PENDAHULUAN
Sekitar 12% dari total penduduk dewasa di negara barat menderita cholelitiasis
jadi sekitar 20 juta jiwa yang menderita cholelitiasis, disetiap tahunnya ditemukan
pasien cholelitiasis sekitar 1 juta jiwa dan 500.000 jiwa menjalani operasi
pengangkatan batu empedu (cholesistektomi atau laparoscopy chole). Cholelitiasis
merupakan penyakit penting dinegara barat (Sudoyo,2006).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ndraha (2014) didapatkan hasil sebanyak
87 pasien di diagnosis cholelitiasis dengan rentang usia 45,6. Prevalensi pada pasien
perempuan lebih banyak daripada laki-laki. (54,47) dengan usia rata-rata 40 tahun
(80,46%). Sejumlah 68,97 merupakan pasien di ruang rawat inap.
Angka kejadian kolelitiasis sangat dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin.
Terdapat peningkatan kejadian kolelitiasis yang progesif berhubungan dengan
peningkatan usia seseorang (Kumar dan Clark, 2006). Di Amerika Serikat 5%- 6%
populasi yang berusia kecil dari 40 tahun menderita kolelitiasis, dan pada populasi
besar dari 80 tahun angka kejadian kolelitiasis menjadi 25%-30% (Kumar et al., 2007).
Kolelitiasis lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria (Tierney et al., 2010).
Menurut Third National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III)
dalam Greenberger dan Paumgartner (2011), prevalensi kolelitiasis di Amerika Serikat
yaitu 7,9% pada laki-laki dan 16,6% pada perempuan. Perbandingan kejadian
kolelitiasis pada pria dan wanita yaitu 3:1, dan pada dekade keenam dan ketujuh
kehidupan perbandingan akan semakin kecil (Kumar et al., 2007).
Selain umur dan jenis kelamin, angka kejadian kolelitiasis juga dipengaruhi oleh
obesitas, kehamilan, intoleransi glukosa, resistensi insulin, diabetes mellitus,
hipertrigliseridemia, pola diet, penyakit Crohn’s, reseksi ileus terminal, dan faktor lain
(Hunter dan Oddsdettir, 2007; Conte et al., 2011).
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Kolelitiasis (batu empedu) terbentuk dalam kandung empedu dari unsur-unsur
padat yang membentuk cairan empedu, batu empedu memiliki ukuran, bentuk dan
komposisi yang bervariasi. Batu empedu tidak lazim dijumpai pada anak-anak dan
dewasa muda tetapi insidennya semakin sering pada individu berusia diatas 40 tahun,
semakin meningkat pada usia 75 tahun. (Doenges, 2009)
Kolelitiasis atau biasa disebut batu empedu merupakan endapan satu atau lebih
komponen empedu yaitu kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam
lemak, dan fosfolipid. (Price, 2006)
Kolelitiasis adalah material atau kristal tidak berbentuk yang terbentuk dalam
kantung empedu. Komposisi dari kolelitiasis adalah campuran dari kolesterol, pigmen
empedu, kalsium, dan matriks inorganik. (Wayan, 2007)
Infeksi pada kandung empedu ada yang akut dan kronis. Kolesistitis akut
biasanya disertai nyeri tekan dan kekakuan pada abdomen kuadran kanan atas, mual
muntah dan tanda tanda yang umum dijumpai pada inflamasi akut.
1. Kolesistitis kalkulus : terdapat pada > 90% pasien kolesistitis akut. Pada
kolesistitis kalkulus, batu kandung empedu menyumbat saluran keluar empedu.
Getah empedu yang tetap berada dalam kandung empedu akan menimbulkan
reaksi kimia, edema dan pembuluh darah dalam kandung empedu akan
terkompresi sehingga suplai vaskulernya terganggu.
2. Kolesistitis akalkulus : merupakan inflamasi kandung empedu tanpa sumbatan
oleh batu empedu, tetapi timbul setelah tindakan bedah mayor, trauma berat, atau
luka bakar.(Brunner and Suddarth.2013).
