Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

Menurut WHO kematian AKI sebesar 81% akibat dari komplikasi selama
hamil dan bersalin dan 25% dari kematian maternal disebabkan oleh perdarahan
postpartum dan diperkirakan 100.000 kematian tiap tahunnya.1 Di Inggris pada
tahun 2000 hampir separuh kematian ibu hamil akibat disebabkan oleh perdarahan
postpartum. Perdarahan pasca persalinan merupakan perdarahan yang massif yang
berasal dari tempat implantasi plasenta, robekan pada jalan lahir, dan jaringan
sekitarnya merupakan salah satu penyebab kematian ibu disamping perdarahan
karena hamil ektopik dan abortus.2

Indonesia masih merupakan negara tertinggi di antara Association of South


East Asia Nations (ASEAN) dengan angka kejadian kematian sekitar 15 kali dari
angka kematian di Malaysia.3 Faktor penyebab kematian ibu diantaranya
perdarahan 28%, eklampsia 24%, infeksi 11%, abortus 5%, partus lama 5%,
emboli 3%, komplikasi masa puerpureum 8%, dan sisanya karena penyebab-
penyebab lain.4 Pada tahun 2011 perdarahan merupakan penyebab langsung
kematian ibu, yang di pengaruhi oleh anemia faktor penyebab tidak langsung
kematian ibu. Porsi kematian ibu indirek di Indonesia cukup signifikan yaitu
sekitar 22%.5

Selama kehamilan terjadi perubahan fisiologis yang mengakibatkan


penurunan jumlah kadar hemoglobin yang menyebabkan terjadinya anemia.
Anemia dalam kehamilan merupakan kondisi ibu hamil dengan kadar Hb < 11
gr/dl pada trimester I dan III atau kadar Hb < 10,5 gr/dl pada trimester II. WHO
menetapkan anemia dalam kehamilan merupakan kondisi ibu dengan kadar Hb
<11 gr%. Ibu hamil berisiko mengalami anemia dalam masa kehamilan karena hal
ini merupakan perubahan fisiologis sebagai kompensasi peningkatan kebutuhan
kadar oksigen. Perubahan fisiologis yang terjadi tersebut menyebabkan berbagai
komplikasi salah satunya adalah perdarahan postpartum. Perdarahan postpartum
merupakan salah satu faktor penyumbang terbesar dalam angka kematian ibu.

1
Perdarahan postpartum merupakan perdarahan atau kehilangan darah ≥ 500 cc
setelah kelahiran atau kehilangan darah ≥ 1000 cc setelah seksio sesaria.6

Anemia dalam kehamilan dan perdarahan postpartum merupakan dua kondisi


yang dapat terjadi pada kehamilan yang dapat berakibat buruk pada ibu maupun
anak. Anemia yang merupakan kondisi fisiologis dan perdarahan postpartum yang
merupakan salah satu dampak dari anemia adalah keadaan yang berbahaya bagi
kehamilan.

2
BAB II

GAMBARAN UMUM PESKESMAS BARA-BARAYA

Puskesmas adalah pusat pengembangan pembinaan, dan pelayanan


sekaligus merupakan pos pelayanan terdepan dalam pelayanan pembangunan
kesehatan masyarakat yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan pada masyarakat yang bertempat tinggal dalam
wilayah tertentu.

Menurut Permenkes 75 tahun 2014, puskesmas adalah fasilitas pelayanan


kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Puskemas Bara-baraya merupakan salah satu puskesmas penyedia fasilitas


rawat inap dan merupakan satu dari tiga puskesmas yang berada di wilayah
Kecamatan Makassar Kota Makassar. Letaknya tidak jauh dari pusat Kota
Makassar, yaitu di Kelurahan Bara-baraya tepatnya di Jalan Abu Bakar Lambogo
No. 141 Makassar. Dipimpin oleh dr. Fauziah Dachlan Saleh, M.Kes. Wilayah
kerja Puskesmas Bara-baraya yang mencakup 6 kelurahan dari 14 kelurahan
dalam wilayah Kecamatan Makassar. Luas wilayah kerja Puskesmas Bara-baraya
secara keseluruhan adalah 0,98 km2 atau sekitar 43,5 % dari luas Kecamatan
Makassar yang seluruhnya seluas 2,25 km2. Wilayah kerja Puskesmas Bar-baraya
terdiri atas enam kelurahan yaitu :
1. Kelurahan Bara-baraya
2. Kelurahan Bara-baraya Utara
3. Kelurahan Bara-baraya Timur
4. Kelurahan Bara-baraya Selatan
5. Kelurahan Lariangbangi
6. Kelurahan Barana

3
Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah timur : Kelurahan Tamamaung
b. Sebelah utara : Kelurahan Kelurahan Maccini
c. Sebelah selatan : Kelurahan Rappocini
d. Sebelah barat : Kelurahan Maradekaya dan Pisang Utara
Wilayah kerja Puskesmas Bara-Baraya terdiri dari sejumlah RW dan RT sebagai
berikut :
Tabel 2.1 Luas Wilayah Kerja dan Jumlah RW, RT Puskesmas Bara-Baraya
2013
No Kelurahan Luas Wilayah (km2) RW RT
1 Bara-baraya 0,16 5 32
2 Bara – baraya utara 0,11 5 19
3 Bara – baraya timur 0.15 5 28
4 Bara – baraya selatan 0,14 4 26
5 Lariangbangi 0,20 4 29
6 Barana 0,22 4 32
Jumlah 0,98 27 166
Puskesmas Bara-baraya memberikan pelayanan kepada pasien rawat inap
dengan total pegawai berjumlah 39 orang dengan luas wilayah kerja Kelurahan
Pampang 0,98 km2, dengan 27 RW dan 166 RT serta jumlah penduduk 36.953
orang. Kelurahan Bara-baraya dengan luas wilayah 0,16 km2, 5 RW dan 32 RT.
Kelurahan Bara – baraya utara dengan luas wilayah 0,11 km2, 5 RW dan 19 RT.
Kelurahan Bara – baraya timur dengan luas wilayah 0.15 km2, 5 RW dan 28 RT.
Kelurahan Bara – baraya selatan dengan luas wilayah 0,14 km2, 4 RW dan 26 RT.
Kelurahan Lariangbangi dengan luas wilayah 0,20 km2, 4 RW dan 29 RT.
Kelurahan Barana dengan luas wilayah 0,22 km2, 4 RW dan 32 RT.

4
Peta Wilayah Kerja Puskesmas Bara-Baraya

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas


Keterangan:
1. Keadaan Demografi
2. Luas wilayah : 0,98 km2
3. Jumlah KK : 9.484 KK
4. Jumlah penduduk : 36.953 orang
5. Jumlah ORW/ORT:
a. ORW : 27
b. ORT : 166

A. Susunan Organisasi Puskesmas Bara-Baraya


Pelaksanaan fungsi dan tugas masing-masing tenaga disusun dalam
Organisasi sebagai berikut :
Kepala Puskesmas : dr. Fauziah Dachlan Saleh, M.Kes
 Kepala Tata Usaha : Namchar K. SKM, M.Kes
- Bagian Keuangan : Sadariah S. ST
- Bag. Umum dan Kepegawaian : H. Muh. Hidayat
Nurliah

