Kelompok 1
Disusun oleh:
1. Aditya Chafid Sururi 22030066
2. Della Dwi Pratiwi 22030036
3. Devinta Anindya Primarif 22030092
4. Khairunnisa Dzakiyyah 22030076
5. Raya Fatin Razzaq 22030105
6. Tri Mulyani 22030055
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Piagam Ottawa, Promosi Kesehatan adalah suatu proses yang memungkinkan
orang untuk meningkatkan kendali (control) atas kesehatannya, dan meningkatkan status
kesehatan mereka (Health Promotion is the process of enabling people to increase
control, and to improve, their health). Untuk Mencapai status kesehatan paripurna baik,
fisik, mental dan kesejahteraan sosial setiap individu atau kelompok harus mampu
mengidentifikasi setiap aspirasi, untuk memenuhi kebutuhan dan mengubah atau
mengantisipasi lingkungan.Kesehatan, sebagai sumber kehidupan sehari-hari, bukan
sekedar tujuan hidup Kesehatan merupakan konsep yang positif yang menekankan pada
sumber-sumber sosial dan personal, sebagaimana halnya kapasitas fisik. Oleh karena itu,
promosi kesehatan bukan saja tanggung jawab sektor kesehatan tapi juga meliputi
sektor-sektor lain yang mempengaruhi gaya hidup sehat dan kesejahteraan sosial, serta
diperlukan adanya monitoring dan evaluasi setiap kegiatan yang berlangsung supaya
dapat memberikan informasi atau peringatan secara dini terhadap masalah atau kendala
yang dihadapi. Untuk itu, pada Perkuliahan kali ini akan membahas tentang Monitoring
dan Evaluasi di dalam Promosi Kesehatan.
Promosi kesehatan bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan
peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-
upaya menfasilitasi perubahan perilaku. Dengan demikian promosi kesehatan adalah
program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan)
baik di dalam masyarakat sendiri maupun dalam organisasi dan lingkungannya
(lingkungan fisik, sosial budaya, politik dan sebagainya). Atau dengan kata lain promosi
kesehatan tidak hanya mengaitkan diri pada peningkatan pengetahuan, sikap dan
perilaku kesehatan saja, tetapi juga meningkatkan atau memperbaiki lingkungan (fisik
dan non-fisik) dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
B. Tujuan Umum Untuk mengetahui monitoring dan evaluasi dalam promosi kesehatan
C. Tujuan Khusus
2
b. Untuk mengetahui evaluasi
3
BAB II
2.1 Monitor
Monitoring merupakan upaya supervisi dan reviewe kegiatan yang dilaksanakan secam
sistematis oleh pengelola program untuk melihat apakah pelaksanaan program sudah
sesuai dengan yang direncanakan. Monitoring seringkali disebut juga evaluasi proses.
1. Tujuan Monitoring
Seawal mungkin bisa menemukan dan memperbaiki masalah dalam pelaksanaan program,
misalnya:
2. Tahap-tahap monitoring
b. Hasil antara
d. Perbaikan kesehatan
3. Manfaat Monitoring
a. Manajemen
Monitoring akan memberikan informasi tentang proses dan cakupan program kepada
pimpinan program serta memberikan umpan balik pelaksanaan program.
4
b. Evaluasi Monitoring yang tepat dan baik dapat mentafsirkan hasil akhir program secara
akurat
c. Citra Monitoring yang dilakukan dengan baik memberikan kesan bahwa pemimpin
program sangat peduli terhadap sumber dana dan daya yang diperlukan
1) Materi
2) Distribusi
3) Media
4) Jangkauan target
5) Kegiatan program
6) Sumber daya
b. Wawancara mendalam
e. Angket
f. Artikel
5
6. Siapa yang memantau
b. Pelaksana :
3) Instansi terkait
2.2 Evaluasi
2.2.1 Pengertian
Evaluasi adalah suatu proses menentukan nilai atau besarnya sukses dalam mencapai tujuan
yang sudah ditetapkan sebelumnya. (APHA). Evaluasi adalah bagian integral (terpadu) dari
proses manajemen, termasuk manajemen promosi kesehatan. Mengapa orang melakukan
evaluasi, tidak lain karena orang ingin mengetahui apa yang telah dilakukan telah berjalan
sesuai rencana, apakah semua masikan yang diperkirakan sesuai dengan kebutuhan dana
apakah kegiatan yang dilakukan memberi hasil dan dampak yang seperti yang diharapkan:
Evaluasi sebagai suatu proses yang memungkinkan administrator mengetahui hasil
programnya dan ber-dasarkan itu mengadakan penyesuaian-penyesuaian untuk mencapai
tujuan secara efektif, (Klineberg). Berdasarkan definisi di atas, proses ini mencakup langkah-
langkah:
a. Memformulasikan tujuan
6
2.22 Maksud (Tujuan) penilaian :
e. Untuk motivasi
2) Supervisi
3) Wawancara
4) Observasi
2) Angket
a. Penilaian rutin
c. Penilaian akhir Penilaian yang dilakukan pada akhir program atau beberapa waktu setelah
akhir program selesai
7
a. Input - masukan, bahan, teknologi, sarana, manajemen
d. Outcome=dampak
e. Melakukan pengukuran
a. Untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan kesehatan tercapai atau tidak Tujuan
pendidikan kesehatan meliputi:
1) Aspek knowledge-pengetahuan
2) Aspek attitude-sikap
b. Waktu evaluasi
8
c. Tergantung kepada tujuan pendidikan kesehatan
3) Psikomotor: praktik
d. Indikator
1) Aspek pengetahuan
2) Aspek sikap
3) Aspek ketrampilan/tindakan
a. Input=masukan
d. Outcome = dampak
9
2.3 Monitoring Dan Evaluasi Dalam Promosi Kesehatan
Monitoring dan evaluasi setiap kegiatan yang sedang berlangsung serta melakukan telaah
(review) secara berkala dapat memberikan informasi atau peringatan secara dini terhadap
masalah atau kendala yang dihadapi.Informasi ini dapat dijadikan dasar untuk melakukan
pengarahan kembali untuk rencana kegiatan selanjutnya. Evaluasi Hasil atau (out Come
Evaluation) harus dapat mengukur indikator yang berbeda dari hasil yang diharapkan. Akibat
atau hasil kegiatan yang tidak diharapkan juga harus dicatat dengan teliti dan segera dicari
solusinya.
Ada beberapa pendekatan dalam melakukan evaluasi, salah satunya menganggap bahwa
dalam menentukan tujuan dan kegiatan yang harus dilakukan tergantung pada keputusan
masyarakat yang bersangkutan Pendekatan lain menyatakan bahwa setiap keputusan
tergantung pada sponsor, politisi dan akademisi secara luas, harus terukur secara spesifik.
Ukuran hasil dari upaya promosi kesehatan dapat mencakup beberapa indikator antara lain:
1. Ukuran tentang pemahaman yang berkaitan dengan kesehatan yang meliputi tingkat
pengetahuan, sikap, motivasi, tendensi perilaku, keterampilan personal dan kepercayaan diri.
2. Ukuran pengaruh dan gerakan masyarakat yang meliputi unsur partisipasi masyarakat,
pemberdayaan masyarakat, norma sosial dan opini publik.
3. Ukuran yang mencakup kebijakan publik yang berwawasan kesehatan yang meliputi
pernyataan politik, alokasi sumber daya, unsur budaya dan perilaku.
4. Ukuran kondisi kesehatan dan gaya hidup sehat, salah satunya meliputi kesempatan untuk
memperoleh makanan schat
6. Ukuran Lingkungan sehat, yang meliputi membatasi akses dalam penggunaan tembakau,
alkohol, obat-obat terlarang, penyediaan lingkungan positif bagi anak-anak dan kelompok
usila, kebebasan dari kekerasan dan berbagai penyalahgunaan
10
7. Eksperimen murni (true esperimental), yang menyelidiki kemungkinanhubungan sebab-
akibat dengan membuat satu kelompok percobaanatau lebih terpapar akan suatu perlakuan
atau kondisi danmembandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrolyang
tidak menerima perlakuan atau kondisi. Pemilihan kelompok-kelompok secara sembarang
(random) sangat penting.
Kekuatan dan kelemahan dari proses pembelajaran dalam pendidikan kesehatan yang telah
dilakukan, dapat diketahui lebih jelas setelah diaplikasikan dan dievaluasi secara seksama.
