Anda di halaman 1dari 41

Efek Induksi, Efek

Resonansi, dan
Efek Sterik
Kimia Organik Fisik Semester 6B
Kelompok 1
062119034 Selin Dwi Oktalegisabila
062119027 Nisrina Fauziyah
062119007 Alfiyan Dwi Darmawan
062119071 Mohammad Rommy Izha Ramadhan
062119017 Giovanni Calvindoro
062119009 Indrawan Maulana
062119047 Ahmad Pandu
062119003 Riana Anggraeni
062119079 Ivanny Dwi Krisanthy
062119006 Rima Gusmaniar
062119042 Muhammad Hanif Fadhillah
062119018 Atqiya Abdullah A.
2
1
Efek Induksi
Efek induksi adalah suatu pergeseran atau perpindahan sebagian elektron
menuju ikatan atom yang lebih elektronegatif. Yang berarti (atau elektron
ikatan tunggal) bergesar ke arah atom yang lebih elektronegatif, karena muatan
parsial berkembang.

3
Sebuah elektron melepaskan atau menarik elektron kedalam rantai atom (umumnya rantai
C),muatan negatif atau positif diteruskan melalui rantai C oleh atom-atom yang menjadi
bagiannya. Ini menyebabkan dipol permanen muncul dalam molekul dan disebut sebagai efek
induktif

Ilustrasi yang menggambarkan efek induktif yang muncul dalam molekul chloroethane karena
atom klor yang lebih elektronegatif yang diberikan.

4
● Ketika kerapatan elektron ditarik dari muatan negatif melalui
ikatan oleh atom yang sangat elektronegatif disebut sebagai efek
penarikan elektron

● Atom yang lebih elektronegatif menstabilkan daerah kerapatan


elektron yang lebih tinggi dengan penarikan elektron dari efek
induktif

● Semakin elektronegatif atom dan semakin dekat dengan muatan


negatif, maka semakin besar efeknya.

5
Tipe Efek Induksi
-I Effect (Efek Induktif Negatif)
Ketika atom elektronegatif dimasukkan ke rantai atom (umumnya atom
karbon), pembagian elektron yang tidak sama menghasilkan muatan positif
yang ditransmisikan melalui rantai.
Hal ini menyebabkan dipol permanen muncul dalam molekul di mana atom
elektronegatif memiliki muatan negatif dan efek yang sesuai disebut efek
induktif penarikan elektron, atau efek -I.
-I menunjukkan kemampuan suatu gugus untuk menarik elektron lebih
kuat dari atom H.
Urutan Kelompok -I
NF3+ > NR+ > NH3+ > NO2 > - C ≡ N (grup sianida) > - CHO (aldehid) > -RC (= O) R’
> - R - COOH > F > Cl > Br > I > - O - R > - O H > - C ≡ CH > - NH 2 ⋍ ⏣ > CH =
CH2 > H
6
Tipe Efek Induksi
+I Efek (Efek Induktif Positif)
Ketika spesies kimia dengan kecenderungan untuk melepaskan atau
menyumbangkan elektron, seperti gugus alkil, dimasukkan ke rantai
karbon, muatan tersebut diteruskan melalui rantai dan efek ini disebut
Efek Induktif Positif atau Efek +I.
+I menunjukkan kemampuan suatu gugus untuk mendorong/menolak
elektron lebih kuat dari atom H.

Urutan Kelompok +I

CHΘ > NHΘ> OΘ> O > -COO > - C(CH3)3 > - H - C - (CH3)2 > -CH2 - CH3 > -
CH3

7
Efek Induktif terhadap Keasaman dan Kebasaan
Dengan menggunakan efek induktif, kita dapat memprediksi keasaman dan kebasaan senyawa.
Sebagai generalisasi, dapat dikatakan bahwa gugus penarik elektron (EWG) meningkatkan keasaman
suatu senyawa dan gugus pemberi elektron menurunkan keasaman suatu senyawa.

Ini karena, jika kita mengambil basa konjugasi dari asam, yaitu RCOO-, jika R adalah penarik
elektron, maka basa konjugasi distabilkan melalui delokalisasi muatan negatif yang terbentuk. Jika R
telah mendonor elektron, maka basa konjugat akan menjadi tidak stabil karena tolakan
antarelektronik.
.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa, gugus +I menurunkan keasaman (atau


meningkatkan kebasaan) dan gugus –I meningkatkan keasaman (atau menurunkan
kebasaan) senyawa.
8
Efek Induksi terhadap Keasaman dan Kebasaan
Ketika gugus yang menunjukkan efek -I terikat pada sebuah molekul, kerapatan elektron dari molekul
yang dihasilkan secara efektif berkurang, membuatnya lebih mungkin untuk menerima elektron dan
dengan demikian meningkatkan keasaman molekul.

Ketika gugus +I menempel pada molekul, ada peningkatan kerapatan elektron molekul. Ini
meningkatkan kebasaan molekul karena sekarang lebih mampu menyumbangkan elektron.

9
Contoh

Asam format (HCOOH) lebih asam daripada asam asetat


(CH3COOH) karena efek induktif +I dari gugus metil yang
melekat pada gugus asam karboksilat.

Pertimbangkan, keasaman asam mono-, di- dan


trikloroasetat.

Dapat dikatakan bahwa keberadaan tiga atom Cl


membuat oksigen sangat kekurangan elektron dan
dengan demikian, paling banyak mempolarisasi
ikatan O-H. Oleh karena itu, urutan keasaman
senyawa di atas adalah, III > II > I.

10
Efek Induksi pada Stabilitas Molekul
Muatan pada atom tertentu dan muatan pada gugus yang terikat pada atom memainkan peran yang kuat ketika
menentukan stabilitas molekul yang dihasilkan sesuai dengan efek induktif.

Contoh dari hal ini dapat diamati ketika kelompok yang menunjukkan efek -I terikat pada atom bermuatan
positif dan muatan positif pada molekul yang dihasilkan diperkuat, mengurangi stabilitasnya.

Di sisi lain, ketika atom bermuatan negatif dimasukkan ke grup yang menunjukkan efek -I, perbedaan muatan
agak padam dan molekul yang dihasilkan akan stabil sesuai dengan efek induktif.

Stabilisasi oleh efek induktif menurun dengan cepat dengan bertambahnya jarak atom elektronegatif dari
tempat muatan negatif dalam basa konjugasi.

11
Efek Induktif pada Stabilitas Molekul
Efek induksi bekerja melalui ruang dan ikatan sigma. Makin jauh letak gugus/atom
yang memiliki efek induksi, makin kecil pengaruhnya terhadap polarisasi ikatan.
Posisi gugus menentukan besarnya efek induksi yang diberikan.

12
2
Efek Resonansi
Efek resonansi adalah fenomena kimia yang diamati pada senyawa
karakteristik yang memiliki ikatan rangkap dalam senyawa organik.
Senyawa organik yang mengandung ikatan rangkap ini dalam strukturnya
biasanya memiliki orbital p yang tumpang tindih pada dua sisi atom
karbon yang berdekatan.

13
Efek Resonansi
Efek penarikan atau efek pelepasan elektron yang dikaitkan dengan substituen tertentu
melalui delokalisasi elektron atau pi yang dapat dilihat dengan menggambar berbagai
struktur kanonik disebut efek resonansi atau efek mesomerik. Resonansi dilambangkan
dengan huruf R.

Konsep efek resonansi menjelaskan tentang polaritas yang diinduksi dalam molekul
oleh reaksi antara pasangan elektron bebas dan ikatan pi. Hal ini terjadi oleh interaksi
ikatan 2 pi di atom yang berdekatan. Resonansi secara sederhana adalah molekul
dengan beberapa struktur Lewis. Resonansi dalam kimia membantu dalam memahami
stabilitas senyawa bersama dengan keadaan energi.
Efek Mesomerik dan Efek Resonansi
Fenomena di mana dua atau lebih struktur dapat ditulis untuk struktur molekul
yang sebenarnya, tetapi tidak ada satu pun yang dapat menjelaskan semua
sifat molekul disebut efek resonansi. Efek mesomerik timbul karena adanya
substituen atau gugus fungsi dalam suatu senyawa kimia, dan dilambangkan
dengan huruf M.

Efek mesomerik dan efek resonansi adalah efek permanen dimana efek
mesomerik bergantung pada substituen atau gugus fungsi dalam suatu
senyawa kimia.

Resonansi mengacu pada delokalisasi elektron dalam sistem tertentu.

15
Hanya ada resonansi antara struktur yang mengandung jumlah elektron ganjil yang
sama. Struktur individu itu disebut bentuk resonansi atau bentuk kanonik.

Fenomena resonansi ditunjukkan oleh panah kepala dua yang tertulis di antara
bentuk kanonik. Hibrida resonansi lebih stabil daripada bentuk kanonik mana pun
yang berkontribusi pada resonansi.
16
Kondisi Resonansi meliputi:
1. Setiap atom yang berpartisipasi harus koplanar
2. Setiap atom yang berpartisipasi harus memiliki orbital atom p
paralel (orbital atom d, kadang-kadang)

Resonansi terjadi dalam kondisi berikut:


3. Ikatan Pi terkonjugasi dengan ikatan pi lainnya
4. Ikatan Pi terkonjugasi dengan muatan negatif
5. Ikatan Pi terkonjugasi dengan muatan positif
6. Muatan positif yang terkonjugasi dengan pasangan elektron
bebas atau muatan negatif
7. Ikatan Pi terkonjugasi dengan pasangan elektron bebas atau
radikal bebas

17
Tipe Efek Resonansi

1. Efek Resonansi Positif


Efek resonansi positif terjadi ketika gugus fungsi yang melepaskan elektron
ke molekul lain melalui proses delokalisasi. Gugus fungsi biasanya
dilambangkan dengan +R atau +M. Dalam proses ini, kerapatan elektron
molekul meningkat. Contoh: -OH, -SH, -OR,-SR.

2. Efek Resonansi Negatif


Efek resonansi negatif terjadi ketika gugus fungsi menarik elektron dari
molekul lain melalui proses delokalisasi. Gugus fungsi biasanya
dilambangkan dengan -R atau -M. Dalam proses ini, kerapatan elektron
molekul dikatakan menurun. Contoh: -NO2, C=O, -COOH, -C≡N

18
Efek Induktif vs Efek Resonansi

Efek Induktif

Muatan listrik yang diinduksi dalam atom suatu molekul menghasilkan efek induktif.
Perbedaan nilai keelektronegatifan atom menyebabkan terjadinya induksi muatan.
Atom dengan elektronegativitas tinggi memiliki kecenderungan untuk menarik
elektron pada ikatan.

Efek resonansi

Efek resonansi suatu molekul terjadi ketika molekul tersebut memiliki ikatan
rangkap. Efek resonansi menggambarkan transmisi pasangan elektron antara atom
dalam molekul.

19
Panduan Menggambar Struktur Resonansi
● Semua struktur resonansi harus merupakan struktur Lewis yang valid.
● Semua struktur resonansi harus memiliki konektivitas atom yang sama, dan hanya berbeda dalam
susunan elektron. (Atom tidak pernah bergerak, hanya elektron yang bergerak.)
● Semua struktur resonansi memiliki jumlah elektron dan muatan bersih yang sama. (Muatan formal
pada masing-masing atom dapat berbeda, tetapi muatan bersih, yaitu jumlah semua muatan, harus
sama.)
● Untuk memindahkan elektron, hanya elektron dan elektron pasangan bebas (JANGAN PERNAH
memindahkan ikatan !) yang dapat dipindahkan dari area kerapatan elektron yang lebih tinggi ke
area kerapatan elektron yang lebih rendah dengan mengikuti salah satu dari tiga transformasi
berikut:
a. ikatan membentuk ikatan lainnya;
b. ikatan membentuk elektron pasangan bebas;
c. elektron pasangan bebas membentuk ikatan .
● Gunakan panah melengkung untuk menunjukkan pergerakan elektron dalam struktur resonansi
"asli". Struktur resonansi "baru" harus menjadi "produk" yang diperoleh secara otomatis dengan
mengikuti panah.
● Hitung muatan formal dalam struktur “baru” dan beri label pada setiap muatan formal yang tidak
nol.

20
Hanya ada satu ikatan pi dalam contoh ini, dan tidak ada pasangan elektron bebas, jadi
hanya elektron yang dapat dipindahkan. Ada karbokation di samping ikatan , yang
merupakan titik kerapatan elektron rendah. Oleh karena itu untuk memindahkan
elektron ke posisi di samping karbokation untuk membentuk ikatan lain, dan itu
memberikan struktur "baru". Dua struktur resonansi di sini setara.

21
3
Efek Sterik
Efek sterik muncul dari susunan spasial atom. Ketika atom datang berdekatan, ada
kenaikan energi molekul. Efek sterik adalah interaksi nonikatan yang mempengaruhi
bentuk (konformasi) dan reaktivitas ion dan molekul.

22
Efek Sterik atau Hambatan Sterik

Hambatan sterik adalah konsekuensi/akibat dari adanya efek sterik.


Hambatan sterik merupakan perlambatan reaksi kimia karena curah sterik.
Hal ini biasanya dimanifestasikan dalam reaksi antarmolekul, sedangkan
diskusi tentang efek sterik sering berfokus pada interaksi intramolekul.
Hambatan sterik sering dimanfaatkan untuk mengontrol selektivitas,
seperti memperlambat reaksi samping yang tidak diinginkan.

Dalam kimia organik, efek sterik hampir universal dan mempengaruhi laju
dan energi aktivasi sebagian besar reaksi kimia pada tingkat yang berbeda-
beda.
Contoh Hambatan Sterik

Bedah Jurnal
“Influence of Steric Effect on the Pseudo-
Multicomponent Synthesis of N-
Aroylmethyl-4-Arylimidazoles”

25

26
Abstrak
Sintesis pseudo-tiga-komponen N-
aroylmethylimidazole(3) dengan tiga ikatan C-N baru
yang terbentuk secara regioselektif dalam kondisi
microwave dikembangkan. Produk diperoleh dengan
mereaksikan dua ekuivalen aroylmethyl bromide
(ArCOCH2Br, (1)) dengang garam amidin (RCN2H3. HX,
(2)) dan dengan K2CO3 sebagai basis dalam acetonitrile.
Reaksi bicomponent juga terjadi, memberikan yang
diharapkan: 4(5)-aryl-1 H-imidazoles (4). Khususnya,
rasio produk (3) dan (4) diatur oleh faktor sterik amidin
(2) (yaitu, R = H, CH3, Ph). Oleh karena itu, studi
komputasi dilakukan untuk memahami arah reaksi
mengenai rasio produk (3/4), regioselektivitas, dan efek
sterik dari kelompok subtituen amidin

27
Latar Belakang
Diazole adalah senyawa N-heterosiklik beranggota lima yang memiliki dua atom
nitrogen, satu seperti pirrol dan seperti piridin lainnya. Senyawa yang
mengandung cincin diazole sangat menarik bagi berbagai bidang kimia, industri,
dan kedokteran karena relevansinya dalam kebutuhan masyarakat. Akibatnya,
berbagai metode untuk sintesis dan fungsionalisasi diazole telah ditetapkan.

Pada jurnal ini dicoba untuk mengembangkan sintesis pseudo-tiga komponen N-


aroylmethylimidazoles di bawah kondisi microwave (MW) dalam hasil yang baik
dengan mereaksikan dua ekuivalen 1 dengan acetamidine hydrochloride. Reaksi
ini juga memungkinkan untuk mendapatkan 1H-imidazole 4 yang diharapkan
sebagai produk minor.

28
29
Alat dan Bahan
Sintesis dan Titik Leleh
● Pereaksi dibeli dari sumber-sumber komersial tanpa pemurnian lebih lanjut. Bahan-bahan
yang diperlukan ditimbang dan digunakan dengan kondisi udara pada suhu kamar.
● Reaksi diamati pada Kromatografi Lapis Tipis (TLC) dan divisualisasikan dengan lampu
UV (254 - 365 nm).
● Flash Chromatography dilakukan pada silica gel 230-400 mesh.
● Reaksi-reaksi yang dibantu dengan Microwave (MW) dilakukan dalam CEM Discover SP-
focused microwave (v=2.45 GHz) reactor yang dilengkapi dengan sensor pengukur tekanan
dan sensor pengukur suhu infrared berfokus vertikal.
● Wadah reaksi tertutup (10 mL, tekanan maksimal 300 psi) yang dilengkapi dengan
pengaduk/stirrer bar yang dilapisi Teflon (didapat dari CEM) digunakan untuk melakukan
reaksi.
● Pengaturan suhu, daya, dan waktu diatur dan dikendalikan pada semua reaksi yang
dilakukan.
● Penentuan titik leleh dilakukan dengan alat penentu titik leleh kapiler.

30
Alat dan Bahan
Karakterisasi Senyawa

● Data spektroskopi NMR didapatkan dari Bruker Advance 400 pada 298K dengan TMS (0.00
ppm) atau pereaksi residu terdeuterasi sebagai standar referense internal.
● Data spektroskopi NMR 1H (400 MHz) dan 13C (101 MHz) direkam dalam CDCl3, (δH =
7.26 ppm/δC = 77.0 ppm), DMSO-d6 (δH = 2.50 ppm/δC = 39.5 ppm), atau CD3OD (δC =
49.0 ppm).
● Spektra DEPT-135 digunakan untuk mencocokan sinyal karbon.
● Pergeseran kimia (δ) dilaporkan dalam ppm, dan konstanta coupling (J) dalam Hz.
● Singkatan yang digunakan untuk multiplisitas: s=singlet, d=doublet, t=triplet, m=multiplet
● High-resolution Mass Spectra (HRMS) direkam dengan spektrometer Agilent Technologies
Q-TOF 6520.
● Aroylmethyl bromide 1a-d dibuat dengan metode yang dikembangkan dalam laboratorium
penulis.

31
Metode Pengerjaan
Sintesis 4-aryl-2-phenylimidazoles 3e-h dan 4f-g

● Campuran berikut dipaparkan pada radiasi microwave pada suhu 100oC


(dimonitor dengan sensor suhu IR) dan dipertahankan selama 40 menit dalam
tabung tertutup dengan stirrer bar berlapis teflon:
Benzamidine hydrochloride (2b, 82 mg, 0.52 mmol),
Potassium carbonate anhydrous (K2CO3, 141 mg, 1.02 mmol),
Aroylmethyl bromide 1a–d (1.00 mmol) yang sesuai dalam acetonitrile anhidrat
(1.0 mL)

● Campuran tadi didinginkan sampai 50oC dengan aliran udara dan dinetralkan
dengan HCl encer (10%)
● Campuran dipartisi antara air (5.0 mL) dan ethyl acetate (2 x 10.0 mL). Lapisan
organik dicuci dengan air garam (2 x 5.0 mL) dan dikeringkan dengan MgSO4
anhidrat.
● Pelarut kemudian disingkirkan dalam tekanan yang dikurangi
● Residu dimurnikan dengan Flash Chromatography di silica gel
(eluen: pertama CH2Cl2, lalu CH2Cl2/CH3OH 20:1 v/v)

32
Metode Pengerjaan
Sintesis 4-arylimidazoles 3i–l and 4i–j, dan aroylmethyl acetates
5a–dg
● Campuran berikut dipaparkan pada radiasi microwave pada suhu 120 oC (dimonitor dengan
sensor suhu IR) dan dipertahankan selama 40 menit dalam tabung tertutup dengan stirrer
bar berlapis teflon:
Formamidinium acetate (2c, 54 mg, 0.52 mmol),
K2CO3 anhydrous (141 mg, 1.02 mmol),
Susbtrat 1a–d (1.00 mmol) yang sesuai dalam acetonitrile anhydrous (1.0 mL)

● Perlakuan reaksi dan pemurnian produk dilakukan dengan cara yang sama seperti
pengerjaan reaksi sebelumnya.
● Fraksi pertama dielusi dengan Flash Chromatography, mengandung N-
aroylmethylimidazole 3i-l (produk mayor, 68-72%).
● Fraksi kedua mengandung senyawa 4i-j (produk minor, 17-22%).
● Aroylmethyl acetate 5a-d didapatkan ketika reaksi ini dilakukan pada 100oC dalam kondisi
yang mirip, namun residu yang didapatkan dimurnikan dengan Flash Chromatography
(eluen CH2Cl2) untuk mendapatkan hasil murni 5a-d tersebut dalam jumlah banyak (82-
87%)

33
Hasil dan Pembahasan
Mengenai sintesis N-aroylmethyl-4-arylimidazoles: Penelitian ini dimulai dengan reaksi
antara 2 ekuivalen masing-masing α-bromoketone 1a-d dengan satu setara dengan
benzamidine 2b. Hasil yang didapatkan memuaskan, yang diinginkan N-aroylmethyl-4-
aryl-2-phenylimidazoles 3e-h bersama-sama dengan 4 (5) -aryl-2-phenyl-1Himidazoles
4f-g diperoleh dalam hasil yang baik dalam rasio 4: 5

34
Hasil dan Pembahasan
Hasil yang diperoleh untuk sintesis 2-phenylimidazoles 3e-h dan 4f-g sesuai dengan efek
sterik dan kelarutan yang diharapkan karena 2-phenyl-1 H-imidazoles disukai dengan 2b
sementara produk pengganti N lebih disukai menggunakan acetamidine.

35
Hasil dan Pembahasan
Setelah 2-phenylimidazoles 3e-h dan 4f-g diperoleh, dilakukan reaksi antara dua ekuivalen 1a-d dengan
satu setara formamidinium acetate (2c) dalam kondisi yang sama. Meskipun empat produk terbentuk,
mereka tidak sesuai dengan imidazoles yang diinginkan, tetapi aroylmethyl acetates 5a-d.

36
Hasil dan Pembahasan
Dengan demikian, kami meningkatkan suhu reaksi menjadi 120 ◦C untuk mendukung pembentukan
imidazoles' , mungkin dari 5a-d, dengan formamidine dalam media reaksi. N-aroylmethylimidazoles 3i-l
dan 1 H-imidazoles 4i-j didapatkan dalam hasil tinggi dan rasio diperkirakan 7: 2.

37
Hasil dan Pembahasan
Skema 4 menunjukkan foto-foto campuran reaksi pada 100 ◦C dan 120 ◦C, yang ada di
120 ◦C menjadi sedikit lebih gelap karena kemungkinan dekomposisinya. Hasil ini tidak
diamati menggunakan 2c karena kami percaya reaksi terjadi melalui ketoester 5a-d
sebagai substrat 1,2-biselectrophilic; memang, obtensi ketoester ini membawa kami
untuk mengembangkan reaksi pada 120 ◦C.

38
Hasil dan Pembahasan
Hanya dengan mempertimbangkan penelitian eksperimental dan literatur,
adalah mungkin untuk menyimpulkan bahwa jenis reaksi ini diatur oleh
efek sterik dari kelompok R yang melekat pada amidin awal. Penelitian
telah menetapkan bahwa semakin kecil kelompok R, yang lebih disukai
adalah aksi rekilasi N-alkilasi A (yaitu, H > CH3 > Ph > t-Bu) mengenai
reaksi siklonkondensasi intramolekul ; memang, temuan baru ini sesuai
dengan hasil yang dilaporkan dalam literatur. Hebatnya, reaksi ini terjadi
dengan regioselektivitas yang tinggi, dan faktor sterik mengatur arah
mereka mengenai hasil dan rasio produk.

39
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa penulis telah berhasil melakukan sintesis kelompok
baru N-aroylmethyl-4-arylimidazoles 3e–l dengan reaksi pseudo-tiga-komponen
yang diikuti dengan pembentukan ikatan C-N baru, dengan cara regioselektif.
Produk dihasilkan melalui reaksi aroylmethyl bromide dengan garam amidine
perbandingan 2:1; namun reaksi bikomponen (1:1) yang memungkinkan 1H-
imidazole (4) terbentuk juga terjadi.

Protokol ini menghasilkan jumlah yang tinggi (hingga 94% untuk campuran (3)
dan (4) menggunakan K2CO3 sebagai basa dalam acetonitrile, dalam kondisi
radiasi microwave).
Proporsi (3) dan (4) imidazole yang dihasilkan ditentukan oleh faktor sterik dari
gugus R yang terikat pada pereaksi awal amidine. Mekanisme reaksi yang terjadi
membuktikan bahwa semakin kecil gugus R, maka pembentukan produk
tersubstitusi N lebih disukai.

40
Thank You!

Anda mungkin juga menyukai