Anda di halaman 1dari 33

Asuhan Keperawatan pada Tn.

H dengan Diagnosa TB Aktif + Efusi


Pleura RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya di Ruang VI

Dosen Pembimbing Dra. Yayah Syafariah, S.kep., Ns., MM

Disusun oleh :
Kelompok III

 Aom Al Karom (10119077)  Dede komariah (1011985)


 Dikri Nurfazrin (10119063)  Delia Rosdiana (10119069)
 Reksa Fajar (10119065)  Isna Kurnia (10119089)
 Rizqi Fauzi (10119059)  Tasya Nabila (10119100)
 M. Ridho (10119079)  Tasya Widya (10119099)

PRODI D-III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI TUNAS HUSADA


TASIKMALAYA

2019/2020

1
KATA PENGANTAR

‫الر حيم‬ ّ ‫بسم اللّه‬


ّ ‫الر حمن‬
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah TUTORIAL KMB I yang berjudul
Asuhan Keperawatan pada Tn. H dengan Diagnosa TB Aktif + Efusi Pleura RSUD dr.
Soekardjo Kota Tasikmalaya di Ruang VI tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah selain itu,makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang asuhan
keperawatan pada konsep diri, pembaca dan juga bagi penulis.

Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada bapak/ibu yang telah
memberi tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari makalah yang kelompok kami tulis masih jauh dari kata
sempurna oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, 08 September 2020

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ 2


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Skenario ............................................................................................. 4
1.2 Analisa Kasus ..................................................................................... 5

BAB II ISI

2.1 Pengertian ..................................................................................... 16


2.2 Etiologi ......................................................................................... 16
2.3 Patogenesis ................................................................................... 17
2.4 Fisiologi Pleura ............................................................................. 18
2.5 Patofisiologi .................................................................................. 18
2.6 Tanda dan Gejala .......................................................................... 19
2.7 Komplikasi ................................................................................... 19
2.8 Pemeriksaan Penunjang ................................................................ 20
2.9 Penanganan Medis ........................................................................ 21
2.10 WSD (Water Seal Drainage) ........................................................ 22
2.11 Asuhan Keperawatan .................................................................... 23

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ................................................................................... 32


3.2 Saran ............................................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 33

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 SKENARIO
Tn. H (57 thn) dirawat di Ruang VI RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya
dengan diagnosis medis TB aktif + Efusi Pleura. Keluarga pasien mengatakan 1
tahun yang lalu Tn.H didiagnosis TBC dan mendapatkan pengobatan selama 9
bulan tetapi tidak sampai selesai OAT kadang diminum kadang tidak, sampai 1
minggu SMRS pasien mengalami batuk terus-menerus dan sesak semakin berat.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan: TD: 110/70 mmHg, Nadi 74 x/mnt, RR
28x/mnt, Suhu 38oC. Suara paru kiri-kanan terdengar ronchi, pola napas cepat
dan dangkal, fokal premitus paru kiri menurun, ekspansi dada kiri tertinggal,
pasien mengeluh sakit pada daerah dada, nafsu makan menurun, berat badan
menurun 5 kg dalam 2 minggu terakhir, porsi makan habis ¼ porsi.
Hasil pemeriksaan diagnostik:
Foto Rontgen: Terdapat cairan banyak di paru sebelah kiri kesan efusi pleura, TB
aktif.
Pemeriksaan sputum: +
Lab:
Hematologi Hasil Pemeriksaan

Hb 7,2 mg/dl

Leukosit 12000 mg/dl


Albumin 1,7 mg/dl
Hematokrit 23%
SGOT 55
SGPT 57
AGD :

4
-Ph 7,35
-PaO² 85 mmHg
-PaCO² 45 mmHg
-HCO³- 28 mEq/L
-O2Sat 90%

Direncanakan akan dilakukan intervensi pemasangan Water Seal Drainage (WSD)


dan mendapatkan terapi obat:
Isoniazid 300mg
Sterptomicin 1 gr
Cefotaxime 1 gr
Ranitidin 1 amp
Tramadol 1 amp

1.2 ANALISA KASUS


1. Langkah 1 (Klarifikasi dan identifikasi istilah)
a. TB Aktif
b. CAT
c. Ronchi
d. Fokal Premitus
e. Ekspansi Paru
f. WSD
g. Efusi Pleura

JAWAB
a. TB Aktif adalah Kondisi seseorang yang sudah mengalami TBC, pada
tahap ini bakteri sudah aktif.
b. CAT adalah Obat Anti TBC

5
c. Ronchi adalah Terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter
suara terdengan perlahan, nyaring, suara mengorok terus-menerus.
Berhubungan dengan sekresi kental dan peningkatan produksi sputum.
d. Fokal Premitus Vibrasi yang dirasakan ketika pasien mengatakan “77”
(tujuh pulih tujuh). Vibrasi normal bila terasa di atas batang bronkus
utama. Bila teraba diatas perifer paru, hal ini menunjukkan konsulidasi
sekresi atau efusi pleura ringan sampai sedang.
e. Ekspansi Paru adalah Proses pengembangan paru ketika bernafas.
f. WSD(Water Seal Drainage) adalah suatu tindakan pemasangan kateter
pada rongga thoraks, rongga pleura ,mediastinum dengan tujuan untuk
mengeluarkan udara atau cairan dari rongga tersebut.
g. Efusi Pleura adalah penumpukan cairan di rongga pleura, yaitu rongga di
antara lapisan pleura yang membungkus paru-paru dengan lapisan pleura
yang menempel pada dinding dalam rongga dada. Kondisi ini umumnya
merupakan komplikasi dari penyakit lain.

