Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kolelitiasis adalah keadaan dimana terdapatnya batu di dalam kandung empedu


atau di dalam duktus koledokus, atau pada kedua-duanya (Wibowo et al., 2002).
Kolelitiasis merupakan masalah kesehatan yang penting di negara Barat, sedangkan di
Indonesia kolelitiasis baru mendapatkan perhatian (Lesmana, 2009). Diperkirakan lebih
dari 95% penyakit yang mengenai kandung empedu dan salurannya adalah penyakit
kolelitiasis (Kumar et al., 2007).

Cholelitiasis saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat karena frekuensi


kejadiannya tinggi yang menyebabkan beban finansial maupun beban sosial bagi
masyarakat. Sudah merupakan masalah kesehatan yang penting di negara barat. Angka
kejadian lebih dari 20% populasi dan insiden meningkat dengan bertambahnya usia.
Cholelitiasis sangat banyak ditemukan pada populasi umum dan laporan menunjukkan
bahwa dari 11.840 yang dilakukan otopsi ditemukan 13,1% adalah pria dan 33,7%
adalah wanita yang menderita batu empedu. Di negara barat penderita cholelitiasis
banyak ditemukan pada usia 30 tahun, tetapi rata-rata usia tersering adalah 40–50 tahun
dan meningkat saat usia 60 tahun seiring bertambahnya usia, dari 20 juta orang di
negara barat 20% perempuan dan 8% laki-laki menderita cholelitiasis dengan usia lebih
dari 40 tahun (Cahyono, 2014).

Sekitar 12% dari total penduduk dewasa di negara barat menderita cholelitiasis
jadi sekitar 20 juta jiwa yang menderita cholelitiasis, disetiap tahunnya ditemukan
pasien cholelitiasis sekitar 1 juta jiwa dan 500.000 jiwa menjalani operasi
pengangkatan batu empedu (cholesistektomi atau laparoscopy chole). Cholelitiasis
merupakan penyakit penting dinegara barat (Sudoyo,2006).

Di Indonesia, cholelitiasis baru mendapat perhatian setelah di klinis, sementara


publikasi penelitian tentang cholelitiasis masih terbatas. Berdasarkan studi kolesitografi
oral didapatkan laporan angka insidensi cholelitiasis terjadi pada wanita sebesar 76%
dan pada laki-laki 36% dengan usia lebih dari 40 tahun. Sebagian besar pasien dengan
batu empedu tidak mempunyai keluhan. Risiko penyandang batu empedu untuk

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN | 1


mengalami gejala dan komplikasi relatif kecil. Walaupun demikian, sekali batu empedu
mulai menimbulkan serangan nyeri kolik yang spesifik maka resiko untuk mengalami
masalah dan penyulit akan terus meningkat (Cahyono,2014).

Kurang lebih 50% penderita cholelitiasis tidak memiliki dan menunjukan


keluhan, dan hampir 30% penderita cholelitiasis mengalami gejala nyeri dan 20%
berkembang menjadi komplikasi penyakit. Tetapi saat penderita cholelitiasis
mengalami serangan nyeri colic yang spesifik akan beresiko menimbulkan masalah dan
penyakit (Sudoyo,2006).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ndraha (2014) didapatkan hasil sebanyak
87 pasien di diagnosis cholelitiasis dengan rentang usia 45,6. Prevalensi pada pasien
perempuan lebih banyak daripada laki-laki. (54,47) dengan usia rata-rata 40 tahun
(80,46%). Sejumlah 68,97 merupakan pasien di ruang rawat inap.

Angka kejadian kolelitiasis sangat dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin.
Terdapat peningkatan kejadian kolelitiasis yang progesif berhubungan dengan
peningkatan usia seseorang (Kumar dan Clark, 2006). Di Amerika Serikat 5%- 6%
populasi yang berusia kecil dari 40 tahun menderita kolelitiasis, dan pada populasi
besar dari 80 tahun angka kejadian kolelitiasis menjadi 25%-30% (Kumar et al., 2007).
Kolelitiasis lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria (Tierney et al., 2010).
Menurut Third National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III)
dalam Greenberger dan Paumgartner (2011), prevalensi kolelitiasis di Amerika Serikat
yaitu 7,9% pada laki-laki dan 16,6% pada perempuan. Perbandingan kejadian
kolelitiasis pada pria dan wanita yaitu 3:1, dan pada dekade keenam dan ketujuh
kehidupan perbandingan akan semakin kecil (Kumar et al., 2007).

Selain umur dan jenis kelamin, angka kejadian kolelitiasis juga dipengaruhi oleh
obesitas, kehamilan, intoleransi glukosa, resistensi insulin, diabetes mellitus,
hipertrigliseridemia, pola diet, penyakit Crohn’s, reseksi ileus terminal, dan faktor lain
(Hunter dan Oddsdettir, 2007; Conte et al., 2011).

Saat ini penderita cholelitiasis di Indonesia cenderung meningkat karena


perubahan gaya hidup seperti orang-orang barat yang suka mengkonsumsi makanan
cepat saji yang dapat menyebabkan kegemukan karena timbunan lemak dan
menjadikan pemicu terjadinya cholelitiasis. Tetapi jumlah secara pasti berapa

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN | 2


banyaknya penderita batu empedu belum diketahui karena belum ada studi mengenai
hal tersebut (Djumhana, 2010).

