LATAR BELAKANG
Timbulnya suatu penyakit berpengaruh terhadap perubahan gaya hidup dan pola
konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah satunya gangguan
pada lambung seperti gastritis. Gastritis sering dianggap penyakit ringan, namun dapat
merusak fungsi lambung dan dapat meningkatkan resiko untuk terkena kanker lambung
Gastritis adalah keadaan dimana mukosa dan submukosa lambung mengalami inflamasi.
Data menurut World Health Organization (WHO) kejadian gastritis di dunia sekitas 1,8 –
2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Menurut data dari World Health Organization
(WHO) tahun 2004, di Asia Tenggara insidensi gastritis sekitar 583,635 dari jumlah
penduduk setiap tahun. Di Indonesia angka kejadian gastritis cukup tinggi yaitu 274.390
kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk. Di Kota Bandung angka kejadian gastritis mencapai
Pada pasien gastritis mengalami peningkatan sekresi asam lambung, untuk itu
digunakan obat antiulcer dengan tujuan menghambat atau menurunkan sekresi asam
Golongan Antagonis reseptor H2 histamin dapat memblok kerja histamine pada sel
parietal lambung dan mengurangi sekresi asam, sekaligus dapat meningkatkan pH lambung.
Ranitidine merupakan obat golongan antagonis reseptor H2 histamin yang dapat digunakan
dasarnya, obat generik merupakan salah satu sediaan farmasi yang telah memenuhi
persyaratan farmakope serta melewati proses pembuatan sesuai Cara Pembuatan Obat yang
Baik (CPOB). Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pun turut mengawasi standar
Menurut Peraturan Kepala BPOM No. 24 tahun 2017 “Tentang Kriteria Dan Tata
Laksana Registrasi Obat”, mengatakan untuk melindungi masyarakat dari perdaran obat
yang tidak memenuhi persyaratan efikasi, keamanan, mutu dan kemanfaatannya perlu
dilakukan evalusi melalui registrasi obat sebelum diedarkan. Registrasi adalah prosedur
Obat yang memiliki izin edar harus memenuhi kriteria utama yaitu mutu yang
memenuhi syarat yang dinilai dari proses produksi sesuai Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB), spesifikasi dan metoda pengujian terhadap semua bahan yang digunakan serta
Salah satu data penunjang untuk registrasi produk yaitu Validasi Prosedur Analisa yaitu
memuat informasi analisis termasuk data percobaan metoda analisis yang digunakan untuk
pengujian zat aktif dan produk jadi. Parameter validasi yang harus diperhatikan adalah
selektifitas, presisi, akurasi, linieritas, rentang limit kuantitasi, limit deteksi, robustnes, dan
Metode analisa yang sekrang ini banyak digunakan adalah metode Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi (KCKT). Metode tersebut mampu memberikan data baik secara kualitatif
maupun kuantitatif dengan tepat dan teliti dibandingkan dengan metode analisa yang lain
karena hanya metode analisa yang telah dibuktikan validitasnya maka hasil pengukuranya
Sediaan Ranitidin HCl dalam bentuk tablet, selain generik juga tersedia nama dagang.
untuk memasyarakatkan obat generik diperlukan informasi tentang mutu obat. Hal inilah
yang melatar belakai peneliti untuk melakukan penetapan kadar ranitidin HCl dengan
mengunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi yang tertera pada Farmakope
Indonesia Edisi IV tahun 1995 dimana syarat “Tiap tablet Ranitidin Hidroklorida
tidak kurang dari 90,00% dan tidak labih dari 110,00% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi masalah sebagai
berikut :
1. Berapakah kadar ranitidin HCl dalam tablet Ranitidin 300 mg generik berlogo ?
2. Apakah kadar ranitidin dalam sediaan tablet Ranitidin 300 generik berlogo sudah
Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan dalam latar belakang maksud dan tujuan
1. Mengetahui kadar ranitidin dalam sedian tablet ranitidin HCl 300 mg generik
3. Sebagai data otentik telah dilakukan penelitian mengenai penetapan kadar ranitidin HCl
Laboratorium dengan beberapa tahap kerja. Metode kerja yang dilakukan antara lain :
6. Hasil
7. Pengolahan data
8. Evaluasi
9. Kesimpulan
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian
Bandung Jalan Cisaranten Kulon No. 140 waktu penelitian dimulai pada bulan …………