Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

“Koordinasi, Jejaring Kerja dan Kemitraan”

Disusun Oleh :
Kelompok 2
Adilla Windah Aprilia (P21345120002)
Akhnas Hidayat (P21345120003)
Dindya Luthfiah Fa’izah (P21345120018)
Farisya Puspita Pratama (P21345120024)

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
JAKARTA 2
JAKARTA, 2021
Kata Pengantar

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, tak lupa
shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW.
Atas limpahan nikmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini
sebagai tugas Mata Kuliah Surveilans Epidemiologi. Dalam penyusunan makalah
ini tentunya tak sedikit hambatan yang kami hadapi. Akan tetapi hambatan itu
berhasil kami atasi berkat semangat, kerja keras, doa dan bimbingan dosen kami.
Dengan disusunnya makalah ini kami harap dapat memberikan pengetahuan baru
bagi para pembaca mengenai Koordinasi, Jejaring Kerja dan Kemitraan.

Makalah ini kami susun berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber


informasi, referensi, jurnal, dan berita. Kami harap makalah ini dapat memperikan
ilmu yang bermanfaat dan dapat memperluas ilmu para pembaca, khususnya
mahasiswa/I Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II jurusan Kesehatan
Lingkungan. Kami sadar bahwa selama penulisan makalah ini terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami harap dosen pembimbing kami dapat
memberikan masukannya agar kami dapat memperbaiki kesalahan kami dan
membuat makalah dengan lebiih baik lagi. Begitupun kepada pembaca, kami
sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran dari para pembaca.

Jakarta, 21 Oktober 2021

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1

1.1..................................................................................................................
Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2..................................................................................................................
Rumusan Masalah................................................................................. 2
1.3..................................................................................................................
Tujuan Pembahasan............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3

2.1 Koordinasi.............................................................................................. 3
2.2 Jejaring Kerja........................................................................................ 8
2.3 Kemitraan.............................................................................................. 10
BAB III PENUTUP........................................................................................... 15

3.1 Kesimpulan............................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Fragmentasi atau keterpecahan pelayanan merupakan suatu persoalan besar
yang sering dihadapi oleh system pelayanan, atau program pelayanan social.
Suatu program pelayanan yang kompleks, terbagi menjadi berbagai kategori
pelayanan yang saling mengisi satu sama lain, dengan demikian, suatu upaya
untuk menyelaraskan berbagai kategori pelayanan menjadi satu tujuan yang sama
menjadi tuntutan yang sangat penting. Sebagai akibatnya, lembaga pelayanan,
system pelayanan, atau suatu kegiatan pelayanan didorong untuk
mengkoordinasikan masing-masing kategori kegiatannya, sehingga keterpaduan
kegiatan akan menjadi suatu sarana untuk mencapai kesederhanaan aksesibiltas
dalam menjangkau system pelayanan, mengurangi duplikasi kerja yang tidak
perlu, serta akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem pelayanan
social. Sebagai tambahan, semakin efisien dan efektif suatu system pelayanan,
maka akan membawa akibat pada semakin berkembangnya peringkat hasil dari
perilaku klien.

Koordinasi merupakan suatu proses kerja yang harus dilakukan untuk


menjaga agar serangkaian pekerjaan yang dilakukan oleh banyak bidang yang
berbeda, akan tetapi pada tingkatan yang sama dapat mencapai hasil sesuai
dengan yang diharapkan. Dengan kata lain, koordinasi ialah kegiatan yang
dikerjakan oleh banyak pihak dari satu organisasi atau sistem pelayanan yang
sederajat dan untuk mencapai suatu tujuan bersama dengan kesepakatan masing-
masing pihak agar tidak terjadi kesalahan dalam bekerja baik mengganggu pihak
yang satu dengan pihak yang lainnya. James G March dan Herben A Simon
pengertian koordinasi ialah sebuah proses atau kegiatan demi mencapai satu
kesatuan antara berbagai macam pihak dalam mencapai tujuan bersama. Menurut
teori koordinasi, koordinasi merupakan sebuah sinkronisasi atau penyelarasan
berbagai pihak dalam berkerja secara tertip dan teratur dalam batasan waktu akan

1
tetapi koordinasi berbeda dengan kerja sama yang membedakannya ialah aktifitas
atau kegiatan yang tercipta tidak dari satu sumber.