Banyaknya faktor yang mempengaruhi terjadinya cholelitiasis adalah faktor


keluarga, tingginya kadar estrogen, insulin, dankolesterol, penggunaan pil KB, infeksi,
obesitas, gangguan pencernaan, penyakit arteri koroner, kehamilan, tingginya kandung
lemak dan rendah serat, merokok, peminum alkohol, penurunan berat badan dalam
waktu yang singkat,dan kurang olahraga (Djumhana, 2010).

Berdasarkan beberapa banyaknya faktor yang dapat memicu atau menyebabkan


terjadinya cholelitiasis adalah gaya hidup masyarakat yang semakin meningkat
terutama masyarakat dengan ekonomi menengah keatas lebih suka mengkonsumsi
makanan cepat saji dengan tinggi kolesterol sehingga kolesterol darah berlebihan dan
mengendapdalam kandung empedu dan menjadi kantung empedu dan dengan
kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang akibat dari salah konsumsi makanan
sangat berbahaya untuk kesehatan mereka (Haryono,2012).

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa dapat mengetahui Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Kegawatdaruratan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pencernaan:
Kolelitiasis

1.2.2 Tujuan Khusus


Diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan :

1. Melakukan pengkajian pada pasien dengan Konsep Dasar Asuhan


Keperawatan Kegawatdaruratan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pencernaan: Kolelitiasis
2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Konsep Dasar
Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Pencernaan: Kolelitiasis
3. Merumuskan perencanaan keperawatan pada pasien dengan Konsep Dasar
Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Pencernaan: Kolelitiasis

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN | 3


4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan Konsep Dasar
Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Pencernaan: Kolelitiasis
5. Melakukan evaluasi pada pasien dengan Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan Kegawatdaruratan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pencernaan: Kolelitiasis

1.3 Batasan Penulisan


Fokus kami dalam penyusunan makalah ini adalah Konsep Dasar Kolelitiasis dan
Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan pada pasien dengan Gangguan Sistem
Pencernaan: Kolelitiasis

1.4 Metode Penulisan


Makalah ini disusun dengan metode deskriptif melalui studi kepustakaan dengan
pengumpulan data dari berbagai literatur atau sumber dan studi kasus dengan
pengumpulan data dari pasien dan rekam medis.

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan pada makalah ini yaitu :
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Tinjauan Teoritis
BAB III : Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
BAB IV : Asuhan Keperawatan
BAB V : Penutup

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN | 4


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi
Kolelitiasis (batu empedu) terbentuk dalam kandung empedu dari unsur-unsur
padat yang membentuk cairan empedu, batu empedu memiliki ukuran, bentuk dan
komposisi yang bervariasi. Batu empedu tidak lazim dijumpai pada anak-anak dan
dewasa muda tetapi insidennya semakin sering pada individu berusia diatas 40 tahun,
semakin meningkat pada usia 75 tahun. (Doenges, 2009)

Kolelitiasis atau biasa disebut batu empedu merupakan endapan satu atau lebih
komponen empedu yaitu kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam
lemak, dan fosfolipid. (Price, 2006)

Kolelitiasis adalah material atau kristal tidak berbentuk yang terbentuk dalam
kantung empedu. Komposisi dari kolelitiasis adalah campuran dari kolesterol, pigmen
empedu, kalsium, dan matriks inorganik. (Wayan, 2007)

Jadi, Kolelitiasis adalah keadaan dimana terdapatnya batu di dalam kandung


empedu atau di dalam duktus koledokus, atau pada kedua-duanya.

Infeksi pada kandung empedu ada yang akut dan kronis. Kolesistitis akut
biasanya disertai nyeri tekan dan kekakuan pada abdomen kuadran kanan atas, mual
muntah dan tanda tanda yang umum dijumpai pada inflamasi akut.

Kolelitiasis dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Kolesistitis kalkulus : terdapat pada > 90% pasien kolesistitis akut. Pada
kolesistitis kalkulus, batu kandung empedu menyumbat saluran keluar empedu.
Getah empedu yang tetap berada dalam kandung empedu akan menimbulkan
reaksi kimia, edema dan pembuluh darah dalam kandung empedu akan
terkompresi sehingga suplai vaskulernya terganggu.
2. Kolesistitis akalkulus : merupakan inflamasi kandung empedu tanpa sumbatan
oleh batu empedu, tetapi timbul setelah tindakan bedah mayor, trauma berat, atau
luka bakar.(Brunner and Suddarth.2013).

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN | 5


Jadi, batu empedu atau kolelitiasis merupakan keadaan terdapat batu empedu dari
unsur – unsur padat yang membentuk cairan empedu, ditemukan didalam kandung
empedu atau dalam duktus koledokus. Kandung empedu merupakan kantong berongga
berbentuk bulat lonjong seperti buah advokat yang terletak tepat di bawah lobus kanan
hati. Fungsi utama kandung empedu adalah menyimpan dan memekatkan empedu.

