Anda di halaman 1dari 11

PRAKTEK BERDASARKAN PEMBUKTIAN JURNAL

Diajukan guna memenuhi Tugas Praktik Klinik dalam Mata Kuliah: Keperawatan
Medikal Bedah

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
Amanda Nuari Solihah
Citra Novia Dewi
Elisa Apriyani
Erik Romadoni
Fanny Fauziah
Rani Afriyani
Suci Rahayu

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ALIH JENJANG NERS
2019
PRAKTEK BERDASARKAN PEMBUKTIAN

PENERAPAN MADU MURNI TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA DEKUBITUS


PADA PASIEN PARAPLEGIA

Ulkus decubitus adalah suatu daerah yang mati jaringan disebabkan karena kurangnya aliran
darah didaerah yang bersangkutan. Decubitus berasal dari bahasa latin yang artinya berbaring.
Berbaring tidak selalu menyebabkan terjadinya luka baring. Dekubitus sering disebut ulkus
dermal / ulkus dekubitus atau luka tekan terjadi akibat tekanan yang sama pada suatu bagian
tubuh yang mengganggu sirkulasi (Harnawatiaj, 2008).

Angka prevalensi ulkus dekubitus berbeda-beda pada setiap negara. Pada masing-masing rumah
sakit di Amerika menunjukkan sekitar 4,7%-29,7% dan 11,2%-23% di nursing homes, Inggris
Raya sekitar 7,9%-32,1% dan 4,6%-7,5% di nursing homes. Pada perawatan akut (nursing
homes) di Eropa berkisar 3%-83,6%, Tiga rumah sakit di Singapura berkisar 9%-14% (pada
perawatan akut dan rehabilitasi), 21% pada rumah sakit rehabilitasi Hongkong dan sekitar 14,6%
pada komunitas di Jepang (Maklebust & Sieggreen, 2001). Angka kejadian luka dekubitus di
Indonesia mencapai 33,3% dimana angka ini cukup tinggi bila dibandingkan dengan angka
prevalensi ulkus dekubitus di ASEAN yang hanya berkisar 2,1%–31,3% (Seongsook et al., 2004
dalam Yusuf 2010).

Ulkus dekubitus atau luka tekan adalah nekrosis jaringan lokal ketika jaringan lunak tertekan
antara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal karena tekanan atau akibat gaya gesek.
Meskipun ulkus dekubitus paling banyak terjadi pada tonjolan tulang, kemungkinan juga dapat
terjadi pada lokasi area tubuh lain yang terkena tekanan, gaya geser, atau friksi (Saryono &
Widianti, 2010, hlm. 96).

Etiologi ulkus Dekubitus disebabkan oleh kombinasi dari faktor ekstrinsik dan intrinsik pada
pasien dari faktor ekstrinsik yaitu tekanan, gesekan dan pergeseran, kelembaban, kebersihan dan
tempat tidur,sedangkan fase intrinsik yaitu usia, penurunan sensori persepsi, penurunan
kesadaran, malnutrisi, merokok, temperatur kulit, kemampuan sistem kardiovaskuler menurun,
anemia, dan hipoalbuminemia
Luka merupakan suatu keadaan kerusakan integritas kulit yang terjadi ketika kulit terkena suhu,
pH, zat kimia, gesekan, trauma, tekanan serta radiasi. Dalam perawatan luka diperlukancara
untuk meningkatkan penyembuhan ,mencegah kerusakan kulit lebih lanjut, mengurangi risiko
infeksi, dan meningkatkan kenyamanan pasien. Berbagai jenis luka yang dikaitkan dengan
tahapan penyembuhan luka memerlukan manajemen luka yang tepat. Perawatan luka saat ini
sudah berkembang sangat pesat. Pada perkembangannya, hasil penelitian perawatan luka
menunjukkan bahwa lingkungan yang lembab lebih baik dari pada lingkungan yang kering.2
TNF-α adalah merupakan salah satu faktor pertumbuhan yang disekresikan dari makrofag, yang
dikombinasikan dengan faktor pertumbuhan lainnya, PDGF atau IL-1β meningkatkan dan
menghambat produksi kolagen masing-masing, proliferasi fibroblas.