Hasil yang diperoleh dari evaluasi akan memberi petenjuk kepada seorang perawat tentang
bagian-bagian mana dari proses pendidikan kesehatan yang sudah baik dan belum baik.
Atas dasar hasil evaluasi tersebut dapat dilakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan
Beberapa tujuan evaluasi dan pendidikan kesehatan adalah: Sebagai pertimbangan untuk
pemilihan media pendidikan kesehatan yang efektif, proses pemilihan media perlu
pertimbangan dengan matang sehingga media yang dipilih betul-betul efektif dalam
mendukung proses pendidikan kesehatan yang memadai, menilai kemampuan seorang
perawat dalam memberikan pendidikan kesehatan, untuk menilai atau melihat prosedur
penggunaan media yang digunakan, untuk memeriksa apakah proses yang berlangsung sudah
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, memberikan informasi yang berkaitan dengan
administrasi, keberadaan dan keberfungsian media harus selalu dievaluasi secara berkala
untuk meningkatkan kualitas dalam pemberian promosi kesehatan.
Berdasarkan prosesnya, evaluasi terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif Evaluasi
Formatif adalah proses yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data tentang efektifitas dan
efisiensi dari pendidikan kesehatan yang sudah dilaksanakan.Evaluasi Sumatif adalah
Evaluasi Akhir, evaluasi terhadap keseluruhan penyuluhan atau pendidikan kesehatan yang
sudah berlangsung. Atau secara khusus dalam pemberian pendidikan kesehatan adah tiga
macam evaluasi yaitu evaluasi persiapan yaitu apakah SAP sudah sesuai, apakah sudah
11
kontrak waktu dengan warga masyarakat, dsb.Evaluasi Proses, diharapkan sesorang perawat
mampu
memberikan materi pendidikan kesehatan secara benar dan tepat, serta masyarakat kooperatif
didalam mengikuti pendidikan kesehatan, evaluasi hasil yaitu penilaian yang dilakukan
apakah pendidikan kesehatan yang dilakukan sudah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan
atau belum.
12
BAB III
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan kemampuan pihak
yang di supervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas kegiatan yang telah ditetapkan
secara efisien dan efektif (Sudjana D,2004). Arief, Z (1987) merumuskan supervisi sebagai
suatu proses kegiatan dalam upaya meningkatkan kemampuan dan keterampilan tenaga
pelaksana program, sehingga program itu dapat terlaksana sesuai dengan proses dan hasil
yang diharapkan.
Sedangkan menurut Suherman dkk (1988) yang dikutip oleh Sudjana D dalam bukunya yang
berjudul "Manajemen Program Pendidikan menjelaskan bahwa supervisi diartikan sebagai
suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk memberikan bantuan teknis kepada para petugas
atau pelaksana program dalam melaksanakan tugas yang diserahkan kepadanya
Supervisi keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan pembinaan yang dilakukan secara
berkesinambungan oleh supervisor mencakup masalah pelayanan keperawatan, masalah
ketenagaan dan peralatan agar pasien mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat
(Depkes,2000).
Dalam melaksanakan supervisi terdapat beberapa unsur pokok. Unsur-unsur pokok yang
dimaksud menurut Azwar A.1996 adalah:
13
disupervisi. Kerjasama tersebut akan terwujud bila ada komunikasi yang baik, sehingga
mereka yang disupervisi merasakan masalah yang dihadapi adalah juga masalah mereka
sendiri (Azwar A, 1996).
Menurut Ali. Zaidin dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Kepemimpin dalam
Keperawatan membagi tingkatan atas kelas manajer dalam melakukan supervisi, yaitu:
Manajer puncak bertanggung jawab atas seluruh kegiatan dari hasil kegiatan serta proses
manajamen organisasi. Tugas utamanya menetapkan kebijaksanaan (policy),memberi
petunjuk atau pengarahan umum berkaitan dengan tujuan misalnya: Ka Kakanwil Depkes
Propinsi, Kadinkes Daerah. Direktur RSUD dan sebagainya.
Manajer menengah ini memimpin sebagian manajer tingkat pertama Tugasnya menjabarkan
kebijaksanaan top manajer kedalam program-program Misalnya : Kepala Bagian Tata Usaha,
Kepala Bidang, Kasubdin Propinsi. Kasubbag Dati II
3. Manajer Tingkat Pertama (First Line, First Level Manajer, Supervisor Manager) Manajer
tingkat bawah yang bertugas memimpin langsung para pelaksana atau pekerja
Melaksanakan supervisi sebagai mandor atau supervisor. Misalnya: Kepala Seksi. Kepala
Urusan.
Untuk dapat melasaksanakan supervisi dengan baik diperlukan beberapa syarat atau karakteristik
yng harus dimiliki oleh pelaksana supervisi atau supervisor (Azwar A, 1996): L.
1. Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang disupervisi, atau apabila
tidak mungkin dapat ditunjuk staf khusus dengan batas-batas wewenang dan tanggung jawab
yang jelas.
2. Pelaksana supervisi harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk jenis
pekerjaan yang di supervise
14
4. Pelaksana supervisi harus mempunyai sifat edukatif, suportif dan bukan otoriter.
5. Pelaksana harus mempunyai waktu yang cukup, tidak tergesa-tergesa melainkan secara sabar
berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap bawahan yang di supervisi
Pelaksana supervisi yang baik, memerlukan bekal kemampuan yang banyak. Selain lima
syarat atau karakteristik diatas juga dibutuhkan kemampuan melakukan komunikasi,
motivasi, pengarahan, bimbingan dan kepemimpinan.
Dalam pelaksanaan supervisi akan terdapat dua pihak yang melakukan hubungan kegiatan
yaitu pihak supervisor dan pihak yang disupervisi. Supervisor melakukan kegiatan pelayanan
profesional untuk membantu atau membimbing pihak yang dilayani. Pihak yang disupervisi
inilah yang menerima layanan profesional berupa bantuan dan bimbingan agar mereka dapat
meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan kegiatan secara efisien dan efektif
(Sudjana,D,2004).
Sedangkan menurut WHO (1999) dalam buku Manajemen Pelayanan Kesehatan, Primer,
proses pengawasan pegawai yang baik harus:
1. Tepat waktu, artinya untuk mempertahankan standar kerja, tindakan pengawasan harus
dilakukan pada saat yang tepat.
Sederhana, artinya tindakan pengawasan harus sederhana, bila tidak akan memerlukan waktu
lama untuk menerapkan dan menghasilkan efek yang diinginkan.
3. Minimal, artinya pengawsan harus disediakan sedikit mungkin, yakni sedikit yang
diperlukan untuk menjamin pekerjaan akan diselesaikan dan standart dipertahankan
4. Luwes, artinya pengawasan yang selalu kaku dapat menjadi seperti senjata makan tuan,
para pekerja akan mencoba menghindarinya.
2. Sasaran
Saran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan yang
melakukan pekerjaan. Sasaran yang dilakukan oleh bawahan disebut sebagai sasaran
langsung.
15
3. Frekwensi
Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berbeda. Supervisi yang dilakukan hanya
sekali, bukan supervisi yang baik. Tidak ada pedoman yang pasti seberapa sering supervisi
dilakukan. Pegangan umum yang digunakan tergantung dari derajat kesulitan pekerjaan yang
dilakukan serta sifat penyesuaian yang akan dilakukan. Menurut Nursalam (2002) melakukan
supervisi yang tepat, harus bisa menentukan kapan dan apa yang perlu dilakukan supervisi
dan bantuan. Sepanjang kontrol / supervise penting. tergantung bagaimana staf melihatnya:
1. Overcontrol. Kontrol yang terlalu berlebihan akan merusak delegasi yang diberikan.
2. Undercontrol. Kontrol yang kurang juga akan berdampak buruk terhadap delegasi, dimana
staf akan tidak produktif melaksanakan tugas limpah dan berdampak secara signifikan
terhadap hasil yang diharapkan. Hal ini akan berdampak terhadap pemborosan waktu dan
anggaran yang sebenarnya dapat dihindarkan. Berikan kesempatan waktu yang cukup kepada
staf untuk berfikir dan melaksanakan tugas tersebut.
4. Tujuan
Tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara langsung, sehingga
bawahan memiliki bekal yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan
hasil yang baik dan mengorientasi, melatih kerja, memimpin, memberi arahan, dan
mengembangkan kemampuan personil. Menurut WHO,1999, tujuan dari pengawasan yaitu:
1. Menjamin bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
dalam tempo yang diberikan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia.
