Anda di halaman 1dari 48

By

KESEHATAN REPRODUKSI DALAM


BENCANA
PENDAHULUAN

 Emergencies and large-scale disasters have significant impact on


public health, health infrastructure and the delivery of health care
 Sexual and reproductive health (SRH) is a significant public health
need in all communities, including those facing emergencies.
 As stated in the outcome document of the Rio+20 United Nations
Conference on Sustainable Development, universal access to
reproductive health, including family planning and sexual health, is
needed and should be integrated into national strategies and
programmes.
 In emergency situations, there is often a lack of access to SRH
services. These services need to be strengthened in preparation for
future events to reduce SRH-related morbidity and mortality in times
of emergencies.
KESEHATAN REPRODUKSI DALAM
KEADAAN BENCANA
 Dibentuk thn 1995 di Geneve (>30 angg PBB, NGO,
Academic, Donors)
 Berada di bawah pengawasan UNHCR*
 Pembentukan ‘Inter-agency Field Manual’
‘The MISP’
Komprehensif kesehatan reproduksi
(‘safe motherhood, KB, gender-kekerasan, IMS/HIV)
* United Nations High Commissioner for refugees
POSISI TIM KESPRO
Bagan Posisi Tim Kesehatan Reproduksi dalam Penanganan Bencana
di Tingkat Nasional
Tingkat Pusat Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Departemen Kesehatan - Pusat Penanggulangan Krisis (PPK)
Tim Siaga Kesehatan Reproduksi
Koordinator Tim Siaga Kesehatan Reproduksi
Bidang Data dan informasi
Bidang Pelayanan Kesehatan Reproduksi dan GBV
Bidang Logistik
Bidang Capacity Building Bidang Promosi (KIE)
KESEHATAN REPRODUKSI

Keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial


yang utuh dan bukan hanya bebas dari
penyakit dan kecacatan, dalam segala
aspek yang berhubungan dengan sistem
reproduksi serta prosesnya
(Cairo, ICPD* Programme of Action, 1994)
*International conference on populations and development
HAK KESEHATAN REPRODUKSI PENGUNGSI

o Hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan fisik


dan mental
o Hak untuk memperoleh akses pelayanan
kesehatan
o Hak untuk reproduksi (seimbang laki-laki-
perempuan)
o Hak untuk mendapatkan informasi terkait
kesehatan reproduksi
o Hak untuk menikah dan mencari keluarga yg
hilang
KEBUTUHAN PELY KESEHATAN REPRODUKSI
MENINGKAT DLM SITUASI BENCANA, KENAPA?

