Anda di halaman 1dari 7

Immanuel

Jurnal Ilmu Kesehatan eISSN 2597-9635


Volume 14 Nomor 1, Juni 2020 pISSN 1410-234X

PENGGUNAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK OLEH PERAWAT TERHADAP


PASIEN DENGAN MASALAH WAHAM
DI PSBL PHALAMARTA KABUPATEN SUKABUMI

Hadi Abdillah1, Kartika Tarwati1


Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sukabumi
email: hadiabdillah91@ummi.ac.id

ABSTRAK

Manusia memiliki kebutuhan untuk berkomunikasi dengan lingkungan masyarakat di sekitarnya.


Komunikasi yang terjadi diantara perawat dan pasien merupakan komunikasi yang komplek dan
berlangsung intens jika dibandingkan dengan komunikasi antara pasien dengan petugas
kesehatan lainnya. Komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat
dan klien, dalam hal ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam
rangka memperbaiki pengalaman emosional klien. Tidak hanya bagi pasien yang mengalami
sakit secara fisik saja, tetapi pasien dengan gangguan mental juga memerlukan perawatan
dengan pendekatan komunikasi yang baik yang dibangun antara perawat dengan pasien.
Komunikasi terapeutik yang diambil disini hanya pada saat pengkajian dan implementasi
asuhan keperawatan. Penelitian ini dilaksanakan terhadap perawat dan pasien yang berada di
PSBL Phalamarta Kabupaten Sukabumi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan
kepada seluruh perawat yang melaksanakan asuhan keperawatan terhadap pasien dengan dengan
masalah waham. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hasil rekaman percakapan
antara Perawat dan Pasien. Dalam melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien, para
perawat di PSBL Phalamarta masih belum bisa menjadi pendengar yang baik, dan berusaha
mengetahui kondisi pasien melalui komunikasi dengan memberi kesempatan kepada pasien
untuk menjelaskan kondisinya dan mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan.

Kata Kunci : Komunikasi Terapeutik, Skizofrenia, Waham

PENDAHULUAN
bekerjasama. Komunikasi yang terjadi
Manusia memiliki kebutuhan untuk diantara perawat dan pasien merupakan
berkomunikasi dengan lingkungan komunikasi yang komplek dan berlangsung
masyarakat di sekitarnya. Tentu saja intens jika dibandingkan dengan komunikasi
komunikasi yang terjadi memerlukan alatnya, antara pasien dengan petugas kesehatan
yaitu bahasa. Bahasa yang digunakan dalam lainnya. Komunikasi yang terjadi diantara
berkomunikasi tentu saja dipengaruhi oleh perawat dan pasien tidak hanya percakapan
beberapa aspek seperti tempat, lawan bicara biasa saja tapi merupakan suatu proses
dan situasi saat pembicaraan terjadi. salah pendekatan yang terencana untuk
satu contohnya adalah komunikasi yang mempelajari pasien (Potter & Perry, 2010).
terjadi diantara perawat dan pasien di rumah Komunikasi tersebut dikenal sebagai
sakit. komunikasi teurapetik. Menurut Kelliat
(1996) Komunikasi Terapeutik adalah
Menurut Yosep (2010) Komunikasi adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
suatu pertukaran pikiran dan perasaan dan bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
pendapat dalam memberikan nasehat dimana kesembuhan pasien. Berdasarkan pendapat
terjadi antara dua orang atau lebih Stuart & Sunden (2009) tersebut

27
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan eISSN 2597-9635
Volume 14 Nomor 1, Juni 2020 pISSN 1410-234X

