Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PEMBERIAN INJEKSI INSULIN PADA PASIEN DM


DI RUANG AMBUN SURI RSUD DR. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI

Disusun Oleh :
FAJAR KURNIAWAN 2230282159
WELQI VIRANTI PUTRI 2230282183
CITRA PUTRI PRATIWI 2230282155
MAYANG SAFITRI 2230282164

CI AKADEMIK CI KLINIK

(............................................................) (............................................................)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

T.A 2022

SATUAN ACARA PENYULUHAN


A. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolic dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi akibat adanya kelainan sekresi insulin,
kerja insulin, atau keduanya (Perkeni, 2015). Menurut American Diabetes
Association (2020) penyakit diabetes mellitus dapat diklasifikasikan menjadi 4
tipe: DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional, dan jenis diabetes spesifik yang
muncul sebagai hasil dari penyakit lain. Pada diabetes mellitus tipe 2 produksi
dan kadar insulin dalam tubuh masih normal akan tetapi kondisi hiperglikemia
terjadi akibat sel tubuh yang kurang sensitif terhadap hormone insulin.
DM adalah salah satu permasalahan kesehatan masyarakat yang penting
dan menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular yang menjadi
prioritas. Menurut WHO, jumlah kasus dan prevalensi DM terus meningkat
selama beberapa dekade terakhir khususnya diabetes mellitus tipe 2 (WHO,
2018).
World Health Organization (2018) memperkirakan bahwa jumlah
terbesar berasal dari Asia Tenggara dan Pasifik Barat yaitu 96 juta dan 131 juta
orang. Menurut International Diabetes Federation (2019) prevalensi penderita
DM di seluruh dunia mencapai 463 juta dan diperkirakan akan terus meningkat
menjadi 578 juta di tahun 2030 hingga 700 juta di tahun 2045. Prevalensi DM
mengalami peningkatan terjadi di Negara Low-Middle Income, salah satunya
Indonesia masuk dalam 10 besar Negara dengan jumlah diabetes terbanyak
dengan prevalensi 10 juta pasien. WHO memperkirakan jumlah pasien diabetes
di Indonesia meningkat dari 8,4 juta menjadi 21,3 juta penduduk pada tahun
2030. Riskesdas tahun 2018 menyatakan bahwa prevalensi DM berdasarkan
diagnosa dokter pada penduduk berumur ≥15 tahun jika dibandingkan dengan
tahun 2013 meningkat menjadi 2%. Prevalensi tertinggi terdapat di Provinsi DKI
Jakarta sebanyak 3,4% dan terendah di NTT sebesar 0,9% (InfoDatin, 2018).
Diabetes pada tahun 2018 menyebabkan 1,5 juta kematian dan empat
puluh tiga persen (43%) dari 3,7 juta kematian terjadi pada usia < 70 tahun
(Riskesdas, 2018). Tingginya angka kematian yang disebabkan oleh penyakit
diabetes salah satunya diakibatkan oleh efek kronis yang muncul sebagai
komplikasi organ lain. Dalam upaya menurunkan prevalensi angka kejadian
mortalitas dan morbiditas akibat penyakit diabetes mellitus dapat dilaksanakan
dengan cara mengontrol kadar glukosa darah dapat dengan terapi farmakologis
menggunakan obat-obatan antidiabetes.
Kesalahan terapi insulin cukup sering ditemukan dan menjadi masalah
klinis yang penting. Bahkan terapi insulin termasuk dalam lima besar
“pengobatan berisiko tinggi (high-risk medication)” bagi pasien di rumah sakit.
Sebagian besar kesalahan tersebut terkait dengan kondisi hiperglikemia dan
sebagian lagi akibat hipoglikemia. Jenis kesalahan tersebut antara lain
disebabkan keterbatasan dalam hal keterampilan (skill-based), cara atau protokol
(rulebased), dan pengetahuan (knowledge-based) dalam hal penggunaan insulin
(PERKENI, 2008).
Ketidak patuhan (non compliance) dan ketidak pahaman (non
corcondance) pasien dalam menjalankan terapi merupakan salah satu penyebab
kegagalan terapi. Hal ini sering disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan
pemahaman pasien tentang obat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
penggunaan obat untuk terapinya. Akibat dari ketidakpatuhan dan ketidaktahuan
pasien terhadap terapi/penggunaan obat yang diberikan antara lain adalah
kegagalan terapi, dan yang lebih berbahaya adalah terjadinya toksisitas. Hal
tersebut akibat dari kurangnya informasi dan komunikasi antara tenaga
kesehatan dengan pasien (DepKes, 2007)