 Risiko peningkatan kekerasan seksual


 Risiko peningkatan penularan IMS/HIV
 Kehamilan yang tidak diinginkan
 Komplikasi kehamilan
 Tempat persalinan kurang memadai
 Kurangnya akses pelayanan gawat darurat
‘obstetric’ yang komprehensif
INTERVENSI SRH
 Family planning (all methods - including long-term and permanent,
as well as emergency contraception)
 Safe abortion care to the full extent of the law and postabortion care
 Pregnancy care
 Childbirth care (including emergency obstetric care)
 Postnatal care (mother and newborn)
 Prevention and management of sexually transmitted infections and
HIV, including mother-to-child transmission of HIV and syphilis
 Prevention and management of gender-based violence
MANAGEMENT OF SEXUAL AND
REPRODUCTIVE HEALTH FOR
EMERGENCIES
 Priority 1: Incorporate SRH into multisectoral and health
emergency risk management policies and plans at national and
local levels
 Priority 2: Integrate SRH into health risk assessment and provide
early warning for communities and vulnerable groups
 Priority 3: Create an environment of learning and awareness
 Priority 4: Identify and reduce risks for vulnerable communities and
SRH services by reducing underlying risk factors
 Priority 5: Prepare existing SRH services to absorb impact, adapt,
respond to and recover from emergencies
PROGRAMME IMPLEMENTERS AND
MANAGERS SHOULD REMEMBER
THAT:
 Reproductive health is a human right.
 Sexual and reproductive health (SRH) is a significant public health issue,
including in emergencies.
 A range of adverse outcomes can be prevented by timely provision of SRH
services before, during and after emergencies.
 Sufficient numbers of trained health-care workers and adequate facilities
and supplies are essential for SRH service delivery.
 SRH should be promoted as a fundamental component of primary health
care at all times.
 The Minimum Initial Service Package (MISP) for Reproductive Health is
standard for essential health services in crises, according to the
internationally recognized humanitarian charter, the Sphere Project. The
MISP is a coordinated set of priority activities for decreasing SRH-related
morbidity and mortality during an emergency.
 The MISP should be implemented, and built on, from the early
stages of a crisis, and does not require a needs assessment prior
to implementation.
 In emergencies, communities are the first responders and can
identify pregnant women and survivors of sexual violence and
support them in getting the care they need.
LANGKAH-LANGKAH PENANGANAN
KESPRO PADA TIAP TAHAPAN
PENANGGULANGAN BENCANA
 Tiap-tiap fase bencana memiliki karakteristik/kondisi yang tertentu.
Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah yang berbeda untuk
setiap tahapan bencana
 Pada Tahap Prabencana baik dalam situasi normal dan potensi
bencana, dilakukan penyusunan Rencana kesiapsiagaan yang dapat
dipergunakan untuk segala jenis bencana.
 Pada Tahap Tanggap Bencana, dilakukan pengaktifan Rencana
Operasi (Operational Plan) yang merupakan operasionalisasi Rencana
Kesiapsiagaan.
 Pada Tahap Pasca Bencana, dilakukan Penyusunan Rencana
Pemulihan (Recovery Plan) yang meliputi rencana rehabilitasi dan
rekonstruksi.
PRA BENCANA
Tujuan rencana Kesiapsiagaan
Membangun kesadaran stakeholder agar turut aktif dalam program
penanganan bencana.
Memastikan koordinasi yang efektif dari respon bencana.
Memastikan respon bencana yang cepat, tepat dan efisien melalui
penerapan Paket Pelayanan Awal Minimum untuk Kesehatan
Reproduksi sejak fase awal bencana.
Waktu penyusunan:
Pada kondisi normal sebelum terjadi bencana  revisi minimal 1x
setahun
Pada saat terdapat potensi bencana  disesuaikan dengan kondisi
daerah setempat
LANJUTAN...
Tahap penyusunan rencana kesiapsiagaan
Tahap persiapan
Pembentukan tim kesehatan reproduksi
Mengadakan pertemuan/lokakarya untuk mendapatkan kesepahaman
tentang konsep PPAM (Paket Pelayanan Awal Minimum) dan penerapannya
dalam penyusunan rencana kesiapsiagaan pada tahap berikutnya.
Tahap penyusunan rencana kesiapsiagaan
Identifikasi data-data kesehatan reproduksi (baik data cakupan maupun data
sarana yang ada), termasuk data kerentanan di wilayah tsb.
Pembuatan peta.
Tindakan untuk mengurangi kerentanan dan risiko kesehatan reproduksi.
Penyiapan komponen rencana kesiapsiagaan.
SAAT TANGGAP DARURAT
Tahapan tindakan operasional
Respon Awal
Penentuan Tingkat wewenang penanganan bencana: tingkat
kabupaten/propinsi/nasional. Dalam hal terjadi bencana, maka
tanggung jawab pertama upaya penanganan kesehatan reproduksi
ada pada tingkatan kabupaten/kota, Manakala masalah Kesehatan
Reproduksi yang timbul tidak tertangani oleh tim tingkat kabupaten,
maka upaya penanganan akan mendapat dukungan dari tingkat di
atasnya
Mengintegrasikan tim siaga kespro ke dalam tim koordinasi Badan
Penanggulangan Bencana
LANJUTAN...