2.2 Etiologi
Empedu normal terdiri dari 70% garam empedu (terutama kolik dan asam
chenodeoxycholic), 22% fosfolipid (lesitin), 4% kolesterol, 3% protein dan 0,3%
bilirubin.Etiologi batu empedu masih belum diketahui dengan sempurna namun yang
paling penting adalah gangguan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan
empedu, stasis empedu dan infeksi kandung empedu. Sementara itu, komponen utama
dari batu empedu adalah kolesterol yang biasanya tetap berbentuk cairan. Jika cairan
empedu menjadi jenuh karena kolesterol, maka kolesterol bisa menjadi tidak larut dan
membentuk endapan di luar empedu (Denis, 2005)
Menurut Lesmana (2000), Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko
dibawah ini. Namun, semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin
besar kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis.
Faktor resiko tersebut antara lain :
1. Wanita (beresiko dua jadi lebih besar dibanding laki-laki)
2. Usia lebih dari 40 tahun .
3. Kegemukan (obesitas).
4. Faktor keturunan
5. Aktivitas fisik
6. Kehamilan (resiko meningkat pada kehamilan)
7. Hiperlipidemia
8. Diet tinggi lemak dan rendah serat
9. Pengosongan lambung yang memanjang
10. Nutrisi intravena jangka lama
11. Dismotilitas kandung empedu
12. Obat-obatan antihiperlipedmia (clofibrate)
13. Penyakit lain (seperti Fibrosis sistik, Diabetes mellitus, sirosis hati,
14. Pankreatitis dan kanker kandung empedu) dan penyakit ileus (kekurangan
2.3 Klasifikasi
Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu di
golongkankan atas 3 (tiga) golongan:
1. Batu Kolesterol
Berbentuk oval, multifokal atau mulberry dan mengandung lebih dari 70%
kolesterol. Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu yang
mengandung > 50% kolesterol). Untuk terbentuknya batu kolesterol diperlukan 3
faktor utama :
a. Supersaturasi kolesterol
b. Hipomotilitas kandung empedu
c. Nukleasi/ pembentukan nidus cepat.
2. Batu Pigmen
Batu pigmen merupakan 10% dari total jenis baru empedu yang mengandung
<20% kolesterol. Jenisnya antara lain:
a. Batu pigmen kalsium bilirubinan (pigmen coklat)
Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan
mengandung kalsium-bilirubinat sebagai komponen utama. Batu pigmen
cokelat terbentuk akibat adanya faktor stasis dan infeksi saluran empedu.
Stasis dapat disebabkan oleh adanya disfungsi sfingter Oddi, striktur, operasi
bilier, dan infeksi parasit. Bila terjadi infeksi saluran empedu, khususnya E.
Coli, kadar enzim B-glukoronidase yang berasal dari bakteri akan dihidrolisasi
menjadi bilirubin bebas dan asam glukoronat. Kalsium mengikat bilirubin
menjadi kalsium bilirubinat yang tidak larut. Dari penelitian yang dilakukan
didapatkan adanya hubungan erat antara infeksi bakteri danterbentuknya batu
pigmen cokelat.umumnya batu pigmen cokelat ini terbentuk di saluran empedu
dalam empedu yang terinfeksi.
b. Batu pigmen hitam.
Berwarna hitam atau hitam kecoklatan, tidak berbentuk, seperti bubuk
dan kaya akan sisa zat hitam yang tak terekstraksi.1 Batu pigmen hitam adalah
tipe batu yang banyak ditemukan pada pasiendengan hemolisis kronik atau
2.5 Patofisiologi
Resiko
ketidakseimban Resiko Ketidak-
gan nutriasi seimbangan Resiko perdarahan
kurang dari volume cairan
kebutuhan
2.6 Penatalaksanaan
1. Non Pembedahan (farmakoterapi, diet)
a. Penatalaksanaan pendukung dan diet adalah: istirahat, cairan infus, NGT,
analgetik dan antibiotik, diet cair rendah lemak, buah yang masak, nasi, ketela,
kentang yang dilumatkan, sayur non gas, kopi dan teh.
b. Untuk makanan yang perlu dihindari sayur mengandung gas, telur, krim,
daging babi, gorengan, keju, bumbu masak berlemak, alkohol.