2.2 Etiologi
Empedu normal terdiri dari 70% garam empedu (terutama kolik dan asam
chenodeoxycholic), 22% fosfolipid (lesitin), 4% kolesterol, 3% protein dan 0,3%
bilirubin.Etiologi batu empedu masih belum diketahui dengan sempurna namun yang
paling penting adalah gangguan metabolisme yang disebabkan oleh perubahan susunan
empedu, stasis empedu dan infeksi kandung empedu. Sementara itu, komponen utama
dari batu empedu adalah kolesterol yang biasanya tetap berbentuk cairan. Jika cairan
empedu menjadi jenuh karena kolesterol, maka kolesterol bisa menjadi tidak larut dan
membentuk endapan di luar empedu (Denis, 2005)
Menurut Lesmana (2000), Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa faktor resiko
dibawah ini. Namun, semakin banyak faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin
besar kemungkinan untuk terjadinya kolelitiasis.
Faktor resiko tersebut antara lain :
1. Wanita (beresiko dua jadi lebih besar dibanding laki-laki)
2. Usia lebih dari 40 tahun .
3. Kegemukan (obesitas).
4. Faktor keturunan
5. Aktivitas fisik
6. Kehamilan (resiko meningkat pada kehamilan)
7. Hiperlipidemia
8. Diet tinggi lemak dan rendah serat
9. Pengosongan lambung yang memanjang
10. Nutrisi intravena jangka lama
11. Dismotilitas kandung empedu
12. Obat-obatan antihiperlipedmia (clofibrate)
13. Penyakit lain (seperti Fibrosis sistik, Diabetes mellitus, sirosis hati,
14. Pankreatitis dan kanker kandung empedu) dan penyakit ileus (kekurangan

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN | 6


garam empedu)
15. Ras/etnik (Insidensinya tinggi pada Indian Amerika, diikuti oleh kulit putih,
baru orang Afrika)

2.3 Klasifikasi
Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu di
golongkankan atas 3 (tiga) golongan:
1. Batu Kolesterol
Berbentuk oval, multifokal atau mulberry dan mengandung lebih dari 70%
kolesterol. Lebih dari 90% batu empedu adalah kolesterol (batu yang
mengandung > 50% kolesterol). Untuk terbentuknya batu kolesterol diperlukan 3
faktor utama :
a. Supersaturasi kolesterol
b. Hipomotilitas kandung empedu
c. Nukleasi/ pembentukan nidus cepat.
2. Batu Pigmen
Batu pigmen merupakan 10% dari total jenis baru empedu yang mengandung
<20% kolesterol. Jenisnya antara lain:
a. Batu pigmen kalsium bilirubinan (pigmen coklat)
Berwarna coklat atau coklat tua, lunak, mudah dihancurkan dan
mengandung kalsium-bilirubinat sebagai komponen utama. Batu pigmen
cokelat terbentuk akibat adanya faktor stasis dan infeksi saluran empedu.
Stasis dapat disebabkan oleh adanya disfungsi sfingter Oddi, striktur, operasi
bilier, dan infeksi parasit. Bila terjadi infeksi saluran empedu, khususnya E.
Coli, kadar enzim B-glukoronidase yang berasal dari bakteri akan dihidrolisasi
menjadi bilirubin bebas dan asam glukoronat. Kalsium mengikat bilirubin
menjadi kalsium bilirubinat yang tidak larut. Dari penelitian yang dilakukan
didapatkan adanya hubungan erat antara infeksi bakteri danterbentuknya batu
pigmen cokelat.umumnya batu pigmen cokelat ini terbentuk di saluran empedu
dalam empedu yang terinfeksi.
b. Batu pigmen hitam.
Berwarna hitam atau hitam kecoklatan, tidak berbentuk, seperti bubuk
dan kaya akan sisa zat hitam yang tak terekstraksi.1 Batu pigmen hitam adalah
tipe batu yang banyak ditemukan pada pasiendengan hemolisis kronik atau

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN | 7


sirosis hati. Batu pigmen hitam ini terutama terdiri dari derivat polymerized
bilirubin. Potogenesis terbentuknya batu ini belum jelas. Umumnya batu
pigmen hitam terbentuk dalam kandung empedu dengan empedu yang steril.
c. Batu campuran
Batu campuran antara kolesterol dan pigmen dimana mengandung 20-
50% kolesterol. (Price, 2000)

2.4 Manifestasi Klinis


Gejalanya bersifat akut dan kronis, gangguan epigastrium: rasa penuh, distensi
abdomen, nyeri samar pada perut kanan atas, terutama setelah klien konsumsi makanan
berlemak/yang digoreng.(David, dkk. 2015)
Tanda dan gejalanya adalah sebagai berikut :
1. Nyeri dan kolik bilier, jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung
empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan menderita
panas, teraba massa padat pada abdomen, pasien dapat mengalami kolik bilier
disertai nyeri hebat pada abdomen kanan atas yang menjalar kepunggung atau
bahu kanan, rasa nyeri disertai mual dan muntah akan bertambah hebat dalam
waktu beberapa jam sesudah makan dalam porsi besar. Pasien akan gelisah dan
membalik-balikkan badan, merasa tidak nyaman, nyerinya bukan kolik tetapi
persisten.
Seorang kolik bilier semacam ini disebabkan oleh kontraksi kandung empedu
yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya saluran oleh
batu. Dalam keadaan distensi bagian fundus kandung empedu akan menyentuh
dinding adomen pada daerah kartilago  kosta sembilan dan sepuluh bagian kanan,
sehingga menimbulkan nyeri tekan yang mencolok pada kuadran kanan atas
ketika inspirasi dalam.
2.  Ikterus. Biasanya terjadi obstruksi duktus koledokus. Obstruksi pengaliran getah
empedu keduodenum akan menimbulkan gejala yang khas : getah empedu tidak

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN | 8


dibawa keduodenum tetapi diserap oleh darah sehingga kulit dan mukosa
membran berwarna kuning, disertai gatal pada kulit.
3. Perubahan warna urine tampak gelap dan feses warna abu-abu serta pekat karena
ekskresi pigmen empedu oleh ginjal.
4.  Terjadi defisiensi vitamin ADEK. Defisiensi vitamin K dapat mengganggu
pembekuan darah yang normal. Jika batu empedu terus menyumbat saluran
tersebut akan mengakibatkan abses, nekrosis dan perforasi disertai peritonitis
generalisata.