2. Langkah 2 (Daftar Masalah)


1. Jelaskan pengertian pleura?
2. Jelaskan pengertian TB aktif ?
3. Bagaimana patofisiologi dari efusi pleura
4. Bagaimana patofisiologi dari TB aktif?
5. Bagaimana etiologi efusi pleura?
6. Bagaimana etiologi TB aktif?
7. Bagaimana epidemiologi dari efusi pleura?
8. Bagaimana epidemiologi dariTB aktif?
9. Apakah definisi, indikasi dan tujuan pemasangan WSD?
10. Bagaimanakah prognosis dari efusi pleura?
11. Bagaimanakah prognosis dari TB aktif?
12. Bagaimanakah pencegahan dari efusi pleura?
13. Apakah hubungan efusi pleura dengan TB paru?

6
14. Apakah kompliaksi dari efusi pleura?
15. Apakahkompliaksidari TB aktif?

3. Langkah 3 (Analisa masalah)


1. Pleura adalah selaput tipis yang melapisi rongga dada dan membungkus
paru-paru, terdiri dari lobus parietalis dan viseralis.
2. Orang dengan TB paru aktif menghembuskan bakteri dalam cipratan air
kecil ketika mereka batuk, bersin, atau berbicara. Cipratan air ini bergerak
di udara dan seseorang bisa menghirupnya. Namun, seorang individu
umumnya perlu dalam kontak dekat yang lama dengan seseorang yang
memiliki TB aktif untuk tertular infeksi.
3. Patofisiologi efusi pleura didasari ketidakseimbangan antara produksi dan
absorpsi cairan di kavum pleura, sehingga menyebabkan akumulasi cairan
pleura, baik berupa transudat maupun eksudat. Keduanya terbentuk melalui
mekanisme yang berbeda, meskipun tidak jarang cairan pleura ditemukan
memiliki karakteristik transudat dan eksudat bersamaan.
4. Patofisiologi Tuberkulosis paru (TB paru) melibatkan inhalasi
Mycobacterium tuberculosis, suatu basil tahan asam (acid-fast bacilli).
Setelah inhalasi, ada beberapa kemungkinan perkembangan penyakit yang
akan terjadi, yaitu pembersihan langsung dari bakteri tuberkulosis, infeksi
laten, atau infeksi aktif.
5. Etiologi yang menyebabkan perubahan tekanan hidrostatik dan onkotik,
seperti penyakit jantung kongestif dan sindrom nefrotik, akan
menyebabkan efusi pleura transudat. Sebaliknya, etiologi yang
menyebabkan inflamasi pleura dan/atau penurunan drainase limfatik,
seperti infeksi paru dan keganasan, akan menyebabkan efusi pleura
eksudat.
6. Etiologi Tuberkulosis paru (TB paru) adalah bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang yang tahan asam atau sering
disebut sebagai basil tahan asam, intraseluler, dan bersifat aerob.

7
7. Data epidemiologi mengenai insidensi pasti efusi pleura pada dasarnya
sulit ditentukan karena efusi pleura hanyalah manifestasi dari penyakit
yang mendasarinya. Di Amerika Serikat, terdapat sekitar 1.5 juta kasus
efusi pleura setiap tahunnya.
8. Epidemiologi Tuberkulosis paru (TB paru) di Indonesia masih cukup
tinggi. TB merupakan salah satu dari sepuluh tertinggi penyebab kematian
di seluruh dunia. TB merupakan salah satu dari sepuluh tertinggi penyebab
kematian di seluruh dunia. Sekitar dua milyar orang atau 1/3 penduduk
dunia diperkirakan terkena TB laten.
9. Definisi
WSD(Water Seal Drainage) adalah suatu tindakan pemasangan kateter
pada rongga thoraks, rongga pleura ,mediastinum dengan tujuan untuk
mengeluarkan udara atau cairan dari rongga tersebut.
Indikasi
 Hemotoraks :trauma dada, neoplasma, robekan pleura, pasca bedah
thoraks
 Pneumotoraks : ruptur , penyakit paru,
 Efusi pleura : neoplasma , impflamasi ,
 Emfisema
 Hemipneumotoraks
 Tension pneumotoraks

Tujuan pemasangan WSD

 mempercepat pengeluaran udara dan cairan dari rongga pleura dan


mencegah refluks
 mengembalikan pengembangan jarigan paru dengan mengembaliakan
tekanan negatif rongga pleura
 mencegah pergeseran mediastinumdan kolaps jaringan dengan
menyamakan tekanan thorakskiri dan kanan.

