem surveilans terdiri
atas kesederhanaan simplicity, fleksibilitas flexibility, akseptabilitas acceptabiliity,

5
sensitivitas sensitivity, nilai prediktif positif predictive value positive,
kerepresentatifan representativeness, ketepatan waktu timeliness, kualitas data data
quality, dan stabilitas stability Robert R. G. et al., 2001. 1.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap akseptabilitas sistem surveilans yaitu


Depkes RI, 2006; Ditjen P2PL, 2003; Amiruddin, 2013.

a. Pentingnya masalah kesehatan yang ada.


b. Keterlibatan individu maupun organisasi dalam sistem surveilans.
c. Tingkat penerimaanrespon sistem terhadap saran dan komentar yang ada.
d. Perbandingan waktu antara yang diperlukan dengan waktu yang tersedia. e
Adanya peraturan dalam hal pengumpulan data dan kerahasiaan data.
e. Kewajiban melaporkan peristiwa kesehatan sesuai dengan peraturan yang
berlaku.

Ketepatan waktu timeliness Ketepatan waktu suatu sistem surveilans


dipengaruhi oleh ketepatan dan kecepatan mulai dari proses pengumpulan data,
pengolahan analisis dan intepretasi data serta penyebarluasan informasi kepada pihak-
pihak yang berkepentingan. Pelaporan penyakit-penyakit tertentu perlu dilakukan
dengan tepat dan cepat agar dapat dikendalikan secara efektif atau tidak meluas
sehingga membahayakan masyarakat. Kurangnya sumber daya yang ada dapat
berpengaruh pada stabilitas dari sistem surveilans kesehatan masyarakat Robert,
2001.

Tahapan Evaluasi :

Ada pesanan yang mendasari atau proses sebelum melakukan evaluasi, yaitu :

6
1. Mengembangkan konsep dan melakukan penelitian awal. Konsep harus
direncanakan dengan baik sebelum eksekusi terorganisir dan pesan harus tes
untuk memeriksa kompatibilitas antara draft yang disiapkan oleh pesan eksekusi.
2. Dengan uji coba yang dilakukan, evaluator mencoba untuk mencari respon dari
penonton. Respon penonton penting untuk mengukur efektivitas pesan.

Proses Evaluasi :

Dalam melakukan proses evaluasi, ada beberapa hal yang akan dibahas adalah apa
bahan evaluasi, proses evolusi, ketika evaluasi diadakan, mengapa harus ada evaluasi,
di mana proses evaluasi diadakan, dan pihak evaluasi.

Hal yang harus dilakukan evaluasi ini sumber yang ada, efektivitas menyebarkan
pesan, pemilihan media dan keputusan yang tepat keputusan dalam anggaran
mengadakan sejumlah promosi dan iklan.

Evaluasi tersebut perlu dilakukan untuk menghindari kesalahan perhitungan


pembiayaan, memilih strategi terbaik dari berbagai alternatif strategi yang tersedia,
meningkatkan efisiensi iklan pada umumnya, dan melihat apakah tujuan telah
tercapai.

Secara garis besar, proses evaluasi dibagi menjadi awal (pretest) dan akhir (posttest).
Pretest adalah evaluasi yang dilakukan untuk menguji konsep dan eksekusi yang
direncanakan. Sementara itu, evaluasi dilakukan posttest untuk melihat pencapaian
tujuan dan berfungsi sebagai masukan untuk analisis situasi berikutnya.

Evaluasi bisa dilakukan dalam atau di luar. Evaluasi diadakan di dalam ruangan pada
umumnya menggunakan metode penelitian laboratorium dan sampel akan digunakan

7
sebagai kelompok eksperimen. Kelemahan, kurangnya realisme dari metode ini dapat
diterapkan.

Sementara, evaluasi yang akan diadakan di luar ruangan dengan menggunakan


metode penelitian lapangan di mana kelompok eksperimen masih diperbolehkan
untuk menikmati kebebasan dari lingkungan sekitarnya. Realisme dari metode ini
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk mencapai evaluasi ini dengan baik, diperlukan sejumlah langkah yang harus
dilalui yang jelas mendefinisikan masalah, mengembangkan pendekatan untuk
masalah, merumuskan desain penelitian, melakukan penelitian lapangan untuk
mengumpulkan data, menganalisis data yang diperoleh, dan kemampuan untuk
menyampaikan hasil penelitian.