2.5 Patofisiologi

Serosis Infeksi bakteri Gangguan


Hepatis (Kolelitiasis) metabolisme

Bilirubin tak Perubahan


Penurunan
terkonjugasi komposisi
pembentukan
empedu, stasisis
misel
bilier
Kalsium
bilirubinat
Konsentrasi
kolestrol melebihi
Batu pigmen Kalsium palmiat Sekresi empedu kemampuan
hitam dan stearat jenih kolestrol empedu
mengikatnya

Batu empedu Pembentukan


Batu kolesterol Garam empedu
atau kolelitiasis kristal kolesterol

Oklusi dan Obstruksi getah


obstruksi dari empedu ke Di serap oleh
Ikterus
batu duodenum darah

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN | 9


Obstruksi
duktus sistikus
dan duktus
billaris

Gangguan Gangguan aliran Respon sistemik


Kolik bilier
gastrointerstinal empedu ke duodenum inflamasi

Mual, muntah, Nyeri Mengganggu absorbsi Suhu tubuh


anoreksia epigastrium vitamin A, D, E, K meningkat

Intake nutrisi Gangguan rasa


dan cairan tidak nyaman: Defisiensi vitamin K Hipertermia
adekuat nyeri akut

Resiko
ketidakseimban Resiko Ketidak-
gan nutriasi seimbangan Resiko perdarahan
kurang dari volume cairan
kebutuhan

2.6 Penatalaksanaan
1. Non Pembedahan (farmakoterapi, diet)
a. Penatalaksanaan pendukung dan diet adalah: istirahat, cairan infus, NGT,
analgetik dan antibiotik, diet cair rendah lemak, buah yang masak, nasi, ketela,
kentang yang dilumatkan, sayur non gas, kopi dan teh.
b. Untuk makanan yang perlu dihindari sayur mengandung gas, telur, krim,
daging babi, gorengan, keju, bumbu masak berlemak, alkohol.
c. Farmakoterapi asam ursedeoksikolat (urdafalk) dan kenodeoksiolat (chenodiol,
chenofalk) digunakan untuk melarutkan batu empedu radiolusen yang
berukuran kecil dan terutama tersusun dari kolesterol. Jarang ada efek
sampingnya dan dapat diberikan dengan dosis kecil untuk mendapatkan efek
yang sama. Mekanisme kerjanya menghambat sintesis kolesterol dalam hati
dan sekresinya sehingga terjadi disaturasi getah empedu. Batu yang sudah ada
dikurangi besarnya, yang kecil akan larut dan batu yang baru dicegah

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN | 10


pembentukannya. Diperlukan waktu terapi 6 – 12 bulan untuk melarutkan
batu.
d. Pelarutan batu empedu tanpa pembedahan : dengan cara menginfuskan suatu
bahan pelarut (manooktanoin / metil tersier butil eter ) kedalam kandung
empedu. Melalui selang / kateter yang dipasang perkuatan langsung kedalam
kandung empedu, melalui drain yang dimasukkan melalui T-Tube untuk
melarutkan batu yang belum dikeluarkan pada saat pembedahan, melalui
endoskopi ERCP, atau kateter bilier transnasal.
e. Ektracorporeal shock-wave lithotripsy (ESWL). Metode ini menggunakan
gelombang kejut berulang yang diarahkan pada batu empedu dalam kandung
empedu atau duktus koledokus untuk memecah batu menjadi sejumlah
fragmen. Gelombang kejut tersebut dihasilkan oleh media cairan oleh percikan
listrik yaitu piezoelektrik atau muatan elektromagnetik. Energi disalurkan
kedalam tubuh lewat rendaman air atau kantong berisi cairan. Setelah batu
pecah secara bertahap, pecahannya akan bergerak  perlahan secara
spontan  dari kandung empedu atau duktus koledokus dan dikeluarkan melalui
endoskop atau dilarutkan dengan pelarut atau asam empedu peroral.

2. Pembedahan
a. Intervensi bedah dan sistem drainase.
b. Kolesistektomi: dilakukan pada sebagian besar kolesistitis kronis / akut.
Sebuah drain ditempatkan dalam kandung empedu dan dibiarkan menjulur
keluar  lewat luka operasi untuk mengalirkan darah, cairan serosanguinus, dan
getah empedu kedalam kassa absorben.
c. Minikolesistektomi : mengeluarkan kandung empedu lewat luka insisi selebar
4 cm, bisa dipasang drain juga, beaya lebih ringan, waktu singkat.
d. Kolesistektomi laparaskopi
e. Kolesistektomi endoskopi: dilakukan lewat luka insisi kecil atau luka tusukan
melalui dinding abdomen pada umbilikus

3. Pendidikan pasien pasca operasi :


a. Berikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala
komplikasi intra abdomen yang harus dilaporkan : penurunan selera makan,
muntah, rasa nyeri, distensi abdomen dan kenaikan suhu tubuh.