Koordinasi merupakan suatu tahapan penting dalam keseluruhan program


pelayanan kesejahteraan sosial. Proses inilah yang akan menunjukkan apakah
program pelayanan yang dilaksanakan telah dilakukan secara menyeluruh dan
utuh, tidak terpisah-pisah yang menjadikan pelayanan tidak mampu mencapai
tujuan secara baik. Dengan kata lain, koordinasi merupakan proses penting yang
harus dilaksanakan untuk mensinkronisasikan sistem pelayanan sosial yang
melibatkan berbagai pihak yang berbeda-beda, yang semuanya diarahkan pada
pencapaian tujuan, mencegah kegagalan, serta meningkatkan efektivitasnya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu koordinasi?
2. Apa itu jejaring kerja?
3. Apa itu kemitraan?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami apa itu koordinasi.
2. Mengetahui dan memahami apa itu jejaring kerja.
3. Mengetahui dan memahami apa aitu kemitraan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Koordinasi
2.1.1 Pengertian Koordinasi
Koordinasi dan kinerja adalah dua pengertian yang saling kait-
mengkait, karena koordinasi hanya dapat dicapai sebaik-baiknya dengan
melakukan kinerja yang efektif. Kinerja pegawai adalah bentuk komunikasi
administrasi, yang membantu tercapai koordinasi. Oleh karena itu dikatakan
bahwa hasil akhir daripada kinerja ialah tercapainya koordinasi dengan cara yang
berhasil guna dan berdayaguna (efesien dan efektif).
Koordinasi dalam suatu organisasi merupakan pengaturan yang
aktif, bukan pengaturan dalam arti pasif berupa membuat aturan mengenai segala
gerak dan kegiatan dan kinerja antara atasan dan bawahan yang mempunyai tugas
dan kewajiban dan wewenang yang saling berhubungan satu sama lainnya,
pengaturan mana bertujuan untuk mencegah terjadinya kesimpangsiuran dan
kegiatan saling bertindih yang dapat mengakibatkan pemborosan dan pengaruh
tidak baik terhadap semangat dan tertib kerja.
Handoko (2016 : 193) menuliskan, “Koordinasi (coordination)
adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-
satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.”
Menurut Brech dalam Hasibuan (2014:85), “Koordinasi adalah
mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan
pekerjaan yang cocok kepada masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu
dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu
sendiri. “
Menurut Terry dalam Sukarna (2011:3), “Koordinasi adalah suatu
sinkronisasi yang tertib dalam upaya untuk memberikan jumlah yang tepat, waktu
mengarahkan pelaksanaan yang mengakibatkan harmonis dan tindakan terpadu
untuk tujuan lain.”

