Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN

Pengkajian

Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang


diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah
kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne,
2012). Klien datang dari IGD dengan diagnosa stroke haemoragik. Hal ini sesuai
dengan teori bahwa stroke Haemoragik terjadi karena pecahnya pembuluh darah
di otak. Dari hasil ST-Scan pasien didapatkan bahwa pasien terjadi perdarahan
intraserebral. Banyak faktor yang memengaruhi terjadinya stroke yaitu hipertensi
dan penggunaan obat-obat antikoagulan. Hipertensi yang akut dapat
mengakibatkan perubahan struktur dinding permbuluh darah berupa
lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid. Hal tersebut menyebabkan pecahnya
pembuluh darah otak sehingga darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk
massa atau hematom yang menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di
sekitar otak. Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang
relatif banyak akan mengakibatkan peninggian tekanan intrakranial dan
menyebabkan menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase otak.
Sehingga aliran oksigen ke otak tidak adekuat mengakibatkan penurunan
kesadaran. Hal ini terjadi pada pasien, pasien ketika masuk dengan kesadaran
soporocoma dengan GCS E1M5VETT. Sopor yaitu mata tetap tertutup walaupun
dirangsang nyeri secara kuat, hanya dapat mengerang tanpa arti, motorik hanya
gerakan primitive.

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul secara teori pada klien ada 3 diagnosa antara
lain adalah

1. Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke otak


akibat pendarahan intracerebral, kerusakan komunikasi verbal berhubungan
dengan kerusakan pada saraf fasialis dan saraf hipoglossus, defisit perawatan
diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan kerusakan
neurovaskuler, kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neurovaskuler, resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
immobilisasi fisik dan perubahan sirkulasi, resiko aspirasi berhubungan
dengan penurunan kesadaran , resiko injuri berhubungan dengan penurunan
kesadaran, pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran.
Pada kasus Ny. T diagnosa yang muncul di ICU yaitu Perfusi jaringan
cerebral tidak efektif berhubungan dengan Penurunan suplai O2 ke otak
akibat pendarahan intracerebral dan pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan penurunan kesadaran. Pada diagnosa ini tidak di dapatkan
kesenjenjangan antara teori dan pelaksanaannya di lapangan, evaluasi sudah
sesuai dengan intervensi dan implementasi.
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret di
jalan napas. Diagnosa tersebut dijadikan masalah utama karena
berdasarkan primary assesment dan terdapat tanda adanya sekret di ETT dan
mulut, selain itu terdengar bunyi ronkhi di basal paru kanan. Kepatenan jalan
napas harus menjadi prioritas karena jika ada sumbatan berupa sekret ataupun
benda yang lain akan menyebabkan oksigen tidak dapat masuk ke tubuh dan
jaringan akan kekurangan oksigen. Pasien dalam kondisi tidak sadar yaitu
soporocoma sehingga tidak mempunyai reflek batuk untuk mengeluarkan
sekret yang ada di jalan napas. Sehingga tindakan yang dilakukan antara lain
tetap memantau adanya akumulasi sekret di ETT dan mulut, kemudian
lakukan suction sesuai kebutuhan. Suction perlu dilakukan untuk mengurangi
sekret atau menghisap sekret supaya jalan napas dapat paten dan oksigen bisa
sepenuhnya masuk dalam tubuh dan dapat dipakai oleh jaringan. Selain
itu positioning klien miring kanan dan kiri selain untuk mencegah dekubitus,
hal ini juga untuk memudahkan keluarnya sekret. Hal ini juga dibantu dengan
kolaborasi pemberian nebulizer dengan kombinasi obat pulmicort dengan
NaCl yaitu 18 tetes : 16 tetes : 1 cc. Kombinasi obat tersebut selain sebagai
bronchodilator juga sebagai mukolitik sehingga secret yang masih tertempel
dalam dinding paru dapat hancur dan keluar sehingga jalan napas dapat paten
dan bersih.

Perencanaan Keperawatan

Dalam membuat perencanaan dilakukan langkah-langkah sesuai kondisi dan


kebutuhan klien sesuai dengan Asuhan Keperawatan sesuai dengan teori Stroke
Hemoragik yaitu memprioritaskan masalah yang muncul pada klien, kemudian
langkah selanjutnya adalah menetapkan waktu yang lebih spesifik untuk masing-
masing diagnosa, menyesuaikan kondisi yang mungkin bisa dicapai oleh klien
dalam waktu yang lebih spesifik.

Pada tahap penetapan tujuan dari kriteria hasil terdapat kesenjangan antara teori
dan kasus. Pada teori tidak dialokasikan waktu, sedangkan pada kasus ditetapkan
waktu dan pencapaian tujuan yaitu 3 x 24 jam yakni berfokus pada kebutuhan
sesuai dengan kondisi klien, kemampuan perawat serta kelengkapan alat-alat dan
adanya kerjasama dengan klien, keluarga dan perawat ruangan yang menjadi
faktor pendukung.
Pelaksanaan Keperawatan
Pada tahap pelaksanaan diagnosa dilakukan 3 x 24 jam untuk semua diagnosa.
Dalam melakukan tindakan penulis berfokus pada perencanaan yang dibuat sesuai
kondisi dan kebutuhan klien, karena ada kesenjangan antara teori dan kasus.
Penulis bekerjasama dengan perawat ruangan dalam melakukan Asuhan
Keperawatan dan pendokumentasian semua tindakan keperawatan yang telah
dilakukan.
Untuk secara keseluruhan semua diagnosa sudah dilaksanaan sesuai perencanaan
yang dibuat sesuai kondisi dan kebutuhan klien saat ini, karena keluarga dan
perawat ruangan sangat membantu penulis dalam melakukan proses keperawatan.

Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir proses keperawatan yang dapat


digunakan sebagai alat ukur keberhasilan suatu keperawatan yang dibuat. Evaluasi
dilakukan pada tanggal 29 Januari 2020,

Pada diagnosa keperawatan gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan


dengan perdarahan intracerebral adalah tujuan belum tercapai, dan masalah
teratasi sebagian ditandai dengan data obyektif: keadaan umum sedang kesadaran
sopor GCS: E3VafasiaM5, TD: 109/70mmHg, N:89 x/m, RR: 25x/m, S:36.8 C, ,
pupil isokor dan lajutkan intervensi di bangsal IMC. Untuk evaluasi diagnosa pola
nafas tidak efektif adalah tujuan belum tercapai dan masalah teratasi sebagian di
tandai dengan data obyektif :Kesadaran klien sopor , GCS : E3VafasiaM5,
kapilarry reffil < 3 detik, TD : 120/80MmHg, N : 56 X/menit, RR : 27 X/menit, S
: 36.5º C, SPO2 : 98% dan lanjutkan intervensi di bangsal IMC Untuk hasil
evaluasi tidak di dapatkan kesenjenjangan antara teori dan pelaksanaannya di
lapangan, evaluasi sudah sesuai dengan intervensi dan implementasi.

Pada diagnosa keperawatan kedua bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan adanya akumulasi secret di jalan napas. Tujuan : Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x 24 jam diharapkan jalan napas klien dapat
efektif adekuat, Kriteria hasil : Sekret di ETT dan mulut berkurang atau tidak ada,
RR dalam batas normal (16-24x/menit), Suara ronkhi berkurang atau hilang.

Anda mungkin juga menyukai