PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut WHO (World Healh Organization) stroke didefinisikan suatu
gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan
gejala klinik baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam,
atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak1. Stroke merupakan penyebab utama kematian ketiga yang paling
sering setelah penyakit kardiovaskuler di Amerika Serikat1,2.
Stroke masih merupakan penyebab utama invaliditas kecacatan
sehingga orang yang mengalaminya memiliki ketergantungan pada orang
lain pada kelompok usia 45 tahun ke atas dan angka kematian yang
diakibatnya cukup tinggi.12
Dikenal bermacam-macam klasifikasi stroke. Semuanya berdasarkan
atas gambaran klinik, patologi anatomi, sistem peredaran darah dan
stadiumnya. Dasar klasifikasi yang berbeda-beda ini perlu, sebab setiap
jenis stroke mempunyai cara pengobatan, preventif, dan prognosis yang
berbeda, walaupun patogenesisnya serupa. Klasifikasi patologi anatomi dan
penyebabnya berupa1:
1. Stroke Iskemik (Non-Hemoragik)
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
b. Trombosis Serebri
c. Emboli Serebri
2. Stroke Hemoragik
a. Perdarahan Intraserebral
b. Perdarahan Subarakhnoid
Stroke iskemik atau stroke non-hemoragik terjadi akibat penutupan
aliran darah ke sebagian otak tertentu, maka terjadi serangkaian proses
patologik pada daerah iskemik. Perubahan ini dimulai dari tingkat seluler
berupa perubahan fungsi dan struktur sel yang diikuti dengan kerusakan
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Stroke non-hemoragik merupakan gangguan peredaran darah pada
otak yang dapat berupa penyumbatan pembuluh darah arteri, sehingga
menimbulkan infark/iskemik. Umumnya terjadi pada saat istirahat. Tidak
terjadi perdarahan dan kesadaran umumnya baik. Stroke non-hemoragik
terjadi karena penurunan aliran darah sampai ke bawah titik kritis, sehingga
terjadi gangguan fungsi pada sebagian jaringan otak. Bila hal ini lebih berat
dan berlangsung lebih lama dapat terjadi infark dan kematian. Berkurangnya
aliran darah ke otak dapat disebabkan oleh berbagai hal misalnya trombus,
emboli yang menyumbat salah satu pembuluh darah, atau gagalnya
pengaliran darah oleh sebab lain, misalnya kelainan jantung (fibrilasi,
asistol) 5,6.
2.2. Anatomi Perdarahan Otak
Vaskularisasi susunan saraf pusat sangat berkaitan dengan tingkat
kegiatan metabolisme pada bagian tertentu dan ini berkaitan dengan banyak
sedikitnya dendrit dan sinaps di daerah tersebut. Pembuluh darah utama
yang mendarahi otak ialah sepasang arteria karotis interna dan sepasang
arteria vertebralis. Dari kedua sumber pendarah itu akan berhubungan
membentuk kolateral yang disebut sirkulus Willisi. Sistem kolateral juga
dijumpai pada pembuluh-pembuluh yang berada di dalam jaringan otak.
Penyaluran darah selanjutnya melalui sistem vena yang akan bermuara ke
dalam sinus duramatris7.
Pada permukaan otak, arteri pendarah membentuk anastomosis yang
cukup, sedangkan anastomosis di dalam jaringan otak lebih sedikit.
a. Sistem Karotis
Pembuluh
utama
ialah
arteri
carotis
kommunis
yang
b. Sistem Vertebrobasiler
2.3. Etiologi
a. Trombus
Oklusi vaskuler hampir selalu disebabkan oleh trombus, yang
terdiri dari trombosit, fibrin, sel eritrosit dan lekosit. Trombus yang lepas
dan menyangkut di pembuluh darah lebih distal disebut embolus7.
b. Emboli
Emboli merupakan 5-15 % dari penyebab stroke. Dari penelitian
epidemiologi didapatkan bahwa sekitar 50 % dari semua serangan iskmik
otak, apakah yang permanen atau yang transien, diakibatkan oleh
komplikasi trombotik atau embolik dari ateroma, yang merupakan
kelainan dari arteri ukuran besar atau sedang, dan sekitar 25 %
disebabkan oleh penyakit pembuluh darah kecil di intyrakranial dan 20 %
oleh emboli jantung. Emboli dapat terbentuk dari gumpalan darah,
kolesterol, lemak, fibrin trombosit, udara, tumor, metastase, bakteri,
benda asing7.