8
10. Prognosis efusi pleura erat terkait dengan etiologi penyakit yang
mendasarinya, tingkat keparahan dan staging (khusus keganasan) penyakit
tersebut saat ditemukan, serta hasil temuan biokimia dari analisis cairan
pleura.Penatalaksanaan efusi pleura yang tidak memadai, dapat
menimbulkan komplikasi seperti empyema, sepsis, constrictive fibrosis.
Selain itu, etiologi yang mendasari terjadinya efusi pleura juga dapat
menyebabkan komplikasi pada pasien.
11. Prognosis tuberkulosis paru (TB paru) tergantung pada diagnosis dini dan
pengobatan. Tuberkulosis extra-pulmonary membawa prognosis yang
lebih buruk.Komplikasi tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyebaran TB
keluar jaringan paru atau disebut sebagai extra-pulmonary tuberculosis. TB
Paru dapat menyebar ke pleura dan menyebabkan TB Pleura. Pada ruang
pleura dapat terjadi respon hipersensitivitas terhadap protein kuman TB.
Keadaan ini menyebabkan nyeri pleura dan demam, bahkan terkadang
empiema juga dapat terbentuk.
12. Tidak ada pencegahan khusus untuk efusi pleura. Namun, ada beberapa hal
yang bisa dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya gangguan pada
paru dan menjaga kesehatan paru, yaitu:
 Membatasi konsumsi alkohol
 Menghentikan kebiasaan merokok
 Menggunakan APD (alat pelindung diri) sesuai standar, bila Anda
bekerja dengan bahan atau zat yang berpotensi bahaya, seperti asbes
 Melakukan pemeriksaan secara berkala ke dokter, bila Anda memiliki
penyakit atau kondisi tertentu, seperti penyakit jantung dan penyakit
autoimun.
13. Penyakit tuberculosis atau TBC merupakan penyakit yang disebabkan oleh
infeksi bakteri mycobacterium tuberculosis yang seringnya menyerang
bagian tubuh paru-paru. Pada beberapa kondisi, TBC di paru dapat
mengalami komplikasi yang menyebabkan terjadinya penumpukan cairan

9
di selaput paru yang disebut dengan efusi pleura. Pada umumnya keadaan
efusi pleura dapat menyebabkan beberapa keluhan seperti,
o Sulit bernapas
o Nyeri pada dada
o Batuk yang berlebihan.
14. Jika tidak segera ditangani, efusi pleura bisa menyebabkan beberapa
komplikasi berikut ini:
 Atelektasis, yaitu kerusakan pada paru akibat alveolus tidak terisi
udara
 Empiema, yaitu kumpulan nanah di rongga pleura
 Pneumothorax, yaitu penumpukan udara pada rongga pleura
 Penebalan pleura dan munculnya jaringan parut di lapisan paru-paru
15. Banyak orang berpikir TBC hanya akan merusak paru-paru saja. Padahal,
ada komplikasi lain yang bisa ditimbulkannya.
 Kerusakan Otak (Meningeal Tuberculosis)
 Gangguan Mata (Tuberculosis Uveitis)
 Kerusakan Tulang dan Sendi
 Kerusakan Hati (Hepatic Tuberculosis)
 Kerusakan Ginjal (Renal Tuberculosis)

10
4. Langkah 4 (Pohon Masalah/Problem Tree)

MycrobacteriumTubercolosis

Masukjalannafas

Tinggal di alveoli

Tanpainfeksi ← Inflamasi → Penyebaran

Pembentukan turbekel
Oleh makrofag
Lesi primer
- Lesighon
Sembuh total - Kelompok Penyebaran ke organ lain

Sembuhdengansarangghon

Kuman Doman munculkembali

Infeksi post primer

Diresorbsi Sarangmeluas Sembuh dg


kembali/sembuh ↓ jaringan fibrotik
Membentuk kapitas

11
Menembus pleura Memadat dan membungkus Bersih&sembuh
(Effusi pleura) Diri (Tuberkuloma)

5. Langkah 5 (Sasaran Belajar)


1. Bagaimana cara mengobati pleura?
2. Apakah hubungan efusi pleura dengan TB paru?
3. Bagaimana cara mengobati TB paru?
4. Makanan apa saja yang tidak boleh dikonsumsi oleh penderita TB paru?
5. Bagaimana cara penularan TB paru?
6. Apa penyebab seseorang bisa terjangkit penyakit TB paru?
7. Bagaimana gejala awal seseorang yang terjangkit TB paru?
8. Kenapa penyakit TB paru menyebabkan penderitanya mengalami sakit di
area dada?
9. Kenapa bisa terdapat banyak cairan di paru-paru pada penderita TB?

6. Langkah 6
1. Pengobatan efusi pleura bertujuan untuk mengeluarkan cairan dari rongga
pleura, mencegah berulangnya penumpukan cairan, dan mengatasi
penyakit yang mendasari terjadinya efusi pleura. Metode pengobatan yang
bisa dilakukan adalah:
 Thoracentesis (prosedur medis untuk mengambil cairan berlebih pada
pleura melalui jarum yang yang dimasukkan ke rongga dada).
 Chest tube (prosedur pemasangan selang khusus (kateter) pada rongga
pleura melalui sayatan kecil di dada).