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN | 11


b. Saat dirumah perlu didampingi dan dibantu oleh keluarga selama 24 sampai 48
jam pertama.
c. Luka tidak boleh terkena air dan anjurkan untuk menjaga kebersihan luka
operasi dan sekitarnya
d. Masukan nutrisi dan cairan yang cukup, bergizi dan seimbang
e. Anjurkan untuk kontrol dan minum obat rutin.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Laboratorium
- Leukosit : 12.000 - 15.000 /iu (Nilai normal: 5000 - 10.000 iu).
- Bilirubin : meningkat ringan, (Nilai normal: < 0,4 mg/dl).
- Amilase serum meningkat.( Nilai normal: 17 - 115 unit/100ml).
- Protrombin menurun, bila aliran dari empedu intestin menurun karena
obstruksi sehingga menyebabkan penurunan absorbsi vitamin K.
(cara kapilar : 2 - 6 mnt).
2. USG
Menunjukkan adanya bendungan/hambatan, hal ini karena adanya batu
empedu dan distensi saluran empedu (frekuensi sesuai dengan prosedur
diagnostik. USG mendeteksi batu empedu dengan akurasi 95%.

3. MRI
4. Sinar X/CT Scan abdomen
Foto polos abdomen biasanya tidak memberikan gambaran yang khas karena
hanya sekitar 10-15% batu kandung empedu yang bersifat radioopak. Pada
peradangan akut dengan kandung empedu yang membesar atau hidrops, kandung

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN | 12


empedu kadang terlihat sebagai massa jaringan lunak di kuadran kanan atas yang
menekan gambaran udara dalam usus besar, di fleksura hepatica.
5. Koleskintografi/Pencitraan Radionuklida
Preparat radioaktif disuntikkan secara intravena. Pemeriksaan ini lebih mahal
dari USG, waktu lebih lama, membuat pasien terpajar sinar radiasi, tidak dapat
mendeteksi batu empedu.
6. Kolesistografi
Alat ini digunakan jika USG tidak ada / hasil USG meragukan.

2.8 Komplikasi
1. Kolesistitis
Kolesistisis adalah Peradangan kandung empedu yang disebabkan oleh
sumbatan batu empedu, menyebabkan infeksi dan peradangan kandung empedu
2. Kolangitis
Kolangitis adalah peradangan pada saluran empedu. Jika batu yang
menyumbat melukai/menembus dinding saluran empedu, maka dapat
menyebabkan peradangan hebat di saluran empedu (kolangitis).
Akibatnya,bakteri akan tumbuh dan menimbulkan infeksi di dalam saluran.
Infeksi dapat disebabkan kuman yang berasal dari makanan. Penyebab paling
utama adalah infeksi di usus. Infeksi tersebut misalnya tifoid atau tifus.
3. Pankreatitis Akut
Pankreatitis akut merupakan salah satu risiko yang berbahaya jika batu
empedu masuk dan menghambat saluran pankreas. Peradangan pankreas ini akan
menyebabkan sakit perut yang akan terus bertambah parah.
4. Empiema
Pada empiema, kandung empedu berisi nanah. Komplikasi ini dapat
membahayakan jiwa dan membutuhkan kolesistektomi darurat segera.

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN | 13


BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KOLELITIASIS

3.1 Pengkajian
1. Aktvitas / istirahat
Gejala : Kelemahan
Tanda : Gelisah

2. Sirkulasi
Tanda : Takikardi, berkeringat

3. Eliminasi
Tanda : - Distensi abdomen
- Teraba masa pada kuadran kanan atas
- Urine gelap, pekat
- Feses warna tanah liat, steatorea
Gejala : Perubahan warna urine dan feses

4. Makanan / cairan
Tanda : Kegemukan, adanya penurunan BB
Gejala : - Anoreksia, mual / muntah
- Tidak toleran terhadap lemak dan makanan “Pembentuk gas”,
regurgitasi berulang, nyeri epigastrium, tidak dapat makan, flaktus
dyspepsia
- Berdahak

5. Nyeri / kenyamanan
Gejala : - Nyeri abdomen atas berat, dapat menyebar ke punggung atau
bahkan sampai ke bahu kanan
- Kolik epigastrium tengah sehubungan dengan makan
- Nyeri tiba-tiba dan biasanya memuncak dalam 30 detik
Tanda : Nyeri lepas, otot tegang atau kaku bila kuadran kanan atas di tekan,
tanda murphy positif

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN | 14


6. Pernafasan
Tanda : - Peningkatan frekuensi pernafasan
- Pernafasan tertekan ditandai oleh nafas pendek, dangkal

7. Keamanan
Tanda : - Demam menggigil
- Ikterik dengan kulit berkeringat dan gatal (pruritus)
- Kecenderungan perdarahan (kekurangan vitamin K)

8. Penyuluhan / Pembelajaran
Tanda : Kecenderungan keluarga untuk menjadi batu empedu adanya
kehamilan: Riwayat DM, penyakit infamasi usus, diskrasias darah
(Doenges, 1999)

3.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


1. Nyeri (akut) berhubungan dengan agen cedera biologis : obstruksi/spasme
duktus, proses inflamasi, iskemia jaringan/nekrosis
Tujuan : Tidak terjadinya gangguan perfusi jaringan.
Kriteria hasil : Melaporkan nyeri hilang, menunjukkan penggunaan keterampilan
relaksasi dan aktivitas hiburan sesuai indikasi untuk situasi
individual

Intervensi Rasional
1. Observasi dan catat lokasi, 1. Membantu membedakan penyebab nyeri
beratnya (skala 0-10) dan dan memberikan informasi tentang
karakter nyeri (menetap, kemajuan/perbaikan penyakit, terjadinya
hilang timbul, kolik) komplikasi dan keefektifan intervensi.