2.4. Insiden
Di pusat-pusat pelayanan neurologi di indonesia jumlah penderita
gangguan peredaran darah otak (GPDO) selalu menempati urutan pertama
dari seluruh penderita rawat inap. Trombosis lebih sering pada umur 50-an
hingga 70-an. GPDO pada anak muda banyak dijumpai akibat infark karena
emboli, yaitu mulai dari usia di bawah 20 tahun dan meningkat pada dekade
ke-4 hingga ke-6 dari usia, lalu menurun dan jarang dijumpai pada usia yang
lebih tua7.
2.5. Patofisiologi
Darah merupakan suatu suspensi yang terdiri dari plasma dengan
berbagai macam sel yang terdapat di dalamnya. Dalam keadaan fisiologik,
jumlah darah yang mengalir ke otak ialah 50-60 ml/100 gram otak/menit
atau 700-840 ml/menit7,8.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ADO dibagi dalam:
a. Faktor Ekstrinsik
1. Tekanan Darah Sistemik (TDS), pada keadaan normal, naik turunnya
TDS tidak mempengaruhi ADO karena adanya autoregulasi.
2. Diameter pembuluh darah. Resistensi vaskuler terbesar terjadi pada
pembuluh darah terkecil. Bila lumen menyempit 70%, maka akan
mengganggu ADO.
3. Kualitas darah
a) Viskositas darah. Bila hematokrit naik, maka viskositas darah akan
meningktya pula, resistensi serebrovaskuler juga naik sehingga
ADO menurun.
dioksida
(CO2).
Peningkatan
tekanan
CO2
akan
10
a. Iskemia Otak
Iskemia otak ialah gangguan aliran darah otak (ADO) yang
membahayakan fungsi neuron tanpa perubahan yang menetap. Bila ADO
turun pada batas kritis yaitu 18 ml/100 gr otak/menit maka akan terjadi
penekanan aktivitas neural tanpa perubahan struktural dari sel. Daerah
otak dengan keadaan ini dikenal sebagai penumbra sistemik. Disini sel
relatif inaktif tapi masih viable8.
Pada 3 jam permulaan iskemia, akan terjadi kenaikan kadar air dan
natrium pada substansia grisea dan setelah 12-48 jam terjadi kenaikan
yang progresif dari kadar air dan natrium pada substansia alba, sehingga
memperberat edem otak dan meningkatkan tekanan intrakranial8.
Bila terjadi sumbatan pembuluh darah, maka daerah sentral yang
diperdarahi oleh pembuluh darah tersebut akan mengalami iskemia berat
sampai infark8.
b. Infark Otak
Dengan bertambahnya usia, DM, hipertensi, dan merokok
merupakan faktor terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis sendiri
merupakan kombinasi dari perubahan tunika intima dengan penumpukan
lemak, komposisi darah maupun deposit kalsium dan disertai pula
perubahan pada tunika media di pembuluh darah besar yang
menyebabkan permukaan menjadi tidak rata. Pada saat aliran darah
lambat (saat tidur), maka dapat terjadi penyumbatan (trombosis). Untuk
pembuluh darah kecil dan arteriol, terjadi penumpukan lipohialinosis
yang dapat mengakibatkan mikroinfark8.
Ada 3 jalur terjadinya trombus yaitu8:
11
12
Pendarahan otak dilayani oleh 2 sistem yaitu sistem karotis dan sistem
vertebrobasilar. Gangguan pada sistem karotis menyebabkan8:
1.
Gangguan penglihatan
2.
3.
4.
Ganguan sensorik
13
dan raba pada muka lengan dan tungkai (tampak pada lesi di talamus). Bila
disertai hemiplegi, lesi pada kapsula interna8.