menunjukkan bahwa pasien tidak hanya sebagaianya. Adapun penulis dalam


butuh pengobatan berupa tindakan medis tapi penelitian lebih memfokuskan pada pasien
juga percakapan atau tindakan yang dapat yang mengalami masalah waham. Waham itu
menenangkan hati. Tidak hanya bagi pasien sendiri merupakan keyakinan salah yang
yang mengalami sakit secara fisik, pasien didasarkan oleh kesimpulan yang salah
dengan gangguan mental juga memerlukan tentang realita eksternal dan dipertahankan
perawatan tidak hanya berupa pengobatan dengan kuat (Kelliat, 2019). Hingga saat ini,
tetapi juga komunikasi yang baik antara penelitian terhadap komunikasi antara
perawat dan juga pasien. perawat dan pasien memang sudah banyak
dilakukan seperti yang dilakukan oleh Yanto
Provinsi Jawa Barat sendiri merupakan salah (2014) dengan judul “Kesantunan Berbahasa
satu provinsi dengan angka gangguan jiwa Dalam Komunikasi Terapeutik Perawat di
tertinggi di Indonesia mencapai 20 % dari 45 RSUD Dr. Wahidin Sudiro Husodo
juta penduduk atau sekitar 9 juta jiwa. Mojokerto: Kajian Pragmatik”. Tapi,
Diantara jenis gangguan jiwa yang sering penelitian terutama terhadap pasien yang
ditemui salah satunya adalah skizofrenia. mengalami gangguang kejiawaan belum
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 banyak dilakukan.
menyatakan 14,1% penduduk Indonesia
mengalami Skizofrenia dari yang ringan Kondisi pasien di PSBL phalamarta sudah
hingga berat. Data jumlah pasien Skizofrenia pada tahap proses rehabilitasi dan
di Indonesia terus bertambah. Dari 33 Rumah pembekalan pasien untuk kembali lagi hidup
Sakit Jiwa diseluruh Indonesia, diperoleh di masyarakat, artinya pasien yang berada di
data bahwa hingga kini jumlah penderita tempat tersebut sudah melewati tahap
Skizofrenia berat mencapai hingga 3,5 juta perawatan di rumah sakit jiwa. Namun tidak
orang (Riskesdas, 2013). Adapun jumlah menutup kemungkinan ketika seseorang yang
penderita skizofrenia di Sukabumi yang sudah pernah dirawat dengan riwayat
terbagi menjadi kota dan kabupaten dengan skizofrenia akan terus menerus mengalami
total sebanyak 4,24/mil, jumlah tersebut kekambuhan secara periodik, artinya
merupakan terbanyak diantara kota lainnya karakteristik pasien yang ada di PSBL
yang ada di Provinsi Jawa Barat. Kondisi ini Phalamarta tersebut masih harus tetap
semakin parah dengan adanya stigma yang mendapatkan tindakan keperawatan secara
salah dari masyarakat bahwa penyakit terus menerus agar pasien bisa bersosialisasi
gangguan mental tidak dapat disembuhkan. dan beradaptasi dengan lingkungan
Sehingga banyak pasien yang mengalami masyarakat secara baik. Pada tahap tersebut
gangguan kejiwaan terutama skizofrenia proses interaksi perawat dengan pasien harus
tidak dirawat dengan baik. mengikuti kaidah kaidah komunikasi yang
seharusnya dilakukan antara perawat dengan
Bagi masyarakat awam, percakapan antara pasien yaitu komunikasi terapeutik.
perawat dengan pasien terutama pasien Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti
gangguan kejiwaan dianggap sulit dilakukan. tertarik untuk mengkaji mengenai
Terutama dengan pasien terindikasi penggunaan prinsip kerjasama yang
gangguan skizofrenia. Padahal berdasarkan digunakan oleh perawat dalam komunikasi
Azizah (2014:105) penderita skizofrenia terapeutik terhadap pasien skizofrenia. Kajian
dapat melakukan proses produksi bahasa dan ini dianggap penting karena komunikasi
pemahaman bahasa dengan baik. Oleh karena terapeutik dapat membantu kesembuhan
itu, perawat harus tetap mematuhi prinsip- pasien.
prinsip kerjasama agar ujarannya dapat .
dipahami oleh pasien.
METODOLOGI PENELITIAN
Menurut Kelliat, dkk (2019) bahwa respon
seseorang dengan skizofrenia diantaranya Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah perilaku kekerasan, halusinasi, isolasi menggunakan metode deskriptif dengan
sosial, harga diri rendah, waham, dan lain pendekatan kualitatif untuk melihat bentuk