5
- Bag. Perlengkapan : Beni Ricardo S.Si, Apt
Muh. Tahir
 Jaringan Pelayanan Puskesmas
- Unit Pustu : Wa Fatima, S.ST
- Unit Puskel : Efsuarna, AMK
 Unit Pelayanan Teknis Fungsional Puskesmas
- Unit Kesehatan Masyarakat
1. P2M : Mulyani K, S.Kep, Ns
Yuliana Anwar
Asriani S.ST
Ismasari A. S.Kep, Ns
Naomi Tarima
Ma’mur S.kep
2. Kesehatan Lingkungan : Skolastika ALN, AmdKl
3. Promosi Kesehatan : Hj. Jalla, S.Si
4. Perkesmas/Jiwa : Yuliana Anwar
5. Kesehatan Ibu dan Anak : St. Radiah S.ST
Hj. Harabiah, S.ST
6. Kesehatan Usila : Vonny R, SKM
7. Gizi : Hj. St. Saenab, AMG
Hj. I Murna, AMG
8. UKS/UKGS : Yuliana B, SKM, S.Kep, Ns
9. Keluarga Berencana : Wa Fatma, S.ST
10. Kesehatan Mata : Paskalina Irainingsih, AMK
11. Kesehatan Kerja : Hj. Jaliah, S.Si
12. Kesehatan Gigi & Mulut : drg. Hj. Andi Emmiwaty
Ani Sri Mulyani
13. Pembinaan KesTra : Ika Puspita SQ, S,Si, Apt
14. Kesehatan Olah Raga : Efsuarna AMK

6
- Unit Kesehatan Perorangan Rawat Inap
1. Umum : dr. Juniarsih
Yuliana B. SKM, S.Kep, Ns
Paskalima AMK
Ridwan S.Kep
Diana Alham, S.kep, Ns
Afrianti DP. S.Kep, Ns
Rosmini Ladona
2. Persalinan : dr. Dahlia
Nurhaedah Amd. Keb
Asriani S.SIT
Mila Amelia, Amd. Keb
Erni Amd. Keb
Sri Ninsi Tamsi Amd.Keb
- Unit Kesehatan Perorangan Rawat Jalan
1. Poli Umum : dr. Dahlia
Naomi Tarima
Yuliana Anwar
Ma’mur S.Kep
Ismasari A. S.Kep, Ns
2. Poli Gigi : drg. Hj. A. Emmiwaty
Ani Sri Mulyani
3. Poli Lansia : Vonny Robert, SKM
4. Loket Kartu : Ridwan, SE
Hayani
Fitri Alkadar
5. Laboratorium : Hj. Madendengi
Andi Tenri U. S.ST
6. Apotik : Ika Puspita, S.Si, Apt
Beny R, S.Si, Apt
3. IGD/24 Jam : dr. Juniarsih

7
Yuliana B. SKM, S.Kep, Ns
Paskalima AMK
Ridwan S.Kep
Diana Alham, S.kep, Ns
Afrianti DP. S.Kep, Ns
Rosmini Ladona
Efsuarna AMK

B. Keadaan Lingkungan
Puskesmas Bara-baraya terletak di daerah perkembangan kota dengan
lingkungan pemukiman yang padat. Terdapat beberapa daerah yang masih
kumuh terutama daerah pinggiran. Sebagian wilayahnya merupakan dataran
rendah, sehingga memungkinkan terjadinya banjir.

C. Visi dan Misi


1. Visi:
Menjadi puskesmas dengan pelayanan terbaik di Sulawesi Selatan, lima
terbaik di Indonesia Timur dan 10 terbaik di Indonesia.
2. Misi:
 Meningkatkan sarana dan prasarana.
 Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dalam
pelaksanaan pelayanankesehatan secara berkelanjutan.
 Mengembangkan jenis layanan dan mutu pelayanan kesehatan.
 Meningkatkan sistem informasi dan manajemen puskesmas.
 Mengembangkan kemitraan.
 Meningkatkan upaya kemandirian masyarakat.
Tujuh Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas Bara-baraya adalah sebagai
berikut:
a) Upaya promosi kesehatan
b) Upaya kesehatan lingkungan
c) Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit
d) Upaya pengobatan

8
e) Upaya kesehatan keluarga/ kesehatan ibu & anak/ keluarga berencana.
f) Upaya perbaikan gizi masyarakat
g) Upaya usaha kesehatan sekolah (UKS)/ Usaha kesehatan gigi sekolah
(UKGS)/ Usaha Kesehatan gigi Masayarakat (UKGM)

D. Upaya Kesehatan

a. Ketenagaan
Jumlah tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Bara-baraya adalah
39 orang masing-masing yang dirincikan sebagai berikut:
No Jenis Jumlah
1. Dokter Umum 4 orang
2. Dokter Gigi 2 orang
3. Penyelanggara Keperawatan 11 orang
4. Penyelenggara Kebidanan 10 orang
5. Apoteker 1 orang
6. Asisten Apoteker 1 orang
7. Tata Usaha 2 orang
8. Penyelenggara Gizi 1 orang
9. Pelaksanaan Laboratorium 2 orang
10. Pelaksana sanitasi 1 orang
11. Rekam Medik 1 orang
12. Juru Masak 1 orang
13. Perawat Gigi 2 orang
Jumlah 39 orang

Puskesmas Bara-baraya adalah Puskesmas Plus yang merupakan


puskesmas yang melayani selama 24 jam (Rawat Inap), maka tenaga
perawat merupakan tenaga terbanyak dengan jumlah 11 orang dan juga
tenaga bidan sebanyak 10 orang.

9
b. Pelaksanaan Kegiatan
1) Poliklinik (Health Care and Effective Communication With Patients)
Merupakan pelayanan yang bersifat pribadi (Private Goods) dalam
bentuk rawat jalan dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan
pemulihan kesehatan perorangan tanpa mengabaikan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit.
2) Kamar Obat
Setelah pasien mendapatkan resep obat dari dokter, pasien dapat
langsung mengambil obat di kamar obat/ apotek.
3) Pelayanan Imunisasi
Kegiatan imunisasi di puskesmas melayani balita, ibu hamil, dan wanita
yang ingin menikah (Imunisasi Tetanus Toksoid).
4) Keluarga Berencana (KB)
Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk konseling dan cara penggunaan
bermacam-macam alat kontrasepsi yang tersedia di puskesmas.
5) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Kegiatan ini berupa pelayanan kesehatan yang ditujukan pada ibu hamil
(Antenatal Care) berupa penimbangan BB, pengukuran TB, LLA, dan
Pemeriksaan Leopold.
6) Perawatan Umum
Terdapat kamar perawatan rawat inap, setiap pasien di-follow up secara
rutin setiap hari oleh dokter umum yang bertugas dan dibantu oleh
perawat.
7) Perawatan Persalinan
Jika seorang ibu hamil melahirkan di puskesmas, disediakan perawatan
persalinan untuk dipantau perkembangannya.
8) Laboratorium
Fasilitas laboratorium yang tersedia adalah pemeriksaan darah rutin
(Hb, Leukosit, LED, Hematokrit, Trombosit), DDR, Widal, GDS, Urin
rutin, Plano Test.

10
9) Puskesmas Keliling
Kegiatan Puskesmas keliling ini, dirangkaikan dengan kegiatan
posyandu, imunisasi, pengobatan gratis. Pasien yang datang berupa
balita, anak-anak, ibu hamil, dan lansia.
10) Penyuluhan (Promosi Kesehatan)
Penyuluhan kesehatan dilakukan di beberapa sekolah yang berada di
wilayah kerja puskesmas, serta di posyandu.
11) Unit Gawat Darurat (UGD)
Selama 24 jam Puskesmas Bara-baraya membuka pelayanan UGD,
yang melayani kasus emergency yang trauma maupun yang non trauma
ataupun non-emergency.