3. Memungkinkan para pengawas mengenali dan memberi penghargaan atas pekerjaan yang
baik dan mengenali staf yang layak diberikan kenaikan jabatan dan pelatihan lebih lanjut.
4. Memungkinkan manajemen bahwa sumber yang disediakan bagi pekerja telah cukup dan
dipergunakan dengan baik.
16
5. Memungkinkan manajemen menentukan penyebab kekurangan-kekurangan pada kinerja
tersebut.
5. Tehnik
Kegiatan pokok pada supervisi pada dasarnya mencakup empat hal yang bersifat pokok
yaitu:
Untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik ada dua tehnik, yaitu:
1) Pengamatan langsung
a. Sasaran pengamatan.
Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya, dapat menimbulkan kebingungan. Untuk
mencegah keadaan ini maka pengamatan langsung ditujukan pada sesuatu yang bersifat
pokok dan strategis saja.
b. Obyektifitas pengamatan.
17
c. Pendekatan pengamatan.
Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak dan kesan negatif, misal: rasa
takut, tidak senang atau kesan mengganggu pekerjaan. Untuk itu dianjurkan pendekatan
pengamatan dilakukan secara edukatif dan suportif, bukan kekuasaan atau otoriter.
2) Kerjasama
Menurut Ali Zaidin tehnik atau metoda dalam melaksanakan pengawasan adalah bertahap.
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
18
√Sistem Investigatif yaitu suatu pengawasan dengan jalan mengadakan penelitian,
penyelidikan untuk mengetahui kesalahan dan membongkar adanya penyelewengan. Sistem
ini terdiri dari inspektif dan verifikatif.
✓ Kombinasi sistem Preventif dan represif yaitu suatu sistem pengawasan dari suatu usaha
yang dilakukan baik sebelum maupun sesudah usaha tersebut berjalan
Penilaian adalah proses penetapan secara sistematis tentang nilai, tujuan, efektivitas, atau
kecocokan sesuatu sesuai dengan kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Penilaian sebagai kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, mengolah, menganalisis,
mendeskripsikan, dan menyajikan data atau informasi yang diperlukan sebagai masukan
untuk pengambilan keputusan (Sudajana, D 2004). Menurut UNESCO (1982) dikutip oleh
Sudjana, D. 2004) evaluasi adalah; dilakukan sejak perencanaan program, berkaitan dengan
dimensi kualitatif tentang efeltifitas program, mengarah pada upaya menyiapkan bahan
masukan untuk pengambilan keputusan tentang ketepatan, perbaikan perluasan. atau
pengembangan program, terkait dengan pengambilan keputusan tentang penyusunan
rancangan dan isi program.
3) Langkah III: Memperbaiki penyimpangan Tujuan dari hal ini adalah mengadakan
perbaikan dari hasil kerja yang kurang atau salah untuk memperoleh hasil yang lebih besar
dan lebih efisien. Setelah data melalui pengawas diperoleh, dianalisa serta masalah yang
timbul dicarikan pemecahannya serta mencegah
Untuk berhasilnya pemberian bantuan dalam upaya meningkatkan penampilan bawahan di dalam
supervisi, perlu terjalin kerjasama antara pelaksana supervisi dengan yang disupervisi.
Kerjasama tersebut akan terwujud bila ada komunikasi yang baik, sehingga mereka yang
disupervisi merasakan masalah yang dihadapi adalah juga masalah mereka sendiri (Azwar A,
1996).
membuat masalah pada waktu mendatang. Menurut Sudjana, D pembinaan yang efektif dapat
digambarkan melalui lima langkah pokok yang berurutan, yaitu:
19
a. Mengumpulkan informasi. Informasi yang dihimpun meliputi kenyataan atau peristiwa yang
benar-benar terjadi dalam kegiatan berdasarkan rencana yang telah ditetapkan. Pengumpulan
informasi yang dianggap efektif adalah yang dilakukan secara berkala dan berkelanjutan dengan
menggunakan pemantauan dan penelaahan laporan kegiatan.
b. Mengidentifikasi masalah. Masalah ini diangkat dari informasi yang telah dikumpulkan dalam
langkah pertama. Masalah akan muncul apabila terjadi ketidaksesuaian dengan atau
penyimpangan dan kegiatan yang telah direncanakan. Ketidaksesuaian atau penyimpangan
menyebabkan adanya jarak (perbedaan) antara kegiatan yang seharusnya terlaksana dengan
dengan kegiatan yang benar-benar terjadi. Jarak atau perbedaan antara kegiatan inilah yang
disebut masalah.
c. Menganalisis masalah. Kegiatan analisis adalah untuk mengetahui jenis-jenis masalah dan
faktor-faktor penyebab timbulnya masalah tersebut. Faktor-faktor itu mungkin datang dari para
pelaksana kegiatan, sasaran kegiatan, fasilitas, biaya, proses, waktu, kondisi lingkungan.
Disamping faktor penyebab, diidentifikasi pula sumber-sumber dan potensi yang dapat
digunakan untuk memecahkan masalah yang timbul. Hasil analisis ini penting untuk diperhatikan
dalam upaya pemecahan masalah.
d. Mencari dan menetapkan alternatif pemecahan masalah. Kegiatan pertama yang perlu
dilakukan adalah mengidentifikasi alternatif upaya yang dapat dipertimbangkan untuk
memecahkan masalah. Alternatif ini disusun setelah memperhatikan sumber-sumber pendukung
dan kemungkinan hambatan yang akan ditemui dalam upaya pemecahan masalah. Kegiatan
selanjutnya adalah menetapkan prioritas upaya pemecahan masalah yang dipilih dari alternatif
yang tersedia.
e. Melaksanakan upaya pemecahan masalah. Pelaksanaan upaya ini dapat dilakukan pembina
baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Pembinaan secara langsung dapat dibagi
dua macam : pertama, pembinaan individual (perorangan), yaitu pembinaan yang dilakukan
terhadap seseorang pelaksana kegiatan. Pihak pembina memberikan dorongan, bantuan, dan
bimbingan langsung pada pelaksana kegiatan. Cara ini tepat dilakukan apabila pihak yang dibina
mempunyai kegiatan beraneka ragam atau memerlukan pembinaan bervariasi. Tehnik-tehnik
yang dapat digunakan antara lain
20
adalah dialog, diskusi, bimbingan individual dan peragaan. Kedua, pembinaan kelompok. Pihak
supervisor melayani para pelaksana kegiatan secara kelompok. Pembinaan ini dapat digunakan
apabila para pelaksana kegiatan atau pihak yang dibina memiliki kesamaan kegiatan atau
kesamaan permasalahan yang dihadapi. Pembinaan kelompok dapt menghemat biaya, waktu dan
tenaga. Tehnik-tehnik yang dapat digunakan dalam pembinaan kelompok antara lain diskusi,
penataran, rapat kerja, demonstrasi, lokakarya. Secara tidak langsung apabila upaya pemecahan
masalah yang diputuskan oleh pihak pembina itu dilakukan melalui pihak lain, seperti melalui
orang lain atau media tertulis. Melalui orang lain adalah pembinaan yang dilakukan oleh pejabat
dari organisasi yang lebih tinggi atau melalui tenaga khusus yang diberi tugas pembinaan.
Sedangkan melalui media tertulis antara lain ialah pembinaan yang dilakukan dalam bentuk
pedoman, petunjuk pelaksanaan, dan korespondensi. Tehnik-tehnik pembinaan tidak langsung
mencakup kegiatan memberikan petunjuk, pedoman, dan informasi kepada pihak yang dibina
tentang kegiatan yang harus dikerjakan Alat atau media yang digunakan mencakup media tertulis
seperti surat menyurat, media cetak seperti lembaran pedoman. brosur dan buletin.
Menurut Azwar Azrul, 1996 secara sederhana prinsip pokok supervisi dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Tujuan utama supervisi adalah untuk lebih meningkatkan penampilan bawahan, bukan
untuk mencari kesalahan. Peningkatan penampilan ini dilakukan dengan melakukan
pengamatan langsung terhadap pekerjaan bawahan, untuk kemudian bila ditemukan
masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan untuk mengatasinya
2. Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, maka sifat supervisi harus edukatif dan
suportif, bukan otoriter
4. Supervisi harus dapat dilaksanakan sedemikian rupa sehingga terjalin kerjasama yang baik
antara atasan dan bawahan, terutama pada waktu melaksanakan upaya penyelesaian masalah
dalam rangka lebih meningkatkan penampilan bawahan.
21
5. Strategi dan tata cara supervisi yang akan dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan masing-
masing bawahan secara individu.
6. Supervisi harus dilaksanakan secara fleksibel dan selalu disesuaikan dengan perkembangan.
Sedangkan menurut Anef, Z yang dikutip oleh Sudjana D mengemukakan empat prinsip yang
dapat digunakan dalam supervisi. Prinsip-prinsip itu mencakup saling mempercayai. hubungan
mendatar, komunikatif, dan pemberian bantuan. Prinsip mempercayai harus tumbuh antara pihak
supervisor dan pihak yang disupervisi karena kedua pihak melakukan interaksi. Makna
mempengaruhi ialah bahwa pihak supervisor menghendaki pihak yang disupervisi dapat
melaksanakan, meluruskan, atau memperbaiki kegiatan sesuai dengan kegiatan yang telah
direncanakan. Oleh karena itu pihak supervisor harus memiliki sikap percaya bahwa pihak yang
disupervisi mampu melaksanakan kegiatan yang menjadi tugasnya. Sebaliknya pihak yang
disupervisi percaya bahwa pihak supervisor mampu memberikan bimbingan kepadanya.
Hubungan mendatar (horisontal) diperlukan dalam supervisi karena kegiatan ini melibatkan
komunikasi sekurang-kurangnya antara dua orang. Secara psikologis pada diri kedua belah pihak
terdapat aspek-aspek internal yang perlu dihormati yaitu konsep diri, pengalaman, latar belakang
pendidikan, integritas diri, kebutuhan, kepentingan, minat, dorongan dan lain sebagainya. Di
samping itu, kedua belah pihak memiliki status sosial dan kondisi fisiologis masing-masing.
Dalam pelaksanaan supervisi, supervisor harus menghormati kondisi psikologis, fisiologis dan
sosial yang dimiliki oleh pihak yang disupervisi. Oleh karena itu supervisor perfu melakukan
hubungan yang sejajar, mendatar atau horisontal dengan pihak yang disupervisi dan memandang
sebagai rekan kerja atau teman sejawat. Dengan hubungan ini diharapkan dapat tumbuh suasana
kegiatan supervisi yang demokratis dan bukan otokratis.
Komunikasi merupakan proses supervisi. Supervisi yang komunikatif berarti bahwa pihak
supervisor berkedudukan sebagai komunikator dan pihak yang disupervisi sebagai komunikan.
Supervisor menyampaikan pesan kepada pihak yang disupervisi dan pada gilirannya, pihak yang
disupervisi memberikan umpan balik, berupa pesan atau respon. Kepada pihak supervisor pesan
yang disampaikan harus jelas, mudah dipahami dan dilaksanakan, tidak rancu, menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti, dan mendorong pihak yang disupervisi untuk melaksanakan.
meluruskan, atau memperbaiki kegiatan sesuai dengan yang telah direncanakan. Dengan
komunikasi dapat ditimbulkan pemahaman atau pengertian bersama (mutual understanding).
22
Prinsip pemberian bantuan mengandung arti bahwa supervisi adalah upaya membantu pihak
yang disupervisi agar agar ia atau mereka mampu memahami permasalahan yang dihadapi dan
mampu memecahkan masalah tersebut. Supervisor hendaknya tidak "menggurui", main perintah,
atau memaksakan kehendak kepada pihak yang disupervisi, melainkan mendorong agar ia atau
mereka belajar untuk memahami permasalahan dan menemukan cara pemecahannya serta
mampu melaksanakan upaya pemecahan berbagai masalah yang berkaitan dengan kegiatan
dalam melaksanakan program.
Berdasarkan uraian diatas, proses supervisi perlu dilakukan di atas prinsip-prinsip hubungan
kemanusiaan (human relationship) yang sejajar, saling menghargai, obyektifitas. kesejawatan,
saling mempercayai, komunikatif, dan pemberian bantuan profesional.
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat. Manfaat yang
dimaksud apabila ditinjau dari sudut manajemen dapat dibedakan atas dua macam:
1. Dapat lebih meningkatkan efektivitas kerja. Peningkatan efektivitas kerja ini erat
hubungannya dengan makin meningkatnya pengetahuan dan keterampilan "bawahan", serta
makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara "atasan" dengan
"bawahan".
2. Dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efisiensi kerja ini erat hubungannya
dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan oleh "bawahan", dan karena itu
pemakaian sumber daya (tenaga, dana dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah (Azwar,
A,1996).
23
disupervisi merupakan informasi yang bermanfaat untuk menyusun patokan-patokan supervisi
berdasarkan pengalaman lapangan. Dengan demikian supervisi berguna untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap para pelaksana kegiatan agar program itu dapat
dilaksanakan dengan baik sesuai dengan yang telah direncanakan.
Supervisi akan mencapai tingkat kegunaan yang tinggi apabila kegiatannya dilakukan melalui
tiga prinsip hubungan kemanusiaan, yaitu: pengakuan dan penghargaan, obyektifitas, dan
kesejawatan. Hubungan kemanusiaan mengisyaratkan bahwa supervisi dilakukan secara wajar,
terbuka dan partisipatif. (Sudjana D, 2004).
Contoh 1:
1. Jangka Panjang
Menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit malaria dengancara memutuskan mata
rantai penularan,sehingga penyakit malaria tidak lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat.
2.Jangka Pendek
a. tercapainya angka kesembuhan minimal 85% dari semua penderita baru malaria yang
ditemukan.
b. tercapainya cakupan penemuan penderita secara bertahap sehingga mencapai 70% dari
perkiraan semua penderita baru malaria.
B. Kebijakan Operasional
24
3. Dalam rangka mensukseskan pelaksanaan penanggulangan malaria, prioritas ditujukan
terhadap peningkatan mutu pelayanan, pengguanaan obat yang rasional dan paduan yang
sesuai dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse)
4. Target program adalah angka konversi pada akhir pengobatan tahap intensif minimal 80%
angka kesembuhan minimal 85% dari kasus baru.
7 . Menggalang kerja sama dan kemitraan sektor Pemerintah dan Swasta dengan program
terkait.
C. Strategi
1. Paradigma sehat.
D. Kegiatan
25
4. Pengobatan penderita dan pengawasan pengobatan
5. Penyuluhan
7. Supervise
9. Perencanaan
11. Pelatihan
BAB IV
KESIMPULAN
26
4.1 KESIMPULAN
Monitoring merupakan upaya supervisi dan review kegiatan yang dilaksanakan secara
sistematis oleh pengelola program untuk melihat apakah pelaksanaan program sudah
sesuai dengan yang direncanakan.
Evaluasi adalah bagian integral (terpadu) dari proses manajemen, termasuk manajemen
promosi kesehatan. Mengapa orang melakukan evaluasi, tidak lain karena orang ingin
mengetahui apa yang telah dilakukan telah berjalan sesuai rencana, apakah semua
masukan yang diperkirakan sesuai dengan kebutuhan dana apakah kegiatan yang
dilakukan memberi hasil dan dampak yang seperti yang diharapkan.
Monitoring dan evaluasi setiap kegiatan yang sedang berlangsung serta melakukan telaah
(review) secara berkala dapat memberikan informasi atau peringatan secara dini terhadap
masalah atau kendala yang dihadapi. Informasi ini dapat dijadikan dasar untuk
melakukan pengarahan kembali untuk rencana kegiatan selanjutnya. Evaluasi Hasil atau
(Out Come Evaluation) harus dapat mengukur indikator yang berbeda dari hasil yang
diharapkan. Akibat atau hasil kegiatan yang tidak diharapkan juga harus dicatat dengan
teliti dan segera dicari solusinya.
4.2 SARAN
Sebagai seorang promotor kesehatan hendaknya kita menjalankan monitoring dan
evaluasi. Guna mengetahui keberhasilan yang telah kita lakukan kepada masyarakat.
Dalam meningkatkan kesehatan masyarakat dengan mengukur indicator yang berbeda
dari hasil yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, A (1996) Pengantar Administrasi Kesehatan. ed. 3, Jakarta: Penerbit Bina Rupa
Aksara Ali, Z (1997) Dasar- Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya Medika
27
Maulana, Heri DJ. 2009. Promosi kesehatan. Jakarta: EGC Notoatmodjo, Sockidjo dkk
2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Rineka Cipta. Jakarta Rudi Susilana, Cepi
Riyana Media Pembelajaran.2007 CV Wacana Prima Bandung WHO (1999), Manejemen
Pelayanan Kesehatan Primer. Ed. 2, Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC.
28