12
 Pleural drain (Prosedur ini mirip dengan chest tube, namun kateter
dipasang dalam jangka panjang. Pasien bisa secara mandiri
mengeluarkan cairan dari pleura).
 Pleurodesis (prosedur penyuntikan zat pemicu peradangan, seperti talc
atau doxycycline, ke rongga pleura)
 Operasi atau pembedahan(Operasi dipilih bila teknik pengeluaran
cairan dari rongga paru yang lain tidak efektif. Operasi dilakukan
dengan mengangkat jaringan pada rongga dada yang diduga
menyebabkan efusi pleura. Ada dua jenis Tindakan operasi yang bisa
dilakukan, yaitu torakoskopi atau torakotomi).
 Menangani penyebab efusi pleura (Efusi pleura umumnya disebabkan
oleh penyakit lain. Oleh karena itu, penanganan terhadap penyebab
yang mendasari dilakukan untuk mengatasi efusi pleura).
2. Penyakit tuberculosis atau TBC merupakan penyakit yang disebabkan oleh
infeksi bakteri mycobacterium tuberculosis yang seringnya menyerang
bagian tubuh paru-paru. Pada beberapa kondisi, TBC di paru dapat
mengalami komplikasi yang menyebabkan terjadinya penumpukan cairan
di selaput paru yang disebut dengan efusi pleura. Pada umumnya keadaan
efusi pleura dapat menyebabkan beberapa keluhan seperti,
 Sulit bernapas
 Nyeri pada dada
 Batuk yang berlebihan.
3. TBC dapat dideteksi melalui pemeriksaan dahak. Beberapa tes lain yang
dapat dilakukan untuk mendeteksi penyakit menular ini adalah foto
Rontgen dada, tes darah, atau tes kulit (Mantoux).
TBC dapat disembuhkan jika penderitanya patuh mengonsumsi obat sesuai
dengan resep dokter. Untuk mengatasi penyakit ini, penderita perlu minum
beberapa jenis obat untuk waktu yang cukup lama (minimal 6 bulan). Obat
itu umumnya berupa:
 Isoniazid

13
 Rifampicin
 Pyrazinamide
 Ethambutol
4. Produk makanan olahan
Daging merah tinggi lemak dan kolesterol
Makanan mengandung garam berlebih
Alkohol
Kopi atau minuman mengandung kafein
Minuman berkarbonasi
5. Ketika pasien batuk, bersin atau berbicara tanpa menutup mulut dan
menggunakan masker, kuman TBC otomatis akan keluar ke sekitar pasien
itu. Entah jatuh ke benda-benda di sekitarnya atau bahkan langsung
terhirup oleh orang lain. Bakteri yang terhirup oleh seseorang itu akan
masuk melalui saluran pernapasan menuju paru-paru dan dapat menyebar
ke bagian tubuh lainnya. Organ lain selain paru-paru yang dapat diserang
oleh kuman TBC ini adalah kelenjar di leher, kulit, tulang, selaput otak,
dan juga uterus.
6. Tuberkulosis atau yang biasa disebut TBC merupakan penyakit paru-paru
akibat kuman Mycobacterium tuberculosis yang menyerang dan merusak
jaringan tubuh manusia. Bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat
ditularkan melalui saluran udara. TBC biasanya menyerang paru-paru,
namun bisa juga menyebar ke tulang, kelenjar getah bening, sistem saraf
pusat, jantung, dan organ lainnya.
7. Gejala TBC yang pertama ialah batuk berdahak yang berlangsung lama
atau lebih dari tiga minggu. Batuk berdarah atau sputum. Merasakan nyeri
di dada dan paru paru, hal ini bisa menyebabkan penderita mengalami
sesak napas dan pusing. Kehilangan nafsu makan.
8. Tuberculosis paru adalah infeksi paru yang menyerang jaringan parenkim
paru yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberkulosis. Bila
pasien TB paru terdapat gejala nyeri dada, maka nyeri ini timbul jika

14
infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (selaput paru) sehingga
menimbulkan pleuritis.
Terjadinya gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik dan melepaskan
nafas akan menimbulkan rasa nyeri di dada. Sebaiknya pasien kembali
kontrol ke dokter apabila ada tanda nyeri dada. Dokter akan melakukan
pemeriksaan foto dada ulang untuk menilai apakah ada
pleuritisatauefusipleura.
9. Efusi pleura adalah penumpukan cairan di rongga pleura, yaitu rongga di
antara lapisan pleura yang membungkus paru-paru dengan lapisan pleura
yang menempel pada dinding dalam rongga dada. Kondisi ini umumnya
merupakan komplikasi dari penyakit lain.
Pada kondisi normal, terdapat sekitar 10 ml cairan di rongga pleura yang
berfungsi sebagai pelumas untuk membantu melancarkan pergerakan paru
ketika bernapas. Namun, pada efusi pleura, jumlah cairan tersebut
berlebihan dan menumpuk. Hal ini bisa mengakibatkan gangguan
pernapasan.

15
BAB II
ISI

2.1 Pengertian
Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses
penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat penyakit
lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin merupakan transudat,
eksudat, atau dapat berupa darah atau pus (Baughman C Diane, 2000)
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi
tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara
normal, ruang pleural mengandung sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml)
berfungsi sebagai pelumas yang memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa
adanya friksi (Smeltzer C Suzanne, 2002).

Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam
rongga pleura. (Price C Sylvia, 1995).

2.2 Etiologi
1. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti
pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig
(tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.

2. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia,


virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura,
karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia
80% karena tuberculosis.
Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit
neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh
sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar :

 Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik

16
 Penurunan tekanan osmotic koloid darah
 Adanya inflamasi atau neoplastik pleura

2.3 Patogenesis
Pada keadaan normal, terdapat 10-20 ml cairan pleura yang tersebar secaratipis
di antara pleura viseral dan parietal yang berfungsi untuk memfasilitasipergerakan
paru-paru dengan dinding thoraks. Cairan yang masuk ke cavitaspleuralis berasal
dari pembuluh sistemik pada pleura parietalis dan keluar melaluistoma dan limfe
pleura parietalis (Light, 2012). Pleura adalah membran yangrelatif permeabel
sehingga cairan yang terkumpul di dalam paru-paru juga dapatmelewatinya
menuju ke cavitas pleuralis. Akumulasi cairan pleura akan terjadiapabila terlalu
banyak cairan yang masuk atau terlalu sedikit cairan yang keluardari cavitas
pleuralis(Brashers, 2006).