B. Tujuan Instruksional
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan diharapkan pasien dan
keluarga pasien dapat mengetahui dan memahami tentang pemberian injeksi
insulin.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan klien dan keluarga dapat memahami
tentang:
a. Pengertian Dan Fungsi Insulin
b. Jenis-Jenis Insulin
c. Cara Menggunakan Insulin Pen
d. Tempat Penyuntikan Insulin
e. Efek Samping Penggunaan Insulin

C. Masalah Keperawatan
Kurang pengetahuan tentang pemberian injeksi insulin.

D. Rencana Kegiatan
1. Topik : Penyuluhan tentang Pemberian Injeksi Insulin
2. Sasaran : Keluarga pasien dan pasien
3. Waktu :
4. Tempat : Ambun Suri RSUD. DR. Achmad Mochtar Bukittinggi
5. Penyuluh : Mahasiswa Profesi Ners Universitas Perintis Indonesia
6. Setting tempat :
entasiD
okum
ljpA
yK
P dM
r

E. Materi
a. Pengertian Dan Fungsi Insulin
b. Jenis-Jenis Insulin
c. Cara Menggunakan Insulin
Pen
d. Tempat Penyuntikan Insulin
e. Efek Samping Penggunaan Insulin

F. Media & Alat


Media Alat
Leaflet Infocus
PPT Laptop

G. Metode
Ceramah & diskusi

H. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan penyuluhan disajikan pada tabel berikut:
Kegiatan Penyuluhan Respon Pasien dan Waktu
Keluarga
1. Pendahuluan
a. Memberi salam Menjawab salam 4 menit
b. Memberi pengenalan Menyimak
c. Menyampaikan Menyimak dan
kontrak waktu berpartisipasi
d. Menyampaikan tujuan Menyimak
pembelajaran
e. Menyampaikan topik Menyimak
penyuluhan
2. Kegiatan Inti
Menjelaskan tentang; 20 menit
a. Pengertian Diabetes Menyimak
Mellitus
b. Pengertian dan fungsi Menyimak
insulin
c. Jenis –jenis insulin Menyimak
d. Cara menggunakan Menyimak dan Mengikuti
insulin pen
e. Tempat-tempat Menyimak
penyuntikan insulin.
f. Efek samping Menyimak
penggunaan insulin

a. Penutup
a. Memberi Kesempatan Berpartisipasi 6 menit
untuk bertanya
b. Memberi jawabanya Menjawab
c. Menyimpulkan materi Menyimak dan
d. Memberi Evaluasi berpartisiipasi
secara lisan Menjawab pertanyaan

I. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria Evaluasi Struktur
1) Menyusun Satuan Acara Penyuluhan Pemberian Injeksi Insulin
2) Melakukan konsultasi Satuan Acara Penyuluhan yang telah disusun
dengan Pembimbing Akademik dan Pembimbing Lapangan
3) Melakukan kontrak waktu dan tempat penyuluhan
4) Mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
penyuluhan
5) Membentuk pengorganisasian dalam pelaksanaan penyuluhan, dengan
susunan sebagai berikut:
a) Moderator : Mayang Safitri
b) Penyaji : Fajar Kurniawan
c) Notulen : Welqi Viranti Putri
d) Dokumentasi : Citra Putri Pratiwi

 Penyaji
1. Mampu menyampaikan tujuan penyuluhan secara jelas
2. Mampu menjelasakan materi secara sistematis
3. Mampu menggunakan bahasa yang sesuai dengan audien
4. Mampu menjawab pertanyaan dari peserta
 Moderator
Mampu memimpin jalannya acara penyuluhan
 Notulen
Mampu menjelaskan kembali tentang jawaban pertanyaan
 Dokumentasi
Mampu mendokumentasikan setiap kegiatan yang dilakukan
2. Evaluasi Proses
 Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta
penyuluhan memahami materi penyuluhan yang diberikan.
 Peserta penyuluhan memperhatikan materi yang diberikan.
 Selama proses penyuluhan terjadi interaksi antara penyuluh dengan
sasaran.
 Kehadiran peserta diharapkan 80% dan tidak ada peserta yang
meninggalkan tempat penyuluhan selama kegiatan berlangsung.
3. Evaluasi Hasil
a. Penyaji mengajukan pertanyaan secara langsung kepada peserta
penyuluhan tentang materi penyuluhan sebelum penyuluhan dilaksanakan
b. Penyaji mengajukan pertanyaan secara langsung kepada peserta
penyuluhan setelah penyampaian materi penyuluhan.
c. Peserta menanggapi materi yang telah disampaikan penyaji.
d. Peserta dapat mengulangi atau mencontohkan kembali apa yang
didemonstrasikan oleh penyuluh.
MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai dengan oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

2. Pengertian Insulin dan Fungsi Insulin


Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh sel beta pulau Langerhans
kelenjer pancreas. Insulin berfungsi untuk menurunkan kadar glukosa darah post
prandial dengan mempermudah pengambilan serta penggunaan glukosa oleh sel-sel
otot, lemak dan hati.