c. Farmakoterapi asam ursedeoksikolat (urdafalk) dan kenodeoksiolat (chenodiol,
chenofalk) digunakan untuk melarutkan batu empedu radiolusen yang
berukuran kecil dan terutama tersusun dari kolesterol. Jarang ada efek
sampingnya dan dapat diberikan dengan dosis kecil untuk mendapatkan efek
yang sama. Mekanisme kerjanya menghambat sintesis kolesterol dalam hati
dan sekresinya sehingga terjadi disaturasi getah empedu. Batu yang sudah ada
dikurangi besarnya, yang kecil akan larut dan batu yang baru dicegah
2. Pembedahan
a. Intervensi bedah dan sistem drainase.
b. Kolesistektomi: dilakukan pada sebagian besar kolesistitis kronis / akut.
Sebuah drain ditempatkan dalam kandung empedu dan dibiarkan menjulur
keluar lewat luka operasi untuk mengalirkan darah, cairan serosanguinus, dan
getah empedu kedalam kassa absorben.
c. Minikolesistektomi : mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi selebar
4 cm, bisa dipasang drain juga, beaya lebih ringan, waktu singkat.
d. Kolesistektomi laparaskopi
e. Kolesistektomi endoskopi: dilakukan lewat luka insisi kecil atau luka tusukan
melalui dinding abdomen pada umbilikus
3. MRI
4. Sinar X/CT Scan abdomen
Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran yang khas karena
hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak. Pada
peradangan akut dengan kandung empedu yang membesar atau hidrops, kandung
2.8 Komplikasi
1. Kolesistitis
Kolesistisis adalah Peradangan kandung empedu yang disebabkan oleh
sumbatan batu empedu, menyebabkan infeksi dan peradangan kandung empedu
2. Kolangitis
Kolangitis adalah peradangan pada saluran empedu. Jika batu yang
menyumbat melukai/menembus dinding saluran empedu, maka dapat
menyebabkan peradangan hebat di saluran empedu (kolangitis).
Akibatnya,bakteri akan tumbuh dan menimbulkan infeksi di dalam saluran.
Infeksi dapat disebabkan kuman yang berasal dari makanan. Penyebab paling
utama adalah infeksi di usus. Infeksi tersebut misalnya tifoid atau tifus.
3. Pankreatitis Akut
Pankreatitis akut merupakan salah satu risiko yang berbahaya jika batu
empedu masuk dan menghambat saluran pankreas. Peradangan pankreas ini akan
menyebabkan sakit perut yang akan terus bertambah parah.
4. Empiema
Pada empiema, kandung empedu berisi nanah. Komplikasi ini dapat
membahayakan jiwa dan membutuhkan kolesistektomi darurat segera.
3.1 Pengkajian
1. Aktvitas / istirahat
Gejala : Kelemahan
Tanda : Gelisah
2. Sirkulasi
Tanda : Takikardi, berkeringat
3. Eliminasi
Tanda : - Distensi abdomen
- Teraba masa pada kuadran kanan atas
- Urine gelap, pekat
- Feses warna tanah liat, steatorea
Gejala : Perubahan warna urine dan feses
4. Makanan / cairan
Tanda : Kegemukan, adanya penurunan BB
Gejala : - Anoreksia, mual / muntah
- Tidak toleran terhadap lemak dan makanan “Pembentuk gas”,
regurgitasi berulang, nyeri epigastrium, tidak dapat makan, flaktus
dyspepsia
- Berdahak
5. Nyeri / kenyamanan
Gejala : - Nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung atau
bahkan sampai ke bahu kanan
- Kolik epigastrium tengah sehubungan dengan makan
- Nyeri tiba-tiba dan biasanya memuncak dalam 30 detik
Tanda : Nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadran kanan atas di tekan,
tanda murphy positif
7. Keamanan
Tanda : - Demam menggigil
- Ikterik dengan kulit berkeringat dan gatal (pruritus)
- Kecenderungan perdarahan (kekurangan vitamin K)
8. Penyuluhan / Pembelajaran
Tanda : Kecenderungan keluarga untuk menjadi batu empedu adanya
kehamilan: Riwayat DM, penyakit infamasi usus, diskrasias darah
(Doenges, 1999)
Intervensi Rasional
1. Observasi dan catat lokasi, 1. Membantu membedakan penyebab nyeri
beratnya (skala 0-10) dan dan memberikan informasi tentang
karakter nyeri (menetap, kemajuan/perbaikan penyakit, terjadinya
hilang timbul, kolik) komplikasi dan keefektifan intervensi.
