Anda di halaman 1dari 13

TUTORIAL KMB 1

Asuhan keperawatan Pada Tn. M dengan


Diagnosa Acute Coronary Syndrome
(ACS)
KELOMPOK 3
• Aom Al Karom (10119077) • Dede Komariah (10119085)

• Dikri Nurfazrin (10119063) • Delia Rosdiana (10119069)

• Reksa Fajar (10119065) • Isna Kurnia (10119089)

• Rizqi Fauzi (10119059) • Tasya Nabila (10119100)

• M. Ridho (10119079) • Tasya Widya (10119099)


Pengertian Acute Coronary
Syndrome (ACS)
Sindrom Koroner Akut (SKA) yang biasa dikenal dengan
penyakit jantung koroner adalah suatu kegawatdaruratan
pembuluh darah koroner yang terdiri dari infark miokard
akut dengan gambaran elektrokardiografi (EKG) elevasi
segmen ST (ST Elevation Myocard Infark/STEMI), infark
miokard akut tanpa elevasi segmen ST (Non STEMI) dan
angina pektoris tidak stabil (APTS). Penyakit ini timbul
akibat tersumbatnya pembuluh darah koroner yang
melayani otot-otot jantung oleh atherosclerosis yang
terbentuk dari secara progresif dari masa kanak-kanak.
SKENARIO KASUS II
Tn. M (56 tahun) dirawat dengan diagnosis medis Acute Coronary Syndrome (ACS).
Mengeluh nyeri dada sejak 4 hari SMRS, selama 13 menit, keringat dingin (+), mual muntah
(-), jantung berdebar-debar (-), sesak napas (-), pasien mengatakan dadanya seperti dihimpit
benda berat, menyebar ke punggung, nyeri hilang timbul sejak 1 bulan yang lalu, 2-3 x
perhari, timbul kadang saat istirahat lebih dari 15 menit, nyeri tidak hilang dengan pemberian
obat dibawah lidah, nyeri tidak berkurang dengan istirahat. Dispnea nocturnal disease (DND)
(+), riwayat kolesterol tinggi (+).
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan: Kesadaran compos mentis, TD 140/90 mmHg, Nadi 90
x/mnt, RR 20 x/mnt, Suhu 37 derajat Celcius.
Kepala: Konjungtiva anemia -/-, pernapasan cuping hidung (PCH) (-), Wheezing (-).
Abdomen: datar, BU (+) normal. Ekstremitas: pitting edema (-), BB: 67 kg, urine output 30
cc/jam.
Gambaran EKG ST Elevasi Lead I, II, VI, V2, V3, V4
Kemudian pasien dilakukan Percunaeous Coronary Intervention (PCI).
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan spasme otot.
DS : Pasien mengeluh sesak nafas
DO : Jantung berdebar-debar

b. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi,


irama dan konduksi listrik jantung, penurunan preload/peningkatan tahanan
vaskuler sistemik, infark/diskinetik miokard, kerusakan structural seperti
aneurisma ventrikel dan kerusakan septum.
DS : Pasien mengatakan sesak nafas tidak berkurang walaupun sedang istirahat
DO : keadaan umum lemah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
c. Nyeri akut berhubungan dengan iskemia miokard akibat sumbatan arteri
koroner.
DS : Pasien mengatakan dadanya seperti dihimpit benda berat, menyebar kepunggung
DO : pasien tampak meringis kesakitan

d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai


oksigen miokard dengan kebutuhan tubuh.
DS : Pasien mengeluh sesak nafas
DO : Pasien tampak lemah
RENCANA INTERVENSI
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan spasme otot.
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam pola napas klien kembali efektif.

Kriteria Evaluasi:
Pola napas kembali teratur.
Rencana Intervensi Rasional
Monitor kedalaman pernafasan, frekuensi Terapi oksigen membantu pasien memenuhi
dan ekspansi dada. kebutuhan oksigen dan mencegah terjadinya
hipoksia.
Catat upaya pernafasan termasuk Memudahkan aliran oksigen.
penggunaan otot bantu napas.
Auskultasi bunyi nafas dan catat bila ada  
bunyi nafas tambahan.
Tinggikan kepala (posisikan semi fowler) dan  
bantu untuk mencapai posisi yang
senyaman mungkin.
RENCANA INTERVENSI
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik jantung,
penurunan preload/peningkatan tahanan vaskuler sistemik, infark/diskinetik miokard, kerusakan structural seperti
aneurisma ventrikel dan kerusakan septum.
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam curah jantung normal dan tidak mengalami penurunan.

Kriteria Evaluasi:
-menunjukan tanda vital dalam batas yang dapat diterima dan bebas gejala gagal jantung.
-penurunan episode dispnea.
Rencana Intervensi Rasional
Pantau TD, HR dan DN, periksa dalam Hipotensi dapat terjadi sebagai akibat dari disfungsi ventrikel,
keadaan baring, duduk dan berdiri (bila hipoperfusi miokard dan rangsang vagal. Sebaliknya, hipertensi juga
memungkinkan). banyak terjadi yang mungkin berhubungan dengan nyeri, cemas,
peningkatan katekolamin dan atau masalah vaskuler sebelumnya.
Hipotensi ortostatik berhubungan dengan komplikasi GJK. Penurunan
curah jantung ditunjukkan oleh denyut nadi yang lemah dan HR yang
meningkat.
Auskultasi adanya S3, S4 dan adanya murmur. S3 dihubungakan dengan GJK, regurgitasi, mitral, peningkatan kerja
ventrikel kiri yang disertai infark yang berat. S4 mungkin
berhubungan dengan iskemia miokardia, kekakuan ventrikel dan
hipertensi. Murmur menunjukan gangguan aliran darah normal
dalam jantung seperti pada kelainan katup, kerusakan septum atau
vibrasi otot papilar.

Auskultasi bunyi napas. Krekels menunjukan kongesti paru yang mungkin terjadi karena
penurunan fungsi miokard.

Berikan makanan dalam porsi kecil dan mudah Makan dalam volume yang besar dapat eningkatkan kerja miokard
dikunya. dan memicu rangsangan vagal yang mengakibatkan terjadinya
bradikardia.

Kolaborasi pemberian oksigen sesuai kebutuhan Meningkatkan suplai oksigen untuk kebutuhan miokard dan
klien. menurunkan iskemia.

Pertahankan patensi IV-lines/heparinlok sesuai Jalur IV yang paten penting untuk pemberian obat darurat bila
indikasi. terjadi disritmia atau nyeri dada berulang.

Bantu pemasangan/pertahankan patensi pacu Pacu jantung mungkin merupakan tindakan dukungan sementara
jantung bila dugunakan. selama fase akut atau mungkin diperlukan secara permanen pada
infark luas/ kerusakan system konduksi.
RENCANA INTERVENSI
Nyeri akut berhubungan dengan iskemia miokard akibat sumbatan arteri koroner.
Tujuan:
Klien dapat menunjukan nyeri dada berkurang atau hilang baik dalam frekuensi- durasi atau beratnya.
Kriteria Evaluasi:
Nyeri dapat teratasi.
Rencana Intervensi Rasional
Pantau nyeri (karakteristik, lokasi, intensitas, durasi), catat setiap Nyeri adalah pengalaman subyektif yang tampil dalam variasi
respon verbal/ non verbal, perubahan hemo- dinamik. respon verbal, non verbal yang juga bersifat individual sehingga
perlu digambarkan secara rinci untuk menetukan intervensi yang
tepat.

Berikan lingkungan yang tenang dan tunjukan perhatian yang Menurunkan rangsang eksternal yang dapat memperburuk
tulus kepada klien. keadaan nyeri yang terjadi.
Bantu melakukan teknik relaksasi (napas dalam/perlahan, Membantu menurunkan persepsi respon nyeri dengan
distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi). memanipulasi adaptasi fisiologis tubuh terhadap nyeri.

Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : Nitrat mengontrol nyeri melalui efek vasodilatasi koroner yang
Antiangina seperti nitogliserin (Nitrobid, nitrostat, nitrodur). meningkatkan sirkulasi koroner dan perfusi miokard.

Beta-Bloker seperti atenolol ( tenormin), pindolol (visken), Agen yang dapat mengontrol nyeri melalui efek hambatan
propanolol (inderal). rangsang simpatis.
RENCANA INTERVENSI
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen miokard dengan
kebutuhan tubuh.
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1X24 Jam diharapkan dapat menunjukan toleransi
terhadap aktivitas.
Kriteria Evaluasi:
-berpartisipasi dalam kegiatan yang diinginkan sesuai dengan kemampuan, dapat memenuhi
perawatan diri secara mandiri.
-peningkatan toleransi aktivitas yang dibuktikan dengan berkurangnya kelelahan dan
kelemahan, serta tanda-tanda vital dalam batas wajar selama kegiatan.

Rencana Intervensi Rasional


Pantau HR irama, dan perubahan TD sebelum, Menentukan respon klien terhadap aktivitas.
selama dan sesudah aktivitas sesuai indikasi.

Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas. Menurunkan kerja miokard/ konsumsi oksigen,


menurunkian risiko komplikasi.
Anjurkan klien untuk Manuver valsava seperti menahan napas, menunduk, batuk
menghindari peningkatan keras dan mengedan dapat mengakibatkan bradikardia,
tekanan abdominal. penurunan curah jantung yang kemudian disusul dengan
takikardia dan peningkatan tekanan darah.

Batasi pengunjung sesuai Keterlibatan dalam pembicaraan panjang dapat melelahkan


dengan keadaan klinis klien. klien tetapi kunjungan orang penting dalam suasana tentang
bersifat terapeutik.

Bantu aktivitas sesuai dengan Mencegah aktivitas berlebihan, sesuai dengan kemampuan
keadaan klien dan jelaskan kerja jantung.
pola peningkatan aktivitas
bertahap.
Kolaborasi pelaksanaan Menggalang kerjasama tim kesehatan dalam proses
program rehabilitasi pasca penyembuhan klien.
serangan IMA.
Thank You!

Anda mungkin juga menyukai