PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang
dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di
dalam tubuh. Penentuan status gizi remaja dapat dilakukan dengan beberapa
cara salah satunya dengan menggunakan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan
kategori status gizi yang dibedakan menjadi tiga yaitu status gizi kurang, status
serius terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM), yaitu gizi kurang dan gizi
lebih. Berat badan lebih (overweight) dan obesitas merupakan kondisi sesorang
dibutuhkan oleh tubuh. Kegemukan dan obesitas adalah masalah yang banyak
terjadi pada usia dewasa, namun tidak menutup kemungkinan masalah tersebut
kalori seseorang lebih banyak daripada kalori yang digunakan. Masalah gizi lebih
yang terjadi pada anak-anak usia sekolah ini merupakan masalah yang serius
masalah gizi lebih diusia muda maka akan cenderung pula akan terus berlanjut
sampai usia dewasa dimana merupakan salah satu faktor resiko yang
1
Prevalensi nasional berdasarkan data hasil analisis data Riskesdas 2013
dapat dilihat bahwa prevalensi gizi lebih pada remaja berdasarkan Indeks Massa
Tubuh (IMT) umur 16-18 tahun yang mengalami kelebihan berat badan yaitu
7,3% yang terdiri dari 5,7% gizi lebih dan 1,6% obesitas, hasil ini jauh lebih
meningkat dibandingkan pada tahun 2010 yang hanya sebesar 1,4% remaja
didapatkan prevalensi gizi lebih untuk tingkat Propinsi Jawa Tengah yaitu 7,1 %
menunjukkan peningkatan sebesar 6,4% dibanding tahun 2010 yang hanya 0,7%
(Riskesdas, 2013)
Status gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor langsung
yang mempengaruhi status gizi yaitu asupan gizi dan penyakit infeksi.
konsumsi serat (buah dan sayur), aktifitas fisik, perilaku merokok dan faktor
genetik (Brown, 2005). Asupan zat gizi yang seimbang dan sesuai dengan
menimbulkan masalah gizi yaitu masalah gizi lebih dimana kecukupan gizi lebih
Selain asupan zat gizi, status gizi lebih juga di pengaruhi faktor lain yaitu
aktivitas fisik. Aktivitas fisik berperan penting dalam pengeluaran energi sehingga
dapat mencegah munculnya gizi lebih yaitu dengan penggunaan energi untuk
aktivitas fisik berperan dalam memelihara dan membentuk massa otot. Massa
2
terhadap peningkatan pengeluaran energi yang semakin besar sehingga dapat
2006).
Asupan gizi yang berlebih dan tidak diimbangi dengan pengeluaran energi
yang seimbang atau dengan kata lain kurang melakukan aktivitas fisik akan
fisik yang rendah memiliki peluang 3 kali lebih besar menyebabkan kelebihan
sedikitnya lemak pada tubuh. Pada anak dan remaja, aktivitas fisik yang
dianjurkan yaitu sedikitnya 30 menit setiap hari untuk melakukan kegiatan seperti
berrmain lompat tali, bermain di taman, bersepeda, jalan kaki, atau melakukan
Gambaran aktivitas fisik pada remaja saat ini lebih mengarah pada
aktivitas fisik yang rendah. Hal ini dikarenakan sebagian besar remaja dari SMP
maupun SMA melakukan aktivitas fisik yang diselenggarakan oleh sekolah setiap
satu minggu sekali yaitu pada saat jam pelajaran olahraga saja. Waktu istirahat
sekolah (Nadya, 2018). Selain itu mereka menghabiskan waktu istirahat dengan
bermain game maupun belajar (Syahfitri, 2015). Hal ini sejalan dengan penelitian
3
yang menyatakan bahwa adanya peningkatan prevalensi obesitas yang terjadi
pada anak sekolah ini disebabkan oleh salah satunya bahwa anak lebih
energi. Hal inilah yang menyebabkan aktivitas fisik mereka tergolong rendah
gizi ditujukan untuk peningkatan mutu gizi perorangan dan masyarakat. Sasaran
global tahun 2025 yang disepakati salah satunya adalah tidak ada kenaikan
critical review research yang berjudul “Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Status
B. Masalah Penelitian
C. Tujuan
4
5
BAB II
METODE PENELITIAN
Study Design yang digunakan pada penelitian ini yaitu Critical Review
bebas dan status gizi remaja sebagai variable terikat. Pelaporan temuan –
temuan penelitian yang akan dikritisi sesuai SOP Skripsi yang telah diterbitkan
oleh Ketua Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Search Engine yang di gunakan untuk mencari artikel atau jurnal yang
pencarian jurnal yaitu “aktivitas fisik”, “status gizi”, “obesitas”, “gizi lebih”,
“remaja”. Penerbit jurnal dengan ketentuan Nilai Akreditasi Sinta 1 sampai 4 dan
Kriteria inklusi jurnal/ artikel yang dianggap tepat untuk melakukan Critical
Review adalah sebagai berikut: jurnal/ artikel yang digunakan adalah full text
dan relevan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Pada penelitian ini kriteria
eksklusi yang digunakan yakni jurnal penelitian dengan topik permasalahan tidak
selanjutnya dilakukan filter dengan mengakses dan membaca abstrak dari jurnal
jurnal.
