Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Metabolisme Zat Gizi Makro
DISUSUN OLEH : DITA PUSPITA DEWI NIM. 22233091019
UNIVERSITAS ISLAM AL IHYA KUNINGAN
JURUSAN GIZI TAHUN AJARAN 2022/2023 JURNAL KESEHATAN Literature Review: Efektivitas Pengaturan Pola Makan Perempuan Obesitas Terhadap Penurunan Berat Badan
Dita Puspita Dewi
Jurusan Gizi, Universitas Islam Kuningan, Indonesia
Pendahuluan dalam dalam penurunan berat badan adalah dengan pengaturan manajemen pola diet dengan Obesitas merupakan suatu kondisi mengurangi kepadatan energi (Alissa D, 2019). ketidakseimbangan antara asupan makanan dan Pengurangan asupan energi dengan prinsip energi yang dikeluarkan sehingga dapat kepadatan energi makanan dalam penatalaksanaan menyebabkan akumulasi lemak berlebih serta diet memiliki bukti keberhasilan terhadap menjadi penyebab munculnya berbagai penyakit penurunan berat badan (Patterns, 2019). tidak menular (PTM) dan merupakan faktor risiko Tujuan penulisan literature review ini penyebab kematian ke-5 di Dunia. Salah satu untuk mengetahui efektivitas pengaturan pola faktor utama yang berkontribusi terhadap makan perempuan obesitas terhadap penurunan peningkatan obesitas di seluruh Dunia adalah berat badan. tingkat aktifitas yang lebih rendah, asupan makanan yang tidak tepat dan kepadatan energi Metode dari diet (Alfadda et al., 2019). Penelitian ini menggunakan metode Gizi lebih mengakibatkan terjadinya literature review dengan pencarian artikel kenaikan jumlah kalori dan terjadi penumpukan menggunakan database Google Scholar, Portal lemak di jaringan adiposa serta menyebabkan Garuda, dan Pubmed. Database Google Scholar kelebihan berat badan (Sugondo, 2007). Penyebab menggunakan kata kunci “pola makan pada gizi lebih antara lain pola hidup yang tidak baik, obesitas remaja” dan “aktivitas fisik pada obesitas kebiasaan makan yang tidak tepat, dan stress. Gizi remaja” dengan hasil pencarian artikel terdapat lebih yang berkelanjutan dan tidak segera diatasi 9.990 artikel, database Portal Garuda menggunakan akan mengakibatkan terjadinya obesitas (Hendra, kata kunci “pola makan pada obesitas remaja” dan Fona and Aaltje E, 2016). Gizi lebih menjadi salah “aktivitas fisik pada obesitas remaja” terdapat 24 satu masalah gizi pada usia dewasa. Usia dewasa artikel dan database Pubmed dengan kata kunci ditandai dengan predisposisi genetik pada “eating patterns and physical activity and obesity seseorang serta perubahan hormonal yang and teenagers” dengan hasil pencarian 463 artikel. berkaitan dengan keinginan makan serta pola Hasil pencarian artikel dilakukan dengan melalui hidup yang kurang sehat sehingga dapat tiga tahapan screening. Screening pertama mengakibatkan masalah gizi lebih (Arisman, dilakukannya dengan berdasarkan jurnal tidak 2009; Sharlin and Edelstein, 2014). Dampak berbayar dan berbayar. Screening kedua perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan pola dilakukannya mereview judul dan abstrak, dan makan dan menurunnya aktivitas fisik menjadi screening ketiga dilakukannya mereview latar penyebab masalah gizi lebih (Almatsier, Susirah belakang, metode, hasil, dan pembahasan. S, 2011). Dengan bertambahnya usia seseorang, Kemudian didapatkannya hasil tahapan screening aktivitas fisik yang menurun, sedangkan jaringan tersebut dengan jumlah 12 artikel yang telah sesuai lemak bertambah, pada usia dewasa mudah dengan topik dan digunakan sebagai data hasil berisiko mengalami masalah gizi lebih (Istiany, penelitian literature review. 2014). Kejadian gizi lebih pada usia dewasa akibat asupan makan yang tidak seimbang perlu diatasi Hasil dan Pembahasan dengan cara penurunan berat badan agar tidak berkelanjutan menjadi obesitas (Puhl and Heuer, Pola Makan Pada Obesitas Remaja 2010). Hasil penelitian ini terdapat 9 artikel yang membahas mengenai pola makan dengan Berdasarkan data dari riset kesehatan dasar tahun kejadian obesitas pada remaja. Terdapat 5 dari 9 2018, angka penderita obesitas usia >18 tahun artikel pada penelitian Mokolensang, et al. (2016), terjadi peningkatan yang begitu tinggi. Pada tahun Restuastuti, et al. (2016), Musralianti, et al. (2016), 2013 sekitar 14,8 % dan pada tahun 2018 menjadi Kosnayani & Aisyah (2016) dan Yuliana & 21,8%, khusus untuk di daerah Kalimantan utara Winarno (2020) menyatakan bahwa pola makan masuk dalam kategori jumlah yang sangat tinggi berlebih diperoleh dari asupan zat gizi makro dengan proporsi sekitar 26%. prevelensi obesitas, dengan kejadian obesitas pada remaja. Pada artikel Berdasarkan jenis kelamin diberbagai usia 3 dari 9 penelitian oleh Wulandari, et al. (2016), perempuan memiliki persentase lebih tinggi dari Candra, et al. (2016) dan Hendra, et al. (2016) pada laki-laki. Proporsi obesitas sentral pada menyatakan pola makan ditentukan dari asupan dewasa > 15 tahun dari tahun 2007 sekitar 18,8%, makro, frekuensi makan, dan fast food dengan tahun 2013 26,6% dan pada tahun 2018 mencapai kejadian obesitas pada remaja. Sedangkan 31,0%. Untuk proporsi obesitas senral tersebut penelitian Ananda (2018) pola makan kurang baik Kalimantan utara berada di atas garis merah artinya tidak memiliki kebiasaan sarapan pagi melebihi 31% (Riskesdas, 2018) dengan kejadian obesitas pada remaja. Sehingga Hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan dapat disimpulkan pola makan yang diperoleh dari sejumlah pola diet, baik macronutrient maupun asupan zat makro, fast food dengan frekuensi dari berbasis makanan, dapat menyebabkan makan yang berlebih dari kebutuhan dan kebiasaan penurunan berat badan. Salah satu cara utama remaja yang tidak sarapan pagi dan memilih makan dengan porsi yang banyak pada saat di siang hari maka akan mengakibatkan penumpukan lemak di lebih sedikit dari pada jumlah kalori yang masuk dalam tubuh sehingga terjadinya obesitas pada dalam tubuh yang dapat menimbulkan kelebihan remaja. kalori dan dapat menyebabkan kelebihan berat badan sehingga terjadinya obesitas (Restuastuti, Aktivitas Fisik Pada Obesitas Remaja Jihadi, & Ernalia, 2016). Hasil penelitian ini menjelaskan 11 artikel yang Pola Makan Pada Obesitas Remaja Pola makan membahas mengenai aktivitas fisik dengan merupakan salah satu faktor yang paling berperan kejadian obesitas pada remaja. Terdapat 4 dari 11 dengan kejadian obesitas. Berdasarkan penelitian artikel membahas aktivitas fisik remaja dengan oleh Mokolensang, et al. (2016) Restuastuti, et al. kategori ringan pada kejadian obesitas remaja oleh (2016) dan Yuliana & Winarno (2020) penelitian Wulandari, et al. (2016), Musralianti, et menunjukkan adanya hubungan pola makan yang al. (2016), Sari, et al. (2017) dan Hamumeha, et al. bermakna dengan kejadian obesitas pada remaja (2018) menyatakan aktivitas fisik ringan seperti dimana pola makan dalam penelitian ini diperoleh menonton TV, bermain smartphone, duduk, dari asupan zat gizi makro terdiri dari asupan membaca, menggunakan transportasi, dan energi, karbohidrat, protein, dan lemak. Asupan zat kebiasaan tidak aktif melakukan olahraga dengan gizi makro menyebabkan obesitas bila dikonsumsi kejadian obesitas remaja. Selanjutnya terdapat 6 secara berlebihan (Wulandari, Lestari, & Fachlevy, dari 11 artikel membahas tentang aktivitas fisik 2016). Hal ini tidak sejalan dengan penelitian oleh dengan kategori kurang pada obesitas remaja oleh Musralianti, et al. (2016) yang menyatakan bahwa penelitian Restuastuti, et al. (2016), Candra, et al. pola makan tidak berkaitan dengan kejadian (2016), Hendra, et al. (2016), Ananda (2018), obesitas pada remaja dikarenakan remaja Glinkowska & Glinkowski (2018) dan Yuliana & mengetahui mengonsumsi asupan karbohidrat Winarno (2020) menyatakan aktivitas fisik kurang dengan porsi yang besar atau berlebih akan pada remaja seperti kebiasaan tidak aktif