11
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

1. Anemia dalam kehamilan


Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin
dibawah 11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr % pada trimester
2, nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil,
terjadi karena hemodulasi, terutama pada trimester kedua.7

Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12-15% dan


hematocrit 35-54%. Angka-angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil,
oleh karena itu, pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal.
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali
pada pemeriksaan pertama atau pada triwulan 1 dan sekali lagi pada triwulan
terakhir.8

Baik di negara maju maupun di negara berkembang, seseorang disebut


menderita anemia bila kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 10 gr% disebut
anemia berat, atau bila kurang dari 6 gr% disebut anemia gravis.8

Penyebab anemia umumnya adalah kurang gizi (malnutrisi); kurang zat


besi dalam diet; malabsorbsi; kehilangan darah yang banyak: persalinan yang
lalu, haid, dan lain lain; penyakit-penyakit kronik: tbc, paru, cacing usus,
malaria, dan lain lain.8

Dalam kehamilan, jumlah darah bertambah (hyperemia/hipervolumia)


karena itu terjadi pengenceran darah karena sel-sel darah tidak sebanding
pertambahannya dengan plasma darah. Perbandingan tersebut ialah Plasma
darah bertambah: 30%, sel-sel darah bertambah: 18%, hemoglobin
bertambah: 19%. Secara fisiologis, pengenceran darah ini adalah untuk
membantu meringankan kerja jantung.8

12
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik
dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyulit
penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah keguguran (abortus),
kelahiran prematurs, persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim di
dalam berkontraksi (inersia uteri), perdarahan pasca melahirkan karena tidak
adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri), syok, infeksi baik saat bersalin
maupun pasca bersalin serta anemia yang berat (<4 gr%) dapat menyebabkan
dekompensasi kordis. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan
kematian ibu pada persalinan.7

Anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan adalah anemia


akibat kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur besi dalam
makanan.Gangguan penyerapan, peningkatan kebutuhan zat besi atau karena
terlampau banyaknya zat besi yang keluar dari tubuh, misalnya pada
perdarahan. Wanita 8hamil butuh zat besi sekitar 40 mg perhari atau 2 kali
lipat kebutuhan kondisi tidak hamil. Jarak kehamilan sangat berpengaruh
terhadap kejadian anemia saat kehamilan. Kehamilan yang berulang dalam
waktu singkat akan menguras cadangan zat besi ibu. Pengaturan jarak
kehamilan yang baik minimal dua tahun menjadi penting untuk diperhatikan
sehingga badan ibu siap untuk menerima janin kembali tanpa harus
menghabiskan cadangan zat besinya.7

Pengaruh Anemia terhadap kehamilan, Persalinan, dan Nifas2


1. Keguguran
2. Partus prematurus
3. Inersia uteri dan partus lama, ibu lemah
4. Atonia uteri dan menyebabkan pendarahan
5. Syok
6. Afibronogenemia dan hipofibrinogenemia
7. Infeksi intrapartum dan dalam nifas
8. Bila terjadi anemia gravis (Hb dibawah 4 gr%) terjadi payah jantung,
yang bukan saja menyulitkan kehamilan dan persalinan, bahkan bisa fatal

13
A. Pengaruh anemia terhadap hasil konsepsi8
Hasil konsepsi (janin, plasenta, darah) membutuhkan zat besi dalam
jumlah besar untuk pembuatan butir-butir darah merah dan
pertumbuhannya seberat besi dalam tubuh. Terjadinya anemia dalam
kehamilan bergantung dari jumlah persediaan besi dalam hati, limpa, dan
sumsum tulang.

Selama masih mempunyai cukup persediaan ini habis, Hb akan


turun. Ini terjadi pada bulan ke 5-6 kehamilan pada waktu janin
membutuhkan banyak zat besi. Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap
hasil konsepsi adalah:
1. Kematian mudigah (keguguran)
2. Kematian janin dalam waktu lahir (stillbirth)
3. Kematian janin dalam kandungan
4. Kematian perinatal tinggi
5. Prematuritas
6. Dapat terjadi cacat bawaan
7. Cadangan besi kurang
Klasifikasi anemia dalam kehamilan
1. Anemia defisiensi besi (62,3%)
2. Anemia megaloblastik (29,0%)
3. Anemia hipoplastik (8,0%)
4. Anemia hemolitik (sel sickle) (0,7%)

B. Anemia defisiensi besi8


Anemia jenis ini biasanya berbentuk normositik dan hipokromik
serta paling banyak dijumpai. Penyebabnya telah dibicarakan di atas
sebagai penyebab anemia umumnya.

Pengobatannya keperluan zat besi untuk wanita non-hamil, hamil,


dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah :

14
1. FNB Amerika Serikat (1958) 12 mg – 15 mg -15 mg
2. LIPI Indonesia (1968) 12 mg – 17 mg – 17 mg
Kemasan zat besi dapat diberikan secara oral maupun parenteral
1. Per oral: sulfas ferosus atau glukonas ferosus dengan dosis 3-5 x
0,2mg.
2. Parenteral: diberikan bila ibu hamil tidak tahan pemberian per oral
atau absorbs di saluran pencernaan kurang baik, kemasan diberikan
secara intramuskuler atau intravena. Kemasan ini antara lain:
imferon, jectofer, dan ferrigen. Hasilnya lebih cepat dibandingkan
per oral.

C. Anemia megaloblastik8
Anemia megaloblastik biasanya berbentuk makrositik atau
pernisiosa. Penyebabnya adalah kekurangan asam folik, jarang sekali
akibat kekurangan vitamin B12. Biasanya karena malnutrisi dan infeksi
yang kronik.
Pengobatan:
1. Asam folik 15-30 mg hari
2. Vitamin B12 3x1 tablet per hari
3. Sulfas ferosus 3x1 tablet per hari
4. Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga
dapat diberikan transfusi darah.

D. Anemia hipoplasti8
Anemia hipoplasti disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang,
membentuk sel-sel darah merah baru. Untuk diagnosis diperlukan
pemeriksaan-pemeriksaan:
1. Darah tepi lengkap
2. Pemeriksaan pungsi sternal
3. Pemeriksaan retikulosis, dan lain-lain.

15
Gambaran darah tepi: normositik dan normokkromik. Sumsum
tulang memberikan gambaran normoblastik dan hypoplasia eritopoiesis.
Penyebab belum diketahui, kecuali yang disebabkan infeksi berat (sepsis),
keracunan, dan sinar rontgen atau sinar radiasi. Terapi dengan obat tidak
memuaskan; pengobatan yang paling baik yaitu transfuse darah, yang
perlu sering diulang.

E. Anemia hemolitik8
Anemia hemolitik disebabkan penghancuran/ pemecahan sel darah
merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Ini disebabkan oleh:
1. Faktor intrakorpuskuler: dijumpai pada anemia hemolitik herediter;
thalassemia anemia sickle sel (sabit), hemoglobinopati (C,D,G,H,I;
dan paraksismal nocturnal hemoglobinuria)
2. Faktor ekstrakorpuskuler: disebabkan malaria, sepsis, keracunan zat
logam, dan dapat beserta obat-obatan; leukemia penyakit Hodgkin,
dan lain lain

Gejala utama adalah anemia dengan kelainan gambaran darah,


kelelahan, kelemahan, serta gejala dan komplikasi bila terjadi kelainan organ-
organ vital

Pengobatan bergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya.


Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-
obat penambah darah. Namun pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak
memberi hasil. Maka transfuse darah yang berulang dapat membantu
penderita ini.8

16
2. Perdarahan Postpartum
A. Definisi
Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang melebihi 500 ml setelah
bayi lahir. Pada umumnya bila terdapat perdarahan lebih dari normal, apalagi
telah menyebabkan perubahan tanda vital (seperti kesadaran menurun, pucat,
limbung, berkeringat dingin, sesak nafas, serta tensi <90 mmHg dan nadi
>100x/menit), maka penanganan harus segera dilakukan.9,10
Menurut waktu terjadinya dibagi atas dua, yaitu:
1. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yang
terjadi dalam 24 jam pertama dan biasanya disebabkan oleh atonia uteri,
berbagai robekan jalan lahir dan sisa sebagian plasenta.
2. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang
terjadi setelah 24 jam persalinan biasanya oleh karena sisa plasenta.8,9

B. Epidemiologi
Sekitar 5% dari semua persalinan (4% setelah persalinan pervaginam,
6-8% setelah kelahiran seksio sesaria). Perdarahan postpartum adalah
penyebab paling umum perdarahan yang berlebihan pada kehamilan, dan
hampir semua tranfusi pada wanita hamil dilakukan untuk menggantikan
darah yang hilang setelah persalinan.10

Perdarahan postpartum yang dapat menyebabkan kematian ibu 45%


terjadi pada 24 jam pertama setelah bayi lahir, 68-73% dalam satu minggu
setelah bayi lahir, dan 82-88% dalam dua minggu setelah bayi lahir.9

C. Etiologi
Banyak faktor potensial yang dapat menyebabkan perdarahan
postpartum, faktor-faktor yang menyebabkan perdarahan postpartum adalah
tone, tissue, trauma, thrombin.9

17
1. Tone Dimished : Atonia Uteri
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari
tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.
Perdarahan postpartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi
serat-serat myometrium terutama yang berada disekitar pembuluh darah
yang mensuplai darah pada tempat perlengketan plasenta. Pada
perdarahan karena atonia uteri, uterus membesar dan lembek pada
palpasi. Atonia uteri juga dapat timbul karena salah penanganan kala III
persalinan, dengan memijat uterus dan mendorongnya kebawah dalam
usaha melahirkan plasenta, sedang sebenarnya bukan terlepas dari uterus.
Atonia uteri merupakan penyebab utama perdarahan postpartum.
Disamping menyebabkan kematian, perdarahan postpartum memperbesar
kemungkinan infeksi puerperal karena daya tahan penderita berkurang.
Diagnosis ditegakkan setelah bayi dan plasenta lahir ternyata
perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi
didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengan kontraksi
yang lembek. Perlu diperhatikan bahwa pada saat atonia uteri
didiagnosis, maka pada saat itu juga masih ada darah sebanyak 500-
1000cc yang sudah keluar dari pembuluh darah, tetapi masih
terperangkap dalam uterus dan harus diperhitungkan dalam kalkulasi
pemberian darah pengganti.8,9,11

2. Tissue:
a. Retensio plasenta
b. Sisa Plasenta
Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah janin lahir, hal itu
dinamakan retensio plasenta. Hal ini bisa disebabkan karena plasenta
belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas akan tetapi
belum dilahirkan. Jika plasenta belum lepas sama sekali, tidak terjadi

18
perdarahan, tapi apabila terlepas sebagian maka akan terjadi perdarahan
yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.
Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena:
1) kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta (plasenta
adhesiva)
2) Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab:
plasenta akreta bila implantasi menembus desidua basalis dan
Nitabuch layer, disebut sebagai plasenta inkreta bila plasenta sampai
menembus miometrium dan disebut plasenta perkreta bila vili
korialis sampai menembus perimetrium.
3) Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum
keluar disebabkan oleh tidak adanya usaha untuk melahirkan atau
karena salah penanganan kala III. Sehingga terjadi lingkaran
konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya
plasenta (inkarserasio plasenta). Sisa plasenta yang tertinggal
merupakan penyebab 20-25 % dari kasus perdarahan postpartum.
Sisa plasenta bisa diduga bila kala uri berlangsung tidak lancar,
atau setelah melakukan plasenta manual atau menemukan adanya
kotiledon yang tidak lengkap pada saat melakukan pemeriksaan
plasenta dan masih ada perdarahan dari ostium uteri eksternum pada
saat kontraksi rahim sudah baik dan robekan jalan lahir sudah
terjahit. 9,10,11

3. Trauma
Sekitar 20% kasus perdarahan postpartum disebabkan oleh trauma
jalan lahir:
a. Ruptur uteri
Ruptur spontan uteri jarang terjadi, faktor resiko yang bisa
menyebabkan antara lain grande multipara, malpresentasi, riwayat
operasi uterus sebelumnya, dan persalinan dengan induksi oxytosin.

19
Repture uterus sering terjadi akibat jaringan parut seksio sesarea
sebelumnya.11
b. Inversi uterus
Kegawatdaruratan pada kala III yang dapat menimbulkan
perdarahan adalah terjadinya inversi uterus. Invesri uterus adalah
keadaan dimana lapisan dalam uterus (endometrium) turun dan
keluar lewat ostium uteri eksternum, yang dapat bersifat inkomplit
sampai komplit.10
Faktor-faktor yang memungkinkan hal itu terjadi adalah
adanya atonia uteri, serviks yang masih terbuka lebar, dan adanya
kekuatan yang menarik fundus ke bawah (misalnya karena plasenta
akreta, inkreta, dan perkreta, yang tali pusatnya ditarik keras dari
bawah) atau ada tekanan pada fundus uteri dari atas (manuver Crede)
atau tekanan intra abdominalyang keras dan tiba-tiba (misalnya
batuk keras atau bersin).
Inversio uteri ditandai dengan:
 Syok karena kesakitan
 Perdarahan yang banyak bergumpal
 Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa
plasenta yang masih melekat
 Bila itu terjadi, maka prognosis cukup baik akan tetapi bila
kejadiannya cukup lama maka jepitan serviks yang mengecil
akan membuat uterus mengalami iskemia, nekrosis, dan infeksi.9
c. Robekan Jalan Lahir
Pertolongan persalinan yang semakin manipulatif traumatik
akan memudahkan robekan jalan lahir dan karena itu dihindarkan
memimpin persalinan pada saat pembukaan serviks belum lengkap.
Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi, robekan spontan
perineum, trauma forseps atau vakum ekstraksi, atau karena versi
ekstraksi.9,12

20
Robekan yang terjadi biasa ringan (lecet, laserasi), luka
episiotomi, robekan perineum spontan derajat ringan sampai ruptur
perinei totalis (sfingter ani terputus), robekan pada dinding vagina,
forniks uteri, serviks, daerah sekitar klitoris, dan uretra dan bahkan,
yang terberat, ruptur uteri. Oleh karena itu, pada setiap persalinan
hendaklah dilakukan inspeksi yang teliti untuk mencari
kemungkinan adanya robekan ini. Perdarahn yang terjadi saat
kontraksi uterus baik, biasanya karena ada robekan atau sisa
plasenta. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara melakukan
inspeksi pada vulva, vagina, dan serviks dengan memakai spekulum
untuk mencari sumber perdarahan dengan ciri warna darah yang
merah segar dan pulsatif sesuai denyut nadi. Semua sumber
perdarahan yang terbuka haru diklem, diikat dan luka ditutup dengan
jahitan cat-gut lapis demi lapis sampai perdarahan berhenti.9,10

4. Thrombin : Gangguan pembekuan darah


Perdarahan karena gangguan pembekuan darah baru dicurigai bila
penyebab yang lain dapat disingkirkan apalagi disertai ada riwayat
pernah mengalami hal yang sama pada persalinan sebelumnya.akan ada
tendensi mudah terjadi perdarahan setiap dilakukan penjahitan dan
perdarahan akan merembes atau timbul hematoma pada bekas jahitan,
suntukan, perdarahan gusi, rongga hidung, dan lain-lain.9
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan hasil pemeriksaan faal
hemostasis yang abnormal. Waktu perdarahan dan waktu pembekuan
memanjang, trombositopenia, terjadi hipofibrinogenemia, dan terdeteksi
adanya FDP (fibrin degradation product) serta perpanjangan tes
protrombin dan PTT (partial thromboplastin time).9,13

