Anda di halaman 1dari 33

KOMUNIKASI dalam PELAYANAN

KEPERAWATAN JIWA

PELATIHAN BAGI PERAWAT TENTANG PENATALAKSANAAN KASUS GANGGUAN JIWA


YANG SERING DITEMUI DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP)
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Umum:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta
mampu melakukan komunikasi terapeutik dalam
pelayanan keperawatan jiwa di Puskesmas.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Pembelajaran Khusus:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu:
• Menjelaskan konsep komunikasi dalam pelayanan
keperawatan
• Menjelaskan komunikasi terapeutik pada individu
• Menjelaskan komunikasi pada keluarga
• Menjelaskan komunikasi pada tim kesehatan
• Melakukan komunikasi terapeutik dalam pelayanan
keperawatan jiwa di Puskesmas
POKOK BAHASAN
Pokok bahasan A. Konsep Komunikasi Keperawatan
Pokok bahasan B. Penerapan Komunikasi Terapeutik
pada Individu
Pokok bahasan C. Penerapan Komunikasi Terapeutik
pada Keluarga
Pokok bahasan D. Penerapan Komunikasi
Terapeutik pada Tim Kesehatan
KONSEP KOMUNIKASI DALAM
PELAYANAN KEPERAWATAN JIWA
PENGERTIAN
Komunikasi merupakan komponen dasar dari hubungan antar
manusia dan meliputi pertukaran informasi, perasaan, pikiran dan
perilaku antara dua orang atau lebih. Komunikasi mempunyai dua tujuan
yaitu untuk pertukaran informasi dan mempengaruhi orang lain.
Komunikasi merupakan proses yang digunakan individu untuk bertukar
informasi. Pesan-pesan secara simultan dikirim dan diterima melalui dua
cara, yaitu secara verbal (penggunaan kata-kata) dan secara non verbal
(perilaku yang menyertai ucapan) (Balzer-Riley, 1996 dalam Videbeck,
S.L., 2008)
Komunikasi terapeutik pada individu merupakan komunikasi yang
dilakukan antara perawat dengan individu pasien yang bertujuan untuk
menyelesaikan diagnosis keperawatan pasien. Komunikasi terapeutik
merupakan komunikasi yang bertujuan dan kegiatannya dipusatkan
untuk kesembuhan pasien.
SIKAP DALAM BERKOMUNIKASI
GERAKAN TUBUH:
sikap tubuh dan ekspresi wajah: tersenyum, kontak
mata, membungkuk ke arah lawan bicara, tangan tidak
masuk kantong dan kaki tidak menyilang.
JARAK:
Jarak intim: sampai dengan 50 cm,
Jarak Pribadi: 50 – 120 cm,
Jarak Konsultasi sosial: 275 – 365 cm
Komunikasi terapeutik pada umumnya terjadi di ruang
pribadi tanpa pembatas antara perawat dan pasien.
SIKAP DALAM BERKOMUNIKASI
SENTUHAN
bersalaman, menepuk bahu, menggenggam tangan
pasien (perhatikan budaya)
Hati-hati! Tidak tepat untuk: pasien curiga, korban aniaya, larangan
budaya
DIAM
Misalnya: setelah mengajukan pertanyaan, maka
perawat diam untuk memberi kesempatan kepada
pasien memikirkan jawaban terhadap pertanyaan yang
diajukan.
SIKAP DALAM BERKOMUNIKASI

VOLUME DAN NADA SUARA


Volume dan nada suara, dapat mempengaruhi
penyampaian pesan
Untuk lansia: volume suara tinggi, nada suara
rendah
 Untuk pasien perilaku kekerasan: volume dan nada
suara rendah tetapi tegas
PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
PADA INDIVIDU
TAHAPAN HUBUNGAN TERAPEUTIK
PADA INDIVIDU
1. Tahap pra interaksi
2. Tahap perkenalan
3. Tahap orientasi
4. Tahap kerja
5. Tahap terminasi
TAHAP PRA INTERAKSI
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan pada
tahap ini, yaitu:
Evaluasi diri
Penetapan perkembangan interaksi
dengan pasien/ keluarga
Rencana interaksi
TAHAP PERKENALAN
• Merupakan kegiatan yang dilakukan perawat saat
pertama kali bertemu atau kontak dengan pasien/
keluarga
• Hal-hal yang perlu dilakukan pada tahap ini:

Memberi salam
Memperkenalkan diri
Menanyakan nama pasien
Mengevaluasi perasaan/ kondisi pasien/ keluarga
Menyepakati kontrak/pertemuan: topik, kesediaan
pasien untuk bercakap-cakap, waktu, tempat
TUGAS/LATIHAN 1
Nn. Andika, 18 tahun, pendidikan akhir tamat SMA, berkunjung
ke Puskesmas untuk pertama kalinya. Klien mengeluh akhir-
akhir ini sering merasa tidak tenang, kadang jantungnya
berdebar cepat, nafas cepat, keluar keringat dingin, dan sulit
berkonsentrasi.
• Masing-masing anggota kelompok secara bergantian berlatih
melakukan komunikasi dengan klien pada tahap perkenalan
• Salah satu kelompok (perwakilannya) memperagakan di
depan kelas
• Kelompok yang lain memberikan tanggapan dan masukan
terhadap penampilan
TAHAP ORIENTASI
Dilaksanakan pada awal pertemuan kedua dan seterusnya
Tujuan tahap orientasi adalah mengevaluasi kondisi
pasien, memvalidasi kemampuan pasien sesuai tindakan
yang lalu dan menyepakati rencana tindakan pada
pertemuan saat ini.
Hal-hal yang perlu dilakukan pada tahap ini:
• memberi salam
• memvalidasi dan mengevaluasi keadaan pasien/ keluarga
• Menyepakati kontrak pertemuan
TUGAS/LATIHAN 2
Nn. Andika, 18 tahun, berkunjung ke Puskesmas untuk melakukan kontrol. Dua
minggu lalu ia berkunjung ke puskesmas dan hasil pengkajian ditemukan
diagnosis keperawatan ansietas sedang. Pada pertemuan lalu, klien
mendapatkan terapi obat dari dokter untuk mengatasi ansietasnya. Perawat
telah melatihnya cara mengontrol ansietas dengan tehnik relaksasi nafas dalam
dan menjelaskankan tentang penggunaan obat yang diberikan oleh dokter.
Klien sepakat untuk berlatih tehnik relaksasi nafas dalam 2 x /hari dan minum
obat 2 x /hari sesuai aturan. Hari ini klien akan memeriksakan kondisinya ke
dokter dan sesuai kesepakatan lalu, perawat akan melatih cara mengontrol
ansietas dengan cara hipnotis lima jari.
• Masing-masing anggota kelompok secara bergantian berlatih melakukan
komunikasi dengan klien pada tahap orientasi
• Salah satu kelompok (perwakilannya) memperagakan di depan kelas
• Kelompok yang lain memberikan tanggapan dan masukan terhadap
penampilan
TAHAP KERJA