Ada beberapa patogenesis efusi pleura, beberapa di antaranya adalah


sebagaiberikut (Rubbins, 2013).

a. Perubahan permeabilitas membran pleura


b. Berkurangnya tekanan onkotik intravascular
c. Meningkatnya permeabilitas kapiler atau gangguan vascular
d. Meningkatnya tekanan hidrostatik kapiler apda sirkulasi sistemik
dan/ataupulmonari
e. Berkurangnya tekanan intrapleural yang menghalangi pengembangan
parusecara penuh
f. Berkurangnya drainase limfe atau terhalang penuh, termasuk obstruksi
atauruptur ductus thorax
g. Meningkatnya cairan peritoneal yang disebabkan oleh migrasi cairan
kediafragma melewati kerusakan limfe atau structural
h. Pergerakan cairan dari edema paru melewati pleura visceralis
i. Peningkatan persisten dari tekanan onkotik cairan pleura sebagai akibat efusi
pleura yang telah terjadi, sehingga menyebabkan akumulasi cairan berlebih.

17
2.4 Fisiologi Pleura
Fungsi mekanis pleura adalah meneruskan tekanan negatif thoraks kedalam
paru-paru, sehingga paru-paru yang elastis dapat mengembang. Tekanan pleura
pada waktu istirahat (resting pressure) dalam posisi tiduran pada adalah -2 sampai
-5 cm H2O; sedikit bertambah negatif di apex sewaktu posisi berdiri. Sewaktu
inspirasi tekanan negatif meningkat menjadi -25 sampai -35 cm H2O.
Selain fungsi mekanis, seperti telah disinggung diatas, rongga pleura steril
karena mesothelial bekerja melakukan fagositosis benda asing; dan cairan yang
diproduksinya bertindak sebagai lubrikans.
Cairan rongga pleura sangat sedikit, sekitar 0.3 ml/kg, bersifat hipoonkotik
dengan konsentrasi protein 1 g/dl. Gerakan pernapasan dan gravitasi kemungkinan
besar ikut mengatur jumlah produksi dan resorbsi cairan rongga pleura. Resorbsi
terjadi terutama pada pembuluh limfe pleura parietalis, dengan kecepatan 0.1
sampai 0.15 ml/kg/jam. Bila terjadi gangguan produksi dan reabsorbsi akan
mengakibatkan terjadinya pleural effusion.Fungsi pleura yang lain mungkin masih
ada karena belum sepenuhnya dimengerti.

2.5 Patofisiologi
Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi
seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh
kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan
daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura
viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir kedalam pembuluh limfe
sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter seharinya.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila
keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia
akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan
tekanan vena (gagal jantung). Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas
transudat dan eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena
bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic

18
karena tekanan osmotic koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara
lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya
akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel
darah putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali atau nihil
sehingga berat jenisnya rendah.

2.6 Tanda dan Gejala


a. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan,
setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita
akan sesak napas.
b. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri
dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi),
banyak keringat, batuk, banyak riak.
c. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi
penumpukan cairan pleural yang signifikan.
d. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena
cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam
pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah
pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung
(garis Ellis Damoiseu).
e. Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani
dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah
pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi
daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
f. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.

2.7 Komplikasi
Jika tidak segera ditangani, efusi pleura bisa menyebabkan beberapa komplikasi
berikut ini:

19
 Atelektasis, yaitu kerusakan pada paru akibat alveolus tidak terisi udara;
 Empiema, yaitu kumpulan nanah di rongga pleura;
 Pneumothorax, yaitu penumpukan udara pada rongga pleura;
 Penebalan pleura dan munculnya jaringan parut di lapisan paru-paru.

2.8 Pemeriksaan Penunjang


1) Rontgen Toraks
Efusi pleura dengan volume >200 mL baru dapat terlihat di Rontgen
posteroanterior. Gunakan Rontgen lateral untuk efusi pleura dengan volume
lebih sedikit. Efusi pleura akan menunjukkan gambaran opasitas dengan
penumpulan sudut kostofrenikus, disertai air-fluid level atau meniscus sign
(garis batas antara air-udara yang melengkung seperti kurva).
2) Ultrasonografi Toraks
USG dapat mendeteksi efusi pleura dalam volume kecil. Pada efusi pleura,
akan terdapat gambaran anechoic space antara pleura viseral dan parietal.
USG toraks juga memiliki keunggulan sebagai berikut:
 Membedakan cairan efusi dan massa padat: pada kasus opasitas
hemitoraks di rontgen toraks
 Membedakan transudat dan eksudat: transudat anechoic, sementara
eksudat septated atau complex/homogeneous echogenic pattern
 Menetapkan lokasi torakosentesis
3) Computed Tomography (CT) Scan Toraks
Pada CT scan toraks, efusi pleura akan menunjukkan gambaran
enhancement dari penebalan pleura viseral dan parietal yang saling
terpisahkan oleh cairan efusi. Pada gambaran CT Scan dengan kontras dapat
terlihat split pleura sign.
CT scan toraks juga bermanfaat untuk:
 Menentukan lokasi drainase dan lokasi chest tube bila terjadi kegagalan
drainase
 Membedakan dari abses paru