21
D. Faktor Risiko
Faktor risiko perdarahan postpartum dapat ada saat sebelum kehamilan,
saat kehamilan, dan saat persalinan. Faktor risiko sebelum kehamilan
meliputi usia, indeks massa tubuh, dan riwayat perdarahan postpartum. Faktor
risiko selama kehamilan meliputi usia, indeks massa tubuh, riwayat
perdarahan postpartum, kehamilan ganda, plasenta previa, preeklampsia.
Sedangkan untuk faktor risiko saat persalinan meliputi plasenta previa
anterior, plasenta previa mayor, peningkatan suhu tubuh >37⁰,
korioamnionitis, dan retensio plasenta.9
Umur reproduksi yang ideal bagi wanita untuk hamil dan melahirkan
adalah 20-35 tahun, keadaan ini disebabkan karena pada umur <20 tahun
fungsi organ dan kematangan sel telur yang belum maksimal potensial
mengalami persalinan dengan premature, plasenta previa, abortus, pre
eklampsi, kondisi ini berisiko lebih besar terjadinya perdarahan, sedangkan
pada umur >35 tahun elastisitas otot-otot panggul dan sekitarnya serta alat-
alat reproduksi pada umumnya telah mengalami kemunduran sehingga dapat
mempersulit persalinan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian pada
ibu. Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh umur dan jarak kehamilan
terhadap kejadian perdarahan karena atonia uteri tahun 2015 umur ibu
berisiko (<20 tahun dan >35 tahun) sebanyak 35.9 %. Kehamilan di usia
muda memiliki risiko yang lebih tinggi pada kesehatan. Selain karena faktor
biologis, usia <20 tahun secara psikologis juga belum cukup untuk mengasuh
dan membesarkan anak, reaksi emosi yang masih labil dapat menyebabkan
gangguan dalam pola asuh sehingga mengganggu perkembangan anak
nantinya.13
Perdarahan postpartum juga berhubungan dengan obesitas. Risiko
perdarahan akan meningkat dengan meningkatnya indeks massa tubuh. Pada
wanita dengan indeks massa tubuh lebih dari 40 memiliki resiko sebesar 5,2%
dengan persalinan normal.15

22
E. Gejala Klinis
Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah sebelum hamil,
derajat hipervolemia-terinduksi kehamilan, dan derajat anemia saat
persalinan. Gambaran perdarahan post partum yang dapat mengecohkan
adalah kegagalan nadi dan tekanan darah untuk mengalami perubahan besar
sampai terjadi kehilangan darah sangat banyak. Kehilangan banyak darah
tersebut menimbulkan tanda-tanda syok yaitu penderita pucat, tekanan darah
rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain.9,15

F. Diagnosis
a. Pemeriksaan fisik, perdarahan >500 ml setelah bayi lahir
b. Pucat, dapat disertai tanda-tanda syok, tekanan darah rendah, denyut nadi
cepat, kecil, ekstremitas dingin serta tampak darah keluar melalui vagina
terus menerus.
c. Pemeriksaan obstetri
d. Uterus membesar bila ada atonia uteri. Bila kontraksi uterus baik,
perdarahan mungkin karena luka jalan lahir
e. Pemerikasaan ginekologi
f. Pemeriksaan ini dilakukan dalam keadaan baik atau telah diperbaiki,
pada pemeriksaan dapat diketahui kontraksi uterus, adanya luka jalan
lahir dan retensi sisa plasenta.9,14

G. Pemeriksaan Penunjang10
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksan darah lengkap harus dilakukan sejak periode antenatal.
Kadar hemoglobin di bawah 10g/dL berhubungan dengan hasil
kehamilan yang buruk.
2) Pemeriksaan golongan darah dan tes antibodi harus dilakukan sejak
periode antenatal.
3) Pemeriksaan faktor koagulasi seperti waktu perdarahan dan waktu
pembekuan.

23
b. Pemeriksaan radiologi
1) Onset perdarahan post partum biasanya sangat cepat. Dengan
diagnosis dan penanganan yang tepat, resolusi biasa terjadi sebelum
pemeriksaan laboratorium atau radiologi dapat dilakukan.
Pemeriksaan USG dapat membantu untuk melihat adanya gumpalan
darah dan retensi sisa plasenta.
2) USG pada periode antenatal dapat dilakukan untuk mendeteksi
pasien dengan resiko tinggi yang memiliki faktor predisposisi
terjadinya perdarahan postpartum seperti plasenta previa.
Pemeriksaan USG dapat pula meningkatkan sensitivitas dan
spesifisitas dalam diagnosis plasenta akreta, inkreta, dan perkreta.

H. Penatalaksanaan
Kasus perdarahan postpartum harus segera mendapat penanganan yang
tepat karena kasus perdarahan postpartum dapat mengancam jiwa. Seorang
ibu dengan perdarahan hebat akan cepat meninggal jika tidak mendapat
perawatan medis yang sesuai, termasuk pemberian obat-obatan, prosedur
klinis sederhana, transfusi darah dan operasi. Di daerah dengan akses terbatas
untuk memperoleh perawatan petugas medis, transportasi, dan pelayanan
gawat darurat akan menyebabkan terjadinya keterlambatan penanganan
sehingga risiko kematian karena perdarahan postpartum meningkat. Kondisi
tersebut diperburuk apabila ibu mengalami anemia.9
Hal terpenting dalam penanganan perdarahan postpartum adalah
penggantian cairan. Keterlambatan atau ketidaksesuaian dalam memperbaiki
hipovolemia merupakan awal kegagalan mengatasi kematian akibat
perdarahan postpartum. Meskipun pada kasus perdarahan kedua komponen
darah yaitu plasma dan sel darah hilang, tetapi penanganan pertama untuk
menjaga homeostatis tubuh dan mempertahankan perfusi jaringan adalah
pemberian cairan.14

24
1. Tatalaksana Umum14,15
Memanggil bantuan tim untuk melakukan tatalaksana secara
simultan menilai sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan pasien. Apabila
menemukan tanda-tanda syok, lakukan penatalaksanaan syok yaitu,
memberikan oksigen, memasang infus intravena dengan jarum besar,
memulai pemberian cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat)
sesuai dengan kondisi ibu. Melakukan pengambilan sampel darah untuk
pemeriksaan. Jika fasilitas tersedia, lakukan pemeriksaan darah lengkap.
Memasang kateter Folley untuk memantau volume urin dibandingkan
dengan jumlah cairan yang masuk. Melakukan pengawasan tekanan
darah, nadi, dan pernapasan ibu. Memeriksa kondisi abdomen: kontraksi
uterus, nyeri tekan, parut luka, dan tinggi fundus uteri. Memeriksa jalan
lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan dan laserasi (jika ada,
misal: robekan serviks atau robekan vagina). Memeriksa kelengkapan
plasenta dan selaput ketuban. Menyiapkan transfusi darah jika kadar Hb
<8 g/dL atau secara klinis ditemukan keadaan anemia berat. Menentukan
penyebab perdarahannya dan melakukan tatalaksana spesifik sesuai
penyebab.
2. Tatalaksana Sesuai Penyebab9,14,15
a. Atonia Uteri
1) Sikap trendelenburg , memasang venous line, dan memberikan
oksigen
2) Lakukan pemijatan uterus
3) Pastikan plasenta lahir lengkap
4) Beri 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0.9%/RL
dengan kecepatan 60 tpm dan 10 unit IM
5) Bila tidak tersedia oksitosin atau perdarahan tidak berhenti 
ergometrin 0.2 mg IM/IV dapat diulang 15 menit kemudian dan
setiap 4 jam selanjutnya bila diperlukan. Dosis maksimal 1 mg
6) Lakukan kompresi bimanual selama 5 menit simultan dengan
pemberian uterotonika

25
7) Bila kontraksi tidak membaik  rujuk
b. Robekan Jalan Lahir
1) Ruptura Perineum dan Robekan Dinding Vagina
Lakukan eksplorasi untuk mengidentifikasi sumber perdarahan
lalu irigasi pada tempat luka dan bersihkan dengan antiseptik
krmudian hentikan sumber perdarahan dengan klem kemudian
ikat dengan benang yang dapat diserap dan jahit. Bila
perdarahan masih berlanjut, berikan 1 g asam traneksamat IV
(bolus selama 1 menit, dapat diulang setelah 30 menit) lalu rujuk
pasien.
2) Robekan Serviks
Paling sering terjadi pada bagian lateral bawah kiri dan kanan
dari porsio. Jepitkan klem ovum pada lokasi perdarahan lalu
jahitan dilakukan secara kontinu dimulai dari ujung atas robekan
kemudian ke arah luar sehingga semua robekan dapat dijahit.
Bila perdarahan masih berlanjut, berikan 1 g asam traneksamat
IV (bolus selama 1 menit, dapat diulang setelah 30 menit) lalu
rujuk pasien.
c. Retensio Plasenta
Beri 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0.9%/RL
dengan kecepatan 60 tpm dan 10 unit IM lalu lakukan tarikan tali
pusat terkendali. Bila tidak berhasil  plasenta
manual secara hati-hati. Beri antibiotika profilaksis dosis tunggal
(ampisilin 2 g IV dan metronidazol 500 mg IV). Segera atasi atau
rujuk bila terjadi komplikasi perdarahan atau infeksi
d. Sisa Plasenta
Melakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan keluarkan
bekuan darah dan jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh
instrumen, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan aspirasi vakum
manual atau dilatasi dan kuretase.

26
e. Gangguan Pembekuan Darah
Memberikan transfusi darah lengkap segar untuk menggantikan
faktor pembekuan dan sel darah merah.
f. Inversi Uteri
Segera melakukan reposisi uterus. Namun jika reposisi tampak
sulit, apalagi jika inversio telah terjadi cukup lama, rujuk ke fasilitas
yang lebih memadai dan dapat melakukan operasi untuk dilakukan
laparotomi. Bila laparotomi tidak berhasil dapat dilakukan
histerektomi subtotal hingga total.
g. Ruptura Uteri
Merujuk ke fasilitas yang lebih memadai dan dapat melakukan
operasi untuk dilakukan reparasi uterus atau histerorafi. Bila
histerorafi tidak berhasil dapat dilakukan histerektomi subtotal
hingga total.

I. Pencegahan
Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap siaga pada kasus-kasus
yang disangka akan terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan pencegahan
tidak saja dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah dimulai sejak ibu hamil
dengan melakukan antenatal care yang baik.Ibu-ibu yang mempunyai
predisposisi atau riwayat perdarahan postpartum sangat dianjurkan untuk
bersalin di rumah sakit.8,15

27
BAB IV

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. NA
Umur : 17 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan Veteran Lorong 41 No.38 Makassar
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Paritas : G1P0A0
Tanggal masuk : 02 Mei 2018 Pukul 11.20 WITA

B. ANAMNESIS
G1P0A0
HPHT : 08−08−2017
HTP : 14−05−2018
Gravid : 39 minggu 1 hari
Anamnesis Terpimpin :
Seorang pasien di UGD maternal PKM Bara-Baraya mengalami
perdarahan secara terus – menerus melalui jalan lahir yang dialami setelah
persalinan normal sebanyak ± 1000 cc. Pasien mulai merasakan nyeri perut
tembus ke belakang pada pukul 11.20 WITA kemudian pada pukul 11.30
WITA pasien melahirkan seorang bayi laki-laki dengan BBL 3900 gram dan
PBL 48 cm. Dengan plasenta lahir lengkap pada pukul 11.40 WITA. Sesaat
setelah persalinan pasien mengalami perdarahan pada jalan lahir disertai
muntah dengan frekuensi >3x dan tampak anemis. Hasil pemeriksaan lab
menunjukkan kadar Hb postpartum pasien 6,4 gr/dL. Riwayat ANC 6x,
Injeksi TT 1x. Hipertensi dalam kehamilan (-), riwayat penyakit sebelumnya
(-), riwayat HT (-), DM (-), Asma (-), dan alergi (-). Pasien merupakan

28
seorang ibu rumah tangga. Selama hamil, pasien tinggal di rumah mertuanya
dan turut membantu berjualan di warung bakso dan bekerja mulai pukul
09.00 pagi hingga pukul 23.00.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernapasan : 28 x/menit
Suhu : 36,8°C
BB : 49 kg
TB : 148 cm
IMT : 22,37 kg/m2
Status Gizi : Normal

D. PEMERIKSAAN KEBIDANAN

1. Pemeriksaan Luar :
Inspeksi
Kepala : Simetris, tidak ada benjolan
Mata
Konjungtiva : anemis (+/+)
Sklera : Putih
Mulut
Caries : Tidak ada
Stomatitis : Tidak ada
Leher : Tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid dan vena jugularis
Payudara
Bentuk/Ukuran : Simetris
Areola mamae : Kehitaman
Puting susu : Menonjol

29
Colostrum : ada
Abdomen
Pembesaran : Sesuai dengan usia kehamilan
Strie livida : Tidak ada
Strie albicans : Tidak ada
Linia nigra : Ada
Ekstermitas bawah
Oedem : Ada (+)
Varices : Tidak ada
Palpasi
- L1 : Bokong, TFU : 32 cm
- L2 : Punggung Kiri
- L3 : Kepala
- L4 : 4/5
- HIS : 5x10’ (40-45”)
Auskultasi
- DJJ : 136 x/ menit
- Frekuensi : Teratur

2. Pemeriksaan Dalam Vagina:


- Ø 6 cm, ketuban (+), portio lunak, Hodge II

E. DIAGNOSIS SEMENTARA
 G1P1Ao Gravid 39 minggu 1 hari + inpartu kala 1 fase aktif

F. PENATALAKSANAAN
2/5/2018 pukul 11.20 WITA
S : nyeri perut tembus ke belakang
O :KU: Baik, Sadar
TD: 110/70 mmhg P: 24x/menit
N: 88 x/menit S: 36,5
DJJ 136 x/menit HIS: 5 x dalam 10 menit durasi 40-45 detik

30
PDV : Ø 9 cm, ketuban (+), portio tipis, Hodge IV
A : G1P0Ao Gravid 39 minggu 1 hari + inpartu kala 1 fase aktif
P : Observasi kemajuan persalinan

2/5/2018 pukul 11.30 WITA


Ø 10 cm, Hodge IV, Bayi lahir spontan, segera menangis
AS 8/10
BBL : 3900 gram
PBL : 48 cm
JK : Laki-laki
Ku bayi : baik
Perdarahan ± 200 cc
Laserasi perineum derajat 2
Kontraksi uterus lunak

Kondisi Ibu Postpartum :


KU ibu : lemah, muntah frekuensi >3x disertai perdarahan dari jalan lahir
±1000 cc, anemis (+)
TD : 90/70 mmHg
HR : 120x/menit
S : 36,8
P : 28x/menit
Hb : 6,4 gr/dL
P: IVFD 2 jalur guyur RL 6 flc
Pemberian oksitosin 4 ampul drips
Kompresi bimanual interna dan kompresi bimanual eksterna

Penatalaksanaan setelah perdarahan teratasi :


Pasien dirujuk ke RSIA Paramount

31
G. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hemoglobin :
Tanggal 22/1/2018 : 9,8 g/dl
Tanggal 21/2/2018 : 7,6 g/dl
Tanggal 12/4/2018 : 9,8 g/dl
Tanggal 26/4/2018 : 9,2 g/dl
Tanggal 2/5/2018 : 6,4 g/dl
Tanggal 16/5/2018 : 11,4 g/dl
USG 21/2/2018 di RSKDIA Fatimah :
Gravid Tunggal Hidup Intrauterine
Plasenta letak anterior
Afi kesan cukup
EFW : 1508 gram
Biometri sesuai UK ±29 minggu 3 hari

I. DIAGNOSIS KERJA
G1P1A0 Gravid 39 minggu 1 hari + inpartu kala 1 fase aktif + Perdarahan
Post Partum + Anemia

J. RESUME
Seorang pasien di UGD maternal PKM Bara-Baraya mengalami
perdarahan secara terus – menerus melalui jalan lahir yang dialami setelah
persalinan normal sebanyak ± 1000 cc. Pasien mulai merasakan nyeri perut
tembus ke belakang pada pukul 11.20 WITA kemudian pada pukul 11.30
WITA pasien melahirkan seorang bayi laki-laki dengan BBL 3900 gram dan
PBL 48 cm. Dengan plasenta lahir lengkap pada pukul 11.40 WITA. Sesaat
setelah persalinan pasien mengalami perdarahan pada jalan lahir disertai
muntah dengan frekuensi >3x dan tampak anemis. Hasil pemeriksaan lab
menunjukkan kadar Hb postpartum pasien 6,4 gr/dL. Riwayat ANC 6x,
Injeksi TT 1x. Hipertensi dalam kehamilan (-), riwayat penyakit sebelumnya
(-), riwayat HT (-), DM (-), Asma (-), dan alergi (-). Pasien merupakan
seorang ibu rumah tangga. Selama hamil, pasien tinggal di rumah mertuanya

32
dan turut membantu berjualan di warung bakso dan bekerja mulai pukul
09.00 pagi hingga pukul 23.00.
Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah/sadar, TD : 110/70
mmHg, N : 88 x/i, P : 28 x/i, S : 36,8°C. Pemeriksaan luar didapatkan TFU
32 cm, situs memanjang, punggung kiri, presentasi kepala, DJJ 136 x/m,
perlimaan 4/5. Pada pemeriksaan dalam vagina didapatkan Ø 6 cm, ketuban
(+), portio lunak, Hodge II.
Pada tanggal 2/5/2018 pukul 11.20 WITA pasien masuk dengan
keluhan nyeri perut tembus ke belakang dengan tanda-tanda vital TD:
110/70mmhg, P: 24x/menit, N: 88x/menit, dan S: 36,5. Pasien didiagnosis
G1P0Ao Gravid 39 minggu 1 hari + inpartu kala 1 fase aktif. Setelah
diobservasi kemajuan persalinan, pada pukul 11.30 WITA bayi lahir spontan,
segera menangis, AS 8/10, BBL : 3900 gram, PBL : 48 cm, JK : Laki-laki
dengan perdarahan ± 200 cc, laserasi perineum derajat 2 dan kontraksi uterus
lunak. Setelah plasenta lahir lengkap, terjadi perdarahan pada jalan lahir
secara terus – menerus ±1.000 cc dan KU pasien tampak lemah, disertai
muntah frekuensi >3x dan tampak anemis dengan TD : 90/70 mmHg, HR :
120x/menit, S : 36,8, dan P : 28x/menit. Kemudian dilakukan pemeriksaan
kadar hemoglobin postpartum pada pasien dan hasilnya Hb : 6,4 gr/dL.
Selama kunjungan kehamilan pasien memiliki riwayat kadar Hb rendah yaitu
9,8 g/dl (22/1/2018); 7,6 g/dl (21/2/2018); 9,8 g/dl (12/4/2018); 9,2 g/dl
(26/4/2018). Penatalaksanaan yang diberikan di puskesmas adalah dengan
IVFD 2 jalur guyur RL 6 flc dan pemberian oksitosin 4 ampul drips serta
dilakukan kompresi bimanual interna dan kompresi bimanual eksterna.
Setelah perdarahan teratasi dan kondisi pasien stabil, pasien disiapkan untuk
dirujuk ke RSIA Paramount untuk mendapatkan penanganan lanjutan.
Kemudian dilakukan pemeriksaan Hb kontrol pada tanggal 16/05/2018
dengan hasil Hb : 11,4 gr/dL.

33
BAB V

PEMBAHASAN

Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi


setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 ml setelah persalinan
abdominal. Pada kasus kali ini jumlah perdarahan yaitu sebanyak ± 1000 cc, yang
terjadi beberapa saat setelah kelahiran. Pasien mengeluhkan lemas dan muntah
dengan frekuensi >3x beberapa saat setelah perdarahan teratasi yang mendukung
adanya tanda-tanda anemis dengan konjungtiva anemis, bibir pucat, palmar pucat,
dan CRT >2. Hal ini didukung pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb
pasien pada saat ANC yaitu 9,8 g/dl, dan Hb post partum yang diambil pada hari
ke dua setelah partus yaitu 6,4 g/dl, kemudian diambil lagi Hb pasien pada hari ke
14 setelah partus yaitu 11,4 g/dl.
Umur reproduksi yang ideal bagi wanita untuk hamil dan melahirkan
adalah 20-35 tahun, keadaan ini disebabkan karena pada umur <20 tahun fungsi
organ dan kematangan sel telur yang belum maksimal potensial mengalami
persalinan dengan premature, plasenta previa, abortus, pre eklampsi, kondisi ini
berisiko lebih besar terjadinya perdarahan, sedangkan pada umur >35tahun
elastisitas otot-otot panggul dan sekitarnya serta alat-alat reproduksi pada
umumnya telah mengalami kemunduran sehingga dapat mempersulit persalinan
dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian pada ibu.. Pada pasien ini usia
merupakan salah satu faktor resiko karena usia pasien yaitu 17 tahun, dimana usia
ini beresiko lebih besar terjadinya perdarahan. Indeks Massa Tubuh (IMT) pasien
termasuk kategori normal. Riwayat perdarahan post partum sebelumnya
disangkal. Faktor risiko saat persalinan meliputi plasenta previa anterior, plasenta
previa mayor, peningkatan suhu tubuh >37⁰, korioamnionitis, dan retensio
plasenta. Pada pasien ini juga didapatkan plasenta letak anterior yang mendukung
terjadinya perdarahan.
Hal terpenting dalam penanganan perdarahan postpartum adalah
penggantian cairan. Meskipun pada kasus perdarahan kedua komponen darah
yaitu plasma dan sel darah hilang, tetapi penanganan pertama untuk menjaga