28
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan eISSN 2597-9635
Volume 14 Nomor 1, Juni 2020 pISSN 1410-234X

tuturan yang menggunakan prinsip kerjasama


dalam komunikasi teurapetuik.
perawat, perawat dengan pasien, khususnya
HASIL DAN PEMBAHASAN komunikasi antar perawat dengan pasien
dimana dalam komunikasi itu perawat dapat
Penggunaan Komunikasi Terapeutik menemukan beberapa solusi dari
Antara Perawat Dengan Pasien permasalahan yang sedang dialami pasien,
Skizofrenia Di PSBL Phalamarta komunikasi memegang peranan yang sangat
Kabupaten Sukabumi penting dalam pelayanan keperawatan,
Kondisi pasien di PSBL phalamarta sudah bahkan dapat dikatakan komunikasi
pada tahap proses rehabilitasi dan merupakan kegiatan mutlak dan menentukan
pembekalan pasien untuk kembali lagi hidup bagi hubungan ataupun interaksi perawat ke
di masyarakat, artinya pasien yang berada di pasien dalam menunjang kesembuhan pasien
tempat tersebut sudah melewati tahap (Kusumawati, 2010).
perawatan di rumah sakit jiwa. Namun tidak
menutup kemungkinan ketika seseorang yang Menurut Stuart dan Sundeen (2009) Teknik
sudah pernah dirawat dengan riwayat komunikasi terapeutik sendiri mempunyai
skizofrenia akan terus menerus mengalami serangkaian teknik terapi penyembuhan, yang
kekambuhan secara periodik, artinya pertama ada teknik mendengarkan,
karakteristik pasien yang ada di PSBL menunjukan penerimaan, teknik bertanya,
Phalamarta tersebut masih harus tetap mengulang ucapan pasien dengan kata-kata
mendapatkan tindakan keperawatan secara sendiri, klarifikasi, fokus, menyampaikan
terus menerus agar pasien bisa bersosialisasi hasil observasi, menawarkan informasi, diam,
dan beradaptasi dengan lingkungan meringkas, memberikan penghargaan,
masyarakat secara baik. Pada tahap tersebut menawarkan diri, memberikan kesempatan
proses interaksi perawat dengan pasien harus klien untuk memulai pembicaraan,
mengikuti kaidah kaidah komunikasi yang menganjurkan meneruskan pembicaraan,
seharusnya dilakukan antara perawat dengan menempatkan kejadian dan waktu secara
pasien yaitu komunikasi terapeutik. berurutan, menganjurkan klien untuk
menguraikan persepsi dan perenungan.
Adapun proses keperawatan yang menjadi Dalam hal ini peneliti hanya berfokus pada
fokus peneliti berada di tahap pengkajian dan bebrapa teknik saja menyesuaikan dengan
implementasi. Mengingat karakteristik PSBL keadaan di lapangan, berikut ini adalah
Phalamarta merupakan tempat rehabilitasi teknik-teknik yang dipakai perawat dalam
dan pemberian bekal untuk kembali kepada berinteraksi dengan pasien dengan masalah
masyarakat, maka proses komunikasi tersebut waham di PSBL Phalamarta:
lebih difokuskan pada tahap implementasi, 1. Teknik mendengarkan merupakan teknik
karena semua data terkait pasien secara detail awal dan dasar komunikasi terapeutik,
sudah diketahui lengkap oleh perawat. disini perawat betul-betul mendengarkan
dan aktif memberikan umpan balik
Komunikasi terapeutik tidak hanya sekedar supaya apa yang disampaikan pasien
alat untuk berbicara dengan pasien, perawat dapat dimengerti. Selama mendengarkan,
dan pasien adalah suatu hubungan terapeutik perawat harus mendengarkan apa yang
dimana hubungan yang mempunyai tujuan dibicarakan pasien dengan penuh
untuk kesembuhan pasien. Sehingga dapat perhatian baik itu tentang perasaannya,
dikatakan bahwa komunikasi terapeutik pikirannya, atau persepsi pasien sendiri.
merupakan bentuk keterampilan dasar untuk Perawat memberikan tanggapan dengan
melakukan wawancara dan penyuluhan, tepat dan tidak memotong pembicaraan
karena dengan komunikasi inilah awal pasien, menunjukan perhatian yang
hubungan antara perawat dengan pasien. penuh sehingga mempunyai waktu
untuk mendengarkan. Pada saat proses
Dalam profesi keperawatan, komunikasi komunikasi yang terjadi antara perawat
sangat penting antara perawat dengan dengan pasien di PSBL Phalamarta