dalam menyebabkan terjadinya obesitas sehingga remaja olahraga, menonton TV, bermain smartphone, mengonsumsi asupan karbohidrat dengan porsi duduk, tidur, dan belajar dengan kejadian obesitas yang sedang ataupun tidak berlebih. Namun remaja. Terdapat 1 dari 11 artikel yang membahas mengonsumsi asupan karbohidrat yang tidak aktivitas fisik kategori rendah dengan kejadian berlebih tetapi mengonsumsi asupan energi, protein obesitas remaja pada penelitian Kosnayani & dan lemak dengan porsi berlebih akan Aisyah (2016) menyatakan bahwa aktivitas fisik mengakibatkan terjadinya obesitas. Hal ini rendah seperti menonton TV, bermain smartphone didukung oleh Wulandari, et al. (2016), asupan dan menggunakan transportasi dengan kejadian makan yang berlebih akan menyebabkan obesitas pada remaja. Sehingga dapat disimpulkan penimbunan lemak dalam tubuh dan dari 11 artikel ini yang menjelaskan aktivitas fisik mengakibatkan terjadinya obesitas pada remaja. dengan kategori, ringan, kurang, dan rendah Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh menyebabkan penggunaan kalori menurun Wulandari, et al. (2016) menyatakan bahwa adanya sehingga jumlah kalori yang digunakan lebih kecil keterkaitan pola makan pada obesitas remaja. Pola dari pada jumlah kalori yang masuk dalam tubuh makan ditentukan oleh besarnya asupan energi yang dapat menimbulkan kelebihan kalori. yang dikonsumsi oleh tubuh dalam seharinya. Kelebihan kalori akan terjadinya penumpukan di Asupan energi bila dikonsumsi secara berlebih dalam tubuh sehingga akan terjadinya obesitas. akan berpengaruh pada tingkat pola konsumsi remaja dan rata-rata remaja lebih memilih Obesitas merupakan keadaan seseorang yang mengonsumsi makanan siap saji atau fast food. Hal diakibatkan oleh adanya ketidakseimbangan antara ini dikarenakan mudah didapatkan, praktis dan kalori yang masuk di dalam tubuh dengan kalori rasanya yang enak sehingga remaja lebih sering yang dikeluarkan setiap harinya (Sari, Ernalia, & mengonsumsi makanan siap saji dengan jumlah Bebasari, 2017). Obesitas meningkat pada usia yang berlebih. Kebiasaan mengonsumsi makanan remaja karena penurunan aktivitas fisik dan yang berlebih adalah salah satu faktor terjadinya meningkatnya pola makan berlebih (Ananda, obesitas. Hal ini sejalan oleh peneliti Candra, et al. 2018). Pola makan pada remaja diperoleh dari (2016) yang menyatakan remaja yang memiliki asupan makan, dan remaja lebih memilih kebiasaan mengonsumsi makanan dengan jumlah mengonsumsi fast food dengan jumlah melebihi berlebih dikarenakan remaja sering merasa kurang kebutuhan sehingga akan menyebabkan kenyang dan memiliki kebiasaan mengonsumsi penimbunan lemak dalam tubuh yang berdampak camilan pada saat waktu luang. Sedangkan terhadap terjadinya obesitas. Selain itu, aktivitas penelitian Ananda (2018) menunjukkan bahwa fisik yang dilakukan pada remaja dengan kategori adanya keterkaitan pola makan dengan kejadian ringan seperti menonton TV, bermain smartphone, obesitas pada remaja. Pola makan yang kurang baik duduk, membaca, dan menggunakan transportasi dengan kejadian obesitas dikarenakan remaja sehingga terjadinya penggunaan kalori yang memiliki kebiasaan tidak sarapan pagi. Hal ini sedikit terpakai untuk beraktivitas (Wulandari, didukung oleh Wulandari, et al. (2016) yang Lestari, & Fachlevy, 2016). Aktivitas fisik yang menyatakan remaja yang tidak makan pada waktu kurang aktif akan menyebabkan penggunaan pagi hari akan makan dengan porsi besar atau kalori menurun sehingga jumlah kalori digunakan berlebih pada waktu siang hari sehingga akan mengakibatkan penumpukan lemak dalam tubuh jumlah kalori yang masuk dalam tubuh yang dapat dan terjadinya obesitas terhadap remaja. Penelitian menimbulkan kelebihan kalori. Semakin lama oleh Hendra, et al. (2016) menyatakan pola makan kelebihan kalori akan terjadinya penumpukan di merupakan faktor risiko yang paling berpengaruh dalam tubuh dan dapat menyebabkan peningkatan dengan kejadian obesitas pada remaja. Remaja berat badan sehingga akan terjadinya obesitas. Pada memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi penelitian Hendra, et al. (2016) menunjukkan karbohidrat seperti nasi dan umbi-umbian serta bahwa aktivitas fisik merupakan faktor risiko yang lemak yang berasal dari gorengan, dan makanan berpengaruh 6,833 kali mengalami obesitas pada siap saji yang merupakan makanan yang digemari remaja. Remaja yang kurang aktivitas fisik yang remaja. Hal ini sejalan oleh Kosnayani & Aisyah tidak mengimbangi pola makan juga akan menjadi (2016) menunjukkan bahwa remaja memiliki pola pemicu terjadinya obesitas pada remaja. Kurangnya makan dengan asupan energi tinggi dan asupan remaja melakukan aktivitas fisik merupakan protein yang kurang dikarenakan remaja lebih penyebab terjadinya obesitas ditengah masyarakat suka camilan jajanan jalanan yang mengandung yang makmur. Hal ini sejalan peneliti Kosnayani & tinggi karbohidrat dan lemak dan tidak Aisyah (2016) menyatakan bahwa remaja yang mengonsumsi asupan gizi yang lengkap. Remaja kurang melakukan aktivitas fisik cenderung lebih yang mengonsumsi makanan yang tinggi energi berisiko 7,588 kali mengalami obesitas, kurangnya seperti mengonsumsi makanan siap saji yang aktivitas fisik menyebabkan penumpukan lemak di merupakan faktor berpengaruh pada penumpukan dalam tubuh sehingga mengakibatkan obesitas pada lemak dalam tubuh karena jumlah kalori melebihi remaja. angka kecukupan kalori harian sehingga mengakibatkan terjadinya obesitas remaja. Kesimpulan Aktivitas Fisik Pada Obesitas Remaja Aktivitas Pola makan pada remaja diperoleh dari fisik merupakan faktor sebagai salah satu asupan zat gizi makro dan ditentukan oleh besarnya penyebab terjadinya obesitas. Berdasarkan asupan yang dikonsumsi setiap harinya. Remaja penelitian yang dilakukan oleh Wulandari, et al. memiliki kebiasaan tidak sarapan pagi namun di (2016), Musralianti, et al. (2016), Hamumeha, et saat siang hari remaja mengonsumsi makanan yang al. (2018) menyatakan adanya keterkaitan aktivitas berlebih dan memilih makanan siap saji atau fast fisik pada obesitas remaja. Remaja yang food. Remaja yang melakukan aktivitas fisik ringan melakukan aktivitas fisik ringan cenderung lebih seperti menonton TV, membaca buku dan berjalan berisiko 6,5 kali terkena obesitas. Aktivitas fisik kaki. Kurangnya remaja melakukan aktivitas fisik yang tergolong ringan adalah jumlah hari dan menyebabkan penggunaan kalori sedikit dari pada waktu yang digunakan tidak sesuai yang jumlah kalori yang masuk di dalam tubuh yang dianjurkan 3×60 menit per minggu. Aktivitas fisik menyebabkan terjadinya obesitas pada remaja. ringan seperti membawa beban ringan, berjalan kaki yang dilakukan hanya 1-2 hari dalam Daftar Pustaka seminggu dengan waktu yang dibutuhkan 10-20 Ananda, Y. (2018). Hubungan Pola Makan Dan menit, membaca buku, bermain smartphone, dan Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Obesitas Di menonton TV. Aktivitas fisik yang dilakukan SMPN 30 Padang Tahun 2018. The Shine remaja memang bervariasi namun aktivitas fisik Cahaya, 3(1), 35-43. yang dilakukan tidak memperhatikan kuantitas waktu yang dianjurkan. Hal ini tidak sejalan yang Candra, A., Wahyuni, T. D., & Sutriningsih, A. dilakukan peneliti Sari, et al. (2017) yang (2016). Hubungan Antara Aktivitas Fisik menyatakan aktivitas fisik tidak berkaitan dengan Dan Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas terjadinya obesitas pada remaja karena adanya Pada Remaja Di SMA Laboraturium Malang. faktor lain seperti pendapatan orang tua dan Nurshing News, 1(1), 1-6. Glinkowska, B., & asupan nutrisi yang berlebih. Hal ini didukung Glinkowski, W. M. (2018). Association Of Sports oleh Wulandari, et al. (2016) menyatakan remaja And Physical Activity With Obesity Among yang