3. pemberian dan berhentinya penggunaan insulin


 pemberian insulin diberikan Insulin suntik yang ditujukan untuk
mengendalikan kadar gula darah pada penderita diabetes melitus biasanya
disuntikkan 30 menit sebelum makan.
 Umumnya penggunaan insulin bisa dihentikan dan bisa kembali ke obat
minum jika setelah pemantauan 3 bulan kadar HbA1c pasien mengalami
perbaikan dan pasien tersebut bisa mengatur pola hidupnya. Maka dokter
bisa menghentikan pembeerian insulin tersebut.
4. cara merawat insulin pen
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan insulin, seperti:
 Tidak boleh diberikan, insulin yang beku harus di buang.
 Jangan pernah menggunakan insulin melebihi tanggal kadaluarsa yang
tertera pada wadah.
 Jangan pernah memaparkan insulin dengan cahaya langsung atau panas.
 Periksa insulin setiap akan digunakan, jika sediaan insulin yang semula
jernih berubah menjadi keruh maka tidak boleh digunakan lagi.
 Baca prosedur penyimpanan insulin yang tertera pada wadah / kemasan
 Insulin yang belum dibuka / yang tidak digunakan harus disimpan pada
lemari es yang suhu 2-8C
 Insulin yang telah dibuka, harus disimpan pada suhu kamar 15-30ºC
 Jarum suntik insulin disimpan dengan jarum mengarah keatas.
3. Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi
 Semua penyandang DM tipe 1 yang memerlukan insulin eksogen karena
produksi insulin oleh sel beta tidak ada atau hamper tidak ada.
 Peyandang DM tipe 2 tertentu mungkin membutuhkan insulin bila terapi
jenis lain tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
 Keadaan stress berat, seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan,
infark miokard akut atau stroke.
 DM gestasional dan penyandang DM yang hamil membutuhkan insulin
bila diet saja tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah.
 Ketoasidosis diabetic.
 Hiperglikemik hiperosmolar non ketotik.
 Penyandang DM yang mendapatkan nutrisi parenteral atau yang
memerlukan suplemen tinggi kalori untuk memenuhi kebutuhan energy
yang meningkat secara bertahap akan memerlukan insulin eksogen untuk
mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal secara periode
resistensi insulin atau ketika terjadi peningkatan kebutuhan insulin,
gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.

Kontra Indikasi
 Pemberian secara intravena (dapat menyebabkan hipoglikemia berat),
pemberian secara intramuscular, penggunaan bersama insulin lainnya,
hipersensitivitas.

4. Jenis-Jenis insulin

Lama kerja Agens Awitan Puncak Durasi Indikasi


Short-acting Regular ½-1 jam 2-3 jam 4-6 jam Biasanya diberikan 20-30
(R) menit sebelum makan

Intermediate NPH 3-4 jam 4-12 16-20 Biasanya diberikan setelah


-acting (Neutral jam jam makan
protamine
Hagedom)
Lente (L)
Long-acting Ultralente 6-8 jam 12-16 20-30 Digunakan terutama untuk
(UL) jam jam mengendalikan kadar
glukosa darah puasa.

5. Cara Menggunakan Insulin Pen


Prosedur Pelaksanaan
Cara pemberian insulin yang paling umum dilakukan adalah dengan semprit dan
jarum, pen insulin, atau pompa insulin (CSII).
1) Semprit dan Jarum

Pemakaian semprit dan jarum cukup fleksibel serta memungkinkan kita


untuk mengatur dosis dan membuat berbagai formula campuran insulin
untuk mengurangi jumlah injeksi per hari. Keterbatasannya adalah
memerlukan penglihatan yang baik dan ketrampilan yang cukup untuk
menarik dosis insulin yang tepat.

2) Pen Insulin
Penggunaan pen insulin kini lebih popular dibandingkan semprit dan jarum.
Cara penggunaannya lebih mudah dan nyaman, serta dapat dibawa kemana -
mana. Kelemahannya adalah kita tidak dapat mencampur dua jenis insulin
menjadi berbagai kombinasi, kecuali yang sudah tersedia dalam sediaan
tetap (insulin premixed).