2.3 Pembinaan dan Pengawasan

Pembinaan berasal dari kata bina, yang mendapat imbuhan pe-an, sehingga
menjadi kata pembinaan. Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang
dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Pembinaan merupakan proses, cara membina dan penyempurnaan atau usaha
tindakan dan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Pembinaan pada dasarnya merupakan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara
sadar, berencana, terarah, dan teratur secara bertanggung jawab dalam rangka
penumbuhan, peningkatan dan mengembangkan kemampuan serta sumber-sumber
yang tersedia untuk mencapai tujuan.

Pembinaan adalah upaya pendidikan formal maupun non formal yang dilakukan
secara sadar, berencana, terarah, teratur, dan bertanggung jawab dalam rangka
memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing, dan mengembangkan suatu dasar-
dasar kepribadiannya seimbang, utuh dan selaras, pengetahuan dan keterampilan

8
sesuai dengan bakat, kecenderungan/keinginan serta kemampuan-kemampuannya
sebagai bekal, untuk selanjutnya atas perkasa sendiri menambah, meningkatkan dan
mengembangkan dirinya, sesamanya maupun lingkungannya ke arah tercapainya
martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri.2

Berikut pengertian pembinaan menurut para ahli:


1. Pembinaan menurut Masdar Helmi adalah segala hal usaha, ikhtiar dan
kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan dan pengorganisasian serta
pengendalian segala sesuatu secara teratur dan terarah.
2. Menurut Mathis (2002:112), pembinaan adalah suatu proses dimana orang-
orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi.
Oleh karena itu, proses ini terkait dengan berbagai tujuan organisasi, pembinaan
dapat dipandang secara sempit maupun luas.
3. Menurut Ivancevich (2008:46), mendefinisikan pembinaan sebagai usaha
untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam pekerjaannya sekarang atau dalam
pekerjaan lain yang akan dijabatnya segera.

Selanjutnya sehubungan dengan definisi tersebut, Ivancevich mengemukakan


sejumlah butir penting yaitu, pembinaan adalah sebuah proses sistematis untuk
mengubah perilaku kerja seorang/sekelompok pegawai dalam usaha meningkatkan
kinerja organisasi. Pembinaan terkait dengan keterampilan dan kemampuan yang
diperlukan untuk pekerjaan yang sekarang dilakukan. Pembinaan berorientasi ke
masa sekarang dan membantu pegawai untuk menguasai keterampilan dan
kemampuan (konpetensi) yang spesifik untuk berhasil dalam pekerjaannya.

Pembinaan juga dapat diartikan : “bantuan dari seseorang atau sekelompok orang
yang ditujukan kepada orang atau sekelompok orang lain melalui materi pembinaan
dengan tujuan dapat mengembangkan kemampuan, sehingga tercapai apa yang
diharapkan”. 

9
Dari beberapa definisi di atas, dapat dipahami bahwa dalam pembinaan terdapat
unsur tujuan, materi, proses, cara, pembaharuan, dan tindakan pembinaan. Selain itu,
untuk melaksanakan kegiatan pembinaan diperlukan adanya perencanaan,
pengorganisasian dan pengendalian.

 Pengawasan
Pengawasan ialah sebuah proses untuk memastikan bahwa semua aktifitas yang
terlaksana telah sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Ada banyak
alasan untuk menentukan penyebab kegagalan suatu organisasi atau keberhasilan
organisasi lainnya. Tetapi masalah yang selalu berulang dalam semua organisasi yang
gagal adalah tidak atau kurang adanya pengawasan yang memadai.

 Menurut Winardi (2000, hal. 585) “Pengawasan adalah semua aktivitas yang
dilaksanakan oleh pihak manajer dalam upaya memastikan bahwa hasil aktual
sesuai dengan hasil yang direncanakan”.

 Sedangkan menurut Basu Swasta (1996, hal. 216) “Pengawasan merupakan


fungsi yang menjamin bahwa kegiatan-kegiatan dapat memberikan hasil
seperti yang diinginkan”.

 Lebih lanjut menurut Komaruddin (1994, hal. 104) “Pengawasan adalah


berhubungan dengan perbandingan antara pelaksana aktual rencana, dan awal
Unk langkah perbaikan terhadap penyimpangan dan rencana yang berarti”.

 Lebih lanjut menurut Kadarman (2001, hal. 159) Pengawasan adalah suatu
upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja standar pada perencanaan
untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan
kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk menetapkan
apakah telah terjadi suatu penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil

10
tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber
daya perusahaan telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna
mencapai tujuan perusahaan.

Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa


pengawasan merupakan hal penting dalam menjalankan suatu perencanaan. Dengan
adanya pengawasan maka perencanaan yang diharapkan oleh manajemen dapat
terpenuhi dan berjalan dengan baik. Tanpa adanya pengawasan dari pihak
manajer/atasan maka perencanaan yang telah ditetapkan akan sulit diterapkan oleh
bawahan dengan baik. Sehingga tujuan yang diharapkan oleh perusahaan akan sulit
terwujud.

Jenis-Jenis Pengawasan

Adapun jenis-jenis pengawasan yang diantaranya yaitu:

 Pengawasan Internal “Intern”

Yang merupakan pengawasan yang dilakukan oleh orang ataupun badan yang ada
terdapat di dalam lingkungan unit organisasi/lembaga yang bersangkutan.

 Pengawasan Eksternal “Ekstern”

Yang merupakan pengawasan atau pemeriksaan yang dilakukan oleh unit


pengawasan yang ada di luar unit organisasi/lembaga yang diawasi.

 Pengawasan Preventif Dan Represif

Pengawasan preventif ialah lebih dimaksudkan sebagai suatu pengawasan yang


dilakukan pada kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga dapat
mencegah terjadinya kegiatan yang menyimpang, misalnya pengawasan tersebut

11
dilakukan oleh pemerintah supaya untuk menghindari adanya penyimpangan-
penyimpangan pelaksanaan keuangan negara yang akan membebankan/merugikan
negara.

Sedangkan pengawasan represif ialah suatu pengawasan yang dilakukan terhadap


suatu kegiatan setelah kegiatan tersebut sudah dilaksanakan atau dilakukan. Misalnya
pengawasan represif dilakukan pada akhir tahun anggaran yang dimana anggaran
yang telah ditentukan lalu disampaikan laporannya.

 Pengawasan Aktif Dan Pasif

Pengawasan aktif “dekat” ialah pengawasan yang dilaksanakan sebagai dari bentuk
pengawasan yang dilakukan ditempat kegiatan yang bersangkutan.

Sedangkan pengawasan pasif “jauh” ialah suatu pengawasan yang dilakukan


misalnya melalui “penelitian serta pengujian terhadap surat-surat atau laporan-
laporan pertanggung jawaban yag disertai dengan berbagai bukti penerimaan maupun
bukti pengeluaran.

 Pengawasan Kebenaran Formil

Pengawasan kebenaran formil ialah pengawasan menurut hak “rechtimatigheid” dan


pemeriksaan kebenaran materiil mengenai maksud serta tujuan pengeluaran
“doelmatigheid”.

Fungsi Pengawasan

Adapun fungsi pengawasan yang diantaranya yaitu:

 Untuk menilai apakah setiap unit-unit telah melakukan kebijaksanaan dan


prosedur yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing.

12
 Untuk menilai apakah surat-surat atau laporan yang dihasilkan telah
menggambarkan kegiatan-kegiatan yang sebenarnya secara cermat maupun
tepat.

 Untuk menilai apakah pengendalian manajemen sudah cukup memadai dan


dilaksanakan secara efektif.

 Untuk meneliti apakah kegiatan sudah terlaksana secara efektif yaitu


mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

 Untuk meneliti apakah kegiatan sudah dilaksanakan secara efisien.

Maksud dan Tujuan Pengawasan

Terwujudnya tujuan yang dikehendaki oleh organisasi sebenarnya tidak lain


merupakan tujuan dari pengawasan. Sebab setiap kegiatan pada dasarnya selalu
mempunyai tujuan tertentu. Oleh karena itu pengawasan mutlak diperlukan dalam
usaha pencapaian suatu tujuan. Menurut Situmorang dan Juhir (1994:22) maksud
pengawasan adalah untuk :

1. Mengetahui jalannya pekerjaan, apakah lancar atau tidak

2. Memperbaiki kesalahan?kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan mengadakan


pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-kesalahan yang sama atau
timbulnya kesalahan yang baru.

3. Mengetahui apakah penggunaan budget yang telah ditetapkan dalam rencana


terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan yang telah direncanakan.

4. Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program (fase tingkat


pelaksanaan) seperti yang telah ditentukan dalam planning atau tidak.

13
5. Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan
dalam planning, yaitu standard.

Macam Teknik Pengawasan

Disarikan dari pendapat Koontz, et. al. (dalam Hutauruk, 1986:298-331) tentang
teknik pengawasan, terdapat dua cara untuk memastikan pegawai merubah
tindakan/sikapnya yang telah mereka lakukan dalam bekerja, yaitu dengan
dilakukannya pengawasan langsung (direct control) dan pengawasan tidak langsung
(indirect control). Pengawasan langsung diartikan sebagai teknik pengawasan yang
dirancang bangun untuk mengidentifikasi dan memperbaiki penyimpangan rencana.
Dengan demikian pada pengawasan langsung ini, pimpinan organisasi mengadakan
pengawasan secara langsung terhadap kegiatan yang sedang dijalankan, yaitu dengan
cara mengamati, meneliti, memeriksa dan  mengecek sendiri semua kegiatan yang
sedang dijalankan tadi. Tujuannya adalah agar penyimpangan-penyimpangan
terhadap rencana yang terjadi dapat diidentifikasi dan diperbaiki. Menurut Koontz, et.
al, pengawasan langsung sangat mungkin dilakukan apabila tingkat kualitas para
pimpinan dan bawahannya rendah.

Sementara pengawasan tidak langsung diartikan sebagai teknik pengawasan yang


dilakukan dengan menguji dan meneliti laporan-laporan pelaksanaan kerja. Tujuan
dari pengawasan tidak langsung ini adalah untuk melihat dan mengantisipasi serta
dapat mengambil tindakan yang tepat untuk menghindarkan atau memperbaiki
penyimpangan. Menurut Koontz, et. al, pengawasan tidak langsung sangat mungkin
dilakukan apabila tingkat kualitas para pimpinan dan bawahannya tinggi.

Dari pendapat Koontz, et. al di atas, Situmorang dan Juhir (1994:27)


mengklasifikasikan teknik pengawasan berdasarkan berbagai hal, yaitu :

 Pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung

14
1. Pengawasan langsung, adalah pengawasan yang dilakukan secara
pribadi oleh pimpinan atau pengawas dengan mengamati, meneliti,
memeriksa, mengecek sendiri secara “on the spot” di tempat
pekerjaan, dan menerima laporan-laporan secara langsung pula dari
pelaksana. Hal ini dilakukan dengan inspeksi.

2. Pengawasan tidak langsung, diadakan dengan mempelajari laporan-


laporan yang diterima dari pelaksana baik lisan maupun tertulis,
mempelajari pendapat-pendapat masyarakat dan sebagainya tanpa
pengawasan “on the spot”.

 Pengawasan preventif dan represif

1. Pengawasan preventif, dilakukan melalui pre audit sebelum pekerjaan


dimulai. Misalnya dengan mengadakan pengawasan terhadap
persiapan-persiapan, rencana kerja, rencana anggaran, rencana
penggunaan tenaga dan sumber-sumber lain.

2. Pengawasan represif, dilakukan melalui postaudit, dengan


pemeriksaan terhadap pelaksanaan di tempat (inspeksi), meminta
laporan pelaksanaan dan sebagainya.

 Pengawasan intern dan pengawasan ekstern

1. Pengawasan intern, adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat


dalam organisasi itu sendiri. Pada dasarnya pengawasan harus
dilakukan oleh pucuk pimpinan sendiri. Setiap pimpinan unit dalam
organisasi pada dasarnya berkewajiban membantu pucuk pimpinan
mengadakan pengawasan secara fungsional sesuai dengan bidang
tugasnya masing-masing.

15
Pengawasan ekstern, adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat dari luar
organisasi sendiri, seperti halnya pengawasan dibidang keuangan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan sepanjang meliputi seluruh Aparatur Negara dan Direktorat
Jenderal Pengawasan Keuangan Negara terhadap departemen dan instansi pemerintah
lain.

16
 Misalnya: Demam, perubahan fisiologis dari tubuh, pembentukan
kekebalan, atau mekanisme pertahanan tubuh lainnya.
 Interaksi yang terjadi dapat berupa sembuh sempurna, cacat,
ketidakmampuan, atau kematian.
4.    Interaksi Agen penyakit, Host dan Lingkungan
 Keadaan dimana agen penyakit, manusia, dan lingkungan bersama-
sama saling mempengaruhi dan memperberat satu sama lain, sehingga
memudahkan agen penyakit baik secara langsung atau tidak langsungmasuk ke
dalam tubuh manusia.
 Misalnya: Pencemaran air sumur oleh kotoran manusia, menimbulkan
Water Borne Disease

Surveilans Kesehatan adalah kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus


menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit atau masalah
kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan
penyakit atau masalah kesehatan untuk memperoleh dan memberikan informasi guna
mengarahkan tindakan pengendalian dan penanggulangan secara efektif dan efisien.
(Permenkes No.45 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan)

Memonitor kecenderungan (trends) penyakit; • Mendeteksi perubahan mendadak


insidensi penyakit, untuk mendeteksi dini outbreak; • Memantau kesehatan populasi,
menaksir besarnya beban penyakit (disease burden) pada populasi; • Menentukan
kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan, implementasi, monitoring,
dadapatn evaluasi program kesehatan; • Mengevaluasi cakupan dan efektivitas
program kesehatan; • Mengidentifikasi kebutuhan riset (Last, 2001; Giesecke, 2002;
JHU, 2002).

17
Mendeteksi dan memonitor individu-individu yang mengalami kontak dengan
penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. • Hasil
surveilans memungkinkan dilakukannya isolasi institusional (Karantina) segera
terhadap kontak, sehingga penyakit yang dicurigai dapat dikendalikan. • Isolasi
institusional pernah digunakan kembali ketika timbul SARS.

Surveilans Penyakit (Disease Surveillance) • Melakukan pengawasan terus-


menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui
pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan
kematian, serta data relevan lainnya. • Fokus pada penyakit, bukan individu. • Di
banyak negara, pendekatan surveilans penyakit biasanya didukung melalui program
vertikal (pusat-daerah). Contoh, program surveilans tuberkulosis, program surveilans
malaria.

Syndromic surveillance (multiple disease surveillance) • Melakukan pengawasan


terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing
penyakit. • Surveilans sindromik mengandalkan deteksi indikator-indikator kesehatan
individual maupun populasi yang bisa diamati sebelum konfirmasi diagnosis. •
Surveilans sindromik mengamati indikator-indikator individu sakit, seperti pola
perilaku, gejala-gejala, tanda, atau temuan laboratorium, yang dapat ditelusuri dari
aneka sumber, sebelum diperoleh konfirmasi laboratorium tentang suatu penyakit.

Surveilans Berbasis Laboratorium • Surveilans berbasis laboartorium digunakan


untuk mendeteksi dan menonitor penyakit infeksi. • Sebagai contoh, pada penyakit
yang ditularkan melalui makanan seperti salmonellosis, penggunaan sebuah
laboratorium sentral untuk mendeteksi strain bakteri tertentu memungkinkan deteksi
outbreak penyakit dengan lebih segera dan lengkap daripada sistem yang
mengandalkan pelaporan sindroma dari klinik-klinik (DCP2, 2008).

18
Surveilans Terpadu (Integrated Surveillance) • Menata dan memadukan semua
kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota)
sebagai sebuah pelayanan publik bersama. • Surveilans terpadu menggunakan
struktur, proses, dan personalia yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan
informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. (WHO, 2001, 2002;
Sloan et al., 2006).

Surveilans Terpadu (Integrated Surveillance) • Karakteristik pendekatan


surveilans terpadu: – Memandang surveilans sebagai pelayanan bersama (common
services); – Menggunakan pendekatan solusi majemuk; – Menggunakan pendekatan
fungsional, bukan struktural; – Melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni,
pengumpulan, pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans
(yakni, pelatihan dan supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi, manajemen
sumber daya); – Mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit.
Meskipun menggunakan pendekatan terpadu,surveilans terpadu tetap memandang
penyakit yang berbeda memiliki kebutuhan surveilans yang berbeda (WHO, 2002)

Surveilans Kesehatan Masyarakat Global • Timbulnya epidemi global (pandemi)


khususnya menuntut dikembangkannya jejaring yang terpadu di seluruh dunia, yang
menyatukan para praktisi kesehatan, peneliti, pemerintah, dan organisasi internasional
untuk memperhatikan kebutuhankebutuhan surveilans yang melintasi batas-batas
negara. • Agenda surveilans global yang komprehensif melibatkan aktoraktor baru,
termasuk pemangku kepentingan pertahanan keamanan dan ekonomi (Calain, 2006;
DCP2, 2008).

Surveilans mencakupdua fungsi manajemen: • Fungsi inti (core activities)


mencakup kegiatan surveilans dan langkah-langkah intervensi kesehatan masyarakat.
– Kegiatan mencakup deteksi, pencatatan, pelaporan data, analisis data, konfirmasi
epidemiologis maupunlaboratoris,umpan-balik (feedback). – Langkah intervensi

19
kesehatan masyarakat mencakup respons segera (epidemic type
response)danresponsterencana(management type response). • Fungsi pendukung
(support activities) mencakup pelatihan, supervisi, penyediaan sumberdaya
manusiadanlaboratorium, manajemensumberdaya,dankomunikasi (WHO,2001;
McNabbetal., 2002).

Surveilans pasif • Memantau penyakit secara pasif, dengan menggunakan data


penyakit yang harus dilaporkan (reportable diseases) yang tersedia di fasilitas
pelayanan kesehatan. • Kelebihan surveilans pasif, relatif murah dan mudah untuk
dilakukan. • Kekurangan surveilans pasif adalah kurang sensitif dalam mendeteksi
kecenderungan penyakit.

Surveilans Aktif • Menggunakan petugas khusus surveilans untuk kunjungan


berkala ke lapangan, desa-desa, tempat praktik pribadi dokter dan tenaga medis
lainnya, puskesmas, klinik, dan rumah sakit, dengan tujuan mengidentifikasi kasus
baru penyakit atau kematian, disebut penemuan kasus (case finding), dan konfirmasi
laporan kasus indeks. • Kelebihan surveilans aktif, lebih akurat dan dapat
mengidentifikasi outbreak lokal. • Kelemahan surveilans aktif, lebih mahal dan lebih
sulit untuk dilakukan

Karakteristik surveilans yang efektif: cepat, akurat, reliabel, representatif,


sederhana, fleksibel, akseptabel. • Kecepatan : Informasi yang diperoleh dengan cepat
(rapid) dan tepat waktu (timely) memungkinkan tindakan segera untuk mengatasi
masalah yang diidentifikasi. • Akurasi : Sensitivitas tinggi. Sistem surveilans perlu
memastikan kebenaran laporan ke lapangan, untuk mengkonfirmasi apakah benar
terjadi peningkatan kasus/ outbreak.

• Standar, seragam, reliabel, kontinu. Definisi kasus, alat ukur, maupun prosedur
yang standar penting agar diperoleh informasi yang konsisten. • Representatif dan

20
lengkap. Memonitor situasi yang sesungguhnya terjadi pada populasi. Data yang
dikumpulkan harus representatif dan lengkap.