2. Catat respon terhadap obat, 2. Nyeri berat yang tidak hilang dengan
dan laporkan pada dokter bila tindakan rutin dapat menunjukkan
nyeri hilang terjadinya komplikasi/kebutuhan terhadap
intervensi lebih lanjut.

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN | 15


3. Tingkatkan tirah baring, 3. Tirah baring pada posisi fowler rendah
biarkan pasien melakukan menurunkan tekanan intra abdomen,
posisi yang nyaman namun pasien akan melakukan posisi
yang menghilangkan nyeri secara alamiah

4. Control suhu lingkungan 4. Dingin pada sekitar ruangan membantu


meminimalkan ketidaknyamanan kulit

5. Dorong menggunakan tehnik 5. Meningkatkan istirahat, memusatkan


relaksasi, contoh : bimbingan kembali perhatian, dapat meningkatkan
imajinasi, visualisasi, latihan koping
nafas dalam, berikan aktivitas
senggang

6. Sediakan waktu untuk 6. Membantu dalam menghilangkan cemas


mendengar dan dan memusatkan kembali perhatian yang
mempertahankan kontak dapat menghilangkan nyeri
dengan pasien sering

7. Kolaborasi dalam pemberian 7. Menghilangkan reflex spasme/kontraksi


obat sesuai indikasi otot halus dan membantu dalam
manajemen nyeri

2. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan

kehilangan cairan melalui pengisapan gaster berlebihan: muntah, distensi, dan


hipermotilitas gaster
Tujuan : Kebutuhan cairan tubuh terpenuhi.
Kriteria Hasil : Menunjukkan keseimbangan cairan adekuat dibuktikan oleh tanda
vital stabil, membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, secara
individu mengeluarkan urin cukup dan tak ada muntah dan
pengisapan kapiler baik

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN | 16


Intervensi Rasional
1. Pertahankan masukan dan 1. Memberikan informasi tentang
haluaran akurat, perhatikan cairan/volume sirkulasi dan kebutuhan
haluaran dari masukan, penggantian
peningkatan berat jenis
urin, nadi perifer, dan
pengisian kapiler

2. Awasi tanda/gejala 2. Muntah berkepanjangan, aspirasi gaster, dan


peningkatan/berlanjutnya pembatasan pemasukan oral dapat
mual/muntah, kram menimbulkan deficit natrium, kalium, dan
abdomen,kelemahan,kejang klorida
,kecepatan jantung tak
teratur,parestesia,hipoaktif,
atau tak adanya bising
usus, depresi pernapasan

3. Lakukan kebersihan oral 3. Menurunkan kekeringan membrane mukosa,


dengan pencuci mulut menurunkan risiko perdarahan oral

4. Kaji perdaran yang tak 4. Protombin darah menurun dan waktu


biasanya, contohnya yaitu: koagulasi memanjang bila aliran empedu
perdarahan terus menerus terhambat, meningkatkan risiko
pada sisi injeksi, mimisan, perdarahan/hemoragik
perdarahan gusi, ekimosis,
ptekie, hematemesis atau
melena

5. Pertahankan pasien puasa 5. Menurunkan sekresi dan motilitas gaster


sesuai keperluan

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN | 17


3. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil : Melaporkan mual/muntah hilang dan menunjukkan kemajuan
mencapai berat badan atau mempertahankan berat badan individu
yang tepat

Intervensi Rasional
1. Hitung masukan kalori, jaga 1. Mengidentifikasi kekurangan/kebutuhan
komentar tentang nafsu nutrisi, berfokus pada masalah membuat
makan sampai minimal suasana negative dan mempengaruhi
masukan

2. Timbang BB sesuai indikasi 2. Mengevaluasi keefektifan rencana diet

3. Konsul tentang makanan 3. Melibatkan pasien dalam perencanaan,


kesukaan atau ketidaksukaan memampukan pasien memiliki rasa
pasien, makanan yang kontrol dan mendorong untuk makan
menyebabkan distress, dan
jadwal makan yang disukai

4. Ambulasi dan tingkatkan 4. Membantu dalam mengeluarkan flatus,


aktivitas sesuai toleransi penurunan distensi abdomen,
mempengaruhi penyembuhan dan rasa
sehat dan menurunkan kemungkinan
masalah sekunder sehubungan dengan
imobilisasi

5. Konsul dengan ahli gizi atau 5. Berguna dalam membuat kebutuhan


dengan tim pendukung nutrisi nutrisi individual melalui rute yang
sesuai indikasi paling tepat

IDENTITAS

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN | 18


Nama Pasien : Ny. F Umur: Jenis Kelamin : Perempuan

54 tahun

No. RM : 00-172-059

Nama Keluarga : Tn. A

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat Rumah : Binong Permai,Blok D1 No.27 Curug-Tangerang

Diagnosa Medis : Colelitiasis


Datang Tanggal : 02 Februari 2018 Pukul: 09.40 WIB

Kendaraan : Mobil Pribadi

BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN
PADA NY.F (UMUR 54 TAHUN)
DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN
DIAGNOSIS KOLELITIASIS
DI INSTALASI GAWAT DARURAT
RSU KABUPATEN TANGERANG