Tahap kerja merupakan inti hubungan perawat pasien


yang terkait erat dengan pelaksanaan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan
tujuan yang akan dicapai.
Tahap kerja pada pertemuan pertama berisikan
pengkajian dan melatih satu cara mengatasi masalah.
Pada pertemuan selanjutnya tahap kerja merupakan
tindakan perawat melatih kemampuan mengatasi
masalah yang selanjutnya.
TAHAP TERMINASI
Merupakan akhir dari setiap pertemuan perawat dan pasien
Terbagi menjadi 2:
Terminasi sementara (akhir dari tiap pertemuan perawat & pasien atau keluarga yang akan
ada pertemuan lagi pada waktu yang telah ditentukan):
1.Evaluasi
2.Tindak lanjut
3.Kontrak yang akan datang
Terminasi akhir (terjadi jika pasien & keluarganya telah mampu menyelesaikan masalahnya).
1. Evaluasi
2. Tindak lanjut
3. Eksplorasi perasaan
FORMAT STRATEGI PELAKSANAAN
☺Orientasi:
Salam: …………….
Evaluasi/ validasi: ………………….
Kontrak: topik, waktu, tempat ………
Tujuan ………………..
☺Kerja:
☺Terminasi:
Evaluasi subyektif: …………………
Evaluasi obyektif: ………………….
Rencana Tindak Lanjut (RTL): ………………….
Kontrak y.a.d.: topik, waktu, tempat……..
PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
PADA KELUARGA
Komunikasi terapeutik pada keluarga merupakan
komunikasi yang dilakukan antara perawat dengan
keluarga sebagai pasien yang bertujuan untuk
menyelesaikan masalah keperawatan keluarga.
Interaksi dengan keluarga atau pemberian pendidikan
kesehatan kepada keluarga dilakukan secara bertahap:
Permulaan hubungan perawat-keluarga
Pendidikan kesehatan tentang keterampilan keluarga
merawat pasien
Penerapan cara merawat pasien
Peran keluarga merawat pasien di rumah-keluarga-
masyarakat
Asuhan keperawatan yang dilakukan kepada keluarga ditujukan
untuk memampukan keluarga melakukan tugas kesehatan
keluarga:
Mengenal masalah kesehatan anggota keluarga (khususnya pasien gangguan jiwa
yang ada dalam keluarga).
Mengambil keputusan yang tepat dalam merawat anggota keluarga yang
memerlukan pertolongan (keluarga setuju dirawat oleh perawat puskesmas saat
pasien dibawa berkunjung ke puskesmas).
Merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Keluarga dapat
merawat sesuai dengan diagnosis keperawatan yang ditemukan pada pasien.
Menciptakan lingkungan yang kondusif di keluarga dan lingkungan. Dalam hal ini
termasuk sikap dan fasilitas dalam keluarga dan lingkungan yang mendukung
perbaikan pasien.
Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat membantu pemulihan
dan pemeliharaan kesehatan jiwa anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa.
Langkah-langkah pemberian kemampuan keluarga
melakukan tugas kesehatan jiwa
Membina hubungan kerja sama dengan keluarga/pelaku rawat. Pada
kesempatan ini perawat menjelaskan tujuan interaksi dengan keluarga
dan peran perawat (merawat pasien dan melatih keluarga merawat
pasien)
Asuhan keperawatan keluarga (pertemuan pertama, pertemuan kedua,
dan seterusnya……pertemuan terakhir)

