Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN TB PARU

1. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan
Mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh
organ tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan
saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. Tetapi paling banyak melalui
inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri tersebut. (Sylvia
A.price dalam Amin & Hardhi, 2015).
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis ditularkan melalui
percikan dahak (droplet) dari penderita tuberkulosis kepada individu yang
rentan. Sebagian besar kuman Mycobacterium tuberculosis menyerang paru,
namun dapat juga menyerang organ lain seperti pleura, selaput otak, kulit,
kelenjar limfe, tulang, sendi, usus, sistem urogenital, dan lain-lain. (Kemenkes
RI, 2015).
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis dengan gejala yang sangat bervariasi. (Price, 2001
dalam Nixson Manurung, 2016).

2. Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium Tuberculosa. Basil ini tidak
berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar
ultraviolet. Ada dua macam Mycobacteria Tuberculosis yaitu tipe Human dan
tipe Bovin. Basil tipe Human bisa berada dibercak ludah (droplet) dan di udara
yang berasal dari penderita TBC, dan orang yang terkena rentan terinfeksi bila
menghirupnya. (Wim de Jong dalam Amin & Hardhi, 2015).
Setelah organisme terinhalasi, dan masuk paru-paru bakteri dapat bertahan
hidup dan menyebar kenodus limfatikus lokal. Penyebaran melalui aliran darah
ini dapat menyebabkan TB pada orang lain, dimana infeksi laten dapat
bertahan sampai bertahun-tahun. (Patrick Davey dalam Amin & Hardhi, 2015).
Agen infeksius utama, mycobacterium culosis adalah batang aerobik tahan
asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar
ultraviolet. (Andra & Yessie, 2013).
Mary DiGiulio, dkk (2014) menjelaskan tentang etiologi tuberkulosis
adalah sebagai berikut:
Penyakit infeksi yang menyebar dengan rute naik di udara. Infeksi
disebabkan oleh penghisapan air liur yang berisi bakteri tuberkulosis. Seorang
yang terkena infeksi dapat menyebarkan partikel kecil malalui batuk, bersin,
atau berbicara. Berhubungan dekat dengan mereka yang terinfeksi
meningkatkan kesempatan untuk transmisi. Begitu terhisap, organisme secara
khas diam di dalam paru-paru, tetapi dapat menginfeksi organ tubuh lainnya.
Organisme mempunyai kapsul sebelah luar.
TB primer terjadi ketika pasien pada awalanya terkena infeksi
mycobacterium. Setelah dihirup ke dalam paru-paru, organisme penyebab
suatu reaksi dilokalisir. Ketika makrofag dan T-Lymphocytes berusaha
mengisolasikan dan memusnahkan mycobacterium di dalam paru-paru,
kerusakan juga disebabkan jaringan paru-paru. Luka granulomatous yang
berkembang berisi mycobacterium, makrofag, dan sel lain. Perubahan necrotic
terjadi di dalam luka ini. Granuloma berkembang sepanjang getah bening
sepanjang waktu yang sama. Area ini menciptakan kompleks Ghon yang
merupakan kombinasi dari area yang pada awalnya terkena infeksi basil yang
naik di udara yang disebut fokus Ghon dan luka geta bening. Mayoritas orang
dengan infeksi baru dan sistem imun yang baik akan menderita infeksi laten.
Penyakit tidak aktif pada kondisi seperti ini dan tidak akan ditularkan. Pada
pasien dengan respon inum kurang baik, tuberkulosis akan progresif, kerusakan
jaringan paru-paru terus berlangsung, dan area lain paru-paru juga akan
terkena.
Pada TB sekunder, penyakit diaktifkan pada tahap kemudian. Pasien
mungkin terinfeksi kembali dari air liur, atau dari luka utama sebelumnya.
Karena pasien telah sebelumnya terinfeksi TB, respon imun akan dengan cepat
membatasi infeksi. Area berongga ini terjadi ketika seseorang kontak dengan
seseorang yang dicurigai atau dinyatakan menderita TB. Pasien ini tidak
mempunyai tes kulit positif, gejala atau tanda penyakit, atau perubahan-
perubahan sinar x pada dada. Mereka bisa jadi atau bisa juga tidak mengidap
tuberculin positif, namun tidak ada gejala penyakit. Rontgen dada mungkin
menunjukkan granuloma atau klasifikasi.

3. Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)


Menurut Andra dan Yessie (2013) gambaran klinik TB paru dapat dibagi
menjadi 2 golongan yaitu gejala respiratorik dan gejala sistemik.
a. Gejala respiratorik, meliputi:
1) Batuk
Gejala batuk timbul lebih dini dan merupakan gangguan yang paling
sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian
berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
2) Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak
berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah segar
dalam jumlah sangat banyak. Batuk dahak terjadi karena pecahnya
pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar
kecilnya pembuluh darah yang pecah.
3) Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim sudah luas atau karena
ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia
dan lain-lain.
4) Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala
ini timbul bila sistem persarafan di pleura terkena.

b. Gejala sitemik, meliputi:


1) Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan
malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin lama
makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin
pendek.
c. Gejala sistem lain
Gejala sistemik sistem lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan
berat badan serta malaise.
d. Timbulnya keluhan biasanya gradual dalam beberapa minggu-
bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas
walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.

Tuberkulosis paru termasuk insidius. Sebagian besar pasien menunjukkan


demam tingkat rendah, keletihan, anorexia, penurunan berat badan, berkeringat
malam, nyeri dada dan batuk menetap. Batuk pada awalnya mungkin non
produktif, tetapi dapat berkembang ke arah pembentukan sputum mukopurulen
dengan hemoptisis. Tuberkulosis dapat mempunyai manifestasi atipikal pada
lansia, seperti perilaku tiada biasa dan perubahan status mental, demam,
anorexia dan penurunan berat badan. Basil TB dapat bertahan lebih dari 50
tahun dalam keadaan dormain.

4. Pemeriksaan Penunjang Dan Diagnostik


a. Laboratorium darah rutin
LED normal/meningkat, limfositosis
b. Pemeriksaan sputum BTA
Untuk memastikan diagnostik TB paru, namun pemeriksaan ini tidak
spesifik karena hanya 30-70% pasien yang dapat didiagnosis berdasarkan
pemeriksaan ini.
c. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining
untuk menentukan adanya IgH spesifik terhadap basil TB.
d. Tes Mantoux Tuberkulin
Merupakan uji serologi Imunoperoksidase memakai alat histogen staining
untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
e. Tekhnik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun
hanya satu mikroorganisme dalam spesimen juga dapat mendeteksi adanya
resistensi.
f. Becton Dickinson diagnostik instrument Sistem (BACTEC)
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme
asam lemak oleh mykobakterium tuberculosis.
g. MYCODOT
Deteksi antibody memakai antigen liporabinomanan yang direkatkan pada
suatu alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian dicelupkan dalam
jumlah memadai memakai warna sisir akan berubah.
h. Pemeriksaan radiologi
Rontgen thorax PA dan lateral, gambaran foto thorax yang menunjang
diagnosis TB, yaitu:
1) Bayangan lesi terletak di lapangan paru atau segment apikal lobus
bawah.
2) Bayangan berwarna ( patchy ) atau bercak ( nodular)
3) Adanya kavitas, tunggal atau ganda
4) Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru
5) Adanya klasifikasi
6) Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
7) Bayangan milier

5. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan


Pada prinsipnya penatalaksanaan TB paru adalah sebagai berikut :
a. Perlunya diagnosis yang cepat dan tepat
b. Pemakaian paduan obat yang tepat
c. Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif
(2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan
terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang
sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisan, INH,
Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat tambahan
adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide, Amoksisilin + asam
klavulanat, derivat Rifampisin/IN.
d. Adanya penyakit penyerta lainnya seperti AIDS, DM yang
mendapat terapi immunosupressi, keganasan, gagal hati, gagal ginjal
dan sebagainya, semuanya dapat mempengaruhi dan menghambat TB
paru.
e. Evaluasi pengobatan lebih ditujukan terhadap konversi sputum,
walaupun kemajuan klinis dan radiologis tetap diperhatikan. Adanya
efek samping obat dan timbulnya resistennya obat harus selalu
diwaspadai.
f. Pemberian diet TKTP.
g. Usaha preventif terhadap TB hendaknya ditingkatkan lagi
profilaksis, juga terhadap klien lain yang mempunyai resiko tinggi
seperti HIV positif yang mendapat immunosupresi dan lain-lain.
Terutama pada negara yang berpopulasi tuberkulosis tinggi, jangan di
lupakan juga segi pendidikan atau penyuluhan kesehatan pada klien
tentang permasalahan dalam penanggulangan TB ini.

6. Komplikasi
Nixson Manurung (2016) menjelaskan bahwa penyakit TB paru bila tidak
ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi, yang dibagi atas
komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
a. Komplikasi dini
1) Pleuritis
2) Efusi pleura
3) Emplema
4) Laringitis
5) Menjelar ke organ lain seperti usus
b. Komplikasi lanjut
1) Obstruksi jalan napas: SOPT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberculosis)
2) Kerusakan arenkim berat: SOPT, fibrosis paru,
korpulmonal
3) Amiloidosis
4) Karsinoma paru dan sindrom gagal napas dewasa.
7. PATHWAY
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Pola pemeliharaan kesehatan
1) Adanya riwayat keluarga yang mengidap penyakit tuberculosis
paru
2) Kebiasaan merokok atau minum alcohol
3) Lingkungan yang kurang sehat, pemukiman padat, ventilasi rumah
yang kurang.

b. Pola nutrisi metabolik


1) Nafsu atau selera makan menurun
2) Mual
3) Penurunan berat badan
4) Turgor kulit buruk, kering, kulit bersisik

c. Pola eliminasi
1) Adanya gangguan pada BAB seperti konstipasi
2) Warna urin berubah menjadi agak pekat karena efek samping dari
obat tuberculosis paru

d. Pola aktivitas dan latihan


1) Kelemahan umum/ anggota gerak
2) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari terganggu.

e. Pola tidur dan istirahat


1) Kesulitan tidur pada malam hari
2) Mimpi buruk
3) Berkeringat pada malam hari

f. Pola persepsi kognitif


Nyeri dada meningkat karena batuk

g. Pola persepsi dan konsep diri


1) Perasaan isolasi/ penolakan karena panyakit menular
2) Perasaan tidak berdaya

h. Pola peran hubungan dengan sesama


1) Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
2) Frekuensi interaksi antara sesama jadi kurang.

i. Pola reproduksi seksualitas


Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan

j. Pola meknisme koping dan toleransi terhadap stress


1) Menyangkal (khususnya selama hidup ini)
2) Ansietas
3) Perasaan tidak berdaya
k. Pola sistem kepercayaan
Kegiatan beribadah terganggu

DIAGNOSIS YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
2. Gangguan Pertukaran Gas
3. Nyeri

No. DIAGNOSA NOC NIC


1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas NOC : 
Batasan Karakteristik - Respiratory status : Airway patency 
 Batuk tidak efektif Kriteria Hasil : ventila
 Dispnea 
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas
 Gelisah nafas
yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu 
 Kesulitan verbalisasi
(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dalam,
 Mata terbuka lebar
 Ortopnea dengan mudah, tidak ada pursed lips) 
 Penurunan bunyi napas - Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak 
 Perubahan frekuensi napas merasa tercekik, irama nafas, frekuensi meyak
 Perubahan pola napas 
pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara
 Sianosis klien d
nafas abnormal) 
 Sputum dalam jumlah yang
berlebihan kecem
 Suara napas tambahan - Vital sign Status 
Kriteria Hasil : 
 Tidak ada batuk
- Tanda Tanda vital dalam rentang normal diperin

(tekanan darah, suhu, nadi, pernafasan) 


dan ke





dyspne



status p



perasa
sedih


menge


yang s



klien


2. Gangguan Pertukaran Gas NOC 
Batasan Karakteristik Respiratory Status 
 Diaforesis - Respiration rate dalam rentang normal mencapai ventila
 Dispnea 
skala 5 (no deviation from normal range).
 Gangguan penglihatan nafas
- Ritme pernapasan dalam keadaan normal 
 Gas darah arteri abnormal
mencapai skala 5 (no deviation from normal range). dalam,
 Gelisah
 Hiperkapnia - Auscultasi suara napas tidak menunjukkan 
 Hipoksemia keabnormalan mencapai skala 5 (no deviation from 
 Hipoksia normal range). jam se
 Iritabilitas 
- Saturation oxygen dalam rentang normal 
 Konfusi mencapai skala 5 (no deviation from normal range). pasien
 Nafas cuping hidung
 Penurunan karbon dioksida
- Tanda-tanda sianosis mencapai skala 5 (none) 
- Klien tidak mengalami somnolen mencapai 
 Ph arteri abnormal
 Pola pernapasan abnormal skala 5 (none). diperin
 Sakit kepala saat bangun 
Respiratory Status : Gas Exchange 
 Sianosis - Tekanan parsial oksigen dalam darah arteri 
 Somnolen
PaO2 dalam rentang 
 Takikardia
- Tekanan parsial karbondioksida dalam darah status p
 Warna kulit abnormal
arteri PaCO2 dalam rentang normal 

- PH darah arteri dalam rentang normal

meyak

klien d


tujuan

secara

pasien


menge


yang s



dyspne

3. Nyeri NOC 
Batasan Karakteristik - Pain control 
 Bukti nyeri dengan menggunakan Kriteria Hasil : analge

standar daftar periksa nyeri untuk - Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab 
pasien yang tidak dapat nyeri, mampu menggunakan teknik yang m
mengungkapkannya (mis.,Neonatal nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, 
Infant Pain Scale, Pain Assesment 
mencari bantuan)
Checklist for Senior with Limited masala
- Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,
Ability to Communicate) 
 Diaforesis frekuensi dan tanda nyeri)
tujuan
 Dilatasi pupil 
 Ekspresi wajah nyeri (mis.,mata - Comfort level pasien
kurang bercahaya, tampak kacau, Kriteria Hasil : 
gerakan mata berpencar atau tetap - Melaporkan bahwa nyeri berkurang 
pada satu fokus, meringis) dengan menggunakan manajemen nyeri kompr
 Fokus menyempit (mis.,persepsi - Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri 
waktu, proses berpikir, interaksi berkurang manaje
dengan orang dan lingkungan) 
 Fokus pada diri sendiri 
 Sikap melindungi area nyeri 
 Sikap tubuh melindungi 
terapeu

143)

gejala,



Kenya

mendu


tempat




status p

DAFTAR PUSTAKA

Andra, dan Yessie. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: Nuha

Medika.

DiGiulio, Mary dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Rapha


Publishing.

Doenges, Marylinn E. dkk. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.

Jakarta:EGC.

Farandika, Reiza. 2014. Buku Pintar Anatomi Tubuh Manusia. Depok: Vicost

Publishing.

Manurung, Nixson. 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Respiratory.

Jakarta: Trans Info Media.

Muttaqin, Arif. 2013. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.


Najmah. 2016. Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: Trans Info Media.

Soedarto. 2013. Penyakit Menular di Indonesia. Jakarta: Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai