Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang

dapat dilihat dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di

dalam tubuh. Penentuan status gizi remaja dapat dilakukan dengan beberapa

cara salah satunya dengan menggunakan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan

kategori status gizi yang dibedakan menjadi tiga yaitu status gizi kurang, status

gizi baik, dan status gizi lebih (Almatsier, 2010)

Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi ganda yang berdampak

serius terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM), yaitu gizi kurang dan gizi

lebih. Berat badan lebih (overweight) dan obesitas merupakan kondisi sesorang

dimana ketidakseimbangan antara jumlah energi yang dikonsumsi dengan yang

dibutuhkan oleh tubuh. Kegemukan dan obesitas adalah masalah yang banyak

terjadi pada usia dewasa, namun tidak menutup kemungkinan masalah tersebut

juga terjadi pada remaja dan anak-anak usia sekolah.

Kegemukan dan obesitas didefinisikan sebagai kondisi dimana intake

kalori seseorang lebih banyak daripada kalori yang digunakan. Masalah gizi lebih

yang terjadi pada anak-anak usia sekolah ini merupakan masalah yang serius

yang dapat mempengaruhi peningkatan resiko beberapa penyakit kronik baik

dinegara maju maupun berkembang. Apabila seorang anak telah mengalami

masalah gizi lebih diusia muda maka akan cenderung pula akan terus berlanjut

sampai usia dewasa dimana merupakan salah satu faktor resiko yang

meningkatkan penyakit degeneratif, seperti jantung koroner, diabetes mellitus

(DM), hipertensi, dan penyakit hati (Supariasa, 2002).

1
Prevalensi nasional berdasarkan data hasil analisis data Riskesdas 2013

dapat dilihat bahwa prevalensi gizi lebih pada remaja berdasarkan Indeks Massa

Tubuh (IMT) umur 16-18 tahun yang mengalami kelebihan berat badan yaitu

7,3% yang terdiri dari 5,7% gizi lebih dan 1,6% obesitas, hasil ini jauh lebih

meningkat dibandingkan pada tahun 2010 yang hanya sebesar 1,4% remaja

mengalami kelebihan berat badan. Berdasarkan data Riskesdas(2013)

didapatkan prevalensi gizi lebih untuk tingkat Propinsi Jawa Tengah yaitu 7,1 %

menunjukkan peningkatan sebesar 6,4% dibanding tahun 2010 yang hanya 0,7%

(Riskesdas, 2013)

Status gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor langsung

yang mempengaruhi status gizi yaitu asupan gizi dan penyakit infeksi.

Sedangkan faktor tidak langsung yaitu jenis kelamin, pendidikan, kebiasaan

konsumsi serat (buah dan sayur), aktifitas fisik, perilaku merokok dan faktor

genetik (Brown, 2005). Asupan zat gizi yang seimbang dan sesuai dengan

kebutuhan akan membantu mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang

optimal. Ketidakseimbangan antara kebutuhan dan kecukupan akan

menimbulkan masalah gizi yaitu masalah gizi lebih dimana kecukupan gizi lebih

besar di bandingkan dengan kebutuhan gizi (Soetjiningsih, 2007).

Selain asupan zat gizi, status gizi lebih juga di pengaruhi faktor lain yaitu

aktivitas fisik. Aktivitas fisik berperan penting dalam pengeluaran energi sehingga

dapat mencegah munculnya gizi lebih yaitu dengan penggunaan energi untuk

aktivitas fisik itu sendiri maupun hubungannya dengan metabolisme basal

(Atkinson, 2005). Dalam kaitannya dengan metabolisme basal dijelaskan bahwa

aktivitas fisik berperan dalam memelihara dan membentuk massa otot. Massa

otot ini dapat meningkatkan angka metabolisme basal yang berpengaruh

2
terhadap peningkatan pengeluaran energi yang semakin besar sehingga dapat

membakar dan menurunkan perkembangan sel lemak dalam tubuh (Muhilal,

2006).

Asupan gizi yang berlebih dan tidak diimbangi dengan pengeluaran energi

yang seimbang atau dengan kata lain kurang melakukan aktivitas fisik akan

menyebabkan terjadinya penambahan berat badan, kelebihan energi dan dapat

meningkatkan risiko kegemukan dan obesitas (Mahardik adan Rosita,2008).

Konsumsi makanan yang berlebih ditambah dengan kurangnya aktivitas fisik

menjadi salah satu penyebab terjadinya kegemukan (Wijayanti, 2013). Aktivitas

fisik yang rendah memiliki peluang 3 kali lebih besar menyebabkan kelebihan

berat badan dibandingkan aktivitas yang berat (Vertikal, 2012).

Sebaliknya aktivitas fisik yang tinggi berbanding terbalik dengan banyak

sedikitnya lemak pada tubuh. Pada anak dan remaja, aktivitas fisik yang

dianjurkan yaitu sedikitnya 30 menit setiap hari untuk melakukan kegiatan seperti

berrmain lompat tali, bermain di taman, bersepeda, jalan kaki, atau melakukan

kegiatan ekstrakurikuler (Muhilal, 2006).

Gambaran aktivitas fisik pada remaja saat ini lebih mengarah pada

aktivitas fisik yang rendah. Hal ini dikarenakan sebagian besar remaja dari SMP

maupun SMA melakukan aktivitas fisik yang diselenggarakan oleh sekolah setiap

satu minggu sekali yaitu pada saat jam pelajaran olahraga saja. Waktu istirahat

dimanfaatkan untuk membeli jajanan yang tersedia didalam maupun diluar

sekolah (Nadya, 2018). Selain itu mereka menghabiskan waktu istirahat dengan

bercengkrama dengan sesama teman didalam kelas. Diluar jam sekolah

sebagian besar responden menghabiskan waktu dengan menonton televisi,

bermain game maupun belajar (Syahfitri, 2015). Hal ini sejalan dengan penelitian

3
yang menyatakan bahwa adanya peningkatan prevalensi obesitas yang terjadi

pada anak sekolah ini disebabkan oleh salah satunya bahwa anak lebih

cenderung menghasbiskan waktu luangnya untuk menonton televisi dan kegiatan

lain yang tergolong sebagai sedentary lifestyle sehingga tidak mengeluarkan

energi. Hal inilah yang menyebabkan aktivitas fisik mereka tergolong rendah

sehingga berdampak pada keseimbangan asupan makanan yang mereka

konsumsi. (Atika, 2017)

Salah satu kebijakan nasional dalam upaya perbaikan gizi masyarakat

tertuang dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 bahwa upaya perbaikan

gizi ditujukan untuk peningkatan mutu gizi perorangan dan masyarakat. Sasaran

global tahun 2025 yang disepakati salah satunya adalah tidak ada kenaikan

proporsi anak yang mengalami gizi lebih.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mengangkat sebuah

critical review research yang berjudul “Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Status

Gizi Pada Remaja”.

B. Masalah Penelitian

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada

hubungan aktivitas fisik dengan status gizi pada remaja?

C. Tujuan

Tujuan dari critical review ini adalah

1. Mengetahui aktivitas fisik pada remaja

2. Mengetahui status gizi pada remaja

3. Mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan status gizi lebih

4
5
BAB II

METODE PENELITIAN

Study Design yang digunakan pada penelitian ini yaitu Critical Review

modifikasi yang telah disederhanakan, dengan aktivitas fisik sebagai variable

bebas dan status gizi remaja sebagai variable terikat. Pelaporan temuan –

temuan penelitian yang akan dikritisi sesuai SOP Skripsi yang telah diterbitkan

oleh Ketua Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 31 Maret 2020.

Search Engine yang di gunakan untuk mencari artikel atau jurnal yang

relevan yaitu http://sinta.ristekbrin.go.id/. Kata kunci yang di gunakan dalam

pencarian jurnal yaitu “aktivitas fisik”, “status gizi”, “obesitas”, “gizi lebih”,

“remaja”. Penerbit jurnal dengan ketentuan Nilai Akreditasi Sinta 1 sampai 4 dan

tahun terbit minimal 10 tahun terakhir.

Kriteria inklusi jurnal/ artikel yang dianggap tepat untuk melakukan Critical

Review adalah sebagai berikut: jurnal/ artikel yang digunakan adalah full text

berbahasa Indonesia, pengambilan data menggunakan metode observasional

dan relevan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Pada penelitian ini kriteria

eksklusi yang digunakan yakni jurnal penelitian dengan topik permasalahan tidak

berhubungan dengan aktivitas fisik pada remaja.

Dari hasil pencarian menggunakan kata kunci tersebut di dapat 28 jurnal,

selanjutnya dilakukan filter dengan mengakses dan membaca abstrak dari jurnal

tersebut yang relevan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan di dapat 5

jurnal.
Ektraksi dan analisis data pada 5 artikel terpilih dengan bantuan table

data yang meliputi setiap komponen dalam artikel mulai dari judul, peneliti dan

tahun, tujuan, subjek, metode, hasil, pembahasan, dan kesimpulan.


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Penulis memilih lima studi yang merupakan studi observasional dan dipublikasikan antara tahun 2011 dan 2020. Pada lima studi

melibatkan banyak subjek dan beberapa variabel yang berhubungan dengan status gizi remaja. Beberapa penelitian juga

menyesuaikan beberapa faktor yang mungkin mengacaukan temuan. Gambaran aktivitas fisik dan status gizi pada remaja, serta

bagimana hubungan antara keduanya akan di uraikan lebih lanjut pada pembahasan.

Table 1. Karaterisktik jurnal relevan yang di review

JUDUL, SUBJECT/ HASIL DAN


NO PENELITI DAN TUJUAN METODE KESIMPULAN
RESPONDEN PEMBAHASAN
TAHUN
1 Risiko Untuk 70 siswa kelas VII a) Penelitian case kontrol Uji regresi logistik Berdasarkan
Pengetahuan, menganalisis dan VIII di SMP 40 tanpa matching data menunjukkan bahwa penelitian yang telah
Aktivitas dan besarnya risiko Semarang umur dan jenis kelamin. siswa berusia 14-15 dilakukan
Fisiologi faktor Kelompok kasus tahun (OR 0,06 95% menunjukkan variabel
terhadap pengetahuan dalam penelitian ini b) Analisis data CI 0,008-0,557), umur, pengetahuan,
Kejadian meliputi variabel adalah 35 siswa menggunakan Analisis pengetahuan siswa durasi tidur, dan
Obesitas pengetahuan dengan nilai Z-Score bivariate dengan uji Chi- <80% (OR 25,67 95% kebiasaan olahraga
Remaja. dan sikap, faktor IMT/U > 2 SD, Square (derajat CI 3,57-184,60), berhubungan dengan
kepercayaan 95%) dan
aktivitas meliputi sedangkan Analisis multivariate siswa tidur <7 jam / kejadian obasitas.
Nuradan Hasta aktivitas fisik, kelompok kontrol dengan uji multiple hari (OR 30,22 95% Sedangkan variabel
Santoso, durasi tidur, adalah 35 siswa logistic regression CI 2,47- jenis kelamin,
KunAristiati waktu menonton dengan nilai Z-Score aktivitas fisik dan
Susiloretni, Ria televisi, dan IMT/U -2 SD sampai c) Pengambilan data 369.26), dan siswa lama waktu menonton
Ambarwati. kebiasaan dengan 1 SD. menggunakan berolahraga <3 kali / TV tidak menunjukkan
(Jurnal Riset olahraga, dan Kuesioner identitas minggu dan <30 hubungan yang
Gizi,2020) faktor fisiologi partisipan, kuesioner menit (OR 13.55, signifikan (p > 0,05)
meliputi variabel pengetahuan, kuesioner 95% CI 1.145- dengan kejadian
jenis kelamin sikap, kuesioner 160.476). obesitas.
dan usia aktivitas fisik, dan
terhadap kuesioner kebiasaan
kejadian olahraga.
obesitas remaja
di SMP 40
Semarang.
2 Kontribusi Mengetahui 148 remaja usia 12 a) Penelitian studi Hasil menunjukkan Dapat disimpulankan
Makanan Jajan kontribusi – 15 tahun yang observasional dengan bahwa terdapat bahwa makanan jajan
Dan Aktivitas makanan dan terdiri dari semua pendekatan case kontrol hubungan yang yang mengandung
Fisik Terhadap aktivitas fisik kelas VII, VIII, IX dengan matching umur, bermakna antara lebih dari 300 kkal
Kejadian terhadap pada salah satu jenis kelamin, dan kontribusi makanan dan aktivitas fisik
Obesitas Pada kejadian SMP Negeri favorit pendidikan orang tua western fast food, ringan berkontribusi
Remaja Di Kota obesitas pada di Semarang terpilih makanan jajanan terhadap kejadian
Semarang remaja di subyek dengan b) Analisis data lokal dan tingkat obesitas remaja
semarang. IMT/U berdasarkan menggunakan Uji aktivitas fisik terhadap
Adriyan percentil > 95 pada bivariat dengan chi obesitas (P< 0,05).
Pramono, kelompok kasus dan square dan multivariat Model akhir regresi
Mohammad percentil 10 – 85 dengan regresi logistik. logistic menunjukkan
Sulchan. pada kelompok kontribusi makanan
kontrol. c) Variable Asupan jajan lokal yang
Gizi Indonesia, diperoleh dengan mengandung lebih
2014 wawancara kuesioner dari 300 kkal dan
FFQ semi kuantitatif. aktivitas fisik ringan
Aktivitas fisik diperoleh memberi risiko
dengan pengisian masing masing
kuesioner aktivitas fisik sebesar 3,2 kali dan
dalam sehari dengan 5,1 kali menyebabkan
durasi kegiatan per lima obesitas pada remaja.
menit. Aktivitas fisik
dihitung dengan
menggunakan rumus
berdasarkan Guricci dan
dikategorikan
berdasarkan kategori
aktivitas fisik Marsetyo H
dan Kartasapoetra.

