PROPOSAL PENELITIAN
Oleh :
HERI MARSEL PIOH
NIM. 19142010219
Keluarga Pasien di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysang Manado.
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui ,
Dekan
Kecemasan adalah hal yang normal di dalam kehidupan karena kecemasan sangat dibutuhkan
sebagai pertanda akan bahaya yang mengancam. Namun ketika kecemasan terjadi terus-menerus,
tidak rasional dan intensitasnya meningkat, maka kecemasan dapat mengganggu aktivitas sehari
- hari dan disebut sebagai gangguan kecemasan. Bahkan pada beberapa penelitian menunjukkan
bahwa gangguan kecemasan juga merupakan suatu komorbiditas (Luana, 2013). Gangguan
kecemasan adalah salah satu gangguan mental yang umum dengan prevalensi seumur hidup yaitu
16% - 29% (Katz, et al., 2013). Dilaporkan bahwa perkiraan gangguan kecemasan pada dewasa
muda di Amerika adalah sekitar 18,1% atau sekitar 42 juta orang hidup dengan gangguan
kecemasan, seperti gangguan panik, gangguan obsesiv-kompulsif, gangguan stres pasca trauma,
gangguan kecemasan umum dan fobia (Duckworth, 2013). Sedangkan gangguan kecemasan
terkait jenis kelamin dilaporkan bahwa prevalensi gangguan kecemasan seumur hidup pada
wanita sebesar 60% lebih tinggi dibandingkan pria (NIMH dalam Donner & Lowry, 2013). Di
Indonesia prevalensi terkait gangguan kecemasan menurut hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau
sekitar 14 juta penduduk di Indonesia mengalami gangguan mental emosional yang ditunjukkan
dengan gejalagejala kecemasan dan depresi (Depkes, 2014).
Hasil penelitian Kun Ika Nur Rahayu (2013) mengatakan bahwa tingkat kecemasan keluarga
diketahui 33,3 % keluarga mengalami kecemasan ringan dan berat (panic). Uji statistik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik Chi Square dengan nilai signifikan sebesar
0,023 yang berarti lebih kecil dari pada α (0,05), artinya ada hubungan antara komunikasi
terapeutik dengan tingkat kecemasan keluarga pasien di Ruang Intensive Care Unit RSUD Pare
Kab Kediri.
B.Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan keluarga pasien di
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado.
C.Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Apakah ada pengaruh komunikasi teraupetik terhadap tingkat kecemasan keluarga pasien di
Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado.
2 Tujuan khusus
b. Mengetahui tingkat kecemasan keluarga pasien di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Jiwa
Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Komunikasi Teraupetik
1. Pengertian
Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin yakni communicatio yang artinya pemberitahuan
atau pertukaran ide. Pemberitahuan atau pertukaran ide dalam suatu proses komunikasi akan ada
pembicara yang menyampaikan pernyataan ataupun pertanyaan yang dengan harapan akan ada
timbal balik atau jawaban dari pendengarnya (Suryani, 2015). Terapeutik merupakan suatu hal
yang diarahkan kepada proses dalam memfasilitasi penyembuhan pasien. Sehingga komunikasi
terapeutik itu sendiri merupakan salah satu bentuk dari berbagai macam komunikasi yang
dilakukan secara terencana dan dilakukan untuk membantu proses penyembuhan pasien
(Damayanti, 2008). Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk
membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis dan belajar
bagaimana berhubungan dengan orang lain. Komunikasi dalam profesi keperawatan sangatlah
penting sebab tanpa komunikasi pelayanan keperawatan sulit untuk diaplikasikan (Priyanto,
2009). Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang direncanakan secara sadar, tujuan
dan kegiatannya difokuskan untuk kesembuhan klien (Ina dan Wahyu, 2010). Komunikasi
terapeutik bertujuan untuk mengembangkan segala yang ada dalam fikiran dan diri pasien ke
arah yang lebih positif yang nantinya akan dapat mengurangi beban perasaan pasien dalam
menghadapi maupun mengambil tindakan tentang kesehatannya.
2) Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung
dengan orang lain;
3) Meningkatkan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan pasien serta mencapai
tujuan yang realistik;
5) Hubungan saling percaya. Jenis komunikasi terdiri dari verbal dan non verbal yang
dimanifestasikan secara terapeutik (Mubarak, 2009).
a. Komunikasi Verbal
Komunikasi yang menggunakan kata – kata mencakup komunikasi bahasa terbanyak dan
terpenting yang digunakan dalam berkomunikasi. Hal ini disebabkan karena bahan dapat
mewakili kenyataan kongkrit. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu
memungkinkan tiap individu untuk beberapa secara langsung.