Ektraksi dan analisis data pada 5 artikel terpilih dengan bantuan table
data yang meliputi setiap komponen dalam artikel mulai dari judul, peneliti dan
A. HASIL
Penulis memilih lima studi yang merupakan studi observasional dan dipublikasikan antara tahun 2011 dan 2020. Pada lima studi
melibatkan banyak subjek dan beberapa variabel yang berhubungan dengan status gizi remaja. Beberapa penelitian juga
menyesuaikan beberapa faktor yang mungkin mengacaukan temuan. Gambaran aktivitas fisik dan status gizi pada remaja, serta
bagimana hubungan antara keduanya akan di uraikan lebih lanjut pada pembahasan.
3 Faktor-faktor Mengetahui total 144 subjek a) Penelitian case kontrol Faktor yang secara Remaja yang memiliki
yang faktor-faktor remaja SMA kelas X dengan matching umur, bermakna asupan zat gizi makro
mempengaruhi yang dan XI pada SMA 1 jenis kelamin, dan asal berhubungan berlebih, frekuensi
kejadian mempengaruhi BOPKRI, SMA 2 sekolah (p<0,05) dan menjadi konsumsi fast food
obesitas pada kejadian BOPKRI, SMAN 6 faktor risiko terjadinya sering, aktivitas fisik
remaja. obesitas pada Yogyakarta, b) Analisis data obesitas pada remaja tidak aktif, memiliki
remaja. SMAN 9 menggunakan uji adalah asupan energi ibu dan ayah dengan
Weni Kurdanti, Yogyakarta, dan bivariat dengan uji Chi- (OR=4,69; CI:2,12- status obesitas, serta
Isti Suryani, SMA N 3 Square (α = 0,05) dan 10,35); lemak tidak sarapan,
Nurul Huda Yogyakarta. Yang multivariat (OR=2,34; CI:1,19- berisiko lebih
Syamsiatun, terdiri dari 72 kasus menggunakan uji regresi 4,57); karbohidrat terhadap terjadinya
Listiana adalah remaja logistik. (OR=2,64; CI:1,34- obesitas.
obesitas (IMT/U > 5,20); frekuensi fast
Purnaning Siwi, +2SD) dan 72 c) Asupan zat gizi makro, food (OR=2,47; CI:
Mahardika kontrol adalah serat, jumlah energi fast 1,26-4,83); dan
Marta Adityanti, remaja non-obesitas food, dan asupan asupan sarapan pagi
Diana sarapan pagi diperoleh (OR=5,24; CI: 2,56-
Mustikaningsih, dengan kuesioner SQ- 10,71).
Kurnia Isnaini FFQ. Aktivitas fisik
Sholihah diketahui dengan alat
pedometer. Faktor
Jurnal Gizi genetik adalah status
Klinik obesitas ibu dan ayah
Indonesia, kandung dari subjek
2015 penelitian berdasarkan
IMT (obesitas >25,0 kg/
m2 dan tidak obesitas ≤
24,9 kg/m2).Skala harga
diri diadaptasi dari
format Likert dengan 4
kategori (skor 1 hingga
4).
4 Hubungan Mengetahui 28 siswa kelas X a) Penelitian case kontrol Ada hubungan Ada hubungan antara
Antara Aktivitas hubungan yang tercatat di SMA tanpa matching yang signifikan aktivitas fisik dan
Fisik Dan antara aktivitas N 3 Semarang tahun antara aktivitas durasi tidur dengan
Durasi Tidur fisik dan durasi 2014/2015 b) Analisis data yang fisik dengan obesitas .
Dengan tidur dengan Yang terdiri dari 14 dilakukan yaitu analisis obesitas (p =
Obesitas Pada obesitas pada siswa kasus dan 14 univariat yang disajikan 0,006). Ada
Siswa Sma N 3 siswa SMA N 3 siswa kontrol dalam nilai proporsi. Uji hubungan yang
Semarang Semarang yang digunakan untuk signifikan antara
analisis bivariat adalah durasi tidur dengan
Dita Retno uji chi- square dengan obesitas (p =
Anhhitasari, derajat kepercayaan 0,007, OR = 10,8)
Cahyo 95%. Jika jumlah cel dan menunjukan
Hunandar yang mengandung bahwa sampel
expected value < 5 lebih yang memiliki
Jurnal Riset dari 20%, maka durasi tidur pendek
Gizi, 2015 digunakan uji fisher 10,8 kali beresiko
exact obesitas
dibandingkan
c) Data aktifitas fisik dengan sampel
diperoleh dengan diary yang memiliki
methode 2x24 jam, Data durasi tidur cukup.
durasi tidur diperoleh
dengan memberikan
angket kuesioner durasi
tidur untuk diisi sesuai
dengan lamanya tidur
baik siang maupun
malam dalam waktu
1x24 jam
Pada kelima jurnal di atas, rata-rata aktivitas fisik pada remaja tergolong
aktivitas ringan atau tidak aktif. Pada jurnal 1-4 menggunakan penelitian case
kontrol dimana kasus di ambil dari responden dengan status gizi obesitas dan
kontrol dengan status gizi normal. Jumlah responden dengan aktivitas fisik ringan
lebih banyak ditemukan pada kelompok kasus daripada kelompok kontrol. Pada
jurnal 5 responden dengan status gizi obesitas memiliki tingkat aktivitas fisik
rendah lebih banyak di banding aktifitas fisik sedang. Banyak hal yang
menyebabkan masih banyaknya aktivitas fisik ringan terjadi pada remaja salah
satunya adalah aktivitas di sekolah dilakukan selama enam hari dalam seminggu
yang ringan seperti duduk baik disaat jam pelajaran berlangsung ataupun disaat
saat jam istirahat yang sering digunakan untuk berkumpul dan berbagi cerita
Teknik pengumpulan data untuk aktivitas fisik pada kelima jurnal memiliki
aktivitas fisik yaitu IPAQ dan Diary Method. Idealnya suatu metode penilaian
aktivitas fisik harus dapat menyediakan penilaian ke-empat dimensi aktivitas fisik
(jenis, frekuensi, durasi dan intensitas) pada berbagai domain yang ada dengan
kesahihan dan keandalan yang tinggi (Angelica, 2017). Pada metode IPAQ
menanyakan tentang tiga tipe spesifik aktivitas yang dilakukan di empat domain
di atas. IPAQ telah teruji validitas dan reabilitasnya tinggi di 12 negara sebagai
instrumen pengukuran aktivitas fisik untuk usia 15-69 tahun (Craig, 2013).
Pada jurnal 2 status gizi di hitung dengan indikator IMT/U berdasarkan
nilai percentile dan pada jurnal lainnya berdasarkan nilai z-score. Status gizi
remaja pada jurnal 1-4 sudah di kelompokkan pada kelompok kasus dan
kelompok kontrol, dimana kasus adalah responden dengan status gizi obesitas
dan kontrol adalah responden dengan status gizi normal. Berbeda dengan jurnal
1-4, pada jurnal 5 status gizi pada responden digambarkan dengan 3 kategori Z-
Score yaitu Kurus, Normal, dan Gemuk. Status gizi obesitas lebih
menggambarkan tigkat aktivitas fisik yang rendah, sedangkan status gizi normal
signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas. Hal tersebut sesuai
dengan penelitian yang dilakukan pada siswa di SMA Kota Banda Aceh Provinsi
aktivitas fisik dengan kejadian obesitas (Azhari, 2013). Sesuai dengan teori
seimbangan antara jumlah kalori yang diasup dari makanan dengan jumlah kalori
yang dikeluarkan melalui aktivitas fisik. Kelebihan kalori akan disimpan dalam
bentuk lemak tubuh. Apabila hal tersebut berlangsung lama, maka semakin
makan yang banyak dan sedikit aktivitas. Penurunan aktivitas fisik akan berakibat
yang hidupnya kurang aktif (sedentary life) atau tidak melakukan aktivitas fisik
yang seimbang dan mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak, akan cenderung
mengalami obesitas (Weni dkk, 2015). Gaya hidup yang kurang aktivitas fisik
untuk membakar energi dalam tubuh. Bila pemasukan energi berlebihan dan tidak
menjadi gemuk (Sutrio, 2017). Salah satu aktivitas fisik yang dapat dilakukan
energi seimbang. Selain itu, dapat pula meningkatkan aktivitas fisiknya dengan
(Jaminah, 2018).
yang signifikan antara aktifitas fisik dengan kejadian obesitas pada remaja. Pada
penelitian ini metode dan perhitungan aktivitas fisik tidak di jelaskan secraa rinci,
untuk itu kita tidak dapat mengetahui berapa lama data aktivitas di ambil dan apa
saja isi dari kuesioner aktivitas fisik yang bisa mempengaruhi ke akuratan data.