34
homeostatis tubuh dan mempertahankan perfusi jaringan adalah pemberian cairan.
Pada pasien ini diberikan terapi awal pemberian cairan RL 6 flc dengan 2 jalur,
salah satunya diberikan drips Oksitosin 4 ampul drips serta dilakukan kompresi
bimanual interna dan kompresi bimanual eksterna. Setelah perdarahan teratasi dan
kondisi pasien stabil, pasien disiapkan untuk dirujuk ke RSIA Paramount untuk
mendapatkan penanganan lanjutan. Hal ini sesuai dengan teori dengan
memberikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat
dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unitIM. Lanjutkan infus oksitosin 20 unit
dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit
hingga perdarahan berhenti dan melakukan pengawasan tekanan darah, nadi, dan
pernapasan ibu. Sebaiknya pasien ini dipasangkan kateter Folley untuk memantau
urin dibandingkan dengan jumlah cairan yang masuk.
Selama kehamilan pasien melakukan kunjungan antenatal care sebanyak 6
kali, dalam aturan kunjungan antenatal care dapat dilakukan minimal 4 kali
selama kehamilan trimester pertama sebanyak satu kali, trimester ke 2 sebanyak 1
kali, dan trimester ke 3 sebanyak 2 kali, dimana sesuai dengan aturan kunjungan
antenal care dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan.dalam waktu sebagai
berikut : sampai dengan kehamilan trimester pertama (<14 minggu) satu kali
kunjungan, dan kehamilan trimester kedua (14-28 minggu) satu kali kunjungan
dan kehamilan trimester ketiga (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua
kali kunjungan. Pada saat kunjungan ANC pasien diberikan vitamin B6, antasida,
asam folat, SF, Suntik TT di kunjungan kedua, serta edukasi dari petugas
kesehatan PKM bara-baraya sehingga mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik
ibu hamil, hingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan
pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.

35
BAB VI

KESIMPULAN & SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan mulai dari anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang, maka diagnosa pasien ini ialah G1P1Ao
Gravid 39 minggu 1 hari + inpartu kala 1 fase aktif + Perdarahan Post
Partum disertai anemia.
Berdasarkan kasus yang diangkat, dapat disimpulkan bahwa
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500cc yang terjadi
setelah bayi lahir pervaginam atau lebih dari 1.000 ml setelah persalinan
abdominal. Kondisi dalam persalinan menyebabkan kesulitan untuk
menetukan jumlah perdarahan yang terjadi, maka batasan jumlah
perdarahan disebutkan sebagai perdarahan yang lebih dari normal yang
telah menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain pasien mengeluh
lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, tekanan darah
sistolik < 90 mmHg, denyut nadi >100/menit, kadar Hb <8 g /dL.
Berdasarkan waktu terjadinya perdarahan postpartum dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu perdarahan postpartum primer (terjadi dalam 24 jam
setelah bayi lahir) dan perdarahan postpartum sekunder (terjadi setelah 24
jam setelah bayi lahir).
Perdarahan post partum merupakan masalah kesehatan yang
memerlukan perhatian khusus karena di negara industri, perdarahan post
partum biasanya terdapat pada 3 peringkat teratas penyebab kematian
maternal, bersaing dengan embolisme dan hipertensi dan juga beberapa
negara berkembang angka kematian maternal melebihi 1000 wanita tiap
100.000 kelahiran hidup, dan data WHO menunjukkan bahwa 25% dari
kematian maternal disebabkan oleh perdarahan post partum.
Faktor-faktor yang menyebabkan perdarahan postpartum adalah
atonia uteri, perlukaan jalan lahir, retensio plasenta, sisa plasenta, kelainan

36
pembekuan darah. Adapun dampak dari perdarahan post partum yaitu
dapat terjadi anemia hingga syok.
Mencegah atau sekurang-kurangnya bersiap siaga pada kasus-
kasus yang disangka akan terjadi perdarahan adalah penting. Tindakan
pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah dimulai
sejak ibu hamil dengan melakukan antenatal care yang baik.
Kasus perdarahan postpartum harus segera mendapatpenanganan
yang tepat karena kasus perdarahan postpartum dapat mengancamjiwa.
Seorang ibu dengan perdarahan hebat akan cepat meninggal jika tidak
mendapat perawatan medis yang sesuai, termasuk pemberian obat-obatan,
prosedur klinis sederhana, transfusi darah, dan operasi.
Hal terpenting dalam penanganan perdarahan postpartum adalah
penggantian cairan. Keterlambatan atau ketidaksesuaian dalam
memperbaiki hipovolemia merupakan awal kegagalan mengatasi kematian
akibat perdarahan postpartum. Meskipun pada kasus perdarahan kedua
komponen darah yaitu plasma dan sel darah hilang, tetapi penanganan
pertama untuk menjaga homeostatis tubuh dan mempertahankan perfusi
jaringan adalah pemberian cairan.

B. Saran
Saran untuk UKM :
1. Memotivasi wanita usia subur dan ibu hamil untuk selalu aktif dan
menambah pengetahuan dengan membaca dan mengikuti penyuluhan
terutama tentang pentingnya menjaga kesehatan pada saat hamil,
khususnya mengenai asupan nutrisi ibu saat hamil.
2. Pada ibu Hamil agar memeriksakan diri pada Unit pelayanan kesehatan
yaitu puskesmas minimal 4 kali.
3. Ibu yang memiliki riwayat kelainan pada kehamilan sebelumnya atau
proses melahirkan yang memiliki gangguan agar mengetahui kelainan
sebelumnya, mengantisipasi kehamilan selanjutnya.
4. Pemeriksaan berkala pada ibu hamil.

37
5. Jika ada kelainan atau keluhan pada kehamilan agar segera ke unit
pelayanan kesehatan.
6. Melakukan penyuluhan secara berkala mengenai pentingnya konsumsi SF
pada ibu hamil saat kehamilan.

Saran Untuk PKM :


1. Pendataan ibu hamil yang lengkap serta pendeteksian secara dini ibu hamil
yang memiliki resiko tinggi.
2. Pendampingan secara berkala pada ibu hamil yang memiliki kelainan pada
kehamilan.

38
DAFTAR PUSTAKA

1. PP dan KPA (Pemberdayaan Perempuan dan Komisi Perlindungan Anak).


(2010). Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) Jakarta.

2. Syaiffuddin, A Bari (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

3. Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba.


(2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

4. SDKI. (2012). Indonesia Demographicnand Health Survey. Jakarta.

5. Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).Jakarta: Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan.

6. Handaria, Diana, dkk. Perdarahan Post Partum Akibat Anemia pada Ibu Hamil
di RSUD Tugurejo Semarang. 2011. Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Semarang.

7. Jurnal Fakultas Kedokterna Universitas Lampung: Anemia dalam kehamilan.


Available at www.digilib.unila.ac.id

8. Mochtar, Rustam. 2011. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi dan Obstetri


Patologi Edisi 3 Jilid 1. Jakarta: EGC

9. Karkata MK. Perdarahan Pascapersalinan (PPP). Prawirohardjo S. Dalam:


Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Jakarta: PT Bina Pustaka, 2010

39
10. Norwitz ER, Scorge JO. Third stage of labor and postpartum hemorrhage. In:
Obstetrics and Gynecology at a Glance. 4th Ed. United Kingdom: Wiley
Backwell, 2013. 144-5p

11. Curren Obstretric & Gynecologic Diagnosis & Tretment, Ninth edition : Alan
H. DeCherney and Lauren Nathan. United Kingdom: The McGraw-Hill
Companies, Inc, 2003

12. Arif, M. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Aesculapius
FKUI, 2008

13. Purwanti, (2015) Determinan penyebab perdarahan karena atonia uteri, Jurnal
Prada. ISSN 2087-6874 volume VI nomor 1 Juni 2015

14. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Saku Pelayanan Kesehatan


Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan, edisi 1. Jakarta; 2013

15. Cunningham FG, dkk. Williams Obstetric, ed. 23. New York: McGraw-Hill;
2010.

40
DOKUMENTASI

Foto Bayi Ny. AN umur 14 hari

41
Kunjungan ke rumah Ny. AN

Pemeriksaan Kadar Hemoglobin pada


pasien di laboratorium PKM Bara Baraya

42

Anda mungkin juga menyukai