 Mobilisasi tim siaga kesehatan reproduksi untuk melakukan penilaian


awal dan kegiatan lain secara simultan sesuai fungsi dari masing-
masing sub tim. Penilaian Awal Kesehatan Reproduksi secara Cepat
Tujuan: (1) untuk mengukur besarnya masalah yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi akibat bencana, dampak yang terjadi maupun
yang mungkin terjadi terhadap kesehatan reproduksi. (2) menjadi
acuan bagi upaya kesehatan reproduksi yang tepat dalam
penanggulangan dampak bencana terhadap kesehatan reproduksi.
Penanggung jawab: koordinator bidang penilai pada tim siaga
kesehatan reproduksi
Waktu pelaksanaan: terintegrasi dengan penilaian kesehatan secara
umum, dan waktu pelaksanaannya tidak lebih dari 72 jam setelah
bencana terjadi.
PASCA BENCANA
 Kegiatan difokuskan pada upaya pemulihan kondisi kesehatan
reproduksi. Secara definisi pemulihan adalah serangkaian kegiatan
untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup
yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan,
prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi dan
rekonstruksi dan difokuskan pada perencanaan pelaksanaan
kesehatan reproduksi komprehensif.
 Kegiatan Pemulihan ini meliputi kegiatan:
1.Melakukan assessment untuk menilai kesiapan pelayanan Kesehatan
Reproduksi sesuai kondisi normal
Penanggung jawab: Koordinator bidang data & informasi.
LANJUTAN....
Data yang dikumpulkan meliputi:
a.Validasi data penduduk pasca bencana
b.Lihat data-data awal kesehatan reproduksi sebelum bencana
c.Mengidentifikasi sarana dan pra sarana (fasilitas kesehatan,
ketersediaan staff, termasuk ketersediaan alat dan bahan) yang
dapat direhabilitasi dan dikembangkan untuk pelaksanaan
pelayanan RH yang komprehensif terpadu
2. Perencanaan pelaksanaan Kesehatan Reproduksi komprehensif
terpadu Perencanaan disusun berdasarkan hasil dari proses
assessment. Komponen perencanaan meliputi : sumber daya
manusia, fasilitas, alat dan bahan, anggaran..
LANJUTAN...

3. Pelaksanaan Upaya Pemulihan Kesehatan Reproduksi


Operasionalisasi dari perencanaan pelaksanaan kespro
komprehensif terpadu
MINIMUM INITIAL SERVICE
PACKAGE (MISP)

Minimum  Dasar/pokok, terbatas untuk


kesehatan reproduksi

 Digunakan saat ‘emergency’, tanpa


Initial pengkajian kebutuhan terperinci

 Pemberian pelayanan kepada


Service masyarakat

 Ketersediaan ‘perlengkapan’(RH kit)


Package dan kegiatan
 Koordinasi dan perencanaan
KOMPONEN MISP

 Identifikasi koordinator (Organisasi/Individu)


- ‘under health coordination team’
- ‘focal person’
- ‘RH Kits’
 Pencegahan dan mengatasi masalah akibat kekerasan seksual
- ‘design’ tempat penampungan
- ‘medical service’ and ‘psychosocial support’
- ‘inform the community’ (pelayanan)
- Lindungi kelompok resiko
KOMPONEN MISP

 Menurunkan penularan HIV/STI


 ‘universal precautions’
 ‘free condoms’
 ‘safe blood‘

 Mencegah kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir


 ‘referral for obstetric emergencies’
 ‘clean and safe deliveries at health facility’
 ‘clean home deliveries’
KOMPONEN MISP
 Perencanaan pelayanan kesehatan reproduksi yang
komprehensif terintegrasi dlm PHC secepat mungkin
 Kumpulkan data/informasi
(MMR, IMR, ect)
 Identifikasi pelayanan selanjutnya yg komprehensif
(keamanan, akses, privacy, ect)
 order supplies (RH Kits )
 train staff
INDIKATOR MISP
 Kejadian kekerasan seksual
(jumlah kasus yg dilaporkan ke pely kesehatan, LSM, polisi)
 Ketersediaan ‘universal precaution’
(ketersediaan sarung tangan, ect)
 Estimasi cakupan kondom
(ketersediaan kondom yg didistribusikan ke semua populasi/pria)
 Estimasi cakupan ‘clean delivery kits’
(jumlah ‘clean delivery kits’ yg tersedia cukup untuk perkiraan
kelahiran dalam satu periode)
KEKERASAN SEKSUAL (SGBV)

Pengertian
Setiap tindakan seksual yang dilakukan tanpa persetujuan dari
salah satu pihak termasuk pemerkosaan dan eksploitasi seksual

 Bagian dari kekerasan berdasarkan gender


(GBV) di samping fisik, psikologi, ekonomi

 Prioritas intervensi selama keadaan Bencana


(laporan & penelitian: jumlah yg serius & drastis)
KEADAAN YG BERESIKO
 Perempuan memiliki keterbatasan dalam memenuhi
kebutuhannya

 MCK yg jauh dari tempat penampungan dan tidak ada


pemisahan antara laki-laki dan perempuan, tidak ada
penerangan

 Kurangnya perlindungan dari pihak keamanan dan


tidak ada undang-undang yang mengatur tentang
kekerasan seksual
INTERVENSI UNTUK KORBAN
 Beri perlindungan
 Beri pengobatan
- ‘a same-sex worker’
- Pemeriksaan fisik
- Test lab, pengobatan
 Lakukan konseling
 marah, bersalah, malu, takut
 ‘empaty, care, support’
TRANSMISI HIV/IMS
Faktor risiko
 Buruk dan rusaknya infrastruktur kesehatan
 ‘Protective supplies in health centers’ (jarum suntik,
sarung tangan bersih dan steril)
 ‘No access to condoms’
 Transfusi darah tidak aman
 ‘Peacekeeping forces, military and police’
INTERVENSI..

1. Universal Precaution
Pengertian
Kontrol infeksi sederhana untuk menurunkan risiko
transmisi virus/bakteri melalui darah atau cairan tubuh
antara pasien dan tenaga kesehatan.

Komponen penting:
- Menyediakan jarum suntik steril
- Menyediakan sarung tangan steril
PERSYARATAN MINIMAL PENGONTROLAN
INFEKSI

 Semua staf mengerti tentang ‘universal precautions’


 Minimalkan kegiatan yang tidak penting
 Lingkungan bersih
 Tersedia air untuk cuci tangan
 Gunakan sarung tangan dan jarum suntik sekali pakai
 Sediakan tempat pembuangan alat bekas pakai
SAMBUNGAN..

2. Akses kondom
3. Transfusi darah aman
4. Akses ke pelayanan STD
- Tenaga kesehatan terlatih
- Tersedia obat
- informasi, pendidikan, komunikasi
PENCEGAHAN KESAKITAN DAN
KEMATIAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR
 4% wanita dari total populasi dalam keadaan
hamil
 15% akan mengalami komplikasi obstetrik
 Dlm keadaan darurat: persalinan bukan di
pely kesehatan dan mungkin tidak dilakukan
oleh tenaga terlatih
 Banyak ibu meninggal dengan masalah yang
bisa di cegah
‘A REFERRAL SYSTEM’ UNTUK
KEADAAN DARURAT
Komplikasi kehamilan dan persalinan
‘primary health care’ (‘basic’ EmOC) dan hospital
(‘comprehensive’ EmOC)

- Dilakukan secepat mungkin


- Ketersediaan transportasi
- Komunikasi
‘NEONATAL CARE’
SEGERA SETELAH LAHIR..
Pastikan penolong persalinan mengunakan
sarung tangan dan mencuci tangan dengan
sabun sebelum menolong persalinan dan
mengunting tali pusat
Pastikan ruang persalinan hangat dan bayi tidak
kedinginan
Gunakan instrumen bersih untuk potong tali
pusat
SAMBUNG…

Lakukan ‘bonding-attachment’
Lakukan IMD
Anjurkan setiap org cuci tangan dulu
sebelum pegang bayi
Bersihkan mata bayi sesegera
mungkin jika perlu berikan obat salep
mata
‘NEONATAL CARE’
PERAWATAN IBU POSTPARTUM..
 Selalu dekatkan ibu-bayi
 Bersihkan tali pusat dengan sabun dan air. Jangan di
tutup
 Beritahu ibu: tanda-tanda infeksi tali pusat +
keputusan minta pertolongan
 Ajarkan ibu bagaimana menjaga bayi tetap hangat
 Bawa bayi setelah umur 6 mgg ke pelayanan
kesehatan untuk imunisasi
 Tetap anjurkan ASI-E
BUKAN MISP, TETAPI PENTING