3 Faktor-faktor Mengetahui total 144 subjek a) Penelitian case kontrol Faktor yang secara Remaja yang memiliki
yang faktor-faktor remaja SMA kelas X dengan matching umur, bermakna asupan zat gizi makro
mempengaruhi yang dan XI pada SMA 1 jenis kelamin, dan asal berhubungan berlebih, frekuensi
kejadian mempengaruhi BOPKRI, SMA 2 sekolah (p<0,05) dan menjadi konsumsi fast food
obesitas pada kejadian BOPKRI, SMAN 6 faktor risiko terjadinya sering, aktivitas fisik
remaja. obesitas pada Yogyakarta, b) Analisis data obesitas pada remaja tidak aktif, memiliki
remaja. SMAN 9 menggunakan uji adalah asupan energi ibu dan ayah dengan
Weni Kurdanti, Yogyakarta, dan bivariat dengan uji Chi- (OR=4,69; CI:2,12- status obesitas, serta
Isti Suryani, SMA N 3 Square (α = 0,05) dan 10,35); lemak tidak sarapan,
Nurul Huda Yogyakarta. Yang multivariat (OR=2,34; CI:1,19- berisiko lebih
Syamsiatun, terdiri dari 72 kasus menggunakan uji regresi 4,57); karbohidrat terhadap terjadinya
Listiana adalah remaja logistik. (OR=2,64; CI:1,34- obesitas.
obesitas (IMT/U > 5,20); frekuensi fast
Purnaning Siwi, +2SD) dan 72 c) Asupan zat gizi makro, food (OR=2,47; CI:
Mahardika kontrol adalah serat, jumlah energi fast 1,26-4,83); dan
Marta Adityanti, remaja non-obesitas food, dan asupan asupan sarapan pagi
Diana sarapan pagi diperoleh (OR=5,24; CI: 2,56-
Mustikaningsih, dengan kuesioner SQ- 10,71).
Kurnia Isnaini FFQ. Aktivitas fisik
Sholihah diketahui dengan alat
pedometer. Faktor
Jurnal Gizi genetik adalah status
Klinik obesitas ibu dan ayah
Indonesia, kandung dari subjek
2015 penelitian berdasarkan
IMT (obesitas >25,0 kg/
m2 dan tidak obesitas ≤
24,9 kg/m2).Skala harga
diri diadaptasi dari
format Likert dengan 4
kategori (skor 1 hingga
4).

4 Hubungan Mengetahui 28 siswa kelas X a) Penelitian case kontrol Ada hubungan Ada hubungan antara
Antara Aktivitas hubungan yang tercatat di SMA tanpa matching yang signifikan aktivitas fisik dan
Fisik Dan antara aktivitas N 3 Semarang tahun antara aktivitas durasi tidur dengan
Durasi Tidur fisik dan durasi 2014/2015 b) Analisis data yang fisik dengan obesitas .
Dengan tidur dengan Yang terdiri dari 14 dilakukan yaitu analisis obesitas (p =
Obesitas Pada obesitas pada siswa kasus dan 14 univariat yang disajikan 0,006). Ada
Siswa Sma N 3 siswa SMA N 3 siswa kontrol dalam nilai proporsi. Uji hubungan yang
Semarang Semarang yang digunakan untuk signifikan antara
analisis bivariat adalah durasi tidur dengan
Dita Retno uji chi- square dengan obesitas (p =
Anhhitasari, derajat kepercayaan 0,007, OR = 10,8)
Cahyo 95%. Jika jumlah cel dan menunjukan
Hunandar yang mengandung bahwa sampel
expected value < 5 lebih yang memiliki
Jurnal Riset dari 20%, maka durasi tidur pendek
Gizi, 2015 digunakan uji fisher 10,8 kali beresiko
exact obesitas
dibandingkan
c) Data aktifitas fisik dengan sampel
diperoleh dengan diary yang memiliki
methode 2x24 jam, Data durasi tidur cukup.
durasi tidur diperoleh
dengan memberikan
angket kuesioner durasi
tidur untuk diisi sesuai
dengan lamanya tidur
baik siang maupun
malam dalam waktu
1x24 jam