20
 Menilai ukuran dan jenis massa
 Menentukan etiologi efusi pleura: kanker paru, pleuritis tuberkulosis,
emboli paru
4) Torakosentesis dan Analisis Cairan Pleura
Torakosentesis harus dilakukan pada pasien dengan efusi pleura lebih dari
>1cm pada rontgen lateral dekubitus, USG, atau CT scan. Aspirasi tidak
dianjurkan untuk efusi pleura bilateral dengan kecurigaan cairan transudat,
kecuali bila ada ciri atipikal / tidak respons terapi.
Hasil aspirasi kemudian akan dilakukan analisis cairan pleura. Pemeriksaan
yang dilakukan adalah pemeriksaan biokimia untuk menentukan jenis cairan
efusi pleura, pemeriksaan sitologi untuk melihat adanya sel-sel darah atau
proinflamasi, dan mikrobiologi untuk mendeteksi penyebab infeksi.
Penentuan jenis cairan efusi pleura dapat dilakukan dengan menggunakan
modified Light’s criteria:
 Rasio protein cairan pleura banding serum > 0.5
 Rasio Lactate dehydrogenase (LDH) cairan pleura banding serum > 0.6
 LDH cairan pleura > 2/3 batas atas nilai LDH serum
Cairan pleura dianggap eksudat bila salah satu kriteria di atas terpenuhi.
5) Percutaneous Pleural Biopsy
Pemeriksaan ini paling bermakna dalam mendiagnosis adanya
keganasan pada pleura. Hanya lakukan pemeriksaan ini pada pasien dengan
efusi pleura eksudat yang pemeriksaan sitologinya tergolong nondiagnostik
atau terdapat tanda-tanda keganasan.
2.9 Penanganan medis
Pengobatan terhadap pasien dengan efusi pleura adalah dengan mengatasi
penyakit yang mendasarinya, mencegah penumpukan kembali cairan, serta untuk
mengurangi ketidaknyamanan dan dispnea.
Adapun prosedur untuk mengeluarkan cairan efusi pleura di antaranya:
 Prosedur thoracentesis apabila cairan pleura masih sedikit.

21
 Pemasangan selang plastik khusus ke dalam rongga pleura melalui bedah
torakotomi selama beberapa hari untuk mengeluarkan cairan yang banyak
secara terus menerus.
 Pleurodesis adalah pengobatan yang dilakukan setelah cairan berhasil
dikeluarkan. Dokter menyuntikkan obat pemicu iritasi (misalnya doxycycline)
ke dalam ruang pleura. Hal ini akan menyebabkan dua lapisan pleura untuk
tetap bersatu dan mencegah penumpukan cairan di antara dua lapisan pleura.
Prosedur ini biasanya diterapkan untuk mencegah efusi pleura yang kerap
kambuh.
 Operasi. Dalam kasus yang lebih serius, operasi dada (torakotmi dan
torakoskopi) menjadi pilihan terkahir, dokter bedah akan memasukkan shunt
(tabung kecil) ke dalam rongga dada dengan tujuan membantu mengarahkan
cairan dari dada ke perut. Pleurectomy atau pengangkatan lapisan pleura juga
merupakan pilihan dalam kasus yang sangat parah.
2.10 WSD (Water Seal Drainage)
WSD (Water Seal Drainage) adalah suatu tindakan pemasangan kateter pada
rongga thoraks, rongga pleura ,mediastinum dengan tujuan untuk mengeluarkan
udara atau cairan dari rongga tersebut. Sistem ini terdiri dari satu botol dengan
penutup segel.
Tujuannya yaitu: (1) preventif untuk mengeluarkan udara atau darah yang
masuk ke rongga pleura sehingga “mechanism of breathing” tetap baik; (2)
Diagnostik untuk menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil,
sehingga dapat ditentukan perlu operasi toraktomi atau tidak, sebelum penderita
jatuh pada keadaan syok; (3) terapeutik untuk mengeluarkan darah atau udara
yang terkumpul di rongga pleura. Mengembalikan tekanan rongga pleura
sehingga “mechanism of breathing” dapat kembali seperti semula.
Indikasi pemasangan WSD :
a) Pneumotoraks
b) Hemothoraks
c) Thorakotomi

22
d) Efusi Pleura
e) Empiema
Tempat insersi slang WSD :
 untuk pengeluaran udara dilakukan pada intercostals 2-3 garismidclavicula
untuk pengeluaran cairan dilakukan pada intercostals 7-8-9 mid
aksilarisline/dorsal axillar line.
2.11 ASUHAN KEPERAWATAN
1) PENGKAJIAN
 Anamnesis
Identitas Pasien
Nama : Tn. H
Tempat, tanggal lahir : Tasikmalaya, 25 Januari 1963
Alamat : Jl cilolohan, Tasikmalaya
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Tanggal Masuk : 2 April 2020
Tanggal Pengkajian : 2 April 2020
Ruang Perawatan : Anggrek
Diagnosa : TB aktif + efusi pleura
No. Rekam Medic : 11-45-45
Identitas Penaggung jawab
Nama : Ny. B
Tempat, tanggal, lahir : Tasikmalaya, 9 Juni 1965
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl cilolohan, Tasikmalaya
Hubungan : istri

Riwayat kesehatan

23
Keluhan utama
Sesak, sakit pada daerah dada

Riwayat Penyakit Saat Ini


Pasien mengalami sakit pada daerah dada sehingga menyebabkan batuk
terus menerus dan sesak semakin berat, pada saat dikaji pasien
mengeluh sakit pada daerah dada disertai batuk dan sesak, nyeri
dirasakan terus menerus dan seperti ditekan tekan, nyeri teralokasi
hanya pada daerah dada.