Keluarga Berencana

Pengobatan IMS

Kebutuhan Menstruasi
‘RH KITS’ UNTUK SITUASI BENCANA

13 Kits:
 Blok I (kit 0 to 5)
Primary health care or health centre level
10 000 people for 3 months
 Blok 2 (Kit 6 to 10)
Health centre level or referral level
30 000 people for 3 months
 Blok 3 (kit 11 and 12)
Referral level
150 000 people for 3 months
‘RHS KIT’ UNTUK SITUASI DARURAT
(BLOK 1)
•Kit 0: Training and administration
•Kit 1A & 1B: Condoms (male & female)
•Kit 2A: Clean delivery containing individual pack
•Kit 2B: Clean deliveri for birth Attendants
•Kit 3: Post-rape Treatment
•Kit 4: Oral and injectable contraception
•Kit 5: Treatment of STI drugs
BLOK 1
Kit Isi Kode Warna Jumlah Keterangan
Box
Kit 0 Kit Administrasi oranye 1
Kit 1 Kondom Merah
a Male condom 4
b Female condom 1
Kit 2 Persalinan Bersih Biru Tua
a Individual 4/unit 50/box
b Penolong Persalinan 1
Kit 3 Kit Pengelolaan Perkosaan Merah Jambu 1 1 unit/box
Kit 4 Kit alat kontrasepsi oral & Injeksi Putih 1
Kit 5 Kit Pengelolaan IMS Turquoise/ 1
Biru
Kehijauan
‘RH KITS’ UNTUK SITUASI
BENCANA (BLOK 2)
 Kit 6A: Clinical Delivery Assistance kit (reusable
equipment)
 Kit 6B: Clinical Delivery Assistance kit (drug n
Disposible Equipment)
 Kit 7: IUD insertion
 Kit 8: Management of miscarriage N complications
of Abortion
 Kit 9: Suture of cervical and vaginal tears and
vaginal examination
 Kit 10: Vacuum extraction
LANJUTAN...
Blok 2
Kit Isi Kode Warna Jumlah Keterangan
Boks
Kit 6 Kit persalinan Klinis Coklat 6/unit 5/6
(disimpan di
suhu dingin)
Kit 7 IUD Kit Hitam 1
Kit 8 Pengelolaan abortus dan Kuning 2/unit 2/2 cool
komplikasi pasca abortus (disimpan di
(tanpa sterilisator) suhu dingin)
Kit 9 Pengelolaan robekan jalan Ungu 1
lahir (cerviks dan vagina) dan
pemeriksaan pervagina (tanpa
sterilisator
Kit 10 Kit vakum ekstraktor Abu-Abu 1
RH KITS UNTUK SITUASI BENCANA
(BLOK 3)

Kit 11 A: Surgical (peralatan pembedahan)


Kit 11 B: Surgical (alat bedah abis pakai +
obat2an)
Kit 12: Blood transfusion (HIV testing)
LANJUTAN...
Blok 3
Kit Isi Kode Jumlah Keterangan
Warna Boks
Kit 11 Kit rujukan kesehatan reproduksi Hijau
Terang
a Pakai ulang 1
b Obat-obatan dan alat habis pakai 34 34/34
(disimpan
di suhu
dingin)
Kit 12 Kit transfusi darah Hijau Tua 2 2/2
(disimpan
di suhu
dingin)
ASUMSI PERHITUNGAN
KEBUTUHAN RH KITS
 Size of population that can be served by each kit
 No. Of adult males (20% of total population)
 No.of women aged 15-49 years (25% of total population)
 Given standard crude birth rate of 4%,
Estimated no. Of deliveries in 12 months
Estimated no. Of deliveries in 3 months
Estimated no. Of pregnant women at any time
 No.of women aged 15-49 years who have suffered sexual violence
(2% of total female population)
LANJUTAN...
 No. of women aged 15-49 years using contraception (15% of total female
population), and of which,
No. Of women using oral contraceptives (40% of total women using
contraception)
No. Of women using injectable contraceptives (55% of total women using
contraceptives)
No. Of women using an IUD (5% of total women using contraceptives)
 No. Of pregnancies that end in miscarriage or unsafe abortion (20% of total
deliveries within a 3 month period)
 No. of women who have vaginal tears when giving birth (15% of total
deliveries within a 3 month period)
 No. of births that require caesarean section (5% of the total deliveries within
a 3 month period)
PENGADAAN ‘HYGIENE’

 No “global” kit, spesifik ke komunitas


 Perempuan
o ‘sanitary supplies’ untuk 3 bulan
o Celana dalam (3 potong)
o Sabun, sikat gigi, odol, aspirin
o handuk
o Apalg?? Lainnya???
 Laki-laki
o Alat cukur, sabun, sikat gigi, odol
o kondom
o Apalg?? Lainnya???
‘RH KITS’ UNTUK SITUASI DARURAT
SIAPA MELAKUKAN APA?

 Identifikasi kebutuhan, buat rencana distribusi


 Kontak perwakilan UNFPA di negara dimana terjadi situasi
darurat
 Pendanaan: NGO’s, dana pemerintah daerah?
 UNFPA membantu dalam identifikasi kebutuhan
 UNFPA melakukan kontak dgn agen pengiriman,
melakukan pengiriman
 ‘RH Kits’ akan dikirim < 48 jam

Anda mungkin juga menyukai