1) Jelas dan ringkas. Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung.
Penerimaan pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa, dan dimana.
Ringkas dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana;
2) Perbendaharaan kata (mudah dipahami). Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan
tidak mampu menerjemahkan kata atau ucapan. Istilah-istilah teknis yang digunakan dalam
keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi bingun
dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting;
3) Denotatif dan konotatif. Denotatif ialah memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang
digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam
suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi perawat
akan menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian;
4) Selaan dan kesempatan berbicara. Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan
keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok
pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan
sesuatu terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata – kata
tidak jelas. Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada
pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan
dengan memikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapakannya, menyimak isyarat
nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat juga bisa menanyakan kepada
pendengar jika ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan apakah perlu untuk diulang?;
5) Waktu dan relevensi. Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien
sedang menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan
diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan
secara akurat. Perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula
komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat
dan kebutuhan klien;
b. Komunikasi non verbal Komunikasi non verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan
kata-kata. Cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat
perlu menyadari pesan verbal dan non verbal yang disampaikan klien mulai dari saat saat
pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non verbal menambah arti
terhadap pesan verbal.
B. Konsep Perawat
1 Pengertian perawat
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 menyatakan bahwa
perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik di dalam maupun
di luar negeri yang diakui oleh pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
Undangan. Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan
bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit
(Kementerian Sekretariat Negara RI, 2014). Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan
program pendidikan keperawatan, berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan
pelayanan dan bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta
pelayanan terhadap klien. Perawat adalah seorang yang telah mampu menempuh serta lulus
pendidikan formal dalam bidang keperawatan yang program pendidikannya telah disahkan oleh
Pemerintah Republik Indonesia, sedangkan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan biopsiko, sosiokultural dan spiritual yang
komprehensif, baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia.
Keperawatan berupa bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan atau mental,
keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara
mandiri (Mulyatina, 2011).
2. Macam-macam perawat
a. Perawat vokasional Perawat vokasional adalah seseorang yang mempunyai kewenangan untuk
melakukan praktik dengan batasan tertentu dibawah supervisi langsung maupun tidak langsung
oleh perawat profesional dengan sebutan Licensed Vocational Nurse (LVN).
b. Perawat profesional Perawat profesional adalah tenaga profesional yang mandiri, bekerja
secara otonom, berkaloborasi dengan yang lain, telah menyelesaikan program pendidkan profesi
keperawatan dan telah lulus uji kompetensi perawat profesional yang dilakukan oleh konsil
dengan sebutan Registered Nurse (RN).
c. Perawat profesional spesialis Perawat profesional spesialis adalah seorang perawat yang
disiapkan di atas level perawat profesional, mempunyai kewenangan sebagai spesialis atau
kewenangan yang diperluas dan telah lulus uji kompetensi perawat profesional spesialis.`
Perawat di Indonesia memiliki tingkat pendidikan yang bervariasi, mulai dari Sekolah Perawat
Kesehatan (SPK) yang setara pendidikan Tingkat Menengah (program ini telah dihapus secara
bertahap), Diploma 3 Keperawatan/Akademi Keperawatan (Akper) dan Strata 1 (S-1)
Keperawatan dengan gelar Ners-nya. Pengelolaan pendidikan keperawatan dilakukan baik oleh
pemenrintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) dan Kementerian
Kesehatan (Kemkes) melalui Politeknik kesehatan (Poltekkes) serta pihak swasta. Beberapa
daerah Provinsi, Kabupaten/Kota juga TNI/Polri juga 12 membina institusi pendidikan yang
membuka jurusan bidang kesehatan (Kurniati dan Efendi, 2012). Menurut Suara dkk (2010)
dalam menghadapi tuntutan kebutuhan masyarakat dan pembangunan kesehatan dimasa datang,
serta memperhatikan tuntutan pembangunan keperawatan sebagai suatu profesi yang mandiri,
sistem pendidikan keperawatan (dengan pengertian dalam tatanan sistem pendidikan tinggi),
dikembangkan dengan berbagai jenis dalam berbagi jenjang pendidikan.
.4 Fungsi perawat
Menurut Hidayat (2011) fungsi perawat merupakan suatu pekerjaan yang dilakukan sesuai
dengan perannya. Fungsi tersebut dapat berubah disesuaikan dengan keadaan yang ada. Dalam
menjalankan perannya, perawat akan melaksanakan berbagai fungsi diantaranya:
a. Fungsi independen
Fungsi independen yaitu tindakan perawat tidak memerlukan perintah dokter. Tindakan perawat
bersifat mandiri, berdasarkan pada ilmu keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap
klien, akibat yang timbul dari tindakan yang diambil contohnya melakukan pengkajian (Budiomo
& Pertami, 2015
b. Fungsi dependen
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari
perawat lain. Sehingga sebagai 15 tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya
dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum atau dari perawat primer ke perawat
pelaksana (Hidayat, 2011). Perawat membantu dokter memberikan pelayanan pengobatan dan
tindakan khusus yang menjadi wewenang dokter dan seharusnya dilakukan dokter seperti
pemasangan infus, pemberian obat dan melakukan suntikan. Oleh karena itu setiap kegagalan
tindakan medis menjadi tanggung jawab dokter (Budiomo & Pertami, 2015).
c. Fungsi interpenden
Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan diantara tim satu
dengan lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan yang membutuhkan kerja sama
tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderita
yang mempunyai penyakit kompleks. Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja
melainkan juga dari dokter ataupun lainnya, seperti dokter dalam memberikan tindakan
pengobatan bekerja sama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah diberikan
(Hidayat, 2011).
5. Peran perawat
Menurut Hidayat (2011) peran perawat adalah merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh
orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kependudukan dalam sistem, dimana dapat
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat maupun dari luar profesi keperawatan
yang bersifat konstan. Peran perawat terdiri dari:
a. Peran sebagai
Pemberi asuhan keperawatan Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan
perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan 16 keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat
ditentukan diagnosis keperawatan agar dapat direncanakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat
sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai
dengan kompleks.
c. Peran pendidik
Perawat harus memberikan pendidikan baik formal dan informal kepada klien, baik individu atau
kelompok. Sebagai contoh, klien diajarkan mengenai obat-obatan yang harus dikonsumsi oleh
klien. Pendidikan tersebut dilakukan pada saat pemberian obat-obatan tersebut atau
menginformasikan betapa pentingnya untuk kontrol saat sedang melakukan perawatan luka.
Edukasi formal biasanya diberikan pada kelompok atau kepada keluarga klien. Perawat bisa
menggunakan ruang kelas atau membawa alat peraga visual (misal CD atau DVD), atau alat
peraga audio atau laptop sebagai sarana edukasi (Black & Hawks, 2014). 17
d. Peran koordinator
e. Peran kolaborator
Peran perawat disini dilakukan kerana perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari
dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan
keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk
pelayanan selanjutnya (Murwani, 2009).
f. Peran konsultasi
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan koperawatan yang
tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang
tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan (Hidayat, 2011).
g. Peran pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama,
perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan
(Murwani, 2009).
1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan sangat berkaitan dengan tidak pasti dan tidak berdaya, keadaan emosi
ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Kecemasan berbeda dengan rasa takut, yang
merupakan penilaian intelektual terhadap suatu yang berbahaya (Stuart dan Sundeen 2018).
Perbedaan rasa takut dan kecemasan, ketakutan adalah merasa gentar atau rasa tidak berani
terhadap suatu obyek yang konkrit, misalnya: takut akan harimau, polisi (Kartini Kartono,
2019).
Kecemasan adalah emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan istilah-
istilah seperti kekhawatiran, kepribadian dan rasa takut yang kadang-kadang kita alami
a. Faktor predisposisi
1) Teori psikoanalitik
Menurut Freud struktur kepribadian terdiri dari 3 elemen yaitu Id, Ego, dan
Super ego. Id melambangkan dorongan insting dan impuls primitif, super ego
seseorang, sedangkan ego digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari Id dan
super ego.
Ansietas merupakan konflik emosional antara id dan super ego yang berfungsi
untuk memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi ( Stuart dan
Sundeen, 2018).
2) Teori Interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga
yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya individu yang mempunyai harga
diri rendahbiasanya sangat mudah untuk mengalami ansietas yang berat (Stuart dan
Sundeen, 2018).
3) Teori Perilaku
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli perilaku
keinginan untuk menghindarkan rasa sakit. Teori ini menyakini bahwa manusia yang
pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan
b. Faktor Presipitasi
Kecemasan adalah keadaan yang tidak dapat dielakkan pada kehidupan manusia
beberapa situasi dan hubungan interpersonal. Ada 2 faktor yang mempengaruhi kecemasan
pasien preoperasi :
1) Faktor eksternal :
a) Ancaman integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap
a) Ancaman sistem diri antara lain : ancaman terhadap identitas diri, harga diri, dan
2018 ).
2) Faktor Internal :
a) Potensi Stressor.
b) Maturitas
Tingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah pada seseorang akan
semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin mudah berfikir rasional dan
Seseorang yang mengalami gangguan fisik seperti cidera, operasi akan mudah
samping itu orang yang mengalami kelelahan fisik lebih mudah mengalami
e) Tipe Kepribadian.
kepribadian B adalah orang yang penyabar, tenang, teliti, dan rutinitas ( Stuart
kecemasan dibanding bila dia berada di lingkungan yang bisa dia tempati
(Hambly, 2018 ).
g) Umur
Seseorang yang mempunyai umur lebih muda ternyata lebih mudah mengalami
gangguan akibat kecemasan daripada seseorang yang lebih tua, tetapi ada juga
Gangguan panik merupakan suatu gangguan cemas yag ditandai oleh kecemasan
yang spontan dan episodik. Ganguan ini lebih sering dialami wanita daripada
2. Menurut Townsend ( 2016 ) konsep kecemasan ada empat poin rentang kontinum dari
Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah kelelahan, iritabel, lapang persepsi
meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah
b. Cemas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Manifestasi yang terjadi pada
tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan
volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal,
kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang
tidak menambah kecemasan, mudah tersinggung, tidak sabar, mudah lupa, marah dan
menangis.
c. Cemas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak berpikir tentang hal lain.
Semua perilaku ini untuk mengurangi ketegangan. Manifestasi yang muncul pada
tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, insomnia, sering kencing,
diare, palpitasi lahan persepsi menyempit, tidak mampu belajar secara efektif, berfokus
pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan
d. Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Rincian terpecah dari
proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, orang yang panik tidak mampu
kehilangan pikiran yang rasional. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah
hiperaktif, tidak mampu berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit,
3. Manifestasi cemas
Menurut Stuart & Sundeen, (2018) manifestasi cemas dapat meliputi respon
a. Respon Fisiologi.
Respon fisiologis terhadap stressor merupakan mekanisme protektif dan adaptif untuk
peningkatan fungsi sistem organ vital secara umum. Seperti pada sistem di bawah ini
a) Sistem kardiovaskuler
Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah dan denyut nadi menurun, pingsan
b) Sistem pernapasan.
Napas cepat, pemapasan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik dan
terengah-tengah.
c) Sistem neuromuskuler.
d) Sistem gastrointestinal.
Kehilangan nafsu makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, diare.
e) Sistem perkemihan.
Tidak dapat menahan buang air kecil, sering buang air kecil.
f) Sistem integumen.
Rasa terbakar pada muka, berkeringat pada telapak tangan, gatalgatal, perasaan
panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh tubuh.
kognitif, seperti: gangguan perhatian, konsentrasi hilang, pelupa, salah tafsir, bloking
pada pikiran, lahan persepsi menurun, kreatifitas menurun, bingung, kesadaran diri
yang berlebihan, khawatir yang berlebihan, objektivitas hilang, takut. Pada sistem
perilaku, seperti: gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara cepat, tidak ada
koordinasi, menarik diri, menghindar, hiperventilasi. Dan sistem afektif, seperti: tidak
sadar, tegang, takut yang berlebihan, gugup yang luar biasa, sangat gelisah (Smeltzer
A. Kerangka Konsep
Tingkat
Komunikasi
Teraupetik Kecemasan
perawat keluarga pasien
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian pengaruh komunikasi teraupetik perawat terhadap
tingkat kecemasan keluarga pasien di instalasi gawat darurat
B. Hipotesis
Keluarga pasien di Iinstalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysan Manado
Pasien Iinstalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysan
Manado
C. Definisi Operasional
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional study .
1. Lokasi
Penelitian ini akan dilaksanakan di Iinstalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V.
L. Ratumbuysang Manado
2. Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei dan Januari 2023.
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah subjek (misalnya manusia;klien) yang memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan. (Nursalam, 2018). Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh pasien yang dirawat di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
2. Sampel
Sampel adalah karakteristik sampel yang dimasukkan atau teknik pengambilan sampel
D. Instrument Penelitian
Instrumen atau alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini dari Kuesioner
Wiji Puspita 2018 tentang Pengaruh Komunikasi Perawat terahadap tingkat kecemasan
1. Untuk kuesioner komunikasi Teraupetik dengan tingkat kecemasan Pasien terdiri dari 10
E. Pengolahan Data
1. Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh. Editing
dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2. Coding
Merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data ulang terdiri atas
beberapa kategori.Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data
menggunakan komputer.