5 Hubungan mengetahui 61 remaja usia 13 – a) Penelitian Cross Hasil penelitian Terdapat


Antara Durasi hubungan 15 tahun di SMP Sectional menunjukkan hubungan antara
Penggunaan antara durasi Negeri 2 Kendal 72,1% responden durasi penggunaan
Alat Elektronik penggunaan alat b) Analisis data memiliki durasi alat elektronik
(Gadget), elektronik menggunakan analisis penggunaan alat (gadget), aktivitas
Aktivitas Fisik (gadget), univariat untuk elektronik (gadget) fisik dan pola
Dan Pola aktivitas fisik mendeskripsikan yang tinggi. Selain makan dengan
Makan Dengan dan pola makan karakteristik subjek itu, ditemukan status Gizi pada
Status Gizi dengan status penelitian dan analisis 14,8% responden remaja usia 13-15
Pada Remaja gizi pada remaja bivariat menggunakan dengan aktivitas tahun (p<0,05).
Usia 13-15 usia 13-15 uji Chi-Square serta fisik rendah. Pola
Tahun tahun. Fisher’s Exact. makan pada
80,3% responden
Anandita Mega c) Pengumpulan data sudah sesuai
Kumala, Ani meliputi informasi dengan anjuran
Margawati, Ayu karakteristik subjek dan PGS, tetapi 96,7%
Rahadiyanti durasi penggunaan alat responden tidak
elektronik menggunakan memenuhi anjuran
Journal Of kuesioner terstruktur konsumsi sayur.
Nutrition yang sudah Status gizi pada
College,2019 divalidasi.Data aktivitas responden
fisik dikumpulkan berdasarkan Z-
menggunakan kuesioner score IMT/U
International Physical ditemukan
Activity Questionarre sebanyak 6,6%
(IPAQ) selama 7 hari responden dengan
terakhir dan data pola kategori kurus dan
makan menggunakan 14,8% gemuk.
Semi- Quantitative Food Hasil analisis
Frequency Questionnare menunjukkan
(SQ- FFQ) dalam 1 terdapat hubungan
bulan terakhir. antara durasi
penggunaan alat
elektronik
(gadget), aktivitas
fisik dan pola
makan dengan
status gizi (p<0,05)
B. PEMBAHASAN

Pada kelima jurnal di atas, rata-rata aktivitas fisik pada remaja tergolong

aktivitas ringan atau tidak aktif. Pada jurnal 1-4 menggunakan penelitian case

kontrol dimana kasus di ambil dari responden dengan status gizi obesitas dan

kontrol dengan status gizi normal. Jumlah responden dengan aktivitas fisik ringan

lebih banyak ditemukan pada kelompok kasus daripada kelompok kontrol. Pada

jurnal 5 responden dengan status gizi obesitas memiliki tingkat aktivitas fisik

rendah lebih banyak di banding aktifitas fisik sedang. Banyak hal yang

menyebabkan masih banyaknya aktivitas fisik ringan terjadi pada remaja salah

satunya adalah aktivitas di sekolah dilakukan selama enam hari dalam seminggu

dimana kebanyakan siswa menghabiskan waktunya di sekolah dengan aktivitas

yang ringan seperti duduk baik disaat jam pelajaran berlangsung ataupun disaat

saat jam istirahat yang sering digunakan untuk berkumpul dan berbagi cerita

bersama siswa lainnya (Soraya, 2017).

Teknik pengumpulan data untuk aktivitas fisik pada kelima jurnal memiliki

teknik yang berbeda-beda. Pada jurnal ketiga pengambilan data menggunakan

alat pedometer, dimana pada ke empat jurnal lain menggunakan kuesioner

aktivitas fisik yaitu IPAQ dan Diary Method. Idealnya suatu metode penilaian

aktivitas fisik harus dapat menyediakan penilaian ke-empat dimensi aktivitas fisik

(jenis, frekuensi, durasi dan intensitas) pada berbagai domain yang ada dengan

kesahihan dan keandalan yang tinggi (Angelica, 2017). Pada metode IPAQ

menanyakan tentang tiga tipe spesifik aktivitas yang dilakukan di empat domain

di atas. IPAQ telah teruji validitas dan reabilitasnya tinggi di 12 negara sebagai

instrumen pengukuran aktivitas fisik untuk usia 15-69 tahun (Craig, 2013).
Pada jurnal 2 status gizi di hitung dengan indikator IMT/U berdasarkan

nilai percentile dan pada jurnal lainnya berdasarkan nilai z-score. Status gizi

remaja pada jurnal 1-4 sudah di kelompokkan pada kelompok kasus dan

kelompok kontrol, dimana kasus adalah responden dengan status gizi obesitas

dan kontrol adalah responden dengan status gizi normal. Berbeda dengan jurnal

1-4, pada jurnal 5 status gizi pada responden digambarkan dengan 3 kategori Z-

Score yaitu Kurus, Normal, dan Gemuk. Status gizi obesitas lebih

menggambarkan tigkat aktivitas fisik yang rendah, sedangkan status gizi normal

mempunyai rata rata aktivitas fisik yang sedang hingga tinggi.

Pada jurnal 2-5 hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang

signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas. Hal tersebut sesuai

dengan penelitian yang dilakukan pada siswa di SMA Kota Banda Aceh Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam yang menunjukan bahwa ada hubungan antara

aktivitas fisik dengan kejadian obesitas (Azhari, 2013). Sesuai dengan teori

bahwa penyebab utama terjadinya obesitas disebabkan karena ketidak

seimbangan antara jumlah kalori yang diasup dari makanan dengan jumlah kalori

yang dikeluarkan melalui aktivitas fisik. Kelebihan kalori akan disimpan dalam

bentuk lemak tubuh. Apabila hal tersebut berlangsung lama, maka semakin

banyak lemak yang menumpuk dalam tubuh dan menyebabkan seseorang

menjadi obesitas (Widiyanto,2005). Beberapa penelitian epidemiologi

menyebutkan bahwa obesitas pada remaja terjadi karena interaksi antara

makan yang banyak dan sedikit aktivitas. Penurunan aktivitas fisik akan berakibat

menurunnya pengeluaran energi. Hal itu memacu keseimbangan energi positif

dan peningkatan simpanan lemak tubuh dalam bentuk trigliserida di dalam

jaringan adiposa. Keseimbangan energi positif terjadi karena peningkatan


asupan dan tidak terjadi pengeluaran energi. Peningkatan asupan maupun

penurunan pengeluaran energi, keduanya berpotensi menyebabkan terjadinya

obesitas (Nurcahyo, 2011). Orang-orang yang kurang aktif membutuhkan kalori

dalam jumlah sedikit dibandingkan orang dengan aktivitas tinggi. Seseorang

yang hidupnya kurang aktif (sedentary life) atau tidak melakukan aktivitas fisik

yang seimbang dan mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak, akan cenderung

mengalami obesitas (Weni dkk, 2015). Gaya hidup yang kurang aktivitas fisik

akan berpengaruh terhadap kondisi tubuh seseorang. Aktivitas fisik diperlukan

untuk membakar energi dalam tubuh. Bila pemasukan energi berlebihan dan tidak

diimbangi dengan aktivitas fisik yang seimbang akan memudahkan seseorang

menjadi gemuk (Sutrio, 2017). Salah satu aktivitas fisik yang dapat dilakukan

anak remaja di sekolah adalah dengan rutin berolahraga sehingga pengeluaran

energi seimbang. Selain itu, dapat pula meningkatkan aktivitas fisiknya dengan

mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler di sekolah maupun di luar sekolah

(Jaminah, 2018).

Sedangkan pada jurnal 1 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara aktifitas fisik dengan kejadian obesitas pada remaja. Pada

penelitian ini metode dan perhitungan aktivitas fisik tidak di jelaskan secraa rinci,

untuk itu kita tidak dapat mengetahui berapa lama data aktivitas di ambil dan apa

saja isi dari kuesioner aktivitas fisik yang bisa mempengaruhi ke akuratan data.

Tidak terdapatnya hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada

siswa SMP dapat dikarenakan kebanyakan aktivitas yang dilakukan oleh siswa

ini kecenderungan sama dari pagi hingga sore yang sudah terjadwal seperti wajib

mengikuti jam pelajaran yang telah di sediakan yang lebih banyak memakan

waktu seperti duduk disetiap jam pelajaran berlangsung berkisar 45 menit per
jam mata pelajaran (Wismoyo, 2017). Selain itu, tidak terdapatnya hubungan

aktivitas fisik dengan kejadian obesitas disebabkan oleh faktor lain seperti

pendapatan keluarga, dan asupan nutrisi. Pendapatan keluarga yang memadai

atau lebih dari cukup merupakan faktor yang mendorong terjadinya obesitas

pada remaja, remaja yang memiliki orang tua berpenghasilan tinggi akan

menghasilkan uang jajan yang tinggi kepada anaknya dan juga transportasi yang

mudah. Asupan nutrisi yang dimakan berlebihan akan menghasikan obesitas

yang cukup signifikan (Oktaviani, 2012). Sari (2015) yang menyatakan hal yang

sama pada siswa SMA di Pekanbaru tidak terdapatnya hubungan aktivitas fisik

dengan kejadian obesitas. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

Adityawarman yang dilakukan pada siswa SMP Domenico Savio menyatakan

bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik dengan

IMT. Aktivitas fisik merupakan faktor penyebab obesitas yang dapat dimodifikasi

dalam kehidupan. Sejalan dengan penelitian Miko (2017) yang tidak menemukan

hubungan antara aktivitas fisik dan kejadian obesitas pada remaja putri, tingkat

aktivitas fisik yang cenderung homogen menyebabkan pengaruhnya tidak

nampak secara jelas. Kurang bervariasinya sekolah yang digunakan sebagai

lokasi penelitian juga dapat menyebabkan ragam fasilitas dan program

olahraga/fisik yang tersedia, kesempatan untuk berolahraga, dan dukungan dari

lingkungan menjadi terbatas sehingga menyebabkan homogenitas dari aktivitas

fisik pada remaja di penelitian ini. Menurut penelitian Sahoo et al (2015) semua

faktor tersebut berhubungan dengan aktivitas fisik pada anak dan remaja.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada kelima jurnal yang di review, dapat

disimpulkan bahwa :

1) Tingkat aktivitas fisik pada remaja cenderung rendah, dimana aktivitas fisik

rendah dimiliki oleh sebagian besar responden dengan status gizi lebih.

2) Aktivitas fisik yang rendah mempunyai hubungan yang signifikan terhadap

kerjadian obesitas dimana dapat meningkatkan resiko obesitas bila

aktivitas fisik nya rendah. Aktivitas fisik merupakan variabel untuk

pengeluaran energi, oleh karena itu aktivitas fisik dijadikan salah satu

perilaku untuk penurunan berat badan. Berdasarkan beberapa penelitian

mengungkapkan apabila beraktivitas fisik dengan intensitas yang cukup

selama 60 menit dapat menurunkan berat badan dan mencegah

peningkatan berat badan kembali.

B. Saran

Disarankan untuk responden penelitian agar lebih memperbanyak aktivitas fisik

yaitu dengan olahraga agar terjadi keseimbang antara kalori yang masuk dengan

kalori yang dipergunakan untuk aktivitas. Remaja rentan akan risiko obesitas

sebaiknya diberi edukasi untuk meningkatkan aktifitas fisiknya sehingga dapat

digunakan untuk membakar energy dan mencegah status gizi lebih pada remaja.
DAFTAR PUSTAKA

Adityawarman, 2017. Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Komposisi Tubuh


Pada Remaja. Skripsi. Program Studi sarjana Fakultas Kedokteran. UNDIP

Almatsier, Sunita. 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta

Angelica, A., Sutarina, N., 2017. Manfaat Accelerometer Untuk Pengukuran


Aktivitas Fisik. Jurnal Olahraga Prestasi, Volume 13, Nomor 1
Anggraeny, O., dkk. 2018. Tidak Ada Korelasi Antara Asupan Karbohidrat
Sederhana, Lemak Jenuh, Dan Tingkat Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi
Pada Remaja Dengan Kegemukan Dan Obesitas. Jurnal AcTion, Volume
3, Nomor 1.
Anhhitasari, D.R., Hunandar, C., 2015. Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dan
Durasi Tidur Dengan Obesitas Pada Siswa Sma N 3 Semarang. Jurnal
Riset Gizi. Vol 3, No 1

Arisman, MB.(2004), Buku Ajar Ilmu Gizi, Gizi Dalam Daur Kehidupan Edisi 2,
EGC, Jakarta,
Azhari, dkk. Hubungan Aktivitas Fisik, Kebugaran Fisik Dan Imej Tubuh Dengan
Kejadian Obesitas Pada Siswa SMA Di Kota Banda Aceh Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol 12,
No 3

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar


(RISKESDAS) 2013. Lap. Nas. 2013 1–384 (2013).

Beck, M. 2011. Ilmu Gizi Dan Diet Hubungannya Dengan Penyakit-Penyakit


Untuk Perawat Dan Dokter. Yayasan Essentia Medica : Yogyakarta.

Brown, E. 2005. Nutrition. Through the Life Cycle. Second Edition.: Thomson
Wadsworth. USA..

Collins, C.E., J. Watson, dan T. Burrows. (2010). Measuring dietary intake in


children and adolescents in the context of overweight and obesity.
International Journal of Obesity, 34, 1103–1115.

Departemen Kesehatan RI. UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta:


Depkes RI; 2009

Department of Health and Human Services, Centers for Disease Control (CDC)
and Prevention. 2009. Overweight and Obesity. http://www.cdc.gov

Depkes. 2010. Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas). 2010. Jakarta. Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI.
Gibson, R. S. 2005. Principles of Nutritional Assessment. Second Edition. Oxford
University Press Inc, New York.
Jaminah., Mahmudiyono. 2018. Hubungan Pengetahuan, Aktivitas Fisik Dengan
Kejadian Obesitas Pada Karyawan Perempuan. Jurnal Berkala
Epidemiologi. Volume 6 Nomor 1 : 9-17