Bila lesi di batang otak, gambaran klinis berupa: hemiplegi alternans,
tanda-tanda
serebelar,
nistagmus, gangguan
pendengaran,
gangguan
Gejala
Perdarahan
Iskemik
Sangat akut
Subakut
Aktif
Bangun pagi
++
Nyeri kepala
++
Muntah
++
Kejang-kejang
++
Kesadaran menurun
++
+/-
Permulaan
Waktu serangan
Peringatan sebelumnya
14
Bradikardi
+++ (hari 1)
+ (hari 4)
Perdarahan di retina
++
Papil edema
++
++
Ptosis
++
Lokasi
Subkortikal
Kortikal/subkortikal
Kaku
kuduk,
kernig,
brudzinski
15
MRI
menggunakan
medan
magnetik
kuat
untuk
b. Ultrasonografi
Pemindaian
arteri
karotis
dilakukan
dengan
menggunakan
16
17
18
Muntah ( x 2 )
4
5
2 jam ( x 2 )
Tekanan Diastolik ( DBP )
Atheroma markers ( x 3 )
diabetes, angina,
claudicatio intermitten
Konstanta
Total skor =
Interpretasi skor
Skor
Compos mentis
Mengantuk
0
1
2
0
Ya
Tidak
1
0
Ya
1
DBP x 0,1
0
1
Tidak
Satu atau lebih
- 12
-1
1
=
=
Non hemoragik
Hemoragik
19
2.9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut PERDOSSI (2007) dibagi atas 3 stadium,
yaitu10:
a. Stadium hiperakut
Tindakan pada stadium ini dilakukan di Instalasi Rawat Darurat
dan merupakan tindakan resusitasi serebro-kardio-pulmonal bertujuan
agar kerusakan jaringan otak tidak meluas. Pada stadium ini, pasien
diberi oksigen 2 L/menit dan cairan kristaloid/koloid; hindari pemberian
cairan dekstrosa atau salin dalam H2O10.
Dilakukan pemeriksaan CT scan otak, elektrokardiografi, foto
toraks, darah perifer lengkap dan jumlah trombosit, protrombin time/INR,
20
21
Untuk
22
darah
maksimal
adalah
20%,
dan
obat
yang
23
c. Stadium subakut
24
perjalanan
penyakit
yang
panjang,
dibutuhkan
25
2.10. Prognosis
Sepertiga penderita dengan infark otak akan mengalami kemunduran
status neurologiknya stelah dirawat. Sebagian disebabkan edema otak dan
maturasi iskemi otak. Infark luas yang menimbulkan hemiplegi dan
penurunan kesadaran 30-40 %. Sekitar 10 % pasien dengan stroke iskemik
membaik dengan fungsi normal. Juga dipermasalahkan apakah seseorang
akan mengalami stroke ulang. Prognosis lebih buruk pada pasien dengan
kegagalan jantung kongestif dan penyakit jantung koroner. Penyebab utama
kematian setelah jangka panjang adalah penyakit jantung8.
26
BAB III
KESIMPULAN
Stroke non-hemoragik merupakan gangguan peredaran darah pada otak
yang dapat berupa penyumbatan pembuluh darah arteri, sehingga menimbulkan
infark/iskemik. Umumnya terjadi pada saat istirahat. Tidak terjadi perdarahan dan
kesadaran umumnya baik.
Tujuan penatalaksanaan komprehensif pada kasus stroke akut adalah: (1)
meminimalkan jumlah sel yang rusak melalui perbaikan jaringan penumbra dan
mencegah perdarahan lebih lanjut pada perdarahan intraserebral, (2) mencegah
secara dini komplikasi neurologik maupun medik, dan (3) mempercepat perbaikan
fungsi neurologis secara keseluruhan. Jika secara keseluruhan dapat berhasil baik,
prognosis pasien diharapkan akan lebih baik. Pengenalan tanda dan gejala dini
stroke dan upaya rujukan ke rumah sakit harus segera dilakukan karena
keberhasilan terapi stroke sangat ditentukan oleh kecepatan tindakan pada stadium
akut; makin lama upaya rujukan ke rumah sakit atau makin panjang saat antara
serangan dengan pemberian terapi, makin buruk prognosisnya.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Victor M., Ropper AH. Principles of Neurology. 7th ed. New York: The
McGraw-Hill Companies Inc. 2001: 1608-24.
2. Pohjasvaara T., Leppavuori A., Siira I., Vataja R., Kaste M., Erkinjuntti T.
Frequency and Clinical Determinants of Poststroke Depression. Stroke,
1998; 29: 2311-17.
3. Gusev
E.,
Skvorsova
VI.
Brain
Ischemia.
New
York:
Kluwer
28