Madu merupakan cairan kental seperti sirup yang bewarna cokelat kuning muda sampai coklat.
Adapun khasiat madu dalam hal mempercepat penyembuhan luka yang disebabkan oleh aliran
osmotik, dan efek bioaktif madu. Enzim yang dihasilkan seperti glukosa oksidase memberikan
glukosa pada leukosit untuk meningkatkan aktivitas antibakteri. Dalam penelitian menunjukkan
bahwa proliferasi limfosit B dan limfosit T dalam kultur sel dirangsang oleh madu pada
konsentrasi serendah 0,1% dan fagosit juga diaktifkan pada konsentrasi 0,1%. Selain itu madu
juga meningkatkan TNF α , IL1, dan pelepasan IL6 yang mengaktifkan respon terhadap infeksi.

Cara perawatan luka dengan madu secara rutin akan lebih baik, madu sangat dipercaya
masyarakat untuk berbagai jenis pengobatan termasuk luka madu juga mudah didapat selain itu
efektif dalam proses penyembuhan luka karena kandungan airnya rendah, juga PH madu yang
asam serta kandungan hidrogen peroxida-nya mampu membunuh bakteri dan mikro-organisme
yang masuk kedalam tubuh kita. Selain itu madu juga mengandung antibiotika sebagai
antibakteri dan antiseptik menjaga luka (Hammad, 2013).
1. Hasil Jurnal Reading (Critical Review)
Praktek berdasarkan pembuktian dilakukan dari penelusuran literature selanjutnya dilakukan
review pada literature yang mendukung.
a. Pengaruh Madu Terhadap Proses Penyembuhan Luka Gangren Pada Pasien Diabetes
Mellitus (2017)
(The Effect of Honey Against Healing Process Gangrene Injury On Patient Diabetes
mellitus,2017)
Peneliti melakukan penelitian dengan metode pengobatan gangren secara herbal
diantaranya yaitu dengan minyak zaitun, minyak kelapa, aloe vera dan madu. Madu sangat
dipercaya oleh masyarakat untuk berbagai jenis pengobatan termasuk luka, madu juga
mudah didapat selain itu efektif dalam proses penyembuhan luka. Hasil Penelitian dari
hasil uji data pairet t tes hasil t hitung 5.000 dan p value 0.015 karena hasil t hitung 5.000
diatas harga atau > table t: 2.35 dan p < dari 0.05, maka disimpulkan ada manfaat madu
untuk mempercepat proses penyembuhan luka gangrene sehingga hipotesis yang berbunyi
ada manfaat madu terhadap penyembuhan luka gangrene di terima. Sementara kekuatan
pengaruh atau manfaat dapat dilihat hasil Paired Samples Correlations dengan hasil 0.57
atau memiliki kekuatan 57 %, sehingga dapat diketahui ada pengaruh yang sedang.

Metode yang digunakan adalah metode Quasi Eksperiment Design, disebut eksperimen
jenis ini karena belum memenuhi persyaratan. Penelitian ini menggunakan pendekatan
One Design Pre-test and Post-test Group, yaitu membandingkan subjek sebelum dan
sesudah diberikan tindakan perawatan luka menggunakan madu .Populasi dalam
penelitian adalah seluruh pasien kunjungan di poliklinik omah luka sejumlah 20 dengan
teknik Aksidental sampling. Instrumen menggunakan alat ukur DESIGN menurut Sugawa
dkk, (2006) terdiri dari: check list. Data diambil pada bulan Mei sampai Juli 2017. Analisa
menggunakan uji Paired t test pada signifikan 5%.
b. Pengaruh Pemberian Madu Asli Hutan Sijunjung Terhadap Tnf Α Dan Penyembuhan uka
Pada Tikus Galur Wistar Jantan, 2018

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh pemberian madu untuk menurunkan
kadar TNF α dan penyembuhan luka pada tikus galur wistar jantan. Jenis penelitian ini
adalah Post Test Only Group Control Design dengan menggunakan 24 ekor tikus galur
wistar jantan yang berumur 2-3 bulan, yang terbagi dalam 6 kelompok dan masing –
masing kelompok terdapat 4 ekor tikus. Kelompok KN tidak diberikan madu dan
povidone iodine, kelompok KP diberikan povidone iodine 10%, kelompok P1 diberi madu
dengan konsentrasi 20%,kelompok P2 diberi madu dengan konsentrasi 40%, kelompok P3
diberi madu dengan konsentrasi 80%, kelompok P4 diberi madu dengan konsentrasi
100%. Setelah diberi perlakuan selama 10 hari, darah diambil dan diperiksa kadar TNF α
dengan mengggunakan metode ELISA.
Selain itu juga dilakukan pengukuran terhadap panjang dan lebar luka. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa rata – rata TNF α kelompok KN 32,25 pg/ml, kelompok KP 39,12
pg/ml, kelompok P1 25,25 pg/ml, kelompok P2 21,92 pg/ml, kelompok P3 32,03 pg/ml,
kelompok P4 27,28pg/ml. Untuk persentase penyembuhan panjang luka didapatkan
kelompok KN 29,17%, kelompok KP 71,10%, kelompok P1 49,29%, kelompok P2
75,68%, kelompok P3 71,74%, kelompok P4 94,22%. Untuk persentase penyembuhan
lebar luka didapatkan kelompok KN 30,95%, kelompok KP 76,60%, kelompok P1
44,66%, kelompok P2 83,37%, kelompok P3 71,18%, kelompok P4 97,15%. Pada analisa
data didapatkan kadar TNF α p >0,05 yang tidak bermakna secara statistik, untuk
persentase penyembuhan panjang luka didapatkan p 0,05 yang bermakna secara statistik.
Dapat disimpulkan ada pengaruh pemberian madu terhadap penurunan TNF a dan ada
pengaruh pemberian madu terhadap penyembuhan panjang dan lebar luka pada tikus galur
wistar jantan.
c. Efek Sitotoksik Madu Dan Silver Dressing Terhadap Sel Fibroblas Dalam Media
Tinggi Glukosa: Studi In Vitro,2019
(Cytotoxic Effects Of Honey And Silver Dressing On Fibroblast Cells In High Glucose
Media: Study In Vitro,2019)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah madu dan silver bersifat sitotoksik
terhadap sel fibroblast dalam media tinggi glukosa. Jenis penelitian ini adalah kuasi
eksperimental dengan post test only desain. Kultur sel fibroblast di uji sitotoksik dengan
meggunakan metode MTT Assay secara in vitro. Kelompok penelitian dibagi menjadi
kelompok madu dengan konsentrasi 6%, 3% 1.5% dan kelompok Silver. Silver memiliki
efek sitotoksik terhadap sel fibroblas dengan nilai penghambatan sebesar 100%. Madu
dengan konsentrasi 6% dan 3% memiliki nilai penghambatan lebih dari 50%. Madu
konsentrasi 1,5% menujukan proses penghambatan kurang dari 50% dan meningkatkan
proses priliferasi sel fibroblas dalam media tinggi glukosa. Madu memiliki aktifitas
sitotoksik yang lemah terhadap sel fibroblas dan dapat meningkatkan proliferasi sel,
sedangkan silver memiliki aktifitas sitotoksik yang kuat terhadap sel fibroblast.

2. Aplikasi Praktek Keperawatan Berdasarkan Pembuktian


Penerapan praktek berdasarkan pembuktian dilaksanakan menurut hasil penelitian
Nabhani dan Yuli widyastuti (2017). Pelaksanaan diawali dengan perizinan dari kepala
ruangan Anggrek C lantai 3. Tahap selanjutnya penerapan praktek berdasarkan
pembuktian diawali dengan mengidentifikasi pasien paraplegi yang dirawat di Anggrek C
yang akan mendapatkan perawatan luka dengan metode modern dressing dengan madu.
Pasien yang memenuhi kriteria, dijadikan calon responden. Kriteria inklusi pasien yang
dapat diterapkan yaitu berusia diatas 18 tahun, mengalami ulkus dekubitus dengan luas
luka antara 0,25-100 cm2, serta bersedia berpartisipasi dalam pelaksanaan praktek
berdasarkan pembuktian ini. Calon responden diberi penjelasan tentang tujuan, manfaat
dan prosedur tindakan modern dressing dengan menggunakan madu. Calon responden
yang menyetujui menjadi responden.
Penerapan praktek berdasarkan pembuktian dilakukan pada 1 pasien paraplegi yang
mengalami ulkus dekubitus dan dirawat di paviliun Anggrek C. pengumpulan data
menggunakan foto setiap hari untuk melihat perkembangan luka dekubitus. Penerapan
modern dressing dengan madu dilaksanakan selama periode perawatan ulkus berdasarkan
3 hari masa perawatan. Hasil yang diperoleh dari penerapan praktek berdasarkan
pembuktian adalah sebagai berikut :

1) Hari Pertama
2) Hari Kedua
3) Hari Ketiga
3. Pembahasan
Hasil penyembuhan ulkus dekubitus yang diperoleh dari penerapan madu di Anggrek C
diperoleh variasi masa penyembuhan. Berdasarkan gambar diatas jumlah eksudat dan
jaringan nekrotik cepat teratasi pada perawatan luka menggunakan madu pada masa
penyembuhan ± 3 hari. Hal ini dapat menunjukan bahwa modern dressing menggunakan
madu memberikan kontribusi dan mempercepat masa penyembuhan melalui pengurangan
jumlah eksudat dan pengurangan jaringan nekrotik.

Menurut Januar rizki dkk (2019) Madu digunakan sebagai dressing luka karena memiliki
sifat antiinflamasi, antimikrobial dan antioksidan yang berasal dari flavonoid, polifenol
dan vitamin C. Menurut Sherlock et al. (2010) bahwa antioksidan dapat mengurangi
kelebihan radikal bebas, menstimulus sitokin dan faktor pertumbuhan tertentu seperti
vascular endhotelial growth factor (VEGF), TNF-α, TGF, yang akan memicu peningkatan
jumlah sel. Selain itu, madu dengan paparan konsentrasi yang tepat akan menghasilkan
kelembaban dilingkungan luka untuk meningkatkan proliferasi dan migrasi sel fibroblas.

Cara Perawatan luka menggunakan madu mengandung zat gula fruktosa dan glukosa
yang merupakan jenis gula monosakarida yang mudah diserap oleh usus. Selain itu, madu
mengandung vitamain, asam amino, mineral, antibiotik dan bahan-bahan aroma terapi.
Pada umumnya madu tersusun atas 17,1 % air, 82,4 % karbohidrat total, 0,5% protein,
asam amino, vitamin dan mineral. Selain asam amino nonesensial ada jug asam ami-no
esensial diantaranya listin, hystadin, tritofan. (Nabhani dan Yuli,2017)

Ulkus dekubitus biasa disebut dengan ulcus pressure terjadi pada daerah kulit yang
menutupi tulang yang menonjol yang dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya karena
imobilisasi ditempat tidur, pergesekan, perubahan posisi yang kurang dan mengakibatkan
paraplegia atau penurunan fungsi sensorik dari gerak tubuh dalam jangka waktu yang
lama. Masalah ini menjadi problem yang serius karena mengakibatkan meningkatnya
biaya dan memperlambat perawatan dan program rehabilitas bagi pasien atau penderita.
Selain itu dekubitus juga menyebabkan nyeri yang berkepanjangan, dan rasa tidak
nyaman (Sari, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Eka Novitasari,dkk. 2018. Pengaruh Pemberian Posisi Alih Baring Terhadap


Kejadian Dekubitus Pada Pasien Stroke.
http://repo.stikesicme-
jbg.ac.id/752/2/143210060%20Eka%20Novitasari%20Artikel.pdf . diakses
pada tanggal 23 Desember 2019 jam. 16.00 WIB

Januar Rizki,Dkk. 2019. Efek Sitotoksik Madu Dan Silver Dressing Terhadap Sel
Fibroblas dalam Media Tinggi Glukosa: Studi In Vitro. Yogyakarta : Jurnal
Keperawatan Repati

Nabhani,dkk.2017. Pengaruh Madu Terhadap Proses Penyembuhan Luka Gangren


Pada Pasien Diabetes Mellitus. Surakarta : Media Publikasi Penelitian

Reni Puspita,dkk.2018. Pengaruh Pemberian Madu Asli Hutan Sijunjung Terhadap


Tnf Α dan Penyembuhan Luka Pada Tikus Galur Wistar Jantan. Sumatra :
Jurnal Keperawatan Andalas

Anda mungkin juga menyukai