mengalami obesitas disebabkan asupan Teenagers In Poland. International Journal Of makan yang berlebih akan mengakibatkan Occupational Medicine And Environmental kelebihan berat badan karena terjadinya Health, 31(6), 771-782. penumpukan lemak sehingga mengakibatkan terjadinya obesitas. Menurut penelitian yang Hamumeha, F. R., Wahju, C., & Kurniawaty, Y. dilakukan oleh Candra, et al. (2016), Glinkowska (2018). Aktivitas Fisik Dalam Kaitannya & Glinkowski (2018), Ananda (2018) dan Yuliana Dengan Kejadian Obesitas Pada Remaja. & Winarno (2020) menyatakan adanya keterkaitan Jurnal Penelitian Kesehatan, 6(1), 27-32. aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada Hendra, C., Manampiring, A. E., & Budiarso, F. remaja. Remaja yang mengalami obesitas (2016). Faktor-Faktor Risiko Terhadap mempunyai aktivitas fisik yang kurang Obesitas Pada Remaja Di Kota Bitung. Jurnal dibandingkan remaja yang tidak obesitas. Hal ini e-Biomedik, 4(1), 1-5. sejalan oleh Restuastuti, et al. (2016) menyatakan remaja yang kurang aktivitas fisik menyebabkan Iswati, N., Desyarti, N., & Nurlaila. (2018). Pola penggunaan kalori menurun sehingga jumlah Makan Dan Pola Aktivitas Pada Anak kalori yang digunakan lebih sedikit dari pada Obesitas Di SD Islam AlHikmah Selokerto Wulandari, S., Lestari, H., & Fachlevy, A. F. Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen. (2016). Faktor Yang Berhubungan Dengan Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Kejadian Obesitas Pada Remaja Di SMA 14(2), 49-55. Negeri 4 Kendari Tahun 2016. Jurnal Ilmiah Kesehatan Masyarakat, 1(3), 1-13. Yuliana, Kemenkes RI. (2018, Desember). Laporan & Winarno, M. E. (2020). Hubungan Nasional Riskesdas 2018. Jakarta: Aktivitas Fisik Dan Pola Makan Terhadap Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Status Obesitas Pada Siswa Sekolah Badan Penelitian dan Pengembangan Menengah. Sport Science And Health, 2(6), Kesehatan. Desember 28, 2018 tarihinde 301-311 http://dinkes.babelprov.go.id/sites/default/fil es/dokumen/bank_data/20181228%20- %20Laporan%20Riskesdas %202018%20Nasional-1.pdf adresinden alındı Kosnayani, A. S., & Aisyah, I. S. (2016). Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Obesitas Remaja. Jurnal Siliwangi, 2(2), 127-130. Mokolensang, O. G., Manampiring, A. E., & Fatimawali. (2016). Hubungan Pola Makan Dan Obesitas Pada Remaja Di Kota Bitung. Jurnal e-Biomedik, 4(1), 128-135. Musralianti, F., Rattu, A., & Kaunang, W. P. (2016). Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dan Pola Makan Dengan Kejadian Obesitas Pada Siswa Di SMP Kristen Eben Haezar 1 Manado. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi, 5(2), 84-89. Restuastuti, T., Jihadi, M., & Ernalia, Y. (2016). Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas Fisik Terhadap Obesitas Pada Remaja Di SMA Negeri 5 Pekan Baru. Jurnal Online Masyarakat Fakultas Kedokteran, 3(1), 1-20. Sari, A. M., Ernalia, Y., & Bebasari, E. (2017). Hubungan Aktivitas Fisik Dengan kejadian Obesitas Pada Siswa SMPN Di Pekan Baru. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Kedokteran, 4(1), 1-8. Setiawati, F. S., Mahmudiono, T., Ramadhani, N., & Hidayati, K. F. (2019, September 09). Intensitas Penggunaan Media Sosial, Kebiasaan Olahraga, dan Obesitas Pada Remaja Di SMA Negeri 6 Surabaya Tahun 2019. Jurnal Amerta Nutr, 3(3), 142-148. Juli 10, 2019 tarihinde https://scholar.google.com/scholar? hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Intensitas+Pengg unaan+Media+Sosial%2C+ Kebiasaan+Olahraga %2C+dan+Obesitas+Pada+Remaja+Di+SM A+Negeri+6+Surabaya+Tahun+2019&bt nG= adresinden alındı WHO. (2018). World Health Statistics 2018: Monitoring Health For The SDGs Sustainable Development Goals. Geneva: World Health Organization. Juni 6, 2018 tarihinde https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10 665/272596/9789241565585-eng.pdf?ua=1 adresinden alındı