3
Menurut Prodjowijono (2012:94), “Koordinasi merupakan suatu
kegiatan yang rumit, apa lagi pelaksanaannya di lapangan. “
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut diatas, dapat ditarik
benang merah bahwa yang dimaksud dengan koordinasi ialah proses pengaturan,
memadukan atau pengintegrasian kepentingan bersama untuk mencapai tujuan
bersama secara efesien dan efektif. Setelah mengetahui pengertian koordinasi
menurut para ahli dan secara umum maupun khusus maka hal yang perlu
diketahui selanjutnya adalah tujuan koordinasi.
Koordinasi dapat didefinisikan sebagai proses penyepakatan
bersama secara mengikat berbagai kegiatan atau unsur yang berbeda-beda
sedemikian rupa sehingga di sisi yang satu semua kegiatan atau unsur itu terarah
pada pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan dan di sisi lain keberhasilan
yang satu tidak merusak keberhasilan yang lain. Berikut tujuan koordinasi yang
dapat ditarik dari beberapa pengertian tersebut:
1. Meraih dan menjaga fektifitas organisasi seoptimal mungkin dengan
sinkronisasi, kebersamaan, keselarasan dan keseimbangan diantara
aktivitas yang saling bergantung/berkaitan.
2. Melakukan pencegahan terhadap timbulnya konflik serta menciptakan
efisiensi yang optimal pada berbagai aktivitas yang interdependen
melalui kesepakatan yang mengakomodinir seluruh elemen yang
berkaitan.
3. Koordinasi berusaha untuk menciptakan dan menjaga agar suasana
dan tingkah laku yang ada saling merespon dan mengantisipasi di
setiap unit kerja baik yang berkaitan maupun tidak. Hal ini supaya
kesuksesan setiap unit tidak mengganggu atau diganggu oleh unit
lainnya. Oleh karena itu diperlukan koordinasi dengan jaringan
komunikasi dan informasi yang efektif.
2.1.2 Koordinasi Dalam Organisasi Publik
Menyinggung tentang organisasi berarti membahas tentang sebuah
kelompok, dimana kelompok tersebut biasanya memiliki atasan dan juga
bawahan, dimana bawahan tersebut dipimpin oleh atasan untuk mencapai sebuah

4
tujuan. Organisasi memiliki struktur tertentu, tujuan, saling berhubungan satu
bagian dan bagian lainnya dan tergantung kepada komunikasi manusia untuk
mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi tersebut.
Koordinasi dan hubungan kerja adalah dua pengertian yang saling
berhubungan karena koordinasi hanya dapat tercapai sebaik-baiknya dengan
melakukan hubungan kerja yang efektif. Hubungan kerja adalah bentuk
administrasi yang membantu tercapainya koordinasi. Oleh karena itu dikatakan
bahwa hasil akhir daripada komunikasi (hubungan kerja) adalah tercapainya
koordinasi dengan cara yang berhasil guna dan berdaya guna (efektif dan efisien).
Koordinasi dimaksudkan sebagai usaha menyatukan kegiatan-kegiatan dari
satuan-satuan kerja (unit-unit) organisasi, sehingga organisasi bergerak sebagai
kesatuan yang bulat guna melaksanakan seluruh tugas organisasi untuk mencapai
tujuannya.
Koordinasi mudah diucapkan tetapi sulit untuk dilaksanakan.
Banyak sekali instansi yang memiliki kegiatan sejenis namun tidak terkoordinasi
dengan baik. Masalah ini juga terjadi dalam hubungan antar unit dalam
organisasi. Beberapa unit dalam satu organisasi memiliki kegiatan serupa tanpa
bisa dikendalikan oleh pimpinan. Kondisi ini dapat semakin parah apabila tidak
dikoordinasikan dari semenjak perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi,
Koordinasi secara umum, merupakan "tali pengikat" dalam
organisasi dan manajemen yang menghubungkan peran para aktor dalam
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan kata lain, adanya koordinasi
dapar menjamin pergerakan organisasi ke arah tujuan bersama. Tanpa adanya
koordinasi, semua pihak dalam organisasi akan bergerak sesuai dengan
kepentingannya namun terlepas dari peran bagian lainnya dalam organisasi dan
peran masing-masing bagian tersebut belum tentu untuk mencapai tujuan
bersama. Zulkarnain dan Sumarsono (2018:60) mengatakan bahwa koordinasi
memiliki
teknik pendekatan dengan dua cara yaitu:
1. ”Teknik Koordinasi dengan Pendekatan Proses Manajemen
2. Teknik Koordinasi dengan Pendekatan Hubungan antar Struktur”

5
Selain sebagai suatu proses, koordinasi itu dapat juga diartikan
sebagai suatu pengaturan yang tertib dari kumpulan gabungan usaha untuk
menciptakan kesatuan tindakan.
Koordinasi dalam Penyelenggaraan pemerintahan merupakan
pengaturan yang aktif, bukan pengaturan dalam arti pasif berupa membuat aturan
mengenai segala gerak dan kegiatan dan hubungan kerja antara beberapa pejabat
pemerintahan baik Pusat maupun Daerah serta lembaga-lembaga pemerintah non
departemen yang mempunyai tugas dan kewajiban dan wewenang yang saling
berhubungan satu sama lainnya; pengaturan mana bertujuan untuk mencegah
terjadinya kesimpangsiuran dan kegiatan saling bertindih yang dapat
mengakibatkan pemborosan dan pengaruh tidak baik terhadap semangat dan tertib
kerja.
2.1.3 Ciri-ciri Koordinasi
Koordinasi adalah suatu proses dimana atasan mengembangkan pola usaha
kelompok secara teratur berdasarkan struktur di antara bawahannya dan menjamin
kesatuan tindakan di dalam mencapai tujuan bersama. Tanpa organisasi antar
individu maupun kelompok akan kehilangan pegangan atas peranan mereka
dalam organisasi. Mereka akan mengejar kepentingan pribadi, yang akan sangat
merugikan organisasi. Menurut Handayaningrat (2011:118), ciri-ciri koordinasi
adalah sebagai berikut:
1. Tanggung jawab
2. Koordinasi adalah suatu usaha kerjasama
3. Koordinasi adalah proses yang terus menerus (continues process)
4. Adanya pengaturan usaha kelompok secara teratur
5. Konsep kesatuan tindakan adalah inti daripada koordinasi
6. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama (common purpose)
Ad. 1. Tanggung jawab koordinasi terletak pada pimpinan. Oleh karena itu
koordinasi adalah menjadi wewenang dan tanggung jawab daripada
pimpinan. Dikatakan bahwa pimpinan berhasil, karena ia telah
melakukan koordinasi dengan baik.
Ad. 2. Koordinasi adalah suatu usaha kerjasama. Hal ini disebabkan karena

6
kerjasama merupakan syarat mutlak terselenggaranya koordinasi
dengan sebaik-baiknya.
Ad. 3. Koordinasi adalah proses yang terus menerus (continues process).
Artinya suatu proses yang berkesinambungan dalam rangka
tercapainya tujuan organisasi.
Ad. 4. Adanya pengaturan usaha kelompok secara teratur. Hal ini disebabkan
karena koordinasi adalah konsep yang diterapkan didalam kelompok,
bukan terhadap usaha individu tetapi sejumlah individu yang
bekerjasama di dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Ad. 5. Konsep kesatuan tindakan adalah inti daripada koordinasi. Hal ini
berarti bahwa pimpinan harus mengatur usaha-usaha/tindakan-
tindakan daripada setiap kegiatan individu sehingga diperoleh adanya
keserasian di dalam sebagai kelompok dimana mereka bekerjasama.
Ad. 6. Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama (common purpose). Kesatuan
usaha/tindakan meminta kesadaran/pengertian kepada semua
individu, agar ikut serta melaksanakan tujuan bersama sebagai
kelompok dimana mereka bekerja.
Menurut winardi (2012:39) ciri-ciri koordinasi yaitu:
1. Seorang pimpinan merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap
koordinasi
dengan baik, dibutuhkan kerja sama dari setiap komponen organisasi.
2. Adanya proses yang berkesinambungan, sebab koordinasi adalah pekerjaan
pimpinan yang bersifat berkesinambungan dan harus dikembangkan sehingga
tujuan dapat tercapai dengan baik.
3. Koordinasi adalah konsep yang ditetapkan dalam kelompok, bukan terhadap
usaha
individu, sejumlah individu yang bekerja sama menghasilkan suatu usaha
kelompok yang benar-benar dikerjakan dengan baik akan menghasilkan pekerjaan
organisasi secara keseluruhan dengan baik pula.
4. Konsep kesatuan tidakan. Pimpinan harus dapat mengatur usaha dari tiap
kegiatan

7
indivdu sehingga adanya keserasian dalam mencapai hasil.
2.1.4 Bentuk-bentuk Koordinasi
Pola koordinasi yang ada dalam organisasi dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian
besar, yaitu koordinasi Vertikal (ke atas dan Kebawah) dan KoordinasiHorizontal
(setara) Di kedua jenis koordinasi ke atas maupun ke bawah, manajemen
mengendalikan sistem koordinasinya. Para manajer memiliki waktu, keahlian,
dan fasilitas untuk memperbaiki koordinasi yang ada di organisasi. Ad. 1.
Koordinasi vertikal adalah kegiatan – kegiatan penyatuan, pengarahan yang
dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit – unit, kesatuan – kesatuan kerja
yang ada di bawah wewenang dan tanggung jawabnya. Tegasnya, atasan
mengkoordinasikan semua aparat yang ada di bawah tanggung jawabnya secara
langsung. Koordinasikan vertikal ini secara relatif mudah dilakukan, karena
atasan dapat memberikan sanksi kepada aparat yang sulit diatur. Ad. 2.
Koordinasi horizontal adalah mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau
kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan–
kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan
dalam tingkat organisasi yang setingkat koordinasi horizontal.
2.2 Jejaring Kerja
2.1.1 Pengertian Jejaring Kerja
Jejaring kerja adalah suatu bentuk persekutuan antara dua pihak
atau lebih yang membentuk satu ikatan kerjasama pada satu bidang tertentu/tujuan
tertentu dg berbagi ide, informasi dan sumber daya untuk meraih kesuksesan
bersama. Berkowitz (1988) menjelaskan bahwa jejaring sosial merupakan
kesatuan individu atau kelompok yang terhubung satu sama lain melalui relasi
sosial bermakna. Relasi sosial yang bermakna yang dimaksud dalam pengertian
tersebut antara lain adalah keluarga, teman, atau yang bersifat formal, seperti
institusi pembina, seperti Dinas Sosial, Dinak Kesehatan, Sekolah, Pemerintahan
desa/kecamatan/kabupaten, dan sebagainya. Akan tetapi, hal yang paling
mendasar yang menjadi persyaratan utama dalam jejaring kerja adalah rasa saling
percaya (Trust). Rasa saling percaya ini mendasari hubungan sosial yang
memberikan kekuatan dalam jejaring kerja. Jejaring kerja inilah yang

8
memperkaya dan memperkuat kerjasama dalam suatu tim kerja. Kerjasama dalam
suatu tim yang diperkaya dengan rasa saling percaya akan menguatkan efektivitas
suatu kegiatan.
2.1.2 Persyaratan Dari Jejaring Kerja
a. Adanya masalah atau kebutuhan yang dirasakan bersama. Jejaring yang
terbentuk
selalu diarahkan untuk mengatasi suatu masalah, atau suatu kebutuhan tertentu.
Masalah atau kebutuhan inilah yang menjadi arah bagi beroperasinya suatu
jejaring
kerja. Tanpa permasalahan atau kebutuhan ini, maka jejaring itu tidak akan terarah
secara jelas dan kemanfaatannyapun menjadi sangat terbatas.
b. Adanya dua pihak/lebih yg memiliki komitmen & kesamaan visi untuk
memecahkan masalah/memenuhi kebutuhan. Jejaring kerja ini harus meliputi dua
pihak atau lebih. Pihak yang terlibat dalam jejaring ini harus memiliki kesamaan
dalam visi, misi, tugas, atau tanggung jawab yang sama. Kerjasama yang tumbuh
dari jejaring kerja ini akan mendorong saling tukar informasi maupun sumberdaya
dari masing-masing pihak yang terlibat dalam jejaring kerja tersebut.
c. Adanya saling percaya. Rasa saling percaya Rasa saling percaya adalah suatu
perasaan yang dimiliki oleh seseorang terhadap orang lain atau pihak lain, yang
didasari keyakinan akan kebaikan dan keyakinan bahwa pihak lain tidak akan
merugikan. Rasa saling percaya ini tidak akan muncul tanpa komunikasi dan
kedekatan yang intensif. Dengan demikian, lakukan komunikasi dua pihak atau
lebih dalam kegiatan yang dilakukan.
d. Adanya kesetaraan dan kesejajaran antar pihak yang bermitra. Kesetaraan
berarti
posisi atau kedudukan yang sama dari pihak-pihak yang bekerja sama. Tidak ada
pihak yang berada di atas, menggurui, atau mengatur secara kasar pihak lainnya.
Walaupun secara formal ada pihak yang lebih tinggi kedudukannya, tetapi
memiliki
kesetaraan dalam kerjasama yang dilakukan.
e. Adanya kesepakatan/kesepahaman bersama. Pihak yang terlibat dalam kegiatan

9
kerjasama harus memiliki kesepakatan dan kesepahaman yang baik mengenai
mekanisme kegiatan yang dilakukan. Tidak adanya kesepahaman antar pelaku
kegiatan, akan menjadi sumber bagi konflik dan menjadi penyebab utama
gagalnya
kegiatan yang dilakukan.
f. untuk mencapai tujuan yg lebih besar. Jejaring kerja harus dilakukan karena ada
interdependensi sumber daya atau hubungan saling mengisi dari berbagai pihak
yang terlibat. Satu pihak yang memiliki kelemahan terhadap sumber daya yang
dimiliki, akan mendapat bantuan mengisi kekurangan tersebut dari pihak lain
dalam
jejaring kerja yang dikembangkannya.

Beberapa pihak yang dapat dijadikan mitra jejaring adalah :


a. Pengelola program, seperti Kementrian Sosial, Dinas Sosial, atau instansi
pelaksana program. Termasuk para pendamping lain, supervisor, dsb.
b. Pelaku pelayanan dalam masyarakat, seperti dokter, pekerja social, psikolog,
perawat, bidan, dsb.
c. Tokoh masyarakat, baik tokoh formal maupun non formal, seperti aparat
desa/kelurahan, tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh masyarakat lainnya yang
disegani oleh warga masyarakat.
d. Guru atau pendidik, baik guru pada sekolah formal atau institusi pendidikan,
guru
agama, guru pembimbing, dsb
e. Pemilik asset produksi, seperti pengusaha, pemilik warung, pemilik lahan
pertanian, orang yang memiliki kekuatan ekonomi dalam masyarakat
desa/kelurahan, dsb.
f. Pelaku kegiatan sosial politik lainnya dalam masyarakat
2.3 Kemitraan
2.3.1 Pengertian Kemitraan
Partnership atau kemitraan adalah suatu jenis bisnis yang mana
terdapat suatu perjanjian formal yang terjadi di antara dua orang atau lebih yang

10
dibuat dan juga disepakati untuk bisa menjadi rekan pemilik, saling melakukan
pendistribusian tanggung jawab untuk bisa menjalankan organisasi dan berbagai
pendapatan ataupun kerugian yang terjadi di dalam bisnis.

Untuk di Indonesia sendiri, seluruh aspek terkait kemitraan ini


sudah diatur di bawah PP 17/2013. Secara khusus, peraturan ini menjelaskan
bahwa kemitraan adalah hubungan yang dijalin antara dua atau lebih orang
ataupun institusi yang sudah menerima untuk bisa saling berbagi keuntungan yang
diperoleh dari bisnis di bawah pengawasan seluruh anggota ataupun nama anggota
lain.

Sedangkan berdasarkan KPPU.GO.ID kemitraan adalah suatu


kerjasama di dalam keterkaitan usaha secara langsung ataupun tidak langsung,
atas dasar saling percaya, membutuhkan, memperkuat dan menguntungkan yang
melibatkan para pebisnis UMKM ataupun pebisnis besar.

2.3.2 Jenis – Jenis Kemitraan


Saat ingin melakukan kemitraan bisnis dengan orang lain, maka harus
mengetahui jenis kemitraan apa yang ingin dilakukan. Bersumber dari
laman The Balance Small Business, beberapa jenis kemitraan adalah
sebagai berikut:
1. General Patnership (GP)
General partnership atau kemitraan umum adalah suatu
jenis kerjasama yang dilakukan secara lebih merata. Kegiatan
kemitraan yang dilakukan dalam jenis ini akan sama-sama aktif
dalam melakukan operasional sehari-hari, dan juga melakukan
tanggung jawab yang penuh terkait utang dan juga permasalahan
apa saja yang mengikat secara hukum.

2. Limited Patnership (LP)


limited partnership atau kemitraan terbatas adalah
kombinasi dari dua pihak atau lebih yang melakukan kegiatan

11
operasional bisnis sehari-hari. Namun, di dalam kemitraan terbatas
akan terdapat satu partner atau lebih yang tidak melakukan
kegiatan serupa, dan merekalah yang kita sebut dengan silent
partner.
Dalam hal pembagian hasil seluruh pihak tentu
memperoleh porsi yang sesuai. Namun, akan beda ceritanya bila
kita membahas tentang tanggung jawab.
Setiap mitra yang tidak menjalankan kegiatan operasional sehari-
hari tidak memiliki tanggung jawab terkait utang ataupun
permasalahan hukum lainnya.

3. Limited Liability Patnership (LLP)


Setiap perlindungan hukum akan ditetapkan pada seluruh
mitra di dalam limited liability partnership, baik itu yang umum
ataupun yang terbatas. Pihak yang melakukan jenis kemitraan ini
umumnya adalah mereka yang melakukan melakukan pekerjaan
dalam satu bidang, seperti bidang akuntan, pengacara, dll.
DalamDalam jenis kemitraan ini, bila adalah salah satu mitra yang
melakukan kesalahan yang memang harus dilakukan secara
hukum, maka pihak lainnya akan terlindungi dari kondisi tersebut.
Jenis Mitra di dalam Kemitraan

Setelah sudah mengetahui ketiga jenis kemitraan di atas, maka selanjutnya harus
mengetahui jenis mitra di dalam kemitraan ini.

1) General and Limited Partners

General partners atau kemitraan umum adalah pihak yang


melakukan pengaturan kemitraan, melakukan operasional sehari-hari, dan
melakukan tanggung jawab atas seluruh hal yang terjadi pada bisnis
usahanya. Sedangkan  limited partners atau mitra terbatas hanya
melakukan investasi saja dan tidak ikut campur dalam hal manajemen.

12
2) Partner Beda Tingkat

Arti dari tingkatan dalam hal ini adalah seperti mitra senior dan
junior. Titel tersebut bisa memberikan perbedaan dalam hak kewajiban,
tugas, dan berbagai hak yang dimiliki oleh setiap mitra. Contoh
sederhananya adalah ada mitra junior yang wajib membayar uang muka
sebagai investasi pada suatu bisnis sebanyak 10 juta, sedangkan mitra
senior adalah lima kali lipatnya. Dengan adanya perbedaan pada jumlah
akuntansi, maka mitra senior mempunyai hak dan juga wewenang yang
lebih banyak bila dibandingkan dengan mitra junior.

2.3.3 Cara Kerja Dari Kemitraan


Cara kerja dari kemitraan ini tentunya berbeda-beda, tergantung
pada jenis kemitraan tersebut. Seperti yang sebelumnya sudah disebutkan,
ada kemitraan yang mewajibkan seluruh pihak yang mempunyai hak,
tanggung jawab dan juga tugas yang sama.

Langkah awal dalam melakukan kemitraan adalah dengan cara


memilih jenis kemitraan apa yang ingin dilakukan. Selain itu, Anda juga
harus memilih, apakah ingin memulai kemitraan dengan bisnis baru atau
turut serta dalam bisnis yang sudah berjalan dan juga sudah mempunyai
mitra sebelumnya.

Saat sudah memilih jenis kemitraan yang ingin dilakukan, maka


Anda dan calon mitra harus bisa membuat memorandum of
understanding (MoU) atau suatu kontrak bisnis. Sehingga, setiap hak dan
tanggung jawab yang mengikat akan tertulis dan pada akhirnya akan
mengikat secara hukum. Setelahnya, pihak yang sudah berhasil menjadi
rekan ini bisa langsung melakukan bisnis seperti biasanya. Dalam setiap
harinya, mereka harus melakukan kegiatan seperti apa yang tertera di
dalam kontrak.

13
Terkait tentang bagi hasil, umumnya akan didasarkan pada kontrak
yang sudah ditandatangani oleh setiap pihak. Sedangkan untuk urusan
pajak, maka setiap mitra akan membayarnya dengan nilai yang berbeda.
Walaupun dalam kegiatan kemitraan pembagian hasilnya dilakukan secara
rata, namun tiap pihak harus tetap membayar pajak sesuai dengan
perhitungannya masing-masing. Kenapa? karena bisa saja ada mitra yang
memiliki lebih dari satu bisnis.

2.3.4 Karakteristik Kemitraan


Setidaknya terdapat lima karakteristik kemitraan, yaitu
1. Kontrak atau Formasi
suatu perusahaan yang mempunyai banyak pemilih harus
mempunyai suatu perjanjian hukum antar setiap mitra. Jadi, harus
ada kontrak kemitraan untuk bisa mendirikan perusahaan
kemitraan.
2. KewajibanKewajiban Tidak Terbatas
Setiap mitra harus bertanggung jawab terkait pembayaran
utangnya, bahkan bila itu harus melikuidasi aset pribadinya sendiri.
3. Kontinuitas
Dalam urusan kebangkrutan, kematian, atau pensiunan mitra, dll.
Setiap bentuk kemitraan akan dibubarkan dan mitra yang masih
tersisa harus bisa membuat kemitraan baru. Sehingga, setiap anak
laki-laki tidak bisa mewarisi kemitraan yang dilakukan oleh
ayahnya, melainkan harus melalui persetujuan mitra lain, ia bisa
ditambahkan sebagai pasangan yang baru.
4. Jumlah Anggota Maksimal 20
Tidak ada nomor yang spesifik pada jumlah maksimal anggota
yang memiliki perusahaan kemitraan. Tapi, berdasarkan
Companies Act, untuk perusahaan perbankan hanya diperbolehkan
10 anggota saja. Sedangkan untuk perusahaan lainnya, maksimal
anggotanya adalah 20.

14
5. Agen Reksa
Seluruh mitra memiliki tanggung jawab terkait operasional
perusahaan. tapi, terkadang ada satu mitra atas nama mitra lainnya
yang bisa melakukan pengawasan atau mengambil tindakan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Koordinasi dan kinerja adalah dua pengertian yang saling kait-
mengkait, karena koordinasi hanya dapat dicapai sebaik-baiknya
dengan melakukan kinerja yang efektif. Kinerja pegawai adalah
bentuk komunikasi administrasi, yang membantu tercapai
koordinasi.
2. Jejaring kerja adalah suatu bentuk persekutuan antara dua pihak
atau lebih yang membentuk satu ikatan kerjasama pada satu bidang
tertentu/tujuan tertentu dg berbagi ide, informasi dan sumber daya
untuk meraih kesuksesan bersama.
3. Partnership atau kemitraan adalah suatu jenis bisnis yang mana
terdapat suatu perjanjian formal yang terjadi di antara dua orang
atau lebih yang dibuat dan juga disepakati untuk bisa menjadi
rekan pemilik, saling melakukan pendistribusian tanggung jawab
untuk bisa menjalankan organisasi dan berbagai pendapatan
ataupun kerugian yang terjadi di dalam bisnis.

15
Daftar Pustaka

https://accurate.id/bisnis-ukm/kemitraan-adalah/

https://bppps.kemensos.go.id/bahan_bacaan/file_materi/koordinasi-dan-jejaring-
kerja.pdf

16

Anda mungkin juga menyukai