KOTA TASIKMALAYA
Disusun Oleh:
A. LATAR BELAKANG
Angka kematian ibu di Indonesia menurut departemen kesehatan tahun 2002
adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih jauh dibanding dengan
sasaran Indonesia sehat 2010 dimana sasaran angka kematian ibu sebesar 150
per100.000. (Prawirohardjo S, 2002).
Tiga penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan, hipertensi dalam
kehamilan dan infeksi. Perdarahan menyebabkan 25% kematian ibu di dunia
berkembang dan yang paling banyak adalah perdarahan pascasalin. Diperkirakan ada
14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya
paling sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal.
Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4 jam setelah
melahirkan. Di Inggris (2000) separuh kematian ibu hamil akibat perdarahan
disebabkan oleh perdarahan pasca salin. (Carroli G dkk, 2008)
Penanganan perdarahan pasca salin membutuhkan keahlian tersendiri dan
memerlukan kerjasama multi disiplin. Kegagalan untuk menilai gambaran klinis,
perkiraan kehilangan darah yang tidak adekuat, pengobatan yang tertunda , kurangnya
kerja tim multi disiplin dan kegagalan untuk mencari bantuan adalah beberapa
masalah yang penting untuk diperhatikan. Dokter harus menyadari
tindakan bedah dan waktu intervensi yang tepat serta tim yang efektif bekerja dapat
memperbaiki hasil akhir. ( Mukherjee S, Arulkumaran S, 2009 )
Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah sakit, sehingga
sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan pasca persalinan
terhambat sampai ke rumah sakit, saat datang keadaan umum/hemodinamiknya sudah
memburuk, akibatnya mortalitas tinggi. (Winkjosastro H dkk ,2002)
Perdarahan dalam bidang obstetri hampir selalu berakibat fatal bagi ibu
maupun janin, terutama jika tindakan pertolongan terhambat dilakukan atau jika
komponennya tidak dapat segera digunakan. Oleh karena itu, tersedianya sarana dan
perawatan sarana yang memungkinkan, penggunaan darah dengan segera merupakan
kebutuhan mutlak untuk pelayanan obstetri yang layak.
Setiap wanita hamil dan nifas yang mengalami perdarahan harus segera
dirawat dan ditentukan penyebabnya untuk selanjutnya dapat diberi pertolongan
dengan tepat. Mengingat komplikasi yang sangat fatal dapat terjadi akibat
keterlambatan penanganan perdarahan pasca salin, pengenalan dini
dan penanganan segera dan tepat terhadap adanya tanda-tanda perdarahan pasca
persalinan akibat atonia uteri akan menyelamatkan penderita dari kematian. Tindakan
pertama berupa perbaikan kontraksi uterus harus segera dilakukan secara simultan
dengan usaha pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya syok akibat perdarahan
tersebut, dalam hal ini penting dilakukan suatu pengawasan yang ketat terhadap
tanda-tanda vital penderita dan keseimbangan cairannya.(Prawirohardjo S,2002)
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan
masalah 4T.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan gambaran tentang pengkajian keperawatan keluarga dengan 4T
b. Memberikan gambaran tentang analisa data dengan 4T
c. Memberikan gambaran tentang intervensi keperawatan dengan 4T
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
4 terlalu adalah Hamil terlalu muda (primi muda) usia ibu < 20 tahun, hamil/
bersalin terlalu tua (grande multi) usia ibu > 35 tahun, terlalu dekat jarak kehamilan
atau persalinannya < dari 2 tahun, dan terlalu banyak anak (anak lebih dari 4).
B. Resiko 4 Terlalu
Terlalu Muda (Primi Muda) adalah ibu hamil pertama pada usia kurang
dari 20 tahun. Dimana kondisi panggul belum berkembang secara optimal dan
kondisi mental yang belum siap menghadapi kehamilan dan menjalankan
peran sebagai ibu (BKKBN, 2007:4).
b. Resiko Yang Dapat Terjadi
1) Secara fisik
Kehamilan terlalu muda beresiko bagi ibu dan juga bagi janinnya.
Resiko bagi ibu antara lain adalah perdarahan pada saat melahirkan antara
lain disebabkan karena otot rahim yang terlalu lemah dalam proses
involusi. Lebih mudah untuk mengalami abortus, kelahiran prematur,
eklampsia/preeklamsia dan persalinan yang lama. Kemungkinan yang bisa
dialami oleh janin yaitu lahir prematur, BBLR (berat saat lahir < 2500
gram) dan cacat janin.
Kehamilan di usia muda beresiko tinggi karena saat itu ibu masih
dalam proses tumbuh akan terjadi kompetisi makanan antara janin dan
ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya
perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan.
Penyulit pada kehamilan remaja lebih tinggi dibandingkan kurun
waktu sehat antara 20 sampai 30 tahun. Keadaan ini disebabkan belum
matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat merugikan
kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin. Keadaan
tersebut akan makin menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stress)
psikologis dan sosial ekonomi.[16]
d. Dampak Kehamilan Resiko Tinggi pada Usia Muda.
1) Keguguran
bawaan.
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi
terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat
badan lahir rendah (BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan
juga umur ibu yang belum menginjak 20 tahun. cacat bawaan
dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan
akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan
psikologi ibu kurang stabil. selain itu cacat bawaan juga di sebabkan
karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang gagal,
seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan
loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri.
Ibu yang hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya akan
gizi masih kurang, sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat yang
diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan
makin tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan cacat
bawaan.
3) Mudah terjadi infeksi.
Mengalami perdarahan.
Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan
karena otot rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi.
Kemungkinan keguguran / abortus.
Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi
keguguran. hal ini disebabkan oleh faktor-faktor alamiah dan juga
abortus yang disengaja, baik dengan obat-obatan maupun
memakai alat.
Persalinan yang lama dan sulit.
Adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun
janin.penyebab dari persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh
kelainan letak janin, kelainan panggul, kelaina kekuatan his dan
mengejan serta pimpinan persalinan yang salah kematian
ibu. Kematian pada saat melahirkan yang disebabkan oleh
perdarahan dan infeksi.
b) Resiko pada bayinya :
Terlalu Tua (Primi Tua) adalah ibu hamil pertama pada usia ≥ 35
tahun. Pada usia ini organ kandungan menua, jalan lahir tambah kaku, ada
kemungkinan besar ibu hamil mendapat anak cacat, terjadi persalinan macet
dan perdarahan.
b. Resiko Yang Dapat Terjadi
2) Pre-eklamspsi
4) Persalinan macet: ibu yang mengejan lebih dari 1 jam, bayi tidak dapat
Terlalu Tua (Hamil Usia > 35 tahun) Umur ibu juga mempengaruhi
kapasitas tropiknya, sehingga pada ibu dengan umur lebih tua cenderung
mempunyai bayi yang berat badannya lebih rendah. Pada umur 35 tahun atau
lebih, kesehatan ibu sudah menurun, akibatnya ibu hamil pada usia itu
mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mempunyai anak cacat, persalinan
lama dan perdarahan.
Selain itu, hal yang paling dikhawatirkan jika usia ibu diatas 35 tahun
ialah kualitas sel telur yang dihasilkan juga tidak baik. Ibu yang hamil pada
usia ini punya resiko 4 kali lipat dibanding sebelum usia 35 tahun.
e. Dampak Kehamilan Resiko Tinggi Pada Usia Tua
Risiko kehamilan yang mungkin terjadi saat terjadi kehamilan usia ibu
mencapai 40 tahun atau lebih. Terdapat risiko pada ibu dan risiko pada bayi.
Sel telur itu kan sudah ada di dalam organ reproduksi sejak wanita dilahirkan.
Namun, setiap bulan sel telur itu dilepaskan satu per satu karena sudah
matang. Berarti, sel telur yang tersimpan selama hampir 40 tahun ini usianya
juga sudah cukup tua. Karena, selama itu sel telur mungkin terkena paparan
radiasi. Di usia ini, wanita akan lebih sulit mendapatkan keturunan karena
tingkat kesuburan yang sudah menurun.
a) Resiko Pada Bayi.
Memasuki usia 35, wanita sudah harus berhati-hati ketika hamil karena
kesehatan reproduksi wanita pada usia ini menurun. Kondisi ini akan
makin menurun ketika memasuki usia 40 tahun.
Risiko makin bertambah karena pada usia 40 tahun, penyakit-penyakit
degeneratif (seperti tekanan darah tinggi, diabetes) mulai muncul.
Selain bisa menyebabkan kematian pada ibu, bayi yang dilahirkan juga
bisa cacat.
Kehamilan di usia ini sangat rentan terhadap kemungkinan komplikasi
seperti, placenta previa, pre-eklampsia, dan diabetes.
Risiko keguguran juga akan meningkat hingga 50 persen saat wanita
menginjak usia 42 tahun. Terjadi perdarahan dan penyulit kelahiran.
Elastisitas jaringan akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia.
Di usia semakin lanjut, maka sering terjadi penipisan dinding pembuluh
darah meskipun kasus tidak terlalu banyak dijumpai, namun masalah
pada kualitas dinding pembuluh darah khususnya yang terdapat di
dinding rahim, dengan adanya pembesaran ruang rahim akibat adanya
pertumbuhan janin dapat menyebabkan perdarahan
Hamil di usia 40 merupakan kehamilan dengan resiko komplikasi yang
tinggi. Menurut penelitian yang dilakukan Royal College of
Obstetricians and Gynaecologists, perempuan yang hamil di akhir usia
30-an dan 40-an lebih beresiko mengalami hipertensi saat kehamilan
(preeclampsia), kehamilan di luar rahim (kehamilan etopik),
mengalami keguguran.
Kualitas sel telur yang lemah menyebabkan penempelan janin pada
dinding rahim lemah sehingga sering menimbulkan perdarahan.
Terjadi pre eklampsia. Pre eklampsia atau perdarahan yang disebabkan
oleh adanya tekanan darah yang tinggi melebihi batas normal sering
menjadi penyebab kematian ibu yang melahirkan. Pre eklampsia banyak
dikaitkan dengan usia ibu yang terlalu tua untuk hamil.
Kesulitan melahirkan. Proses melahirkan butuh energi yang ekstra.
Tanpa adanya tenaga yang kuat, maka ibu dapat sulit mengejan
sehingga justru berbahaya bagi bayi yang dilahirkan. Semakin tua usia
ibu dikhawatirkan tenaga sudah relatif menurun, meskipun tidak dapat
disamaratakan antara individu satu dengan lainnya.
Di saat melahirkan, pembukaan mulut rahim mungkin akan terasa sulit
sehingga bayi bisa mengalami stres. Oleh karena itu, proses melahirkan
pada ibu yang berusia 40 tahun pada umumnya dilakukan secara Caesar.
f. Pencegahan
1) Rajin menjaga kebugaran tubuh, Anda tak perlu terlalu khawatir. Karena,
Anda tetap bisa melahirkan secara normal. Anda dan bayi pun akan sehat-
sehat saja.
2) Berkonsultasi kepada dokter mengenai asupan gizi yang perlu bagi
1) Keguguran
2) Anemia
5) Cacat bawaan
Terlalu Banyak Anak (Grande Multi) adalah ibu pernah hamil atau
melahirkan lebih dari 4 kali atau lebih. Kemungkinan akan di temui kesehatan
yang terganggu, kekendoran pada dinding perut, tampak pada ibu dengan
perut yang menggantung.
b. Resiko Yang Akan Terjadi
3) Persalinan lama
dan sektor antara lain dengan jalan menjalin kemitraan dengan pemda,
organisasi profesi.
3) Peningkatan partisipasi perempuan, keluarga dan masyarakat antara lain
proses kehamilan dan persalinan dapat dilalui dengan aman dan sehat.
2) Ibu akan mempunyai kesehatan reproduksi yang prima dan memiliki waktu
mengembangkan kesejahteraan
b. Diagnosa keperawatan II
Intervensi:
Diskusikan tentang akibat kurangnya nutrisi pada ibu hamil dengan 4T.
Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota keluarga
yang menderita 4T pada ibu hamil
c. Diagnosa Keperawatan III
Intervensi:
Jaga lingkungan rumah agar bebas dari resiko kecelakaan misalnya benda
yang tajam.
Gunakan alat pelindung bila bekerja Misalnya sarung tangan.
Gunakan bahan yang lembut untuk pakaian untuk mengurangi terjadinya
iritasi.
Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.
TINGKAT KEMANDIRIAN 1 2 3 4
Menerima petugas
Menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana
keperawatan
Tahu dan dapat mengungkapkan masalah
kesehatan secara benar
Memanfaatkan fasilitas kesehatan masyarakat
Melakukan tindakan keperawatan sederhana
sesuai anjuran
Melakukan tindakan pencegahan sesuai asertif
Melakukan tindakan peningkatan / promotif
secara asertif
BAB III
A. PENGKAJIAN
I. Data Umum
1. Identitas Kepala Keluarga
a. Nama Kepala Keluarga : Tn. E
b. Umur : 29 tahun
c. Agama : Islam
d. Pekerjaan : Penjahit
e. Pendidikan : SMP
f. Telepon : 087825441504
g. Suku/Bangsa : Sunda
h. Alamat : Madewangi RT 02 / RW 02
Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya
2. Komposisi
31 31 42 31 32 40 49 53
29 39 42
7 18 20
4. Tipe Keluarga
a. Jenis Tipe Keluarga :
keluarga Tn. E termasuk tipe keluarga berantai (serial family) karena Ibu
A yang telah menikah lebih dari 1 kali dan merupakan satu keluarga inti.
b. Masalah yang terjadi dengan tipe tersebut :
yang menjadi masalah keluarga sekarang yaitu masalah ekonomi,
dikarenakan penghasil Tn. E tidak sepenuhnya dapat membiayai
kebutuhan keluarganya yang banyak.
5. Suku/Bangsa
Keluarga Ibu A bersuku sunda sama seperti tetangga-tetangganya. Ada
beberapa kegiatan lingkungan yang berhubungan dengan etnis seperti pada
Rabu pagi mengikuti pengajian dengan warga lainnya dan bila tidak ada
kegiatan biasa berkumpul dan berbincang di teras warga, bahasa yang biasa
digunakan dalam bersosialisasi dengan tetangganya yaitu bahasa sunda.
Keluarga Ibu A menggunakan pola busana modern, seperti Ibu A memakai
daster, anaknya yang perempuan dan laki-laki menggunakan baju kaos dan
celana panjang. Dalam masalah pengambilan keputusan adalah tugas Tn. E
tetapi sebelumnya melalui proses musyawarah dengan anggota keluarga. Jika
salah seorang dari keluarganya ada yang sakit langsung dibawa ke puskesmas
atau dengan membeli obat warung.
6. Agama dan Kepercayaan yang memengaruhi kesehatan
Keluarga Ibu A semuanya menganut agama islam, Ibu A juga rutin
menghadiri pengajian seminggu sekali. Keluarga meyakini bahwa setiap
penyakit pasti ada obatnya dan sakit merupakan ujian dari Alloh sekaligus
sebagai penghapus dosanya.
7. Status social ekonomi keluarga
Penghasilan keluarga Tn. E sekitar Rp.2 000.000,-/bulan dan jumlah tersebut
sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, bila ada kebutuhan yang
belum terpenuhi Tn. E meminjamnya ke koperasi. Ibu A mengatakan
penghasilan suaminya tersebut cukup untuk membeli makan, bayar listrik dan
bekal anaknya, bila ada sisanya beliau tabungkan untuk kebutuhannya yang
lain.
8. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga Ibu A jarang melakukan aktivitas rekreasi,hanya hiburan saat di
rumah dengan menonton televisi bersama-sama.
dapur
WC R. keluarga
kamar
R. Tamu
kamar
teras
Ket :
: Jendela
: Pintu
V. Struktur keluarga
1. Komunikasi keluarga
Keluarga Ibu A dalam berkomunikasi menggunakan bahasa sunda, antar
anggota keluarga terbina komunikasi yang baik dan bila menghadapi
masalah dapat diselesaikan secara bersama-sama.
4. Fungsi reproduksi
Keluarga Ibu A ingin memiliki 4 anak saja supaya bisa mengoptimalkan
kesejahteraan keluarganya. Dahulu Ibu A pernah menggunakan Pil Kb
yang dikomsumsi 1 bulan sekali.
5. Fungsi ekonomi
Ibu A mengatakan penghasilan yang diperoleh cukup untuk memenuhi
kebutuhan sandang pangan keluarga sehari-hari.
Pemeriksaan Ibu L
a. Keadaan Umum
TD 110/80 mmHg
N 82x/menit
R 22x/menit
S 36,4ºC
Status obstetrik G4P3A0
Usia kehamilan 7 bulan
BB/TB 53/146
b. Kepala dan rambut Bentuk kepalaa bulat, penyebaran rambut merata,
rambut bersih dan berwarna hitam, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada lesi
c. Hidung Hidung bersih, tidak ada lesi ataupun mucus,tidak
ada pembengkakan, tidak ada nyeri tekan, fungsi
penciuman baik.
d. Telinga Telinga simetris, telinga tampak bersih, tidak ada
pembengkakan, fungsi pendengaran baik
e. Mata Simetris, konjungtiva sianosis, sclera putih, fungsi
penglihatan baik, tidak ada nyeri tekan
f. Mulut, gigi,lidah, Mukosa bibir lembap, warna merah muda, lidah
tonsil dan paring bersih tidak ada sianosis, tonsil dan faring normal.
g. Leher dan Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
tenggorokan pembesaran kelenjar tiroid, fungsi menelan baik
h. Dada 1) Ekspansi dada simetris, tidak ada penggunaan
1) Paru-paru otot-otot tambahan, respirasi 22x/menit, bunyi
2) Jantung nafas vesicular, tidak ada pembengkakan dan
nyeri tekan
2) Bunyi jantung lub-dup, tidak ada suara
tambahan, irama jantung regular, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada pembengkakan
i. Payudara Payudara simetris, areola coklat, tidak ada benjolan,
tidak ada nyeri tekan
j. Abdomen TFU 33 cm, DJJ 136x/menit, sebelah kiri
ekstremitas, kanan punggung, atas bokong dan
bawah kepala, tidak ada distensi abdomen, tidak ada
nyeri tekan.
k. Ekstremitas, kuku Kekuatan otot
dan kekuatan otot 5 5
5 5
Kuku merah muda, CRT lebih dari 2 detik, kulit
lembab, turgor kulit baik
l. Genetalia dan anus Tidak terkaji
m. Permeriksaan Baik, ditandai dengan Ibu A dapat membaca name
neurologi tag perawat dengan jarak 30 cm.
1. Harapan Keluarga
a. Terhadap masalah kesehatannya
Ibu A berharap tidak akan menderita penyakit yang berbahaya serta anggota
keluarga yang lain juga tidak mudah terserang penyakit apapun. Ibu A juga
berharap anggota keluarganya tetap diberikan kesehatan oleh Alloh dan yang
terutama saat ini persalinannya lancar dan diselamatkan keduanya.
b. Terhadap petugas kesehatan yang ada
Harapan keluarga terhadap petugas kesehatan adalah agar pelayanan
kesehatan tetap ditingkatkan dimana pun setiap anggota masyarakat berada
agar kesehatan setiap orang dapat terjamin dengan baik terutama yang
beresiko tinggi.
Tingkat Kemandirian
No Kriteria
1 2 3 4
1 Menerima petugas
2 Menerima pelayanan sesuai dengan rencana keperawatan
3 Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara
benar
4 Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran
5 Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran
6 Melakukan tindakan pencegahan secara asertif
7 Melakukan tindakan peningkatan/promotif secara aktif
ANALISA DATA
Masalah : Aktual
B. Diagnosa Keperawatan
DX 1 : Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
DX 2: Gangguan pemenuhan istirahat tidur berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarganya
yang sedang hamil dengan 4T
NO. TUJUAN KRITERIA HASIL TT
TGL TUJUAN KHUSUS RESPON STANDAR INTERVENSI
DX UMUM D
24 2 Setelah dilakukan
November tindakan TUK 1 Verbal dan Keluarga mampu menjelaskan 1. Jelaskan cara perawatan
2021 keperawatan Setelah dilakukan psikomotor kembali tentang : anggota keluarga dengan
selama 2 minggu tindakan keperawatan 1. Menyebutkan kembali cara penyakit anemia
maka diharapkan selama 2 kali perawatan pada anggota 2. Jelaskan dan
masalah istirahat- kunjungan ,keluarga keluarga dengan gangguan demonstrasikan menu
tidur dapat mampu merawat pada pemenuhan istirhat tidur makanan seimbang
teratasi anggota keluarga yaitu dengan : 3. Berikan kesempatan pada
dengan 4T a. Releksasi nafas dalam anggota keluarga untuk
b. Membersihkan diri mendemonstrasikan
terlebih dahulu 4. Berikan pujian
c. Mengatur posisi 5. Evaluasi keberhasilan
senyaman mungkin
d. Buat lingkungan dalam
keadaan nyaman dan
tenang
2. Mendemonstrasikan
perawatan anggota
keluarga dengan gangguan
pemenuhan istirahat-tidur
dengan melatih nafas
dalam dengan cara tarik
nafas panjang kemudian
tahan selama 2 setik dan
hembuskan melalui mulut
sampai hitungan ke tujuh,
terus ulangi sampai 4 kali
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
24/11/202 1. Mengajarkan kepada Ibu A tentang perawatan S :
1 - Ibu A mengatakan payudaranya sudah
payudaradan perawatan punting.
Jam :
tidak nyeri dan bengkak
09.00 WIB 2. Diskusikan kebutuhan untuk istirahat yang cukup
O:
3. Berikan edukasi tentang nutrisi untuk ibu hamil
- Payudara tidak bengkak.
- T : 100/70 mmHg
- P : 82 x/menit
- R : 20 x/menit
- Glukosa Darah 383 mg/dl
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
Tingkat Kemandirian
No Kriteria
1 2 3 4
1 Menerima petugas
2 Menerima pelayanan sesuai dengan rencana keperawatan
3 Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatan secara benar
4 Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai anjuran
5 Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran
6 Melakukan tindakan pencegahan secara asertif
7 Melakukan tindakan peningkatan/promotif secara aktif
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ibu yang berisiko lebih besar untuk mengalami 4-T adalah kelompok ibu yang
berada di perdesaan, berpendidikan rendah, berasal dari tingkat ekonomi rendah, tidak
menginginkan kehamilannya dan kesulitan akses ke pelayanan kesehatan. Ibu yang
berpendidikan tinggi akan lebih luas tingkat pengetahuan karena lebih besar peluang
terpapar dengan informasi terkait kesehatan dan risiko kehamilan. Disamping itu, ibu
yang berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah ke atas akan lebih
mudah mengakses informasi kesehatan dan pelayanan kesehatan sehingga risiko
kehamilan dapat dicegah. Kemudian, ibu yang menginginkan kehamilannya akan
lebih memperhatikan, merencanakan kehamilan dan persalinannya dengan lebih baik
dan cermat. Akses ke pelayanan kesehatan baik mengunjungi atau pun dikunjungi
oleh tenaga kesehatan dapat memperkecil risiko kehamilan dan persalinan.
