SISTEM OSMOREGULASI
Pengertian Osmoregulasi
Osmoregulasi adalah proses untuk menjaga keseimbangan antara jumlah air dan zat terlarut
yang ada dalam tubuh hewan. Mengapa hewan harus melakukan osmoregulasi? Alasan utamanya
ialah karena perubahan keseimbangan jumlah air dan zat terlarut di dalam tubuh memungkinkan
terjadinya perubahan arah aliran air/zat terlarut menuju ke arah yang tidak diharapkan. Proses inti
dalam osmoregulasi yaitu osmosis. Osmosis adalah pergerakan air dari cairan yang mempunyai
kandungan air lebih tinggi (yang lebih encer) menuju ke cairan yang mempunyai kandungan air yang
lebih rendah (yang lebih pekat).
Osmoregulasi dapat juga didefinisikan sebagai proses homeostasis untuk menjaga agar cairan
tubuh selalu berada dalam keadaan stabil atau steady state. Masalah osmoregulasi antara lain sebagai
berikut:
1. Setiap individu hewan membutuhkan konsentrasi garam yang berbeda dengan lingkungannya.
2. Hewan harus mempunyai konsentrasi air yang sama (partikel konsentrasi terlarut total) terhadap
lingkungannya, yang berarti membutuhkan sejumlah besar energy untuk membuang air dari tubuhnya.
3. Hewan perlu untuk membuang sejumlah sisa hasil metabolisme yang larut dalam air seperti ammonia,
kreatinin, dan pigmen darah.
1. Osmokonformer
2. Osmoregulator
a. Membuang sisa maupun hasil samping metabolisme dari dalam tubuh makhluk hidup untuk menjaga
ketidakseimbangan reaksi-reaksi kimia dalam tubuh, kerjanya bersama-sama dengan sistem ekskresi.
b. Mencegah terhadap gangguan fungsi enzim dalam proses metabolisme, dengan cara membuang zat-
zat sisa atau hasil sampingan metabolisme yang bersifat racun,
c. Mempertahankan kestabilan ratio ion-ion yang terlarut dalam cairan tubuh, terutama ion-ion: Na, K,
Mg, Ca, Fe, H, Cl, I, PO 3 yang sangat vital untuk aktivitas metabolisme seperti kerja enzim, sintesa
protein, produksi hormon, pigmen respirasi, permeabilitas otot, aktivitas listrik, dan kontraksi otot.
d. Mengatur jumlah air yang terkandung dalam cairan tubuh, untuk menjaga volume cairan tubuh dan
tekanan osmotik agar tetap dalam keadaan stabil, seperti diketahui bahwa tekanan osmotik tergantung
baik pada jumlah zat terlarut maupun pelarutnya, dan
e. Mengatur dan menjaga kestabilan pH cairan tubuh agar reaksi-reaksi dalam metabolisme dapat
berjalan dengan baik.
C. Mekanisme Osmoregulasi
1. Regulasi Hipertonik atau Hiperosmotik, yaitu pengaturan aktif konsentrasi cairan tubuh yang lebih
tinggi dari konsentrasi lingkungan. Maka secara fisika untuk menjaga kestabilan lingkungan
internalnya (cairan tubuh) hewan tersebut mempunyai kecendrungan untuk :
a. Mengurangi masuknya air kedalam tubuh dengan meningkatkan impermeabilitas dinding tubuh atau
dengan cara mengeluarkan kelebihan air yang ada dari dalam tubuh.
b. Memasukkan garam-garam kedalam tubuhnya dengan cara makan dan minum untuk menjaga
ksabilan zat-zat yang terlarut dalam cairan tubuhnya. Misalnya pada petadrom (Ikan air tawar)
2. Regulasi Hipoosmotik
Pada hewan-hewan yang hidup dilaut pada umumnya dimana konsentrasi pelarut dalam tubuh
hewan lebih tinggi dari pada lingkunganya, maka untuk menjaga kestabilan cairan tubuhnya hewan
tersebut akan:
b. Mencegah masuknya garam kedalam tubuh atau mengeluarkan kelebihan garam dari dalam tubuhnya.
D. Sistem Osmoregulasi pada Hewan
Ikan-ikan yang hidup di air tawar mempunyai cairan tubuh yang bersifat hiperosmotik terhadap
lingkungan, sehingga air cenderung masuk ketubuhnya secara difusi melalui permukaan tubuh yang
semipermiable. Bila hal ini tidak dikendalikan atau diimbangi, maka akan menyebabkan hilangnya
garam-garam tubuh dan mengencernya cairan tubuh, sehingga cairan tubuh tidak dapat menyokong
fungsi-fungsi fisiologis secara normal. Ginjal akan memompa keluar kelebihan air tersebut sebagai air
seni. Ginjal mempunyai glomerulus dalam jumlah banyak dengan diameter besar. Ini dimaksudkan
untuk lebih dapat menahan garam-garam tubuh agar tidak keluar dan sekaligus memompa air seni
sebanyak-banyaknya.
Ikan laut hidup pada lingkungan yang hipertonik terhadap jaringan dan cairan tubuhnya,
sehingga cenderung kehilangan air melalui kulit dan insang, dan kemasukan garam-garam. Untuk
mengatasi kehilangan air, ikan ‘minum’air laut sebanyak-banyaknya. Dengan demikian berarti pula
kandungan garam akan meningkat dalam cairan tubuh. Padahal dehidrasi dicegah dengan proses ini
dan kelebihan garam harus dihilangkan. Karena ikan laut dipaksa oleh kondisi osmotik untuk
mempertahankan air, volume air seni lebih sedikit dibandingkan dengan ikan air tawar. Tubulus ginjal
mampu berfungsi sebagai penahan air. Jumlah glomerulus ikan laut cenderung lebih sedikit dan
bentuknya lebih kecil dari pada ikan air tawar.
BAB II
Alat peredaran darah ikan terdiri atas jantung dan sinus venosus. Jantung ikan terdiri ata dua
ruangan, atrium dan ventrikel dan terletak di belakang insang. Sinus venosus adalah struktur
penghubung berupa rongga yang menerima darah dari vena dan terbuka di ruang depan jantung.
Diantara antrium dan ventrikel jantung terdapat klep untuk menjaga agar aliran darah tetap searah.
Peredaran darah ikan disebut peredaran darah tunggal karena darah dari insang langsung beredar ke
seluruh tubuh kemudian masuk ke jantung. Jadi darah hanya beredar sekali melalui jantung dengan
rute dari jantung ke insang lalu ke seluruh tubuh kemudian kembali ke jantung.