Sederhana, fleksibel, dan akseptabel. Format pelaporan fleksibel. Sistem


surveilans harus dapat diterima oleh petugas surveilans, sumber data, otoritas terkait
surveilans, maupun pemangku surveilans lainnya. • Penggunaan (uptake). Manfaat
sistem surveilans ditentukan oleh sejauh mana informasi surveilans digunakan oleh
pembuat kebijakan, pengambil keputusan, maupun pemangku surveilans pada
berbagai level.

Contoh Pelaksanaan Surveilans di Puskesmas: • Pelaksanaan Surveilans di


Puskesmas meliputi : – Pengumpulan data : data kesakitan berupa laporan penyakit
dan pemakaian obat dari Poli Umum, Pustu dan laporan masyarakat setempat.
Pengumpulan data surveilans Puskesmas dilakukan setiap hari kerja berdasarkan
waktu kunjungan pasien ke Puskesmas, setiap minggu yang disebut laporan W2, dan
laporan LB1 yang dikumpulkan awal bulan berikutnya. – Pengolahan data surveilans
dilakukan secara manual dan hanya memanfaatkan komputer disajikan dalam bentuk
tabel, grafik dan teks – laporan belum sampai pada penyajian pemetaan data dengan
pemanfaatan progam Geographycal Information System (GIS). – Analisis dan
interpretasi data dilakukan berdasarkan variabel epidemiologi (orang, waktu dan
tempat) yang dilakukan secara manual.

Surveilans Basis Puskesmas • PWS KLB Kecamatan • PWS KLB Kelurahan •


STP • STP Sentinel • Campak • LB Kematian • Jumlah Kematian

Surveilans Basis RS • Statistik Penderita • Rekapitulasi Pasien (tabel dan grafik)


• Data Jumlah Kematian • Data Distribusi Kematian

21
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
 Monitoring adalah kegiatan yang dilakukan dengan cara menggali lebih dalam
suatu hal untuk mendapatkan informasi secara regular berdasarkan indikator
tertentu dengan tujuan mengetahui kegiatan yang sedang berlangsung sudah
sesuai atau belum dengan perencanaan dan prosedut yang telah disepakati.
 Evaluasi adalah suatu proses menentukan nilai atau besarnya sukses dalam
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Evaluasi Sistem
Surveilans Kesehatan merupakan penilaian periodik dari perubahan dalam
hasil yang ditargetkan (sasaran) yang dapat dihubungkan dengan sistem
surveilans dan respon.
 Pembinaan juga dapat diartikan : “bantuan dari seseorang atau sekelompok
orang yang ditujukan kepada orang atau sekelompok orang lain melalui materi
pembinaan dengan tujuan dapat mengembangkan kemampuan, sehingga
tercapai apa yang diharapkan”. 
 Pengawasan ialah sebuah proses untuk memastikan bahwa semua aktifitas
yang terlaksana telah sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.
Ada banyak alasan untuk menentukan penyebab kegagalan suatu organisasi
atau keberhasilan organisasi lainnya.

22
Daftar Pustaka

Agus Dharma. 1998, Perencanaan  Pelatihan, Jakarta : Pusdiklat Pegawai


Depdikbud.

Amstrong, Michael. 1994. Performance Management. London: Kogan Page Ltd.

Buchari Zainun. 1989. Manajemen dan Motivasi. Jakarta : Balai Aksara.

Mathis Robert, Jackson John. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta :
Salemba empat.

Dwi Tirta Indah. 2015. EVALUASI INPUT SISTEM SURVEILANS HIPERTENSI DI


WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN KOTA MAGELANG BERDASARKAN
PEDOMAN SISTEM SURVEILANS PENYAKIT TIDAK MENULAR. Under
Graduates thesis, UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG.

Ivancevich, John, M, dkk. 2008. Perilaku dan Manajemen Organisasi, jilid 1 dan 2
Jakarta : Erlangga.

Nur Fadillah. 2019. EVALUASI SISTEM SURVEILANS. UNIVERSITAS


TADULAKO.

23

Anda mungkin juga menyukai