B. Saran
Peningkatan edukasi terkait kesehatan reproduksi khususnya tentang risiko
kehamilan dan persalinan harus lebih ditingkatkan melalui penyuluhan kesehatan
khususnya di daerah perdesaan. Juga program jamkesmas atau jamperlin harus lebih
digalakkan khususnya disebarkan hingga ke desa-desa untuk menjangkau kelompok
ibu yang berasal dari golongan kurang mampu/miskin. Selanjutnya, upaya terus
menerus untuk mengoptimalkan pelayanan kesehatan terutama program Keluarga
Berencana di desa-desa. Selain itu, mengintensifkan kinerja tenaga kesehatan di
daerah dalam rangka meningkatkan edukasi dan pelayanan kesehatan dengan upaya
“jemput bola” ke rumah ibu hamil atau ibu sehabis bersalin/nifas/menyusui agar
masyarakat lebih paham bagaimana merencanakan dan mengatur kehamilan serta
persalinan yang aman.
DAFTAR PUSTAKA
o Akhter S, Begum MR, Kabir Z, Rashid M, Laila TR, Zabeen F.(2003): Use of
acondom to control massive PPH.
o Medscape General Medicine. AlanH, DeCherney , Lauren Nathan ( 2003) Curren
Obstretric & Gynecologic Diagnosis & Tretment ,
o Ninth edition; The McGraw-Hill Companies, IncCarroli G,Cuesta C, Abalos
E,Gulmezoglu AM, (2008): Epidemiology of postpartumhaemorrhage:a systematic
review;
o Best Practice & Research Clinical Obstetrics andGynaecology, vol 22:6 , 999-
1012Castaneda S, Karrison T, Cibils LA, (2000):
o Peripartum Hysterectomy , J Perinatmed,vol 28(6):472-81Chandraharan E,
Arulkumaran S.(2008) : Surgical aspects of postpartumhaemorrhage.
o Best Pract Res Clin Obstet Gynecol, 102John M. Kirby, John R. Kachura, Dheeraj K.
Rajan, Kenneth W. Sniderman, MartinE. Simons, Rory C. Windrim, John C.
Kingdom, (2009) :
o Arterial embolization for primary postpartum hemorrhage,Journal of Vascular and
Interventional Radiology,Volume 20, Issue 8, Pages 1036-1045
o Mukherjee S, Arulkumaran S, (2009): Post-partum
haemorrhage;Obsterics,Gynaecology and Reproductive medicine, vol 19:5, hal 122-
126Prawirohardjo S.(2002) : Perdarahan Pasca
Persalinan. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal .
Jakarta : YBP
LAMPIRAN
RESIKO KEHAMILAN 4T
I. PENGANTAR
A. Bidang Studi : Pendidikan dan Penyuluh
B. Pokok Bahasan : Resiko kehamilan 4T
C. Sub Pokok bahasan : Resiko kehamilan 4T
D. Hari/ Tanggal : Rabu, 26 November 2021
E. Waktu : 20 menit
F. Tempat : Rumah
G. Sasaran : Ibu Ibu
H. Metode : Ceramah
I. Media : Leaflet
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 20 menit tentang resiko kehamilan 4T, ibu dapat
memahami tentang resiko kehamilan 4T
1. Resiko kehamilan 4T
2. Tanda dan Gejala
IV. MATERI
Terlampir
V. MEDIA
Leaflet
VI. METODE
Penyuluhan, ceramah. Tanya jawab.
VIII. EVALUASI
- Kegiatan penyuluhan dilakukan sesuai jadwal yang direncanakan
4 terlalu adalah Hamil terlalu muda (primi muda) usia ibu < 20 tahun, hamil/ bersalin
terlalu tua (grande multi) usia ibu > 35 tahun, terlalu dekat jarak kehamilan atau persalinanny
a < dari 2 tahun, dan terlalu banyak anak (anak lebih dari 4). [16]
Resiko 4 Terlalu
Terlalu Muda (Primi Muda) adalah ibu hamil pertama pada usia kurang dari 20 tahun.
Dimana kondisi panggul belum berkembang secara optimal dan kondisi mental yang belum si
ap menghadapi kehamilan dan menjalankan peran sebagai ibu (BKKBN, 2007:4).
Resiko yang dapat terjadi pada kehamilan terlalu muda (primi muda) adalah :
Secara fisik
Kondisi rahim dan panggul belun berkembang secara optimal, mengakibatkan kesakitan dan
kematian bagi ibu dan bayinya. Pertumbuhan dan perkembangan fisik ibu terhenti/terhambat.
Secara mental
Tidak siap menghadapi perubahan yang akan terjadi pada saat kehamilan.
Terlalu Muda (Hamil Usia <20 tahun). umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahir
kan atau diadakan). Dalam kaitannya dengan hamil dan melahirkan mengelompokkan umur
menjadi 2 yaitu umur yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun dan um
ur yang tidak aman yaitu < 20 tahun dan > 30 tahun.
Berdasarkan ciri-ciri setiap masa periode perencanaan keluarga usia reproduksi menurut Saif
udin (2006), terbagi 3 macam yaitu:
Kehamilan terlalu muda beresiko bagi ibu dan juga bagi janinnya. Resiko bagi ibu antara lain
adalah perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim yang terlalu
lemah dalam proses involusi. Lebih mudah untuk mengalami abortus, kelahiran prematur, ekl
ampsia/preeklamsia dan persalinan yang lama. Kemungkinan yang bisa dialami oleh janin yai
tu lahir prematur, BBLR (berat saat lahir < 2500 gram) dan cacat janin.
Kehamilan di usia muda beresiko tinggi karena saat itu ibu masih dalam proses tumbuh akan
terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuh
an dan adanya perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan.
Penyulit pada kehamilan remaja lebih tinggi dibandingkan kurun waktu sehat antara 20 samp
ai 30 tahun. Keadaan ini disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga
dapat merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan janin. Keadaan ters
ebut akan makin menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stress) psikologis dan sosial eko
nomi.[16]
Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan.
terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah (BB
LR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang belum menginjak 20 tah
un. cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang kehamilan, pengetahuan ak
an asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan (ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang
stabil. selain itu cacat bawaan juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses penggugur
an sendiri yang gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan lon
cat-loncat dan memijat perutnya sendiri.