Kartasapoetra, G., dan H.Marsetyo, 2008. Ilmu Gizi, Korelasi Gizi, Kesehatan
dan Produktivitas Kerja. Rineka Cipta, Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2012. Menkes: Ada Tiga Kelompok Permasalahan


Gizi Di Indonesia
Kumala, dkk. 2019. Hubungan Antara Durasi Penggunaan Alat Elektronik
(Gadget), Aktivitas Fisik Dan Pola Makan Dengan Status Gizi Pada Remaja
Usia 13-15 Tahun. Journal Of Nutrition College. Volume 8, Nomor 2 : 73-80
Kurdanti, W., dkk. 2015. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian obesitas
pada remaja. Jurnal Gizi Klinik Indonesia. Vol. 11, No. 4 : 20-190

Mahardik, Rosita. dkk. 2008. Aktivitas Fisik, Asupan Energi, dan Status Gizi
Wanita Pemetik Teh di PTPN VIII Bandung, Jawa Barat.
Miko, A., Pratiwi, M., Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian
Obesitas Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh.Jurnal AcTion.
Vol 2, No 1 (2017)
Nurcahyo, F. 2011. Kaitan Antara Obesitas Dan Aktivitas Fisik. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Olahraga. Vol. VII, No. 1 : 87 – 96

Nurmalina. 2011. Pencegahan & Manajemen Obesitas. Elex Media Komputindo.


Bandung.
Oktaviani, dkk. 2012. Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food, Aktivitas Fisik,
Pola Konsumsi, Karakteristik Remaja Dan Orang Tua Dengan Indeks
Massa Tubuh (IMT) (Studi Kasus Pada Siswa SMA Negeri 9 Semarang
Tahun 2012). Jurnal Kesehatan Masyarakat, Volume 1, Nomor 2 : 542 –
553

Praditasari, J. 2018. Asupan Lemak, Aktivitas Fisik Dan Kegemukan Pada


Remaja Putri Di SMP Bina Insani Surabaya. Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya.
Pramono, A., 2014. Kontribusi Makanan Jajan Dan Aktivitas Fisik Terhadap
Kejadian Obesitas Pada Remaja Di Kota Semarang. Gizi Indonesia.
37(2):129-136

Roberts, Bennie Warthington dan Williams Sue R. (2000). Nutrition


Troughuot The Life Cycle, Fourth Edition. The McGraw-Hill Book.
Sahoo, K,. dkk. 2015. Childhood obesity: causes and consequences. Journal of
Family Medicine and Primary Care. Volume 4 : Issue 2
Santoso, dkk. 2020. Risiko Pengetahuan, Aktivitas dan Fisiologi terhadap
Kejadian Obesitas Remaja. Jurnal Riset Gizi.  Vol 8, No 1 
Sari, A., 2017. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Obesitas Pada Siswa
SMPN Di Pekanbaru. Amerta Nutrition. Vol. 4 No. 1
Sartika, Ratu Ayu Dewi.2011. Faktor Risiko Obesitas Pada Anak 5-15 Tahun Di
Indonesia. Depok: Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta :


Sagung Seto.
Soraya, D. (2017). Hubungan pengetahuan gizi, tingkat kecukupan zat gizi, dan
aktivitas fisik dengan status gizi guru SMPN 1 Dramaga Bogor. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor, Bogor, Indonesia.

Supariasa. 2001. Penilaian Status Gizi. Buku Kedokteran EGC.Jakarta.


Sutrio. 2017. Hubungan Asupan Energi, Pengetahuan Gizi Dan Aktivitas Fisik
Terhadap Status Gizi Siswa Sekolah Menengah Atas Global Madani Kota
Bandar Lampung Tahun 2016. Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of
Holistic Healthcare), Volume 11, No.1 : 1-4

Vertikal, L. A. (2012). Aktifitas Fisik, Asupan Energi, Dan Asupan Lemak


Hubungannya Dengan Gizi Lebih Pada Siswa SD Negeri Pondok Cina 1
Depok Tahun 2012. Skripsi . Universitas Indonesia. Jakarta.
Widiyanto. 2005. Metode Pengaturan Berat Badan. . Jurnal Ilmiah Kesehatan
Olahraga. Vol. 1, No. 2 : 105-118.

Wijayanti. 2013. Analisis faktor penyebab obesitas dan cara mengatasi obesitas
pada remaja.
Wismoyo, P., 2017. Hubungan Pola Makan, Aktivitas Fisik Dan Aktivitas
Sedentari Dengan Overweight Di SMA Negeri 5 Surabaya. Jurnal Berkala
Epidemiologi, Volume 5 Nomor 3 : 298-310

Yuniastuti, A., 2008. Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu, 52-54.

Anda mungkin juga menyukai