Terhadap pasien gangguan jiwa dapat dilanjutkan dengan kunjungan


rumah secara insidental untuk mengevaluasi dan memvalidasi kondisi
dan kemampuan pasien dan keluarga atau dengan melibatkan kader
kesehatan yang telah dilatih untuk mem-follow up kondisi pasien
gangguan jiwa.
PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK
PADA TIM KESEHATAN
Tahapan Hubungan Terapeutik
pada Tim Kesehatan
Komunikasi terapeutik pada tim kesehatan merupakan
komunikasi yang dilakukan antara perawat dengan tim kesehatan
yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah pasien.
Perlu kemampuan untuk menyampaikan kondisi pasien kepada
anggota tim kesehatan lain.
Standar yang digunakan dalam melakukan komunikasi dan
hubungan terapeutik dengan tim kesehatan adalah ISBAR, yaitu
Introduction/Introduksi, Situation/Situasi, Background/Latar
belakang, Assessment/Pengkajian, Recommendation/
Rekomendasi (Joint Commission International, 2012).
Penerapan Komunikasi pada
Tim Kesehatan
Introduction/ Introduksi, perawat menyebutkan nama dan nama pasien.
Situation/Situasi, perawat menyampaikan kondisi pasien terkait usia
pasien, jenis kelamin, diagnosis, prosedur yang telah dilakukan, status
mental, dan stabilitas kondisi pasien.
Background/Latar belakang, perawat menginformasikan latar belakang
keluarga, latar belakang budaya/agama, kemampuan berkomunikasi dan
berbahasa.
Assessment/Pengkajian yang telah dilakukan kepada pasien, yang
meliputi tanda vital; keluhan pasien, perilaku pasien serta faktor risiko.
Recommendation/ Rekomendasi kepada petugas kesehatan terkait
prioritas area dan tindakan yang harus segera dilakukan terhadap
pasien.
TUGAS/LATIHAN 3
Nn. Andika, 18 tahun, pendidikan akhir tamat SMA, ke Puskesmas untuk pertama kalinya.
Klien mengeluh akhir-akhir ini sering merasa tidak tenang karena memikirkan masa
depannya yang tidak dapat melanjutkan pendidikan setelah tamat SMA. Nn. A adalah anak
pertama dari lima bersaudara. Ia merasa turut bertanggungjawab terhadap masa depan
adik-adiknya, sehingga ia merasa harus melanjutkan pendidikan agar dapat bekerja dan
hidup layak. Klien merasa kadang jantungnya berdebar cepat, nafas cepat, keluar keringat
dingin, dan sulit berkonsentrasi. Klien merasa bingung karena banyak pekerjaan di rumah
yang tertunda karena ia tidak dapat lagi melakukannya seperti sebelum mengalami gejala
yang dirasakan saat ini. Hal yang telah dilakukan untuk mengatasi masalahnya adalah
menceritakan pada sahabatnya, tapi hanya membantu sesaat karena sahabatnya tidak
setiap saat dapat menemaninya atau mendengarkan keluhannya. Pada pertemuan
pertama, perawat melatih klien cara mengontrol ansietas dengan cara melakukan tehnik
relaksasi nafas dalam.
• Masing-masing anggota kelompok secara bergantian berlatih melakukan komunikasi
dengan klien pada tahap kerja (pada pertemuan pertama)
• Salah satu kelompok (perwakilannya) memperagakan di depan kelas
• Kelompok yang lain memberikan tanggapan dan masukan terhadap penampilan
TUGAS/LATIHAN 4
Nn. Andika, 18 tahun, telah diajarkan oleh perawat cara mengotrol
ansietas dengan menggunakan tehnik relaksasi nafas dalam. Klien
sepakat untuk melakukan latihan mengontrol ansietas dengan cara
melakukan tehnik relaksasi nafas dalam 2 kali sehari di rumah dan
minum obat 2 kali sehari sesuai anjuran dokter. Dua minggu lagi
klien akan datang ke Puskesmas untuk kontrol dan perawat akan
mengajarkan cara mengotrol ansietas dengan hipnotis lima jari.
• Masing-masing anggota kelompok secara bergantian berlatih
melakukan komunikasi dengan klien pada tahap terminasi
• Salah satu kelompok (perwakilannya) memperagakan di depan
kelas
• Kelompok yang lain memberikan tanggapan dan masukan
terhadap penampilan
TUGAS/LATIHAN 5
Nn. B, 22 tahun, kuliah pada tingkat smester akhir di suatu perguruan tinggi di
kotanya. Saat ini sedang sibuk menyelesaikan skripsinya. Klien mengeluh
belakangan ini sering merasa tidak tenang karena memikirkan tugas
skripsinya yang belum juga selesai, sementara beberapa orang temannya
telah selesai menghadapi sidang skripsi. Nn. B merasa sulit menyelesaikan
tugas skripsinya karena tidak dapat fokus untuk menyelesaikannya. Tidur
malamnya sering terganggu, kadangkala merasakan jantung berdebar, nafas
cepat, sering buang air kecil. Nn. B mengatakan ia selalu dihantui perasaan
takut gagal dalam menyelesaikan skripsinya.
•  Masing-masing anggota kelompok secara bergantian berlatih melakukan
komunikasi dengan klien (tahap orientasi - tahap terminasi)
• Salah satu kelompok (perwakilannya) memperagakan di depan kelas
• Kelompok yang lain memberikan tanggapan dan masukan terhadap
penampilan
TUGAS/LATIHAN 6 (PR)
• Menyusun strategi komunikasi untuk asuhan
keperawatan ansietas setelah dijelaskan oleh
nara sumber. Strategi komunikasi
menggambarkan juga saat pasien harus ke
dokter untuk pemeriksaan dan selesai dari
pemeriksaan dokter.
• Mengumpulkan tugas pada nara sumber/
fasilitator pada keesokan harinya.
SUMBER:
• Fountaine, K.L. (2009). Mental health nursing. 6th ed. New Jersey: Pearson
Educayion, Inc.
• Joint Commission International. (2012). The international essentials of
health care quality and patient safety.
• Keliat, B.A.,dkk. (2011). Keperawatan kesehatan jiwa komunitas : CMHN
(Basic Course). Jakarta : EGC.
• Maglaya, A.S. (2009). Nursing practice in the community. 7thed. Markina
City : Argonauta Corporation.
• Stuart, G.W. (2009). Principles and practice of psychiatric nursing. 9th ed.
St Louis: Mosby Elsevier
• Townsend, M.C. (2009). Psychiatric mental health nursing: concepts of
care in evidence-based practice. Philadelphia: F.A. Davis Company
TERIMA KASIH

Mari bekerja dengan hati……

Anda mungkin juga menyukai