Ibu yang hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya akan gizi masih kurang, sehingga a
kan berakibat kekurangan berbagai zat yang diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian a
kan mengakibatkan makin tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan cacat b
awaan.
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan terjadi infeksi sa
at hamil terlebih pada kala nifas.
Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan kurang pengetahuan akan penting
nya gizi pada saat hamil di usia muda. Karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengala
mi anemia. Tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk meningkatkan jumlah sel darah
merah, membentuk sel darah merah janin dan plasenta. Lama kelamaan seorang yang kehilan
gan sel darah merah akan menjadi anemis.
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin meningkatkan t
erjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau eklampsia. Pre-eklampsia dan ek
lampsia memerlukan perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian.
Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan infeksi. Selain
itu angka kematian ibu disebabkan karena pengguguran kandungan yang cukup tinggi kebany
akan hal ini dilakukan oleh tenaga non profesional (dukun).
Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia dibawah 20 tahun antara lain:
Mengalami perdarahan.
Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim yang terlalu lemah
dalam proses involusi.
Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi keguguran. hal ini disebabkan oleh
faktor-faktor alamiah dan juga abortus yang disengaja, baik dengan obat-obatan maupun me
makai alat.
Adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin.penyebab dari persalinan lama
sendiri dipengaruhi oleh kelainan letak janin, kelainan panggul, kelaina kekuatan his dan men
gejan serta pimpinan persalinan yang salah kematian ibu. Kematian pada saat melahirkan yan
g disebabkan oleh perdarahan dan infeksi.
Adalah kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari). hal ini terjadi karena pada
saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan berkurang.
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500 gram. kebanyakan hal ini di
pengaruhi kurangnya gizi saat hamil, umur ibu saat hamil kurang dari 20 tahun. dapat juga di
pengaruhi penyakit menahun yang diderita oleh ibu hamil.
Cacat bawaan.
Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pertumbuhan.hal ini dipeng
aruhi oleh beberapa faktor, diantaranya kelainan genetik dan kromosom, infeksi, virus rubela
serta faktor gizi dan kelainan hormon.
Kematian bayi.
Kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama hidupnya atau kematian perinatal yang dis
ebabkan berat badan kurang dari 2.500 gram, kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), ke
lahiran kongenital serta lahir dengan asfiksia. [19]
Resiko yang dapat terjadi pada kehamilan terlalu tua(primi tua ≥ 35 tahun) adalah :
Pre-eklamspsi
Persalinan macet: ibu yang mengejan lebih dari 1 jam, bayi tidak dapat lahir dengan tenaga ib
u sendiri melalui jalan lahir biasa.
Terlalu Tua (Hamil Usia > 35 tahun) Umur ibu juga mempengaruhi kapasitas tropiknya, sehi
ngga pada ibu dengan umur lebih tua cenderung mempunyai bayi yang berat badannya lebih
rendah. Pada umur 35 tahun atau lebih, kesehatan ibu sudah menurun, akibatnya ibu hamil pa
da usia itu mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mempunyai anak cacat, persalinan la
ma dan perdarahan.
Selain itu, hal yang paling dikhawatirkan jika usia ibu diatas 35 tahun ialah kualitas sel telur
yang dihasilkan juga tidak baik. Ibu yang hamil pada usia ini punya resiko 4 kali lipat diband
ing sebelum usia 35 tahun.[17]
Risiko kehamilan yang mungkin terjadi saat terjadi kehamilan usia ibu mencapai 40 tahun ata
u lebih. Terdapat risiko pada ibu dan risiko pada bayi. Sel telur itu kan sudah ada di dalam or
gan reproduksi sejak wanita dilahirkan. Namun, setiap bulan sel telur itu dilepaskan satu per s
atu karena sudah matang. Berarti, sel telur yang tersimpan selama hampir 40 tahun ini usiany
a juga sudah cukup tua. Karena, selama itu sel telur mungkin terkena paparan radiasi. Di usia
ini, wanita akan lebih sulit mendapatkan keturunan karena tingkat kesuburan yang sudah men
urun.
Kehamilan di atas usia 40 itu berisiko melahirkan bayi yang cacat. Kecacatan yang paling um
um adalah down syndrome (kelemahan motorik, IQ rendah) atau bisa juga cacat fisik.
Adanya kelainan kromosom dipercaya sebagai risiko kehamilan di usia 40 tahun. Pertambaha
n usia dapat menyebabkan terjadinya kelainan terutama pada pembelahan kromosom. Pembel
ahan kromosom abnormal menyebabkan adanya peristiwa gagal berpisah yang menimbulkan
kelainan pada individu yang dilahirkan. Terjadinya kelahiran anak dengan sindroma down, ke
mbar siam, autism sering disangkut pautkan dengan masalah kelainan kromosom yang diakib
atkan oleh usia ibu yang sudah terlalu tua untuk hamil. Akan tetapi hal inipun masih berada d
i dalam penelitian lanjut mengenai kebenarannya.
Seiring bertambah usia maka resiko kelahiran bayi dengan down syndrome cukup tinggi yakn
i 1:50. Hal ini berbeda pada kehamilan di usia 20-30 tahun dengan rasio 1:1500.
Selain itu, bayi yang lahir dari kelompok tertua lebih cenderung untuk memiliki cacat lahir da
n harus dirawat di unit perawatan intensif neonatal.
Kebanyakan akan mengalami penurunan stamina. Karena itu disarankan untuk melakukan pe
rsalinan secara operasi caesar. Hal ini dilakukan bukan tanpa alasan namun mengingat untuk
melahirkan normal membutuhkan tenaga yang kuat.
Pada ibu hamil dengan usia 40 tahun ke atas kebanyakan tidak kuat untuk mengejan karena n
afas yang pendek. Akibatnya bayi bisa mengalami stres karena saat proses persalinan pembuk
aan mulut rahim akan terasa sulit. Kebanyakan kasus kehamilan di usia 40 tahun ke atas akan
mengalami kesulitan saat melahirkan secara normal. Apalagi untuk ibu hamil yang hipertensi,
maka sangat dianjurkan untuk melakukan persalinan dengan operasi caesar. Untuk menyelam
atkan ibu dan juga bayi
Memasuki usia 35, wanita sudah harus berhati-hati ketika hamil karena kesehatan reproduksi
wanita pada usia ini menurun. Kondisi ini akan makin menurun ketika memasuki usia 40 tahu
n.
Risiko makin bertambah karena pada usia 40 tahun, penyakit-penyakit degeneratif (seperti te
kanan darah tinggi, diabetes) mulai muncul. Selain bisa menyebabkan kematian pada ibu, bay
i yang dilahirkan juga bisa cacat.
Kehamilan di usia ini sangat rentan terhadap kemungkinan komplikasi seperti, placenta previ
a, pre-eklampsia, dan diabetes.
Risiko keguguran juga akan meningkat hingga 50 persen saat wanita menginjak usia 42 tahun.
Terjadi perdarahan dan penyulit kelahiran. Elastisitas jaringan akan berkurang seiring denga
n bertambahnya usia. Di usia semakin lanjut, maka sering terjadi penipisan dinding pembuluh
darah meskipun kasus tidak terlalu banyak dijumpai, namun masalah pada kualitas dinding pe
mbuluh darah khususnya yang terdapat di dinding rahim, dengan adanya pembesaran ruang r
ahim akibat adanya pertumbuhan janin dapat menyebabkan perdarahan
Hamil di usia 40 merupakan kehamilan dengan resiko komplikasi yang tinggi. Menurut penel
itian yang dilakukan Royal College of Obstetricians and Gynaecologists, perempuan yang ha
mil di akhir usia 30-an dan 40-an lebih beresiko mengalami hipertensi saat kehamilan (preecl
ampsia), kehamilan di luar rahim (kehamilan etopik), mengalami keguguran.
Kualitas sel telur yang lemah menyebabkan penempelan janin pada dinding rahim lemah sehi
ngga sering menimbulkan perdarahan.
Terjadi pre eklampsia. Pre eklampsia atau perdarahan yang disebabkan oleh adanya tekanan d
arah yang tinggi melebihi batas normal sering menjadi penyebab kematian ibu yang melahirk
an. Pre eklampsia banyak dikaitkan dengan usia ibu yang terlalu tua untuk hamil.
Kesulitan melahirkan. Proses melahirkan butuh energi yang ekstra. Tanpa adanya tenaga yan
g kuat, maka ibu dapat sulit mengejan sehingga justru berbahaya bagi bayi yang dilahirkan. S
emakin tua usia ibu dikhawatirkan tenaga sudah relatif menurun, meskipun tidak dapat disam
aratakan antara individu satu dengan lainnya.
Di saat melahirkan, pembukaan mulut rahim mungkin akan terasa sulit sehingga bayi bisa me
ngalami stres. Oleh karena itu, proses melahirkan pada ibu yang berusia 40 tahun pada umum
nya dilakukan secara Caesar.
Pencegahan
Rajin menjaga kebugaran tubuh, Anda tak perlu terlalu khawatir. Karena, Anda tetap bisa mel
ahirkan secara normal. Anda dan bayi pun akan sehat-sehat saja.
Berkonsultasi kepada dokter mengenai asupan gizi yang perlu bagi kesehatan kehamilan. Jan
gan lupakan menerapkan pola hidup sehat dengan mengonsumi makanan sehat bernutrisi yan
g dibutuhkan untuk ibu hamil dan janin dalam perut.
Karena adanya sejumlah risiko komplikasi ini, Anda yang berusia 35 tahun ke atas cukup bes
ar kemungkinannya untuk melahirkan secara Caesar.
Sejumlah resiko di atas tetap dapat diminimalkan dengan berkonsultasi secara intensif dengan
dokter kandungan.
Ibu hamil dengan usia beresiko lebih sering melakukan pemeriksaan dan konsultasi. Segerala
h melakuan screening atau tes untuk mencegah atau mengurangi resiko yang membahayakan
ibu dan anak. Pemeriksaan yang bisa dilakukan seperti, USG, Triple Test dengan mengambil
sampel darah, Nuchal Translucency yang mengukur ketebalan belakang leher janin, dan Amn
iocentesis yaitu pengambilan cairan ketuban dari dalam rahim, yang selanjutnya dikirim ke la
boratorium genetik untuk dilihat adakah kelebihan atau kelainan kromosom.
Disarankan untuk mengonsumi minuman suplemen asam folat dan rajin mengunjungi dokter
spesialis kandungan.
Melakukan olahraga low impact juga bisa dilakukan untuk melatih stamina selama menjalani
kehamilan. [20]
Terlalu Dekat Jarak Kehamilan adalah jarak antara kehamilan satu dengan berikutnya kurang
dari 2 tahun (24 bulan). Kondisi rahim ibu belum pulih, waktu ibu untuk menyusui dan mera
wat bayi kurang. [18]
Keguguran
Anemia
Cacat bawaan
Memberikan waktu istirahat untuk mengembalikan otot-otot tubuhnya seperti semula. Untuk
memulihkan organ kewanitaan wanita setelah melahirkan. Rahim wanita setelah melahirkan,
beratnya menjadi 2 kali lipat dari sebelum hamil. Untuk mengembalikannya ke berat semula
membutuhkan waktu sedikitnya 3 bulan, itu pun dengan kelahiran normal. Untuk kelahiran d
engan cara caecar membutuhkan waktu lebih lama lagi.
Menyiapkan kondisi psikologis ibu yang mengalami trauma pasca melahirkan karena rasa sak
it saat melahirkan atau saat dijahit. Ini membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuat
wanita siap lagi untuk hamil dan melahirkan.