Tidak terdapatnya hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada
siswa SMP dapat dikarenakan kebanyakan aktivitas yang dilakukan oleh siswa
ini kecenderungan sama dari pagi hingga sore yang sudah terjadwal seperti wajib
mengikuti jam pelajaran yang telah di sediakan yang lebih banyak memakan
waktu seperti duduk disetiap jam pelajaran berlangsung berkisar 45 menit per
jam mata pelajaran (Wismoyo, 2017). Selain itu, tidak terdapatnya hubungan
aktivitas fisik dengan kejadian obesitas disebabkan oleh faktor lain seperti
atau lebih dari cukup merupakan faktor yang mendorong terjadinya obesitas
pada remaja, remaja yang memiliki orang tua berpenghasilan tinggi akan
menghasilkan uang jajan yang tinggi kepada anaknya dan juga transportasi yang
yang cukup signifikan (Oktaviani, 2012). Sari (2015) yang menyatakan hal yang
sama pada siswa SMA di Pekanbaru tidak terdapatnya hubungan aktivitas fisik
bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan
IMT. Aktivitas fisik merupakan faktor penyebab obesitas yang dapat dimodifikasi
dalam kehidupan. Sejalan dengan penelitian Miko (2017) yang tidak menemukan
hubungan antara aktivitas fisik dan kejadian obesitas pada remaja putri, tingkat
fisik pada remaja di penelitian ini. Menurut penelitian Sahoo et al (2015) semua
faktor tersebut berhubungan dengan aktivitas fisik pada anak dan remaja.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
disimpulkan bahwa :
1) Tingkat aktivitas fisik pada remaja cenderung rendah, dimana aktivitas fisik
rendah dimiliki oleh sebagian besar responden dengan status gizi lebih.
pengeluaran energi, oleh karena itu aktivitas fisik dijadikan salah satu
B. Saran
yaitu dengan olahraga agar terjadi keseimbang antara kalori yang masuk dengan
kalori yang dipergunakan untuk aktivitas. Remaja rentan akan risiko obesitas
digunakan untuk membakar energy dan mencegah status gizi lebih pada remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta
Arisman, MB.(2004), Buku Ajar Ilmu Gizi, Gizi Dalam Daur Kehidupan Edisi 2,
EGC, Jakarta,
Azhari, dkk. Hubungan Aktivitas Fisik, Kebugaran Fisik Dan Imej Tubuh Dengan
Kejadian Obesitas Pada Siswa SMA Di Kota Banda Aceh Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 12,
No 3
Brown, E. 2005. Nutrition. Through the Life Cycle. Second Edition.: Thomson
Wadsworth. USA..
Department of Health and Human Services, Centers for Disease Control (CDC)
and Prevention. 2009. Overweight and Obesity. http://www.cdc.gov
Kartasapoetra, G., dan H.Marsetyo, 2008. Ilmu Gizi, Korelasi Gizi, Kesehatan
dan Produktivitas Kerja. Rineka Cipta, Jakarta.
Mahardik, Rosita. dkk. 2008. Aktivitas Fisik, Asupan Energi, dan Status Gizi
Wanita Pemetik Teh di PTPN VIII Bandung, Jawa Barat.
Miko, A., Pratiwi, M., Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian
Obesitas Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh.Jurnal AcTion.
Vol 2, No 1 (2017)
Nurcahyo, F. 2011. Kaitan Antara Obesitas Dan Aktivitas Fisik. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Olahraga. Vol. VII, No. 1 : 87 – 96
Wijayanti. 2013. Analisis faktor penyebab obesitas dan cara mengatasi obesitas
pada remaja.
Wismoyo, P., 2017. Hubungan Pola Makan, Aktivitas Fisik Dan Aktivitas
Sedentari Dengan Overweight Di SMA Negeri 5 Surabaya. Jurnal Berkala
Epidemiologi, Volume 5 Nomor 3 : 298-310
Yuniastuti, A., 2008. Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 52-54.