4.1 Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT

PENGKAJIAN

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN | 19


TRIAGE

Keluhan Utama/ Alasan Masuk IGD

Klien datang dengan keluhan nyeri bagian perut

Riwayat Penyakit

Klien mengatakan memiliki penyakit keturunan yaitu hipertensi dan diabetes mellitus

Pengkajian Primer ( Primary Survey)

AIRWAY

Jalan Nafas : paten tidak paten

Obstruksi cairan pangkal lidah jatuh benda asing

Suara Nafas : snoring gurgling stridor

Keluhan Lain : -

Masalah/Diagnosis Keperawatan

Aktual

Resiko

Bersihan jalan nafas tidak efektif

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN | 20


Intervensi Keperawatan

Membersihkan Jalan Nafas Melakukan Jaw Trrust

Memasang Collar Neck

Melakukan pengisapan/ Suction

Melakukan head tilt-chin lift

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN | 21


BREATHING

Gerakan Dada : Simetris Asimetris

Irama Nafas : Normal Cepat Dangkal

Frekuensi Nafas : 20 x/menit

Pola Nafas : normal

WOB (Work Of Breathing) : Tidak ada

Bunyi Nafas Tambahan : Tidak ada

Tanda Distress Pernafasan : Tidak ada

Jenis Pernafasan : Pernafasan Dada

SpO2 : 98%

Diagnosis Keperawatan

Intervensi :

 Mengobservasi frekuensi, irama, kedalaman pernafasan


 Mengobservasi tanda-tanda distress pernafasan, penggunaan otot bantu, retraksi
intercosta, pernafasan cuping hidung

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN | 22


CIRCULATION

TD : 144/74 mmHg

Nadi : teraba

Frekuensi Nadi : 63 x/menit

Sianosis : Tidak

CRT : <2 detik

Perdarahan : Tidak ada

MAP (Mean Atrial Preasure) : 97

Keluhan lain : -

Diagnosis Keperawatan

Intervensi :

 Mengkaji Nadi : frekuensi, irama, dan kekuatan

 Menilai akral

 Mengukur TD

 Memberikan cairan peroral

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN | 23


 Memonitor perubahan turgor membrane mukosa dan CRT

DISABILITY

GCS : 15 ( E : 4 , M : 6 , V : 5 )

A (Alert) / Perhatian :

V (Voice Respon) Respon Terhadap Suara : -

P (Pain Respon) Respon Terhadap Nyeri : -

U (Unresponse) Tidak Berespon : -

Reaksi Pupil : Isokor

Respon cahaya : 

Kekuatan Otot :

Ekstremitas atas dextra : 4 Ekstremitas atas sinistra : 4

Ekstremitas bawah dextra : 4 Ekstremitas bawah sinistra : 4

EXPOSURE

1. Pemeriksaan seluruh tubuh disertai tindakan pencegahan hipotermia

2. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan (suhu) : 36,1C

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN | 24


3. Penyebab Kejadian : -

4. Adanya trauma pada daerah : tidak ada trauma

5. Adanya jejas / luka pada daerah : -

6. Ukuran luka : -

7. Kedalaman Luka : -

8. Lain-lain : -

Pengkajian Sekunder ( Secondary Survey)

1. Riwayat Kesehatan Sekarang:


Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 02 februari 2018 jam 09.40 WIB klien
mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk oleh jarum, nyeri pada bagian perut kiri atas
menjalar ke arah bawah dan sampai ke belakang punggung, skala nyeri 6
(.........................................................................................), nyeri dirasakan semakin
sakit saat klien memakan makanan yang berlemak.

2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu:


Klien mengatakan pernah mengalami gejala yang sama pada bulan November 2017
dan selalu kontrol ke bagian Poli setiap satu minggu sekali.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga:


Klien mengatakan keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit yang sama dengan
dirinya, klien mengatakan ada riwayat penyakit keturunan yaitu hipertensi dan
diabetes mellitus.

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN | 25


Pengkajian Head To to

Kepala : Bentuk kepala simetris, tidak ada lesi/jejas, tidak ada benjolan, tidak ada
nyeri tekan. Mata simetris, sclera dan pupil normal,Konjungtiva anemis,
Fungsi pendengaran kurang baik, mukosa bibir kering, tidak ada tanda-tanda
cedera kepala.

Leher : Bentuk leher simetris, tidak ada kelainan bentuk, tidak ada lesi/jejas, tidak

ada benjolan,reflek menelan baik,tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan


vena jugularis, tidak ada tanda-tanda cedera servikal.

Dada/thorax : Bentuk dada simetris, tidak ada kelainan bentuk, tidak ada retraksi

interkosta, irama nafas vesikuler,nyeri tekan tidak ada, RR : 20x/ menit,tidak


ada nyeri dada.

Abdomen : Bentuk abdomen simetris, tidak ada lesi/jejas, , tidak terdapat distensi

abdomen,terdapat nyeri tekan bagian perut sebelah kiri atas.

Ekstermitas : 1. Ekstrimitas Atas:


Bentuk simetris, tidak ada kelainan bentuk, jumlah jari lengkap, tidak ada
lesi/jejas, CRT <2 detik.
2. Ekstrimitas Bawah:

Bentuk simetris, tidak ada kelainan bentuk, jumlah jari lengkap, tidak ada
lesi/jejas, CRT < 2 detik.
Kekuatan otot:
4 4
4 4

Integumen : Rambut panjang, distribusi rambut merata, warna rambut putih bercampur
hitam, kulit berwarna sawo matang, kulit kering dan tampak keriput, turgor
kulit buruk, akral hangat, mukosa bibir kering.

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN | 26


Pemeriksaan penunjang

1. Radiologi
- Tidak terlampir

2. Laboratorium
-

3. Pemeriksaan lain:
-

Terapi medis :
- Omeprazole 1 x 40mg IV
- Keterolac 1 x 30mg IV
- Ondansetron 1 x 4mg IV
- NaCl 0,9% 20 tetes/menit IVFD

4.2 Analisa Data

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN | 27


NO. DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS: Gangguan metabolisme Nyeri akut
 Klien mengatakan nyeri
perut sebelah kiri atas Perubahan Komposisi
empedu,stasisis bilier
 Klien mengatakan nyeri
saat makan makanan
Sekresi empedu jenih
berlemak kolesterol

DO: Konsentrasi kolesterol


 Klien tampak menangis melebihi kemampuan
empedu mengikatnya
 Klien tampak memegang
perut
Garam empedu
 Skala nyeri 6 (0-10)
 TTV :
Pembentukan kristal
 TD = 144/74 mmHg kolesterol
 N = 63x/ menit
 S = 36,1ºC Batu kolesterol

 R = 20x/menit
Batu empedu atau
Kolelitiasis

Oklusi dan obstruksi dari


batu

Obstruksi duktus sistikus


dan duktus billaris

Kolik bilier

Nyeri epigastrium

Nyeri akut

4.3 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN | 28


4.4 Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Tindakan Rasional
1. Nyeri akut Setelah diberikan 1. Observasi tanda- 1. Untuk mengetahui
berhubungan asuhan keperawatan tanda vital perkembangan
dengan agen selama 1x24 jam klien
injury fisik diharapkan nyeri
dapat teratasi, dengan 2. Kaji karakteristik 2. Berguna untuk
kriteria hasil: nyeri mengetahui
- Klien mengatakan keefektifan obat
nyeri berkurang 2 yang diberikan
(1-10) dan mengetahui
- Wajah klien perubahan
tampak tenang karakteristik nyeri

3. Ajarkan teknik 3. Teknik untuk


nafas dalam menurunkan
ketegangan otot,
yang dapat
menurunkan
intensitas nyeri

4. Kolaborasi dalam 4. Analgetik dapat


pemberian obat memblok lintasan
analgetik dengan nyeri sehingga
cara 6 benar nyeri akan
minum obat berkurang

4.5 Tindakan Keperawatan dan Evaluasi


Jam Tindakan Keperawatan Paraf Jam Evaluasi Paraf
2-2-2018 Mengobservasi tanda-tanda 3-2-2018 S : Klien mengatakan

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN | 29


09.50 vital klien 11.00 nyerinya berkurang

Hasil TTV: O:

TD: 144/74 mmHg -Wajah klien tampak tenang

N: 63 x/menit - Skala nyeri 3 (1-5)

S: 36,1oC - TTV

RR: 20 x/menit TD : 135/90 mmHg

SpO2: 98% N : 72x/menit

RR : 20x/Menit

S : 36,5 ⁰C

A : masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi
diruangan

09.55 Mengkaji Karakteristik nyeri

Hasil : nyeri perut bagian kiri


atas,skala nyeri 6,nyeri
dirasakan hilang
timbul,dirasakan saat makan
makanan berlemak

10.00 Mangajarkan teknik nafas


dalam

Hasil :

Pasien mengatakan nyerinya


masih sakit namun saat
dilakukan nafas dalam nyeri
berkurang

10.30 Mengkolaborasi pemberian


obat analgetik dengan cara
6 benar obat :

- Ondansentron 1 x 4mg
(IV)
- Omeprazole 1 x 40mg
(IV)

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN | 30


- Keterolax 1 x 30mg (IV)

BAB V
PENUTUP

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN | 31


5.1 Kesimpulan
Batu empedu atau kolelitiasis merupakan keadaan terdapat batu empedu dari
unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu, ditemukan didalam kandung
empedu atau dalam duktus koledokus. Penyebab batu empedu masih belum diketahui
sepenuhnya, akan tetapi, tampaknya faktor predisposisi terpenting adalah gangguan
metabolisme yang menyebabkan terjadinya perubahan komposisi empedu, statis
empedu dan infeksi kandung empedu. penatalaksanaan dari kolelitiasis dapat dilakukan
dengan pembedahan maupun non pembedahan serta menjalani diet rendah lemak,
tinggi protein, dan tinggi kalori. Asuhan keperawatan yang baik diperlukan dalam
penatalaksanaan kolelitiasis, sehingga dapat membantu klien untuk memaksimalkan
fungsi hidupnya kembali serta dapat memandirikan klien untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya.

5.2 Saran
Setelah penyusunan makalah ini, Kami selaku penyusun mengharapkan kepada
mahasiswa keperawatan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya mampu
memahami dan mengetahui tentang penyakit kolelitiasis dan mampu memberikan
asuhan keperawatan yang terbaik kepada klien dengan kolelitiasis. Melalui tindakan
dan asuhan keperawatan yang preventif, diharapkan angka kesakitan dan komlikasi dari
kolelitiasis dapat berkurang. Kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan
maklah ini, Kami berharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN | 32

Anda mungkin juga menyukai