Bagi wanita dengan riwayat melahirkan secara caecar, bayi lahir cacat, pre eklamsia, dianjurk
an untuk memberi jarak antar kehamilan yang cukup. Karena mereka memiliki resiko lebih b
esar dari pada wanita dengan riwayat kelahiran normal dan supaya bayi yang sudah lahir men
dapatkan ASI eksklusif dari ibunya.
Terlalu Banyak Anak (Grande Multi) adalah ibu pernah hamil atau melahirkan lebih dari 4 ka
li atau lebih. Kemungkinan akan di temui kesehatan yang terganggu, kekendoran pada dindin
g perut, tampak pada ibu dengan perut yang menggantung.
Resiko yang dapat terjadi pada kehamilan terlalu banyak anak (4 kali melahirkan) adalah
Persalinan lama
Memiliki banyak anak kini kurang diminati para orangtua dengan alasan biaya hidup dan pen
didikan yang semakin mahal. Di luar masalah finansial sebenarnya melahirkan terlalu sering
beresiko buruk bagi kesehatan ibu dan bayi. "Makin sering hamil, makin buruk dampaknya b
agi kesehatan karena meningkatkan risiko kematian ibu". Menurut Darney, wanita yang mela
hirkan anak lima orang atau lebih memiliki risiko kehamilan bermasalah. Salah satu komplik
asi yang mungkin dialami adalah perdarahan saat persalinan.
Di Indonesia sendiri, saat ini perdarahan masih menjadi penyebab utama kematian ibu saat m
elahirkan. Rahim, organ tempat janin berkembang, terdiri dari jaringan otot. Kehamilan yang
terlalu rapat akan mengendurkan otot-otot tersebut sehingga setelah persalinan rahim menjadi
sulit berkontraksi untuk kembali ke ukurannya yang semula dan terjadilah perdarahan. Obat-o
batan biasanya kurang berhasil mengatasinya. Menurut penjelasan dr.Prima Progestian, Sp.O
G, selain risiko perdarahan ada beberapa risiko yang harus dihadapi wanita yang melahirkan t
erlalu sering.
Risiko placenta previa dan plasenta akreta meningkat. Placenta previa adalah kelainan letak p
lasenta yang seharusnya di atas rahim malah di bawah, sehingga menutupi jalan lahir.
Meningkatnya intervensi dalam persalinan seperti pemasangan infus atau induksi (rangsanga
n) agar tanda persalinan muncul. Induksi bisa dilakukan dengan pemberian obat-obatan atau
memecahkan kantung ketuban.
Usia ibu yang terlalu tua juga menyebabkan risiko kecacatan janin, komplikasi pada ibu (pree
klampsia atau diabetes gestasional).
Risiko bayi dilahirkan prematur akibat jaringan parut dari kehamilan sebelumnya bisa menye
babkan masalah pada plasenta bayi.
Menurut dr.Prima, meski sampai sekarang belum ada batasan pasti berapa banyak ibu boleh h
amil dan dioperasi caesar, namun menurut riset diperoleh kurva bahwa melahirkan anak di at
as tiga orang maka risiko komplikasi akan meningkat. "Untuk operasi caesar ada konsensus b
ahwa batasannya tidak lebih dari tiga kali," katanya.
Slogan “Banyak Anak Banyak Rejeki” saat ini sudah mulai ditinggalkan oleh keluarga moder
n. Alasan utama tentu adalah semakin meningkatnya biaya hidup dan pendidikan. Namun apa
bila dikaji menurut ilmu kesehatan, para ilmuwan menyebutkan bahwa ternyata banyak anak
juga bisa memperpendek usia khususnya pada wanita.
Terlalu sering melahirkan bisa memberi dampak buruk bagi sang ibu. Risiko kematian menja
di lebih meningkat. Pasalnya, jika terlalu sering melahirkan kemungkinan terjadi perdarahan
saat persalinan. Perdarahan terjadi akibat kegagalan berkontraksi rahim atau biasa disebut per
darahan pascapersalinan.
“Risiko kematian pada ibu yang sering melahirkan karena perdarahan pervaginam (lahir deng
an persalinan normal). Jadi, dalam rahim banyak sekali pembuluh darah. Kalau dia gagal berk
ontraksi, gagal mengecil, tentunya akan terjadi bleeding (perdarahan). Banyak kematian saat
melahirkan akibat perdarahan”[21]
Meningkatkan partisifasi aktif dan pemanfaatan kerjasama lintas program dan sektor antara la
in dengan jalan menjalin kemitraan dengan pemda, organisasi profesi.
Peningkatan partisipasi perempuan, keluarga dan masyarakat antara lain dalam bentuk menin
gkatkan pengetahuan tentang tanda bahaya pencegahan 3 terlambat yaitu : 1).Terlambat dala
m mencapai pasilitas (transportasi kerumah sakit/ puskesmas karena jauh).
2) .Terlambat dalam mendapatkan pertolongan yang cepat dan tepat di fasilitas pelayanan (k
urang lengkap atau tenaga medis kurang).
3) Terlambat dalam mengenali tanda bahaya kehamilan dan persalinan. Serta menyediakan
buku KIA, kesiapan keluarga dan masyarakat dalam menghadapi kegawatdaruratan agar sela
ma hamil dapat mencegah resiko 4 Terlalu, penyediaan dan pemanfaatan pelayanan kesehata
n ibu dan bayi, partisipasi juga mutu pelayanan.
Sosialisasi dan advokasi melalui penyusunan hasil informasi cakupan program dan data infor
masi tentang masalah yang dihadapi.
Bagi kehamilan yang akan terjadi adalah kehamilan yang diinginkan, maka proses kehamilan
dan persalinan dapat dilalui dengan aman dan sehat.
Ibu akan mempunyai kesehatan reproduksi yang prima dan memiliki waktu yang cukup untuk
merawat diri dan keluarga.
Anak akan tumbuh dan berkembang dengan optimal, sehat, cerdas, dan mempunyai peluang
mendapatkan pendidikan yang lebih baik.
REFERENSI
Rochjati. 2003. Skrining Antenatal Care Dan Komplikasi Kehamilan. Surabaya : Unair Press
Sarwono Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC