Anda di halaman 1dari 14

Dosen Pembimbing Kepala Ruangan

( ) ( )

Dosen Pengajar : Armayani, S.Kep.,Ns.,M.Kep

LAPORAN PRAKTEK KLINIK


KOMUNIKASI KEPERAWATAN

DI SUSUN OLEH :

WA IYA ( P202001095 )
NUR AULIA ( P202001112 )
RISMA RAHAYU ( P202001096 )
LENA SUTARMIN ( P202001066 )
NUR DIANA SOEL ( P202001067 )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

KENDARI

2022
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP MEDIS

1. Definisi Komunikasi keperawatan

Suatu bentuk komunikasi yang direncanakan secara sadar untuk

membantu penyembuhan atau pemulihan pasien yang merupakan

komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian

antar perawat dengan pasien dan menciptakan hubungan antara perawat

dengan pasien, keluarga pasien, maupun tim kesehatan lainnya

2. Karakteristik Komunikasi Terapeutik

a. Ikhlas

ikhlas semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien dapat

diterima

Pendekatan tenaga kesehatan dengan verbal maupun non verbal akan

memberikan bantuan kepada pasien untuk mengkomunikasikan segala

sesuatunya secara tepat

b. Empati

Berusaha untuk memahami atau merasakan apa yang dirasakan oleh

pasienObyektif dalam memberikan penilaian terhadap kondisi pasien

dan tidak berlebihanAkan membantu untuk memberikan pelayanan

kepada pasien

c. Hangat
Kehangatan yang diberikan kepada pasien diharapkan dapat

memberikan dan mewujudkan harapannya tanpa rasa takut, sehingga

pasien bisa mengekspresikan perasaannya lebih mendalamMendorong

keinginan pasien untuk sembuh

3. Prinsip Komunikasi Terapeutik

a. Hubungan perawat dan pasien adalah hubungan terapeutik yang saling

menguntungkan, didasarkan pada prinsip ‘Humanity of Nurses and

Clients’Hubungan tidak hanya sekedar hubungan seorang penolong

dengan pasiennya, tetapi hubungan antara manusia yang bermartabat

b. Prinsip Komunikasi Terapeutik, Perawat harus menghargai keunikan

pasien, menghargai perbedaan karakter, memahami perasaan dan

perilaku pasien dengan melihat perbedaan latar belakang keluarga,

budaya, dan keunikan setiap individu

c. Prinsip Komunikasi Terapeutik

Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri

pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu

menjaga harga dirinya dan harga diri pasien

d. Prinsip Komunikasi Terapeutik

Hubungan yang saling percaya (trust) harus dicapai terlebih dahulu

sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternatif

pemecahan

masalahHubungan saling percaya antara perawat dan pasien

merupakan
kunci dari komunikasi terapeutik

4. Jenis Komunikasi Terapeutik

 Verbal

Kata-kata adalah alat/simbol yang dipakai untuk mengekspresikan

ide/perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan

obyek, observasi dan ingatanMerupakan jenis komunikasi yang paling

lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit

 Non Verbal

Keuntungan; Tiap individu dapat merespon secara langsung

Biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Komunikasi non verbal lebih

mudah diterima dan dicerna oleh penerima pesan dibandingkan

dengan komunikasi verbalDalam suatu penelitian ditemukan bahwa

efektifitas komunikasi ditentukan oleh:55% dari bahasa

tubuh/ekspresi tubuh38% dari nada suara7% dari kata-kata yang

diungkapkan

a. Jenis Komunikasi Non – Verbal , KinesikYaitu bahasa isyarat

tubuh atau anggota tubuhContoh; . Gerakan tangan, kaki, kepala,

kontak mata, ekspresi wajahParalinguistikYaitu penggunaan suara

ketika berbicaraContoh ; Nada suara, keras/lembutnya suara,

kecepatan bicara

b. Jenis Komunikasi Non – Verbal, HaptikYaitu tidak ada lagi jarak

di antara dua orang waktu berkomunikasi (sentuhan)Contoh;


memegang, menepuk, mengelusMerupakan komunikasi yang

sangat bermakna dalam hubungan terapeutik antara perawat dan

pasien, khususnya untuk memberikan dorongan mentalAspek

budaya dan kebiasaan perlu dipertimbangkan

c. Jenis Komunikasi Non – Verbal, ArtifakYaitu berbagai benda

material yang digunakan untuk menampilkan pesanContoh;

pakaian, komputer, mobilTampilan Fisik TubuhTampilan fisik

tubuh dapat menampilkan kesan tertentu bagi lawan

bicaranyaContoh; warna kulit, bentuk tubuh

d. Jenis Komunikasi Non – Verbal, ProksemikYaitu jarak antara

individu dengan orang lain waktu berkomunikasiLogo dan

WarnaLogo dirancang untuk dijadikan simbol dari suatu

organisasi atau produk organisasiBentuk logo umumnya

berukuran kecil dengan pilihan bentuk, warna dan huruf yang

mengandung visi dan misi organisasi

5. Sikap dalam Komunikasi Terapeutik

Berhadapan; “Saya siap untuk anda”Mempertahankan kontak mata;

Menghargai pasien dan menyatakan keinginan untuk tetap

berkomunikasiMembungkuk ke arah pasien; Keinginan untuk

mengatakan atau mendengarkan sesuatu

Memperlihatkan sikap terbuka, tidak melipat kaki atau tangan;

Keterbukaan berkomunikasiTetap relaks; Mengontrol keseimbangan


antara ketegangan dan relaksasi dalam memberi respon kepada

pasienBerjabat tangan; Perhatian, kenyamanan, dan penghargaan kepada

pasien.

B. Hipertermia

1. Definisi hipertermia

Hipertermia adalah keadaan meningkatnya suhu tubuh di atas rentang

normal tubuh. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Hipertermi

merupakan keadaan di mana individu mengalami atau berisiko mengalami

kenaikan suhu tubuh. Dan kondisi di mana terjadinya peningkatan suhu

tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan

pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas. (Perry & Potter,

2005).

2. Tanda Dan Gejala

Hipertermia terdiri dari gejala dan tanda mayor, dan gejala dan tanda

minor. Adapun gejala dan tanda mayor, dan gejala dan tanda minor,

yaitu :

a. Gejala dan Tanda Mayor

1. Suhu tubuh di atas nilai normal Suhu tubuh di atas nilai normal

yaitu > 37,80 C (100 o F) per oral atau 38,80 C (101 o F) per

rektal.

b. Gejala dan Tanda Minor

1. Kulit merah Kulit merah dan terdapat bintik-bintik merah (ptikie).


c. Takikardia Takikardia adalah suatu kondisi yang menggambarkan di

mana denyut jantung yang lebih cepat dari pada denyut jantung

normal.

d. Takipnea Takipnea adalah suatu kondisi yang mengambarkan di mana

pernapasan yang cepat dan dangkal.

e. Kulit terasa hangat Kulit dapat terasa hangat terjadi karena adanya

vasodilatasi pembuluh darah sehingga kulit menjadi hangat (Tim Pokja

SDKI DPP PPNI, 2016).

3. Dampak

Salah satu dampak terjadinya hipertermia adalah dehidrasi. Di mana

terjadinya dehidrasi disebabkan oleh adanya peningkatan penguapan

cairan tubuh saat demam atau hipertermi, sehingga dapat mengalami

kekurangan cairan dan merasa lemah (Nurarif & Kusuma, 2015).

C. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan pengumpulan informasi subjektif dan objektif,

dan peninjauan informasi riwayat pasien pada rekam medik. Informasi

subjektif, misalnya dengan wawancara pasien/ keluarga. Sedangkan

informasi objektif, misalnya dengan pengukuran tanda-tanda vital dan

pemeriksaan fisik (Herdman, 2015). Pengkajian keperawatan merupakan

proses sistematis dari pengumpulan data, verifikasi, dan komunikasi data

mengenai klien dengan melakukan pengumpulan data dari sumber primer


(klien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan) (Perry & Potter,

2005).

a. Identitas Pasien Yang perlu dikaji adalah nama, no rekam medis,

umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, status, tanggal masuk rumah

sakit, tanggal pengkajian.

b. Keluhan Utama Keluhan yang sering muncul pada pasien DHF

dengan masalah keperawatan hipertermia adalah pasien mengeluh

badannya demam atau panas.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai pasien

akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau

potensial. Diagnosa keperawatan adalah dasar dari penyusunan rencana

tindakan asuhan keperawatan (Dinarti dan Mulyanti, 2017). Diagnosa

keperawatan adalah 18 penilaian klinis mengenai respon pasien terhadap

masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialami (Tim Pokja SDKI

DPP PPNI, 2016). Diagnosa keperawatan pada penelitian ini adalah:

Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi virus

dengue/viremia) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah berbagai perawatan berdasarkan penilaian

klinis dan pengetahuan yang dilakukan oleh seorang perawat untuk

meningkatkan hasil klien/pasien (Herdman,2015). Intervensi keperawatan

merupakan tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien


beralih dari status kesehatan saat ini ke status kesehatan yang diuraikan

dalam hasil yang diharapkan.(Perry & Potter, 2005).

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS

An. A berusia 4 tahun datang kepuskesmas Kandai jam 09 : 20 am dengan

keluhan demam, klien mengatakan sakit kepala , serta klien nampak lemas

dan pucat, ibu mengatakan bahwa An. A udah 3 hari demam tak kunjung

turun disertai dengan batuk, flu, serta ibu mengatakan An. A sulit makan,

setelah .

1. Pengkajian

a. identitas klien

* nama : An. A

* Usia : 4 tahun

b. Pemeriksaan Fisik

* Suhu tubuh : 37 C

Analisa Data

N Diagnosa Luaran keperawatan Intervensi Kepereawatan

o Keperawatan
hipertermia Setelah dilakukan intervensi Manajement hipertermia

berhubungan keperawatan selama 3x24 - Identifikasi

dengan terpapar jam, diharapkan status penyebabhipetermi

lingkungan panas hipertermia berkurang denan a ( mis. Dehidrasi,

dibuktikan target pencapaian terpapar

dengan Tkrite aw Target lingkungan panas )

DS : ria al pencap - Monitor suhu

- Klien hasil aian tubuh

mengeluh Pucat 1 5 - Monitor

demam Suhu 1 5 komplikasi akibat

- Klien tubuh hipertermia

mengeluh

sakit

kepala

- Ibu

mengtaka

n panas

tak

kunjung

turun

serta

adanya
flu dan

batuk

DO :

- Suhu 37,8 C

2 Defisit nutrisi Setelah dilakukan intervensi Manajement nutrisi

berhubungan keperawatan selama 3x24 - Identifikasi status

dengan Faktor jam, diharapkan status deficit nutrisi

fsikologis nutrisi berkurang denan target - Identifikasi

( enggan untuk pencapaian makanan yang

makan) Kriteria awal target disukai

dibuktikan hasil - Monitor asupan

dengan Berat 3 5 makanan

DS : badan - Sajikan makanan

-Ibu mengatakan Frekuensi 2 5 secara menarik

anak sulit makan makan

DO : Nafsu 2 5

-Klien nampak makan

lemas dan pucat


DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. “Riset Kesehatan Dasar

(RISKESDAS) 2013.” Laporan Nasional 2013: 1–384.

Barbara, Kozier. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, &

Praktik Edisi 7, Vol 1. 7 ed. ed. Pamilih Eko Karyuni dan Dwi Widiarti.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Elisabeth Purba, Ivan et al. 2016. “Program Pengendalian Demam Tifoid di

Indonesia: Tantangan dan Peluang.” Media Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan 26(2): 99–108.

http://ejournal.litbang.kemkes.go.id/index.php/MPK/article/view/5447.

Ilmiah, Publikasi. 2016. “Penanganan hipertermia pada anak dengan demam tifoid

di rsud pandan arang boyolali.” kapita selekta, kedokteran, jilid 2. 2015.

“Hipertermia Pada AN. A Dengan..., FARAH HABIBIAH, Fakultas Ilmu

Kesehatan UMP, 2015.” : 5–29.

Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik. 3 ed. jakarta:

EGC. NANDA 2015. 2015. “No Title.”

MediAction. Nursalam, Rekawati Susilaningrum, dan Sri Utami. 2013. Asuhan

Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan). 2 ed. ed.
Aklia Suslia. Jakarta: Salemba Medika. PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. 2016.

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik

Edisi 1. 1 ed. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional

Indonesia.

Sari, Dewi Khofida. 2016. “Asuhan Keperawatan Pada Anak Demam Typoid

Usia Sekolah.” Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset Keperawatan.

Yogyakarta:

Graha Ilmu. Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan System

Gastrointestinal dan Hepatobilier. jakarta: EGC.

Suriadi, dan Rita Yuliani. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 2. 2 ed.

Jakarta: Percetakan Penebar Swadaya. Tarwoto, dan Wartonah. 2015.

Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. 5 ed. Jakarta: Salemba

Medika.
https://slideplayer.info/slide/12892763/

Anda mungkin juga menyukai