Cara Penggunaan:

1) Persiapkan pen insulin, lepaskan penutupnya.

2) Hilangkan kertas pembungkus: tarik kertas pembungkus, putar


jarum insulin, lepas penutup jarum luar hingga jarum tampak.
3) Pastikan pen siap digunakan: Hilangkan udara di dalam pen melalui
jarum. Hal ini untuk mengatur ketepatan pen dan jarum dalam
mengatur dosis insulin. Putar tombol pemilih dosis pada ujung pen
untuk 1 atau 2 unit (pengaturan dosis dengan cara memutar tobol).
Tahan pena dengan jarum mengarah ke atas. Tekan tombol dosis
dengan benar sambal mengamati keluarnya insulin. Ulangi, jika
perlu, sampai insulin terlihat di ujung jarum. Tombol pemutar harus
kembali ke nol setelah insulin terlihat di dalam pen.

4) Aktifkan tombol dosis insulin (bisa diputar-putar sesuai keinginan).

5) Pilih lokasi bagian tubuh yang akan disuntikan. Pastikan posisi


nyaman saat menyuntikkan insulin pen. Hindari menyuntik disekitar
pusar.
6) Suntikkan insulin: Genggam pen dengan 4 jari, latekkan ibu jari
pada tombol dosis, Cubit bagian kulit yang akan disuntik, Segera
suntikkan jarum pada sudut 90 derajat. Lepaskan cubitan. Gunakan
ibu jari untuk menekan ke bawah pada tombol dosis sampai
berhenti (klep dosis akan kembali pada nol). Biarkan jarum di
tempat selama 5-10 detik untuk membantu mencegah insulin dari
keluar dari tempat injeksi. Tarik jarum dari kulit. Kadang-kadang
terlihat memar atau tetesan darah, tetapi itu tidak berbahaya. Bisa di
usap dengan tissue atau kapas, tetapi jangan di pijat pada daerah
bekas suntikan.
7) Persiapkan pen insulin untuk penggunaan berikutnya. Lepaskan
tutup luar jarum dan putar untuk melepaskan jarum dari pen.
Tempatkan jarum yang telah digunakan pada wadah yang aman
(kaleng kosong). Buang ke tempat sampah jangan dibuang ditempat
pendaurulang sampah.

Bagian Tubuh Yang Bisa Dinjeksi Insulin.

3) Pompa Insulin (CSII)

Sampai saat ini, penggunaan CSII di Indonesia masih sangat terbatas.


Pompa insulin adalah perangkat medis yang dipakai oleh penderita
diabetes untuk mengelola dosis reguler insulin. Cara ini belakangan
meningkat pemakainya setelah suntikan insulin. Meski memiliki manfaat
efektif bagi penderita diabetes, sayangnya pemakaian alat ini masih
menjadi pro dan kontra.

Bagian-Bagian Dari Insulin Pen


Cara Menggunakan Insulin Pen

6. Tempat-Tempat Penyuntikan Insulin


7. Efek Samping Insulin
Hipoglikemia
Alergi sistemik atau local
Resistensi insulin
Edema Insulin
Sepsis

8. Cara Penanganan Hipoglikemia


Hipoglikemia adalah komplikasi yang paling berbahaya dimana kadar glukosa
dibawah 50-60 mg/dl. Penyebab dari hipoglikemia meliputi asupan makan yang
tidak cukup, aktivitas berlebih, stress, dan penyuntikan insulin yang tidak tepat.
Tanda dan gejala Hipoglikemia yaitu tremor, sakit kepala (pusing), takikardi,
palpitasi dan penurunan kesadaran. Penangann pertama cek glukosa darah
menggunakan glukotest dan miunum air teh manis. Jika tidak menolong segera
rujuk ke pelayanan kesehatan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA
Black, J. M., &Hawks, J. H. (2012). Medical surgical nursing: Clinical management
for positive outcomes. 7th Ed. St. Louis: Elsevier, Inc.
Smeltzer, S. C.,& Bare, B. G. (2013). Brunner & Suddart’s Textbook of medical-
surgical nursing.10th Ed.USA: Lippincott Williams &Wilkins.
Susanto, Teguh. (2013). Diabtes Deteksi, Pencegahan, Pengobatan. Yogyakarta: Buku
Pintar.
Tandra, Hans. (2013). Life Healty With Diabetes - Diabetes Mengapa& Bagaimana?.
Yogyakarta: Rapha Publishing.
PERKENI. (2015). Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia.
PERKENI. Jakarta.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.

Anda mungkin juga menyukai