Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA AN. N DENGAN ANEMIA APLASTIK


DI PAVILIUN KEMUNING ATAS RSU KABUPATEN TANGERANG

Tanggal/ Jam MRS : 09 September 2019


Tanggal/ Jam Pengkajian : 16 September 2019
Diagnosa Medis : Anemia Aplastik
No. RM : 00233978

I. Kasus Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : An. A
Tempat, Tanggal Lahir : 13 Januari 2008
Alamat : Kp. Pabuaran, Desa Malang Tengah
Pagedangan
Nama Ayah/Ibu : Ny. I
Pekerjaan Ayah : Pegawai swasta
Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga
Pendidikan Ibu : SD
Suku Bangsa : Sunda

2. Keluhan Utama
Pasien lemas, gusi berdarah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSU Kabupaten Tangerang pada hari senin tanggal
09-09-2019, dengan susah BAB, terdapat bintik merah dan gusi
berdarah, riwayat anemia aplastik sejak ± 1 tahun yang lalu. Saat ini
sudah hari ke 7 perawatan di ruang kemuning atas.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lampau
a. Penyakit waktu kecil
Pasien menderita penyakit anemia aplastik sejak ± 1 tahun yang
lalu.
b. Pernah di rawat di RS
Pasien pernah di rawat di RS Kabupaten Tangerang dengan
riwayat keluhan dan penyakit yang sama.
c. Obat – obatan yang pernah di gunakan
Keluarga mengatakan tidak tahu dan tidak hafal obat apa saja yang
pernah di konsumsi pasien, hanya paracetamol.
d. Alergi
Keluarga mengatakan pasien tidak memiliki alergi baik obat
maupun makanan.
e. Kecelakaan
Keluarga mengatakan pasien tidak memiliki riwayat kecelakaan
f. Imunisasi
Keluarga mengatakan pasien telah di imunisasi lengkap di.
5. Riwayat Keluarga
Genogram

Keterangan :
: Perempuan
: Laki – Laki

: Pasien

: Garis keturunan

: Garis Pernikahan

6. Riwayat Sosial
a. Yang Merawat
Pasien dirawat oleh ayah ibu dan keluarganya. Saat di rumah sakit
setiap hari pasien di jaga oleh ibu dan bapaknya.
b. Pembawaan anak secara umum
Pasien merupakan anak yang aktif dan periang. Tidak memiliki
kebiasaan seperti menggigit atau menghisap jari dan mengompol.
c. Lingkungan rumah
Keluarga mengatakan di rumahnya terdapat ventilasi yang dapat
dibuka ketika pagi dan siang hari, terdapat kamar mandi di dalam
rumah, rumah selalu dibersihkan setiap hari.
7. Keadaan Kesehatan Saat Ini
a. Diagnosa medis : Anemia Aplastik
b. Tindakan operasi :-
c. Obat – obatan :-
Hasil rontgen :-
d. Hasil laboratorium : 16 September 2019
Test Result Reference Units
HEMATOLOGI
Hemoglobin 10,3 13,2 – 17,3 g/dl
Leukosit 3,12 3,80 – 10,60 x10^3/ul
Hematokrit 29 40 – 52 %
Trombosit 7 140 – 440 x10^3/ul
8. Pengkajian Pola Fungsional Menurut Gordon
a. Pola persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
Pasien menderita anemia aplastik ± sejak 1 tahun yang lalu,
sebelumnya klien hanya sakit biasa meriyang panas dan berobat ke
puskesmas ataupun klinik terdekat. Keluarga rutin memeriksakan
kesehatan anaknya di RSU Kabupaten Tangerang.
b. Pola nutrisi – metabolik
Selera makan pasien baik, makanan yang disukai pasien adalah
ayam goreng, pasien suka makan namun jarang makan buah,
kebiasaan makan 3 x sehari, alat makan yang digunakan di rumah
piring, sendok dan gelas.
c. Pola eliminasi
Sebelumnya pasien tidak bisa BAB, namun saat ini sudah dapat
BAB.
d. Pola aktivitas – latihan
Saat di rumah, pasien mandi 2 kali sehari secara mandiri
menggunakan sabun setiap pagi dan sore, pasien selalu mengganti
pakainnya setiap setelah mandi, pasien selalu bermain dengan
teman – teman dan keluarganya ketika pulang sekolah, aktivitas
kuat, anak melakukan mandi, makan, toileting dan berpakaian
secara mandiri.
Saat di rumah sakit, pasien mandi 1 kali sehari dibantu oleh
keluarganya, pasien selalu menganti pakaiannya setelah mandi,
pasien tidak bermain bersama teman – teman, hanya tertidur,
duduk dan mengobrol bersama keluarga.
e. Pola persepsi – konsep diri
Status mood baik, pasien kesepian merasa kehilangan temannya
saat di rumah sakit namun di rumah sakit pasien memilliki teman
baru.
f. Pola peran – hubungan
Pasien merupakan anak ketiga dari ibu dan bapaknya, interaksi
anggota keluarga dengan anak baik, anak merasa di perhatikan.
g. Pola persepsi – kognitif
Pasien dapat menggambar dan mewarnai, pasien masih malu
untuk berkenalan dan berbicara, tidak terdapat masalah
penglihatan, pendengaran, sentuhan pada anak dan orang tua.
h. Pola istirahat – tidur
Pasien tidur ± 10 jam/ hari, pasien tidur jam 21.00, pasien tidur
secara telentang, ada mendengkur.
i. Pola seksialitas
Pasien mengatakan senang menjadi seorang laki - laki, suka
dengan mobil – mobilan dan robot.
j. Pola koping – toleranis terhadap stress
Pasien mengatakan stress ketika saat diberi suntik obat, merasa
sakit.
k. Pola nilai dan keyakinan
Pasien yakin akan sembuh dan cepat pulang ke rumah, pasien
mengatakan yakin beragama islam, pasien semangat supaya dapat
bermain bersama teman – temannya, keluarga mengatakan pasien
merupakan sesuatu yang berharga dalam hidupnya.
9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Sakit sedang
b. Tanda vital
 TD : 108/74 mmHg
 Suhu : 36,4°C
 Nadi : 76 x/menit
 RR : 20 x/menit
c. Mata
Mata simetris kanan kiri, konjungtiva anemis, terdapat reflek
cahaya pupil 2/2, tidak menggunakan alat bantu penglihatan
d. Hidung
Hidung simetris, tidak terdapat secret, tidak terdapat polip, tidak
ada nyeri tekan pada sinus, tidak ada gangguan penciuman, tidak
ada kelainan
e. Mulut
Mukosa lembab, bibir simetris, tidak ada stomatitis, tidak ada
pembesaran tonsil, gusi bengkak.
f. Telinga
Telinga simetris, tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada kelainan,
fungsi pendengaran baik.
g. Dada
Dada simetris, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, auskultasi
vesikuler, gerakan nafas teratur, RR 20x/menit, tidak ada kelainan.
h. Jantung
Tidak ada pembesaran jantung, tidak ada ictus cordis, perkusi
dullness, tidak ada suara tambahan atau mur – mur jantung, Nadi
76x/menit
i. Abdomen
Perut tampak cembung, tidak ada nyeri tekan, pusar insersi
ditengah, palpasi tidak ada pembesaran, perkusi timpani.
j. Punggung
Bentuk tulang belakang semi fleksi, tidak ada ruam, tidak ada
kifosis, lordosis, skiliosis.
k. Genetalia
Jenis kelamin laki – laki, terdapat kemaluan dan anus paten
l. Ekstermitas
Ekstermitas lengkap tidak ada kelainan baik atas maupun bawah,
akral hangat, tidak ada kelainan bentuk kaki O (genu varum) atau
X (genu valgun)
m. Kulit
Kulit lembab, warna coklat, tidak ada lesi.
Analisis data
Analisis Data Interpretasi Masalah
DS : Anemia aplastik Gangguan
 Pasein mengatakan lemas ↓ perfusi
DO : Kadar Hb menurun jaringan
 Konjungtiva anemis ↓ perifer
 Mukosa bibir pucat Kompartemen sel

 Tanda-tanda vital penghantas oksigen/ nutrisi

TD : 108/74 mmHg ke sel berkurang

S : 36,4 C ↓

N : 76x/menit Gangguan perfusi jaringan

RR : 20 x/menit perifer

 Lab tgl 16/09/2019


Hb : 10,3 g/dl
Trombosit 7 x10ˆ3/ul
Ht : 29 %
 Pasien tampak lemas
DS: Anemia aplastik Intoleransi
 Pasien mengatakan lemas. ↓ aktifitas
 Pasien mengatakan mudah Hb, Ht, trombosit menurun
kelelahan jika beraktivitas. ↓
Lemas
DO : ↓
 Pasien tampak lesu Cepat lelah

 Mukosa bibir pucat ↓

 ADL di bantu keluarganya Intoleransi aktifitas

DS : Anemia aplastik Resiko


 Pasien mengeluh lemas ↓ perdarahan
 Pasien mengatakan Trombosit menurun
gusinya bengkak ↓
DO : Pembekuan darah terganggu
 Pasien tampak lemas ↓
 Gusi tampak bengkak Pendarahan dapat terjadi
 Konjungtiva anemis terus menerus

 Tanda-tanda vital ↓

TD : 108/74 mmHg Perdarahan kulit, mukosa,

S : 36,4 C organ dalam

N : 76x/menit ↓

RR : 20 x/menit Resiko perdarahan

 Lab tgl 16/09/2019


Hb : 10,3 g/dl
Trombosit 7 x10ˆ3/ul
Ht : 29 %

B. Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient
ke sel.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan perdarahan mukosa

C. Intervensi Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan
komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient
ke sel.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan menunjukan peningkatan perfusi jaringan, dengan kriteria
hasil:
 Klien menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.
 Konjungtiva tidak anemis
 Akral hangat
Intervensi:
Intervensi Rasional
1. Awasi tanda vital kaji pengisian 1. Memberikan informasi tentang
kapiler, warna kulit/membrane derajat/keadekuatan perfusi
mukosa, dasar kuku. jaringan dan membantu
menetukan kebutuhan intervensi.
2. Tinggikan kepala tempat tidur 2. Meningkatkan ekspansi paru dan
sesuai toleransi: memaksimalkan oksigenasi
untuk kebutuhan seluler.
Catatan: kontraindikasi bila ada
hipotensi.
3. Awasi upaya pernapasan ; 3. Gemericik menununjukkan
auskultasi bunyi napas gangguan jajntung karena
perhatikan bunyi adventisius regangan jantung
lama/peningkatan kompensasi
curah jantung.
4. Pantau keluhan nyeri 4. Iskemia seluler mempengaruhi
dada/palpitasi. jaringan miokardial/ potensial
risiko infark.
5. Kolaborasi pengawasan hasil 5. Mengidentifikasi defisiensi dan
pemeriksaan laboraturium. kebutuhan pengobatan /respons
Berikan sel darah merah terhadap terapi.
lengkap/packed produk darah
sesuai indikasi.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan klien dapat mempertahankan /meningkatkan ambulasi/
aktivitas, dengan kriteria hasil, yaitu :
 Melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas
sehari-hari)
 Menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi,
pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal
Intervensi
Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan ADL pasien. 1. Mempengaruhi pilihan
intervensi/bantuan
2. Kaji kehilangan atau gangguan 2. Menunjukkan perubahan
keseimbangan, gaya jalan dan neurology karena defisiensi
kelemahan otot vitamin B12 mempengaruhi
keamanan pasien/risiko cedera

3. Observasi tanda-tanda vital 3. Manifestasi kardiopulmonal dari


sebelum dan sesudah aktivitas. upaya jantung dan paru untuk
membawa jumlah oksigen
adekuat ke jaringan
4. Berikan lingkungan tenang, 4. Meningkatkan istirahat untuk
batasi pengunjung, dan kurangi menurunkan kebutuhan oksigen
suara bising, pertahankan tirah tubuh dan menurunkan regangan
baring bila di indikasikan jantung dan paru
5. Gunakan teknik menghemat 5. Meningkatkan aktivitas secara
energi, anjurkan pasien istirahat bertahap sampai normal dan
bila terjadi kelelahan dan memperbaiki tonus otot/stamina
kelemahan, anjurkan pasien tanpa kelemahan. Meingkatkan
melakukan aktivitas harga diri dan rasa terkontrol.
semampunya (tanpa
memaksakan diri).
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan perdarahan mukosa
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
tidak terjadi perdarahan, dengan criteria :
 Tidak terdapat perdarahan
 Nilai Hb, HT, dan trombosit dalam batas normal
Intervensi
Intervensi Rasional
1. Observasi vital sign, awasi 1. Perubahan tanda vital
terhadap penurunan tekanan darah merupakan tanda gejala dari
perdarahan
2. Observasi terhadap penurunan
2. Kolaborasi mengetahui nilai
nilai trombosit dan kenaikan nilai
darah melalui laboratorium
hematokrit