Riwayat Penyakit dahulu


Menurut penuturan klien dan keluarganya klien pernah mengalami
penyakit yang sama tetapi dalam masa pengobatan klien tidak rutin
untuk pengobatan.

Riwayat penyakit keluarga


Menurut penuturan keluarga klien tidak ada anggota keluarga yang
pernah mengalami penyakit seperti ini.

 Pengkajian Psikososial
Pengkajian psikososial meliputi apa yang dirasakan klien terhadap
penyakit yang dideritanya, cara apa saja yang dilakukan klien untuk
mengatasi masalah yang dihadapinya serta bagaimana perilaku klien
terhadap tindakan yang diberikan kepedanya.

 Pemeriksaan Fisik
B1 (Breathing)

Inspeksi
Peningkatan usaha frekuensi pernafasan yang disertai penggunaan otot-
otot bantu pernafasan. Gerakan pernafasan ekspansi dada yang asimetris

24
(pergerakan dada tertinggal pada sisi yang sakit), iga melebar, rongga
dada asimetris (cembung pada sisi yang sakit). Pengkajian batuk yang
produktif dengan sputum purulen.

Palpasi
Pendorongan mediastinum kea rah hemitoraks kontralateral yang
diketahui dari posisi trakea dan iktus kordis. Taktil fremitus menurun
terutama untuk efusi pleura yang jumlah cairannya >300 cc. Disamping
itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan dinding dada yang
tertinggal pada dada yang sakit.

Perkusi
Suara perkusi redup hingga pekak tergantung dari jumlah cairannya.

Auskultasi
Suara nafas menurun sampai menghilang pada sisi yang sakit. Pada
posisi duduk, cairan semakin ke atas semakin tipis.

2) DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan menurunnya ekspansi
paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.
b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi
mukus yang kental, kelemahan, batuk tidak produktif, dan edema
trakeal/faringeal.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kemampuan
ekspansi paru dan kerusakan membran alveolar kapiler.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan metabolism tubuh dan penurunan nafsu makan
akibat sesak nafas sekunder terhadap penekanan struktur abdomen.

25
3) RENCANA INTERVENSI

Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan menurunnya ekspansi


paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam klien mampu
mempertahankan fungsi paru secara normal
Kriteria Evaluasi:
Irama, frekuensi, dan kedalaman pernapasan berada dalam batas normal,
pada pemeriksaan rontgen toraks tidak ditemukan adanya akumulasi
cairan pada rongga pleura, dan bunyi napas terddengan jelas.
Rencana Intervensi Rasional
Identifikasi faktor penyebab. Dengan mengidentifikasi faktor
penyebab, kita dapat menentukan jenis
efusi pleura sehingga dapat mengambil
tidakan yang tepat.
Kaji kualitas, frekuensi, dan Dengan mengkaji kualitas, frekuensi,
kedalaman pernapasan, serta dan kedalaman pernapasan kita dapat
melaporkan setiap perubahan mengetahui sejauh mana perubahan
yang terjadi. kondisi klien.
Baringkan klien dalam posisi Penurunan diafragma dapat memperluas
yang nyaman, dalam posisi daerah dada sehingga ekspansi paru bisa
duduk, dengan kepala tempat maksimal.
tidur ditinggikan 60 – 90o atau Miring kearah sisi yang sakit dapat
miringkan kearah sisi yang menghindari efek penenkanan gravitasi
sakit. cairan sehingga ekspansi paru dapat
maksimal.
Observasi tanda-tanda vital Peningkatan frekuensi napas dan
(nadi dan pernapasan). takikardi dapat menjadi indikator adanya
penurunan fungsi paru.

26
Lakukan auskultasi suara Auskultasi dapat menetukan kelainan
napas tiap 2 - 4 jam. suara napas pada bagian paru.
Bantu dan ajarkan klien untuk Menekan daerah yang nyeri ketika batuk
batuk efektif dna napas dalam atau napas dalam. Penekanan otot-otot
yang efektif. dada serta abdomen membuat batuk lebih
efektif.
Kolaborasi tim medis lain Pemberian O2 dapat menurunkan beban
untuk pemberian O2 dan obat- pernapasan dan mencegah terjadinya
obatan serta foto toraks. sianosis akibat hipoksia.
Dengan foto toraks, dapat dimonitor
kemajuan dari berkurangnya cairan dan
kembalinya daya kembang paru.
Kolaborasi untuk tindakan Tindakan torakosentesis atau pungsi
torakosentesis. pleura bertujuan untuk menghilangkan
sesak napas yang disebabkan oleh
akumulasi cairan dalam rongga pleura.

Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan produksi


mukus yang kental, kelemahan, batuk tidak produktif, dan edema
trakeal/faringeal.
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam bersihan jalan
napas klien kembali efektif
Kriteria Evaluasi:
- Klien mampu melakukan batuk efektif.
- Pernapasan klien normal (16 – 20 kali/menit) tanpa ada penggunaan
otot bantu napas. Bunyi napas normal, Rh -/- dan pergerakan
pernapasan normal.