2. Catat respon terhadap obat, 2. Nyeri berat yang tidak hilang dengan
dan laporkan pada dokter bila tindakan rutin dapat menunjukkan
nyeri hilang terjadinya komplikasi/kebutuhan terhadap
intervensi lebih lanjut.
Intervensi Rasional
1. Hitung masukan kalori, jaga 1. Mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan
komentar tentang nafsu nutrisi, berfokus pada masalah membuat
makan sampai minimal suasana negative dan mempengaruhi
masukan
IDENTITAS
54 tahun
No. RM : 00-172-059
Agama : Islam
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN
PADA NY.F (UMUR 54 TAHUN)
DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN
DIAGNOSIS KOLELITIASIS
DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RSU KABUPATEN TANGERANG
4.1 Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT
PENGKAJIAN
Riwayat Penyakit
Klien mengatakan memiliki penyakit keturunan yaitu hipertensi dan diabetes mellitus
AIRWAY
Keluhan Lain : -
Masalah/Diagnosis Keperawatan
Aktual
Resiko
SpO2 : 98%
Diagnosis Keperawatan
Intervensi :
TD : 144/74 mmHg
Nadi : teraba
Sianosis : Tidak
Keluhan lain : -
Diagnosis Keperawatan
Intervensi :
Menilai akral
Mengukur TD
DISABILITY
GCS : 15 ( E : 4 , M : 6 , V : 5 )
A (Alert) / Perhatian :
Respon cahaya :
Kekuatan Otot :
EXPOSURE
6. Ukuran luka : -
7. Kedalaman Luka : -
8. Lain-lain : -
Kepala : Bentuk kepala simetris, tidak ada lesi/jejas, tidak ada benjolan, tidak ada
nyeri tekan. Mata simetris, sclera dan pupil normal,Konjungtiva anemis,
Fungsi pendengaran kurang baik, mukosa bibir kering, tidak ada tanda-tanda
cedera kepala.
Leher : Bentuk leher simetris, tidak ada kelainan bentuk, tidak ada lesi/jejas, tidak
Dada/thorax : Bentuk dada simetris, tidak ada kelainan bentuk, tidak ada retraksi
Abdomen : Bentuk abdomen simetris, tidak ada lesi/jejas, , tidak terdapat distensi
Bentuk simetris, tidak ada kelainan bentuk, jumlah jari lengkap, tidak ada
lesi/jejas, CRT < 2 detik.
Kekuatan otot:
4 4
4 4
Integumen : Rambut panjang, distribusi rambut merata, warna rambut putih bercampur
hitam, kulit berwarna sawo matang, kulit kering dan tampak keriput, turgor
kulit buruk, akral hangat, mukosa bibir kering.
1. Radiologi
- Tidak terlampir
2. Laboratorium
-
3. Pemeriksaan lain:
-
Terapi medis :
- Omeprazole 1 x 40mg IV
- Keterolac 1 x 30mg IV
- Ondansetron 1 x 4mg IV
- NaCl 0,9% 20 tetes/menit IVFD
R = 20x/menit
Batu empedu atau
Kolelitiasis
Kolik bilier
Nyeri epigastrium
Nyeri akut
Hasil TTV: O:
S: 36,1oC - TTV
RR : 20x/Menit
S : 36,5 ⁰C
P : Lanjutkan Intervensi
diruangan
Hasil :
- Ondansentron 1 x 4mg
(IV)
- Omeprazole 1 x 40mg
(IV)
BAB V
PENUTUP
5.2 Saran
Setelah penyusunan makalah ini, Kami selaku penyusun mengharapkan kepada
mahasiswa keperawatan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya mampu
memahami dan mengetahui tentang penyakit kolelitiasis dan mampu memberikan
asuhan keperawatan yang terbaik kepada klien dengan kolelitiasis. Melalui tindakan
dan asuhan keperawatan yang preventif, diharapkan angka kesakitan dan komlikasi dari
kolelitiasis dapat berkurang. Kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan
maklah ini, Kami berharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca.