1
Fakultas Kedokteran dan Imu Kesehatan Universitas Jambi
2
Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen
Abstrak
Puskesmas Sempor I adalah salah satu Puskesmas yang terdapat di Kabupaten Kabupaten Kebumen dengan kasus
TB paru tertinggi dan telah melakukan penanggulangan panyakit TB Paru melalui strategi DOTS. Tujuan
penelitian ini diketahuinya faktor yang berhubungan dengan kejadian TB Paru. Penelitian ini merupakan
penelitian observasional dengan rancangan case control study. Variabel bebas penelitian kepadatan hunian,
ventilasi, kelembaban, intensitas cahaya, sinar matahari masuk ke ruangan, jenis lantai rumah, jenis dinding
rumah, kebiasaan membuka jendela, kebiasaan merokok, dan kontak sumber penular TB. Variabel terikat adalah
penderita TB Paru BTA positif. Jumlah sampel 80 orang (40 kasus dan 40 kontrol). Pengumpulan data dengan
wawancara dan observasi. Terdapat hubungan antara pencahayaan (OR : 3,44, CI : 1,03 – 6,29), cahaya masuk ke
rumah (OR:3,14, CI : 1,12 – 8,82), kebiasaan buka jendela (OR : 3,27 , CI : 1,12 – 8,84), Riwayat kontak (OR :
3,85 – CI : 1,52 – 9,48) dengan kejadian TB Paru. Pada analisis multivariat, pencahayaan (OR: 3,42, CI : 1,23 –
9,48) dan kontak dengan penderita TB (OR 3,83, CI : 1,45 – 10,08) merupakan variabel berpengaruh terhadap
kejadian TB paru. Adanya pencahayaan yang tidak memenuhi syarat dan riwayat kontak TB merupakan faktor
paling dominan yang berhubungan dengan kejadian penyakit TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Sempor I
Kabupaten Kebumen. Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk mengoptimalisasikan peran bidan desa dan
peningkatan kerjasama lintas sektor dalam penanggulangan TB Paru.
Abstract
Puskesmas Sempor I is one of the health centers located in the district of Kebumen with the highest tuberculosis
cases and has made controling tuberculosis through the DOTS strategy. This study aimed to know factors
related to the incidence of tuberculosis. This study was a case control study, the independent variables were
residential density, ventilation, humidity, light intensity, the natural light enter in to the rooms, the type of floor
of the house, the type of house walls, the habit of opening the window, smoking habits, and histoty of contacts
with tuberculosis. The dependent variable was tuberculosis incidence. Total sample in this study were 80 people
(40 cases and 40 controls). Data was collected through interviews and observations. There were correlation
among lighting intensity (OR: 3.44, CI: 1.03 to 6.29), the natural light enter in to the rooms (OR: 3.14, CI: 1.12
to 8.82), the habit of opening the windows (OR: 3.27, CI: 1.12 to 8.84), history of contact (OR: 3.85 - CI: 1.52
to 9.48) with pulmonary tuberculosis incidence. In multivariate analysis, lighting intensity (OR: 3.42, CI: 1.23
to 9.48) and contact with tuberculosis (OR 3.83, CI: 1.45 to 10.08) were the variables which affect pulmonary
tuberculosis incidence. The presence of non-qualified lighting and contact history with tuberculosis is the most
dominant factor associated with the incidence of tuberculosis in Puskesmas Sempor I Kebumen. Result showed
that to optimize the role of midwives and increased cooperation multy sectors in the prevention of tuberculosis
Korespondensi: Halim
Email: halimbatik@yahoo.co.id
52
Halim dan Satria Budi Jurnal Kesmas Jambi (JKMJ)
53
Vol.1, No.1, Maret 2016 Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
54
Halim dan Satria Budi Jurnal Kesmas Jambi (JKMJ)
55
Vol.1, No.1, Maret 2016 Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Kelembaban rumah tidak bermakna orang yang tidak memiliki kebiasaan membuka
secara statistik dengan kejadian TB dewasa, tapi jendela dibandingkan pada orang yang memiliki
merupakan faktor risiko terhadap kejadian TB kebiasaan membuka jendela. Setelah dianalisis
karena nilai OR > 1. mutivariat terhadap kebiasaan membuka jendela
Sedangkan variabel pencahayaan pada model 2 menunjukan nilai Exp (B) 1.026
bermakna secara statistik dengan kejadian TB dengan CI 0.943 – 8.264. dan p value : 0.064
dewasa dan merupakan faktor risiko terhadap yang berarti tidak bermakna secara statistik.
kejadian TB karena nilai OR > 1. Setelah Variabel Kebiasaan merokok tidak
dianalisis multivariat diperoleh OR :3.423, CI bermakna secara statistik dengan kejadian TB
95% :1.234 – 9.489 dan nilai p = 0.018 pada α Paru dan bukan merupakan faktor risiko
5% yang berarti bermakna secara statistik. Hasil terhadap kejadian TB karena nilai OR < 1.
ini menunjukan bahwa variabel pencahayaan Kontak TB bermakna secara statistik
merupakan faktor dominan dengan kejadian TB dengan kejadian TB Paru dan merupakan faktor
Paru dengan nilai OR = 3.423 yang berarti risiko risiko terhadap kejadian TB karena nilai OR > 1.
orang yang tinggal dengan tingkat pencahayan Setelah dianalisis mutivariat terhadap
tidak memenuhi syarat 3.423 kali kemungkinan kontak TB menunjukan nilai Exp (B) : 3.836
menderita TB Paru. dengan CI 1.459 – 10.088. dan p value :
Cahaya yang masuk ruangan bermakna 0.006.yang berarti bermakna secara statistik.
secara statistik dengan kejadian TB dewasa dan Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel
merupakan faktor risiko terhadap kejadian TB kontak TB merupakan faktor yang paling
karena nilai OR > 1. Setelah dianalisis dominan dengan kejadian TB.
multivariat diperoleh OR :1.542, CI 95% :0.452
– 5.257 dan nilai p = 0.489 pada α 5% yang PEMBAHASAN
berarti tidak bermakna secara statistik. Hasil ini Karakteristik Subyek Penelitian
menunjukan bahwa variabel cahaya masuk Kekuatan untuk melawan infeksi tergantung
ruangan pencahayaan bukan merupakan faktor umur penderita saat terkena infeksi. Variabel
yang dominan terhadap kejadian TB Paru. umur berperan dalam kejadian TBC. Risiko
Jenis lantai tidak bermakna secara untuk mendapatkan TBC dapat dikatakan seperti
statistik dengan kejadian TB Paru dan halnya kurva normal terbalik, yakni tinggi ketika
merupakan faktor risiko terhadap kejadian TB awalnya, menurun karena diatas dua tahun
karena nilai OR>1. Begitu juga dengan variabel hingga dewasa memiliki daya tangkal terhadap
jenis dinding, jenis dinding tidak bermakna TBC dengan baik. Puncaknya tentu dewasa
secara statistik dengan kejadian TB Paru dan muda dan menurun kembali ketika seseorang
bukan merupakan faktor risiko terhadap kejadian atau kelompok menjelang usia tua2. Namun di
TB karena nilai OR < 1. Indonesia di perkiraan 75% penderita TBC
Jenis bahan bakar masak yang digunakan adalah usia produktif yakni 15 hingga 50 tahun1.
tidak bermakna secara statistik dengan kejadian Hal ini sama dengan temuan pada penelitian ini
TB Paru dan bukan merupakan faktor risiko penderita TB paru menurut umur, diperoleh
terhadap kejadian TB karena nilai OR < 1. proporsi kasus paling banyak adalah pada umur
Kebiasaan membuka jendela bermakna 35 – 54 tahun 21 orang (51,5%)
secara statistik. Hal ini menunjukan bahwa risiko Hasil penelitian ini dapat disimpukan
kejadian TB Paru 3.272 kali lebih besar pada bahwa angka kejadian penyakit TB tidak
berbeda antara jenis kelamin laki-laki dan
56
Halim dan Satria Budi Jurnal Kesmas Jambi (JKMJ)
perempuan. Kejadian penyakit berpengaruh pada oleh individu lain14. Semakin banyak penghuni
cara tubuh melawan basil tuberkel hampir tidak rumah, maka risiko terjadinya penularan suatu
ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan10. penyakit akan lebih mudah. Variabel ini tidak
Distribusi kasus menurut tingkat bermakna kemungkinan disebabkan oleh karena
pendidikan bahwa sebanyak 25 (62.5%) sebagian besar responden 81,3% tinggal dirumah
berpendidikan rendah yaitu SD. Hal ini tidak padat. Didukung dengan jenis lantai 73,8%
menunjukan bahwa dengan pendidikan dapat memenuhi syarat, ventilasi 51,3% memenuhi
meningkatkan pengetahuan sehingga dapat syarat.
menerapkan pola hidup sehat untuk pencegahan
terhadap penyakit. Keterbatasan untuk Ventilasi
memperoleh pendidikan merupakan faktor yang Hasil penelitian diperoleh bahwa 60% kasus dan
mempengaruhi tingkat kesehatan serta upaya 42,5% pada kelompok kontrol tinggal dirumah
pencegahan penyakit. Sebanyak 90% penderita yang ventilasinya memenuhi syarat. Dari hasil
TB paru di dunia menyerang kelompok dengan analisis bivariat ventilasi rumah tidak bermakna
sosial ekonomi lemah atau miskin. status secara statistik dengan kejadian TB dewasa, dan
ekonomi merupakan salah satu faktor utama juga bukan merupakan faktor risiko terhadap
yang menyebabkan berkembangnya kuman- kejadian TB. Hasil penelitian ini sama dengan
kuman tuberkulosis di Indonesia11. Hal ini penelitian Hasmi bahwa tida ada hubungan
disebabkan rendahnya pendapatan perkapita antara ventilasi rumah dengan kejadian TB
keluarga, kurang terpelihara gizi, serta dewasa14 .
lingkungan perumahan dan sanitasi yang kurang Ventilasi atau penghawaan sangat
memenuhi syarat. diperlukan dalam rumah karena hawa segar
dapat mengganti udara dalam ruangan yang
Analisis Bivariat dan Multivariat sudah terpakai. Udara segar diperlukan untuk
Kepadatan Hunian menjaga temperatur dan kelembaban udara
Kepadatan hunian didalam rumah tidak dalam ruangan yang sudah terpakai15. Udara
bermakna secara statistik dengan kejadian TB segar diperlukan untuk menjaga temperatur dan
dewasa, namun merupakan faktor risiko terhadap kelembaban udara dalam ruangan. Pengaruh
kejadian TB karena nilai OR >1. Hasil penelitian buruk berkurangnya ventilasi adalah
ini sama dengan Aris bahwa tida ada hubungan berkurangnya kadar oksigen, bertambahnya
antara kepadatan hunian rumah dengan kejadian kadar CO2, adanya bau pengap, suhu udara
TB dewasa12. Namun berbeda dengan penelitian ruangan naik dan kelembaban ruangan
Hasmi di Kebumen dimana ada hubungan antara bertambah16. Variabel ini tidak bermakna
kepadatan hunian rumah penderita TB dengan kemungkinan disebabkan karena sebagain besar
munclnya kasus baru.13 subjek penelitian tinggal di rumah dengan
Kepadatan hunian rumah dapat ventilasi rumah yang baik.
mendorong penularan mikroorganisme
Kelembaban
pernafasan melalui batuk dan bersin dengan
Kelembaban rumah tidak bermakna
melalui tetes-tetes lendir penuh dengan bakteri
secara statistik dengan kejadian TB dewasa, tapi
yang dilontarkan dari saluran pernafasan ke
merupakan faktor risiko terhadap kejadian TB.
dalam udara dan disebut droplet nuclei yang
Hasil penelitian ini sama dengan Hasmi di
dapat melayang diudara dalam waktu lama
Kabupaten Kebumen tahun 2006 bahwa
sehingga memberi kesempatan untuk dihisap
57
Vol.1, No.1, Maret 2016 Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
kelembaban ruangan bukan merupakan faktor mengandung sinar ultraviolet. Sinar ini mampu
yang berhubungan dengan munculnya kasus membuberkulosis dengan cepat yakniantara 5–
baru TB Paru 13. 10 menit.
Kelembaban udara dalam ruangan
diperlukan untuk memperoleh kenyamanan, Jenis lantai
dimana kelembaban optimum berkisar 60% Jenis lantai tidak bermakna secara
dengan temperatur kamar 22-300C. Kuman TB statistik dengan kejadian TB Paru dan
Paru akan cepat mati bila terkena sinar matahari merupakan faktor risiko terhadap kejadian TB.
secara langsung, tetapi dapat bertahan hidup Lantai yang tidak kedap air dapat menyebabkan
selama beberapa jam di tempat yang gelap dan lantai menjadi lembab sehingga untuk
lembab. Ketidak nyamanan dalam ruangan yang menghindari keadaan lembab pada lantai rumah
sesak disebabkan kelembaban udara yang sebaiknya menggunakan satu lapisan semen
meningkat. Gerakan angin yang tidak ada, yang kedap air atau susunan tegel, terrazo
dimana kesemuanya itu terjadi karena faktor maupun marmer18.
ventilasi18. Jasad renik seperti bakteri yang
sebelumnya berasal dari sumber penyakit
Pencahayaan (penderita) kemudian hidup dan berkembang
Pencahayaan bermakna secara statistik biak di lantai rumah, dimana perkembangan
dengan kejadian TB dewasa dan merupakan bekteri tersebut mengikuti keadaan basah
faktor risiko terhadap kejadian TB. Hasil ini keringnya lantai. Untuk lingkungan
menunjukan bahwa variabel pencahayaan pertumbuhan bakteri atau jasad renik lain,
merupakan faktor dominan dengan kejadian TB. memerlukan kondisi kelembaban tertentu19.
Terjadinya transmisi kuman TB dipengaruhi
oleh faktor jumlah kuman yang dihembuskan ke Jenis dinding
udara, konsentrasi kuman dalam udara, lamanya Jenis dinding tidak bermakna secara
pajanan, virulensi kuman dan status imunologis statistik dengan kejadian TB Paru dan bukan
pejamu. merupakan faktor risiko terhadap kejadian TB.
Dalam penelitian ini, variabel jenis dinding tidak
Cahaya masuk ruangan memiliki hubungan dengan terjadinya penyakit
Cahaya yang masuk ruangan bermakna TB Paru karena sebagain besar (65.0%) subjek
secara statistik dengan kejadian TB dewasa dan penelitian tinggal di rumah yang jenis
merupakan faktor risiko terhadap kejadian TB. dindingnya memenuhi syarat.
Hasil ini menunjukan bahwa variabel cahaya Penelitian ini sama dengan hasilnya
masuk ruangan pencahayaan bukan merupakan dengan penelitian Lienhard (2005) di Africa20.
faktor yang dominan terhadap kejadian TB Paru. Tidak bernaknanya variabel ini mungkin karena
Sama halnya dengan penelitian Maarif (2006) di sebagian besar responden (52%) tinggal pada
Bengkulu Utara yang menemukan bahwa yang rumah dengan jenis dinding yang memenuhi
tinggal di rumah dengan cahaya matahari cukup persyaratan.
masuk ke ruangan rumah mempunyai risiko
menderita TB paru 18,667 kali lebih besar Bahan bakar memasak
dibandingkan dengan rumah dengan tidak ada Jenis bahan bakar masak yang digunakan
cahaya masuk ke dalam ruangan17. Sinar tidak bermakna secara statistik dengan kejadian
matahari yang langsung menyinari kamar tidur TB Paru dan bukan merupakan faktor risiko
terhadap kejadian TB. Hasil penelitian ini
58
Halim dan Satria Budi Jurnal Kesmas Jambi (JKMJ)
berbeda dengan Shetty di India menemukan bermakna secara statistik. Hasil penelitian ini
bahwa bahan bakar memasak merupakan faktor menunjukan bahwa variabel kontak TB
risiko kejadian TB Paru dengan OR=1.80 dan merupakan faktor yang paling dominan dengan
nila p= 0.02. CI 95% :1.10 – 2.922 kejadian TB.
59
Vol.1, No.1, Maret 2016 Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
3. Rivai, M,N., Ilmu Tehnik Penyehatan 2, 19. Hadi.S. Metodologi Research I – IV,Cetakan ke-
Depdikbud, Direktorat Pendidikan menengah 31, Andi, Yogyakarta. 2001.
kejuruan, Jakarta.,1981. 20. Lienhardt, C. Sillah, J., Fielding,K. , Donkor,S. ,
4. Soewasti, S., Lubis, A., Atmosukarto,K,. Manhen,K., Warndorff, D., Bennet, D., and MC.
Hubungan Kondisi Perumahan dengan Penularan Adam,K. Risk factors for tuberculosisi in children
ISPA dan TB Paru, Media Litbang. (2000) in contact with infectious tuberculosisi Cases in
5. Kesehatan, Volume X Nomor 2 hal 27 – 31. The Gambia, West Afrca. Pediatric Journal,
Tahun 2000 Vol.111(5): 914-923. 2003.
6. Suryanata, I.W.T., Faktor-faktor yang 21. Ngapiyem, R. Faktor Risiko Infeksi TB Pada
berhubungan dengan penyakit tuberkulosis di Anak yang Kontak Serumah dengan Penderita TB
Kabupaten Timur Tengah Selatan, Universitas Paru (+).di Kabupaten Magelang Provinsi Jawa
Gadjah Mada, Yogyakarta. 2000.
Tengah. Tesis, Universisas Gadjah Mada,
7. Profil Kesehatan Puskesmas Sempor Tahun
Yogyakarta. 2006.
Kabupaten Kebumen, 2010.
22. Shetty.N., Shemko. M., Vaz.M., Souza.GD
8. Murti, B., Prinsip dan Metode Riset
Epidemiological evaluation of risk factor for
Epidemiologi, Cetakan Pertama, Gadjah Mada
tuberculosis in south India. International Journal
University Press, Yogyakarta.1997
Tuberculosis Lung Disease .10(1):80-86, 2006.
9. Noor, N.N., Epidemiologi, Cetakan ke-2,
Lembaga Penerbitan Universitas Hasanudin,
Makasar, 2004.
10. Cropton, J., Horne, N. & Miller,F. Clinical
Tubrculosis in Muhermann edd. Tuberkulosis
klinis, Jakarta : Widya Medika. 1992
11. Tjiptoherijanto, P., Soesetyo,B., Ekonomi
Kesehatan, Rinneka cipta, Jakarta. 1994.
12. Aris, M. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Penularan TB Paru di Kabupaten Tabalong
Kalimantan Selatan, Tesis, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta, 2000.
13. Hasmi. Hubungan Lingkungan Perumahan,
Pengetahuan dan perilaku Penderita TB Paru
dengan Kasu Baru TB Paru dalam rumah di
Kabupaten Kebumen, Thesis, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta. 2006
14. Shulman, S.T.,Phair,J.P. & Sommer, H.M. Dasar
Biologis dan Klinis penyakit Infeksi. Ed.
Keempat, Gadjah Mada University Press. 1994.
15. Sanropie,D., Gunarso.I.T. & Adisapto,W.
Pengawasan Penyehatan Lingkungan Pemukiman,
Jakarta.1989.
16. Mukono, H.J Prinsip Dasar Kesehatan
Lingkungan, Airlangga University Press,
Surabaya. 1999.
17. Maarif,S., Penyakit TB Paru BTA Positif di
Kecamatan Argamakmur Kabupaten Benkulu
Utara, Tesis, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, 2006.
18. Lubis, P., Perumahan Sehat. Pusat Pendidikan
Tenaga Kesehatan, Depkes RI Jakarta, 1989.
60