29
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan eISSN 2597-9635
Volume 14 Nomor 1, Juni 2020 pISSN 1410-234X

terlihat bahwa perawat kurang menjadi kepercayaan pasien kepada para perawat
pendengar yang baik, karena peneliti (Machfoedz, 2009).
melihat ketika pasien menyampaikan 3. Mengubah cara pandang Teknik yang
pendapat dan permasalahannya, sebelum paling utama dan paling akhir dalam
pasien selesai menyampaikannya, teknik komunikasi terapeutik, teknik
perawat selalu memotong dan mengubah cara pandang merupakan inti
meneruskan pembicaraannya. Hal semuanya dari teknik komunikasi
tersebut tidak sesuai dengan kaidah yang terapeutik. Seorang perawat harus dapat
seharusnya dilaksanakan dalam proses memberikan cara pandang lain agar
komunikasi terapeutik. Menurut Kelliat pasien tidak melihat sesuatu masalah
(1996) berdasarkan pernyataanya dapat dari aspek negatifnya saja, dalam teknik
disimpulkan bahwa komunikasi ini perawat harus mampu mengubah
terapeutik yang dibangun antara perawat cara pandang dan melatih pasien agar
dengan pasien menjadi bagian dari dapat keluar dari masalah yang
proses terapi yang sedang dijalankan dialaminya. Dalam teknik ini perawat
sehingga diharapkan mampu melakukan stategi perencanaan dalam
mempercepat proses pemulihan dari mengatasi masalah yang dialami pasien
pasien terutama dari sisi tersebut, setelah itu lalu diajarkan cara
psikologis/kejiwaan. pelatihannya yang terus-menerus
2. Teknik Bertanya merupakan salah satu dilakukan misalnya dengan cara
teknik yang dapat mendorong dan mengalihkan pikiran dan perasaan
memancing pasien untuk pasien kearah yang lebih positif,
mengungkapkan perasaan di pikirannya. makanya teknik ini prosesnya
Tujuannya untuk mendapatkan memerlukan waktu yang lama supaya
informasi yang lebih spesifik dan pasien paham terhadap masalah yang
lengkap mengenai apa yang dialaminya dan tahu bagaimana cara
disampaikan pasien. Bertanya mengatasi masalah yang terjadi dalam
merupakan teknik dasar yang dilakukan dirinya. Adapun teknik mengubah cara
oleh perawat dalam mencari informasi pandang dalam komuniksi terapeutik
yang belum didapat apa yang telah dibagi menjadi tiga bagian yang antara
disampaikan pasien. Kaitan dengan lain sebagai berikut:
teknik bertanya tersebut perawat a. Memberikan informasi. Maksud
melakukannya dengan baik, karena dari teknik ini, dengan memberikan
setiap berinteraksi dengan pasien informasi sebagai tindakan yang
khususnya ketika melakukan proses dilakukan perawat dengan tujuan
Terapi Aktivitas Kelompok, perawat akhir untuk mengubah sudut
senantiasa memberikan pertanyaan- pandang pemikiran pasien yang
pertanyaan yang sifatnya menggali salah dan pernah dialaminya.
perkembangan yang terjadi pada pasien. Dalam hal ini perawat di PSBL
Melakukan komunikasi terapeutik Phalamarta senantiasa melakukan
kepada pasien harus memperhatikan: Terapi Aktivitas Kelompok pada
yang pertama kontak pandang, dengan hari selasa dan kamis dengan
melakukan kontak pandang akan maksud memberikan informasi
mencerminkan rasa menghargai kepada terkait permasalahan-permasalahan
pasien, yang kedua, mencondongkan yang dialami oleh pasien dan
tubuh ke depan dengan posisi yang bagaimana cara menanggulanginya.
seperti ini akan menunjukkan a) Memberikan pujian: Pasien
kepedulian dan keinginan untuk gangguan jiwa mempunyai sifat
mendengarkan sesuatu yang dirasakan yang sensitif menerima apa yang
oleh pasien, yang ketiga menjaga disampaikan orang
keterbukaan dengan menjaga disekelilingnya, dengan
keterbukaan akan meningkatkan memberikan pujian diharapkan
dapat keuntungan psikologis

30
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan eISSN 2597-9635
Volume 14 Nomor 1, Juni 2020 pISSN 1410-234X

yang didapatkan pasien ketika Pasien : (menunjukkan tangan) “bersih”


berinteraksi dengan perawat,
tujuannya untuk meningkatkan Sayangnya, pada percakapan tersebut pasien
harga diri dan menguatkan melanggar maksim tersebt dengan menjawab
perilaku pasien sehingga ‘bersih’.
diharapkan dapat mengubah cara
pandang pemikiran pasien yang Tuturan deklaratif dengan maksim relevan
tidak benar. Ketika proses Data tiga masih diperoleh pada saat
Terapi Aktivitas Kelompok pemeriksaan kesehatan dan kebersihan.
dilaksanakan perawat senantiasa Pasien : “kenging teu nu ieu?” (menunjukkan
memberikan pujian kepada pengerok jenggot)
pasien yang aktif dan selalu Perawat : “kadenya sekeut”
bertanya..
Pada data di atas, perawat menggunakan
Prinsip Kerjasama yang Terjadi dalam maksim relevan dnegan menjawab
Komunikasi Terapeutik antara Perawat pertanyaan pasien yang menggunakan
dan Pasien di PSBL Phalamarta Bahasa Sunda dengan Bahasa Sunda lagi.
Seperti yang telah dituliskan sebelumnya Pada percakapan tersbut, perawat tidak
bahwa PLBH Phalamarta merupakan menghilangkan kesantunan dengan tetap
Lembaga yang membantu dalam perawatan menggunakan Bahasa Sunda yang halus.
pasien-pasien dengan diagnosis penyakit Selain pada saat pemeriksaan kesehatan,
kejiwaan dan sudah dalam tahap kesembuhan. interaksi antara perawat dan pasien terjadi
Lembaga ini lebih berfungsi sebagai pada saat menggosok gigi secara masal.
jembatan sebelum pasien bisa bergabung lagi Maksim yang perawat gunakan pada kegiatan
di lingkungan masyarakat. Pada tuturan yang tersebut adalah maksim kuantitas. Data
terjadi antara perawat dan pasien, terdapat tersebut dapat terlihat pada percakapan-
beberapa bentuk yaitu: percakapan di bawah ini
Tuturan imperative dengan maksim kuantitas
Perawat: “Ayo yang belum gunting kukunya Data 4
ke sebelah sini” (menunjuk kursi di Perawat : “Berbaris ya semua, nanti
sebelahnya) bergiliran”
Pasien: “buat Amin” (bukan nama Pasien : “Pak…Pak (menunjuk observer)
sebenarnya) (menjulurkan tangan) mau ikut juga ya”
Perawat : “Aceng (bukan nama sebenarnya)
Pada situasi ini, perawat menggunakan ujaran hayo berbarisnya di sana bukan di
yang seinformatif mungkin sehingga dapat sini (mengajak pergi)”
dipahami oleh pasien. Perawat menambahkan
kata “ayo” diawal kalimat untuk Percakapan di atas, terlihat bahwa perawat
memperhalus ujaran. Tapi, ditemukan menggunakan maksim kuantitas dengan
pelanggaran terhadap maksim kuantitas menyuruh secara langsung kepada pasien
karena jawaban pasien yang tidak sesui tanpa tambahan kata-kata lain yang dapat
dengan mengatakan “buat Amin”. memperhalus perintah tersebut.

Tuturan imperative dengan maksim Data 5


kesederhanaan Perawat : “mana sikat giginya?”
Percakapan yang terjadi di bawah ini juga Pasien 1: “dipinjem katanya dia (menunjuk
dilakukan pada saat periksa kebersihan. Pada orang sebelahnya) hilang”
data tersebut, perawat menggunakan maksim Perawat: “ya jangan atuh kan masing masing
kesederhanaan dengan menggunakan kalimat punya satu.”
tanya dan menyebutkan nama pasien. Pasien 2: menyerahkan kembali sikat gigi
Perawat berusaha mengurangi keuntungan kepada pasien 1
bagi dirinya dengan bertanya terlebih dahulu
Perawat : “Sudah digunting kuku nya Wi?”

31
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan eISSN 2597-9635
Volume 14 Nomor 1, Juni 2020 pISSN 1410-234X

Sama seperti data 4, pada percakapan data 5 Suruhan atau permintaan dari perawat
juga perawat masih menggunakan ujaran dan bukan sebaliknya.
imperatif dengan maksim kuantitas. 3. Maksim yang digunakan pada setiap
tuturan oleh perawat lebih banyak
Data 6 maksim kuantitas dengan memberikan
Perawat :”gimana tidurnya semalam?” informasi yang seperlunya. Maksim
Pasien : “Anak saya belum jenguk lagi bu kedua yang digunakan adalah maksim
dari bulan kemarin” kesederhanaan. Penggunaan maksim
Perawat : “Mungkin sibuk Bu” tersebut dapat terlihat bahwa perawat
Pasien : “Nanti saya mau ikut telepon” tetap lebih menguntungkan pasien dan
Perawat : “iya nanti sore saja kalau sekarang mengurangi keuntungan bagi dirinya.
kan kerja” Maksim yang ketiga adalah maksim
relevan. Maksim ini digunakan oleh
Data 6 diperoleh pada saat sesi pemberian perawat dengan mengikuti percakapan
obar. Pada percakapan tersebut, perawat yang diinisiasi oleh pasien.
mencoba menyesuaikan percakapan yang
diinisiasi oleh pasien sehingga percakapan Saran
dapat terus berlangsung. Dari data-data yang 1. Dalam menerapkan teknik-teknik
diperoleh, hanya 6 data yang dianalisis komunikasi terapeutik para perawat
karena dianggap dapat mewakili maksim apa membuat rencana asuhan keperawatan
saja yang digunakan oleh perawat. Sehingga dan tindakan keperawatan, para perawat
dapat disimpulkan bahwa pada saat hendaknya melakukan tekniknya secara
melakukan komunikasi terapeutik, perawat menyeluruh. Hal ini dilakukan agar
menggunakan tiga maksim yang dominan tujuan dari komunikasi terapeutik dapat
yaitu maksim kuantitas, maksim relevan, dan tercapai secara maksimal.
maksim kesederhanaan. Ketiga maksim 2. Perlunya evaluasi dari kepala perawat
tersebut menunjukkan bahwa hubungan untuk mengevaluasi hasil tindakan
antara perawat dan pasien dekat walaupun komunikasi terapeutik, sehingga
perawat tetap lebih superior dibandingkan mengetahui apakah teknik yang
dengan pasien. digunakan dan tahapan-tahapan yang
dilakukan oleh perawat sudah tepat dan
SIMPULAN DAN SARAN membantu dalam proses kesembuhan
pasien.
Simpulan
Beradasarkan data yang diperoleh dan
dianalisa, maka peneliti menarik kesimpulan
sebagai berikut: REFERENSI
1. Dalam melakukan komunikasi
terapeutik dengan pasien, para perawat Azizah, Rizkhi Nurul. (2014). Kemampuan
di PSBL Phalamarta masih belum bisa Bahasa Verbal Penderita
menjadi pendengar yang baik, dan Skizofrenia: Sebuah Studi Kasus.
berusaha mengetahui kondisi pasien Skriptorium Volume 2, No 2, hal
melalui komunikasi dengan memberi 97-105. Surabaya: Universitas
kesempatan kepada pasien untuk Airlangga.
menjelaskan kondisinya dan
mengajukan beberapa pertanyaan yang Grice, H. Paul (1975).Logic and
berkaitan. Conversation dalam Cole P &
2. Dalam berkomunikasi, seperti yang Morgan J (eds) Syntax and
disebutkan sebelumnya bahwa perawat Semantic 3: Speech Acts. New
di PSBL tersebut masih belum bisa York: Academic Press
menjadi pendengar yang baik. Oleh
karena itu, ujaran-ujaran yang
disampaikan lebih banyak imperative.

32
Immanuel
Jurnal Ilmu Kesehatan eISSN 2597-9635
Volume 14 Nomor 1, Juni 2020 pISSN 1410-234X

Kelliat, Budi Ana. (1996). Komunikasi


Terapeutik Perawat. EGC:
Jakarta.

Kelliat, dkk. (2019). Asuhan Keperawatan


Jiwa. EGC: Jakarta.

Kusumawati, F., & Hartono, Y. (2010). Buku


Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
Machfoedz, Mahmud. (2009). Komunikasi
Keperawatan (Komunikasi
Terapeutik).Yogyakarta:
Ganbika.

Potter, Perry. (2010). Fundamental Of


Nursing: Consep, Proses and
Practice. Edisi 7. Vol. 3. Jakarta:
Jakarta

Riskesdas. (2013). Laporan nasional 2013.


Tersedia di:
http://www.depkes.go.id

Stuart, & Sundeen. (2009). Buku Saku


Keperawatan Jiwa Edisi 4.
Jakarta: EGC.

Yanto, Yudi. (2014). Kesantunan Berbahasa


Dalam Komunikasi Terapeutik
Perawat di RSUD Dr. Wahidin
Sudiro Husodo.Mojokerto:
Kajian Pragmatik

Yosep, Iyus. (2010). Keperawatan Jiwa.


Refika Aditama: Bandung.

33

Anda mungkin juga menyukai