3. Entry data yaitu, kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master
table atau database computer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau
1. Analisa Univariant
Analisis univariat adalah suatu proses pengolahan data dengan menggambarkan dan
meringkas data secara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik (Setiadi, 2013). Analisis ini
dilakukan untuk melihat jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, response time perawat
2. Analisa Bivariant
dperawat terhadap tingkat kecemasan keluarga pasien di Instalasi Gawat Darurat Rumah
Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado dengan nilai signifikansi p=0,05.
Dari hasi perbandingan kedua variabel terikat bebas tersebut akan ditentukan apakah
hipotesa diterima atau ditolak. Apabila nilai yang didapat lebih besar daripada
signifikasi nilai p>α , (α = 0,05), maka hipotesa 0 ditolak dan hipotesa alternative
diterima. Tapi apabila nilai yang di dapat lebih kecil daripada signifikasi p< α ,maka
G. Etika Penelitian
1. Informed Concent
Informasi harus diberikan secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan di
laksanakan, subjek mempunyai hak untuk bebas menolak atau berpartisipasi menjadi
responden.
2. Confidential
Untuk menjaga kerahasiaan subjek, maka nama subjek tidak dicantumkan pada lembar
3. Annonimity
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden di jamin oleh peneliti hanya
kelompok data tertentu yang akan disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Aditama. ACEM, (2015). Emergency Department Design Guidlines, G15. Third Section,
Australian College for Emergency Medicine.
American Health Care Association. (2017). Report Of Findings Nursing Facility Staffing Survey
.
Arikunto, S. (2016). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Asmad, (2018). Tehnik Prosedural Keperawatan : Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta : Salemba Medika Canadian Association Emergency Physician and
National Emergency Nurses.
De. Araujo, L., Susilo, E., Widodo G. (2014). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat
Dengan Kecemasan Pasien Di Ruang Triase Instalasi Gawat Darurat Hospital
Nacional Guido Valadares. Ungaran : Jurnal STIKES Ngudi Waluyo.
Green.L.V Soares J.Giglio J.F, Green R.A. (2016). Using Queueing Theory To Increase The
Effectiviness Of Emergency Department Provider Stafing.
Hasan. L. (2017). Hubungan Response Time Perawat Dengan Kepuasan Pasien Di Instalasi
Gawat Darurat Badan Rumah Sakit Daerah Kabupaten Banggai. Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran. Manado. Skripsi (Tidak dipublikasikan).
Hawari, D. (2017). Manajemen stres, cemas, dan depresi. Ed 1. Cetakan 4. FKUI, Jakarta.
Hidayat, A Aziz. (2017). Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta :
Salemba Medika.
Hidayati, H. (2014). Standar Pelayanan Kesehatan Pasien IGD di Rumah Sakit Umum ABdul
Wahab Sjahranie Samarinda. Ejournal Administrasi Negara, 3, No 2, 653-665.
KepMenkesRI. (2019). Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit. Jakarta : Menteri
Kesehatan Republik Indonesia.
KepeMenkes RI No. 856. (2018). Standar IGD Rumah sakit. Menteri Kesehatan. Jakarta.
Lumongga, Lubis Namora. (2017). Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta : Prenada Media Group.
Lutfa, & Malya. (2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien dalam tindakan
kemoterapi di Rumah Sakit DR. Moewardi Surakarta. ISSN 1979-2697, Vol. 1
No.4. 187-192 Manitoba Health. (2010). Disaster Management Model For The
Health Sector. Canada. Manitoba health.
Nanda International. (20138. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2019. Jakarta
: EGC
Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metode Penelitian Kesehatan, Edisi Revisis. Jakarta : Rineka
Cipta.
Nursalam, S. (2017). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika Karta.
KUESIONER
A. Data IdentitasResponden
1. KodeResponden :
2. Pendidikan :
SD
SMP
SMA
PerguruanTinggi
3. Pekerjaan :
4. Tekanan Darah :
Petunjuk pengisian :
a. Kuesioner terdiri dari 10 pernyataan.
c. Bentuk jawaban yang ditulis adalah dengan memberikan tanda cek (√) pada jawaban
Jawaban
No
Pernyataan
. Ya Tidak