27
Rencana Intervensi Rasional
Kaji fungsi pernapasan (bunyi Penurunan bunyi napas menunjukkan
napas, kecepatan, irama, atelektasis, ronkhi menunjukkan
kedalaman, dan penggunaan akumulasi sekret dan ketidakefektifan
otot bantu napas). pengeluaran sekresi yang selanjutnya
dapat menimbulkan penggunaan otot
bantu napas dan peningkatan kerja
pernapasan.
Kaji kemampuan Pengeluaran akan sulit bila sekret sangat
mengeluarkan sekresi, catat kental (efek infeksi dan hidrasi yang
karakter dan volume sputum. tidak adekuat).
Berikan posisi semi Posisi fowler memaksimalkan ekspansi
fowler/fowler tinggi dan bantu paru dan menurunkan upaya bernapas.
klien latihan napas dalam dan Ventilasi maksimal membuka area
batuk efektif. atelektasis dan meningkatkan gerakan
sekret ke dalam jalan napas besar untuk
dikeluarkan.
Pertahankan intake cairan Hidrasi yang adekuat membantu
sedikitnya 2500ml/hari mengencerkan sekret dan
kecuali tidak diindikasikan. mengefektifkan pembersihan jalan
napas.
Bersihkan sekret dari mulut Mencegah obstruksi dan aspirasi.
dan trakea, bila perlu lakukan Pengisapan diperlukan bila klien tidak
pengisapan (suction). mampu mengeluarkan sekret. Eliminasi
lender dengan suction sebaiknya
dilakukan dalam jangka waktu kurang
dari 10 menit, dengan pengawasan efek
samping suction.

28
Kolaborasi pemberian obat Pengobatan antibiotik yang idel adalah
sesuai indikasi: Obat dengan adanya dasar dari tes uji
antibiotik resistensi kuman terhadap jenis
antibiotik sehingga lebih mudah
mengobati pneumonia.
Agen mukolitik Agen mukolitik menurunkan kekentalan
dan perlengketan sekret paru untuk
memudahkan pembersihan.
Bronkodilator: jenis Bronkodilator meningkatkan diameter
aminofilin via intravena lumen percabangan trakeobronkial
sehingga menurunkan tahanan terhadap
aliran udara.
Kortokosteroid Kortokosteroid berguna pada hipoksemia
dengan keterlibatan luas dan bila reaksi
inflamasi mengancam kehidupan.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan peningkatan metabolism tubuh dan penurunan nafsu
makan akibat sesak nafas sekunder terhadap penekanan struktur abdomen
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam kebutuhan nutrisi
klien terpenuhi.
Kriteria Evaluasi:
Nafsu makan meningkat
Rencana Intervensi Rasional
Catat status nutrisi klien Berguna dalam mendefinisikan nutrisi
dan cairan
Monitor intake output Mengukur keefektifan nutrisi dan ciran.

29
Catat adanya anoreksia dan Menentukan jenis diet dan
mual muntah. mendefinisikan pemecahan masalah
untuk meningkatkan intake nutrisi.
Anjurkan klien untuk bedrest. Dapat membantumu menghemat energy.
Anjurkan klien untuk makan Mencegah irigsi gaster.
makanan porsi sedikit tapi
sering.

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kemampuan


ekspansi paru dan kerusakan membran alveolar kapiler.

Tujuan:
Menunjukaan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat.
Kriteria Evaluasi:
Frekuensi dan kedalaman napas sesuai.
Rencana Intervensi Rasional
Tinggikan kepala tempat tidur, Pengiriman oksigen dapat diperbaiki
dorong napas dalam. dengan posisi duduk tinggi dan latihan
napas untuk menurunkan kolaps jalan
napas, dispnea dan kerja napas.
Auskultasi bunyi napas. Bunyi napas makin redup karena
penurunan aliran udara atau area
konsolidasi
Awasi tanda vital dan irama Takikardia, distrimina, dan perubahan
jantung tekanan darah dapat menunjukan efek
hipoksemia sistemik pada fungsi
jantung.

30
Kaji frekuensi, kedalaman Berguna dalam evaluasi derajat distress
pernapasan dan kronisnya proses
penyakit.

31
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
TB paruaktif, kondisi Tuberkolosis yang menular dimana penyakiti
nimenyerangberbagai organ yang di sebabkan oleh infeksi langsung bakteri
Mycrobacterium tuberculosis, berbeda dengan penyakit TB biasa TB aktif ini
dapat menularkan penyakitnya.
Efusi pleura merupakan suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan
dalam rongga pleura. Diantara pleura yang melapisi paru paru dinding dada,
terdapat rongga pleura.
3.2 Saran

Penyakit TBC dapat menimbulkan gejala gejala efusi pleura, berkeringat di


malam hari, batuk darah, kehilanagan berat badan, penyakit yang
menyebabkanefusi pleura selain TB, Rhematoid arthritis, Sindrommeigs, Uremia.
Agar tidak terjadi efusi pleura maka pengobatan yang teratur serta perawatan yang
baik harus dilakukan agar penyakit primer yang di alami klien cepat sembuh dan
tidak berkembang menjadi efusi pleura.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. NANDA International. NANDA-I: Nursing Diagnoses Definitions &


Classification 2007-2008. USA: Willey Blackwell Publication. 2007.

2. Agustina, Rismia. Modul Lab Skills Keperawatan Medikal Bedah IV.


Banjarbaru: Program Studi Ilmu Keperawatan. 2011.

3. Muttaqin Arif.2012. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
4. Herdman Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi
2012 – 2014. Alih Bahasa: Made Sumarwati dan Nike Budhi S. Jakarta: EGC.

33

Anda mungkin juga menyukai