3. Awasi tanda-tanda perdarahan 3. Mengetahui lebih dini tanda –


yang terjadi dan tanda-tanda tanda perdarahan
anemia

4. Berikan informasi tentang


4. Peningkatan pengetahuan
penanganan perdarahan.
keluarga dapat membantu
menangani pasien.

D. Implementasi Keperawatan
Tanggal Dx Implementasi
17/ I  Mengobservasi tanda vital kaji pengisian kapiler,
09/2019 warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
Hasil : TD : 110/82 mmHg, N : 80x/menit, RR
22x/ menit, S : 36,2°C, kulit pucat
 Meninggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi
Hasil : Pasien dengan posisi semifowler
 Memantau upaya pernapasan ; auskultasi bunyi
napas perhatikan bunyi adventisius
Hasil : RR : 22x/menit, suara nafas vesikuler
 Memantau keluhan nyeri dada/palpitasi.
Hasil : tidak ada nyeri dada
 Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan
laboraturium. Berikan sel darah merah
lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.
Hasil : Ht : 29%, Hb : 10,3 g/dl, Trombosit 7
x10ˆ3/ul
II  Mengkaji kemampuan ADL pasien.
Hasil : ADL pasien dibantu keluarga
 Mengkaji kehilangan atau gangguan keseimbangan,
gaya jalan dan kelemahan otot
Hasil : Kekuatan otot 5/5
 Memberikan lingkungan tenang, batasi
pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan
tirah baring bila di indikasikan
Hasil : Lingkungan tenang, membatasi pengunjung
 Menggunakan teknik menghemat energi, anjurkan
pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan
kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas
semampunya (tanpa memaksakan diri).
Hasil : Pasien istirahat setelah melakukan aktifitas
(bermain)
III  Mengawasi tanda-tanda perdarahan yang terjadi
dan tanda-tanda anemia
Hasil : Tidak ada tanda – tanda perdarahan
 Memberikan informasi tentang penanganan
perdarahan.
Hasil : Keluarga mengerti penjelasan yang telah
diberikan
18/09/2019 I  Mengobservasi tanda vital kaji pengisian kapiler,
warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
Hasil : TD : 115/82 mmHg, N : 78x/menit, RR
22x/ menit, S : 36,4°C.
 Meninggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi
Hasil : Pasien dengan posisi semifowler
 Memantau upaya pernapasan ; auskultasi bunyi
napas perhatikan bunyi adventisius
Hasil : RR : 22x/menit, suara nafas vesikuler
 Memantau keluhan nyeri dada/palpitasi.
Hasil : tidak ada nyeri dada
II  Mengkaji kemampuan ADL pasien.
Hasil : ADL pasien dibantu keluarga
 Mengkaji kehilangan atau gangguan keseimbangan,
gaya jalan dan kelemahan otot
Hasil : Kekuatan otot 5/5
 Memberikan lingkungan tenang, batasi
pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan
tirah baring bila di indikasikan
Hasil : Lingkungan tenang, membatasi pengunjung
 Menggunakan teknik menghemat energi, anjurkan
pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan
kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas
semampunya (tanpa memaksakan diri).
Hasil : Pasien istirahat setelah melakukan aktifitas
(bermain)
III
 Mengawasi tanda-tanda perdarahan yang terjadi
dan tanda-tanda anemia
Hasil : Tidak ada tanda – tanda perdarahan
19/09/2019 I  Mengobservasi tanda vital kaji pengisian kapiler,
warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.
Hasil : TD : 108/81 mmHg, N : 76x/menit, RR
23x/ menit, S : 36,6°C, kulit pucat
 Meninggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi
Hasil : Pasien dengan posisi semifowler
 Memantau upaya pernapasan ; auskultasi bunyi
napas perhatikan bunyi adventisius
Hasil : RR : 23x/menit, suara nafas vesikuler
 Memantau keluhan nyeri dada/palpitasi.
Hasil : tidak ada nyeri dada
II  Mengkaji kemampuan ADL pasien.
Hasil : ADL pasien dibantu keluarga
 Mengkaji kehilangan atau gangguan keseimbangan,
gaya jalan dan kelemahan otot
Hasil : Kekuatan otot 5/5
 Memberikan lingkungan tenang, batasi
pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan
tirah baring bila di indikasikan
Hasil : Lingkungan tenang, membatasi pengunjung
 Menggunakan teknik menghemat energi, anjurkan
pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan
kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas
semampunya (tanpa memaksakan diri).
Hasil : Pasien istirahat setelah melakukan aktifitas
(bermain)
 Mengawasi tanda-tanda perdarahan yang terjadi
dan tanda-tanda anemia
Hasil : Tidak ada tanda – tanda perdarahan
 Memberikan informasi tentang penanganan
perdarahan.
Hasil : Keluarga mengerti penjelasan yang telah
diberikan

E. Evaluasi Keperawatan
Tanggal DX Evaluasi
20/09/2019 I S:-
O:
 Pasien mengatakan tidak ada nyeri dada
 Konjungtiva tidak anemis
 Akral hangat
 TD : 120/70 mmHg
 N : 85x/menit
 S : 36,7°C
 RR : 20 x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi
 Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi,
pernafasan) setiap 3 jam.
 Anjurkan pasien untuk banyak minum (2,5
liter/24 jam).

20/09/2019 II S:
 Pasien mengatakan lebih bertenaga
 Pasien mengatakan ingin jalan keluar
O:
 Pasien sudah dapat berjalan
 Pasien tampak senang
 TD : 120/70 mmHg
 N : 85x/menit
 S : 36,7°C
 RR : 20 x/menit
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
20/09/2019 III S:
 Keluarga mengatakan tidak ada tanda
perdarahan, namun gusi nya rawan berdarah

O:
 Tidak terdapat tanda-tanda perdarahan

A : Masalah teratasi sebagian


P : Pertahankan intervensi
 Anjurkan keluarga untuk melakukan kompres
dingin ketika gusi anaknya berdarah
 Pantau tanda – tanda perdarahan

II. Pembahasan
An. A mengeluh lemas dan ggusi berdarah, An. A datang ke RSU
Kabupaten Tangerang pada hari senin tanggal 09-09-2019, dengan susah
BAB, terdapat bintik merah dan gusi berdarah, riwayat anemia aplastik sejak
± 1 tahun yang lalu. Saat ini sudah hari ke 7 perawatan di ruang kemuning
atas. Anemia aplastik adalah suatu gangguan darah yang mengancam jiwa
pada sel induk di sumsum tulang, yaitu sel darah yang diproduksi tidak
mencukupi kebutuhan (Price dan wilson, 2006).
Penyebab hampir sebagian besar kasus anemia aplastik bersifat
idiopatik dimana penyebabnya masih belum dapat dipastikan. Namun
beberapa faktor yang diduga dapat memicu terjadinya penyakit anemia
aplastik yaitu, faktor kongenital, radiasi, bahan kimia, obat, infeksi. Apapun
bahan penyebabnya, apabila pajanan dilanjutkan setelah tanda hipoplasia
muncul, maka depresi sum – sum tulang akan berkembang sampai titik
dimana terjadi kegagalan sempurna dan irreversibel, disinilah pentingnya
pemeriksaan angka darah sesering mungkin pada pasien yang mendapat
pengobatan atau terpajan secara teratur pada bahan kimia yang dapat
menyebabkan anemia aplastik.
Pada anemia aplastik, tidak terdapat mekanisme patogenik tunggal sel
induk hemopoetik yang multifoten berdeferensiasi menjadi sistem – sistem
eritropoetik, granulopoetik, trombopoetik, limpoetik, dan monopoetik.
Sejumlah sel induk lainnya membelah secara aktif menghasilkan sel induk
baru. Sebagian darinya dalam fase istirahat setiap saat siap berdiferensiasi
kedalam berbagai sistem tersebut.
Tanda dan gejala yang muncul pada An. A yaitu, lemas, gusi bengkak,
terdapat bintik – bintik merah, pucat, mudah lelah, pusing, hasil laboratorium
darah eritrosit, trombosit, hrmatokrit, leukosit yang rendah. Pemeriksaaan
laboratorium dilakukan untuk mengetahui nilai darah pada An. A. hal tersebut
menyebabkan perawat mengambil diagnosis gangguan perfusi jaringan
perifer, intoleransi aktivitas dan resiko perdarahan berhubungan dengan
pendarahan mukosa.
Intervensi dan implementasi yang dilakukan dilihat berdasarkan
NANDA NIC NOC dan SDKI, SIKI yang telah tercatat pada point
sebelumnya. Implementasi dilakukan selama 3 hari perawatan dan dilakukan
evaluasi pada tanggal 20 September 2019, evaluasi yang di dapat yaitu, an. A
tampak lebih senang, lebih segar dan tidak lesu, sudah dapat berjalan dan
bermain bersama teman barunya di rumah sakit, sudah dapat mengobrol
bersama keluarga, tanda vital dalam batas normal, dan keluarga mengerti
penjelasan mengenai penanganan perdarahan jika sewaktu – waktu terjadi
pendarahan pada An. A.
III. Daftar Pustaka
Amin H, Nurarif dan Kusuma H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Media Action.
Bakta. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. EGC: Jakarta
Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik
Klinis Edisi 9. Jakarta : EGC
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2007 . Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. FKUI : Jakarta.
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Jakarta : EGC
Staff Pengajar PSIK-UH. 2008. Kumpulan Kuliah Keperawatan Anak.
Makassar
Bakhshi.2009. Aplastic Anemia. http://www.emedicine.com
https://www.academia.edu/9923065/LP_ANEMIA_APLASTIK diakses pada
tanggal 17 September 2019

Anda mungkin juga menyukai