Anda di halaman 1dari 6

MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA KEPERAWATAN DALAM

ASUHAN KEPERAWATAN
Nadilla Juliansyah Harun / nadillavivo7@gmail.com

Latar Belakang
Keperawatan merupakan profesi unik yang memiliki fokus utama caring, yaitu
bagaimana memberikan dan mengelola asuhan yang dibutuhkan pasien. Hal ini menjadikan
perawat memiliki peran baik pemberi asuhan sebagai kemampuan klinis dan juga koordinator
sebagai komponen manajerial. Peran perawat sebagai pemberi asuhan merupakan komponen
penting yang esensial dalam sistem pemberian pelayanan kesehatan. Kemampuan dan
keterampilan perawat yang kuat dalam kepemimpinan dan administratif sangat penting bagi
pasien dan keselamatannya serta sistem layanan dan aksesnya. Mutu asuhan yang unggul
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap kesehatan. Tuntutan tersebut membuat
perawat perlu dipersiapkan dengan baik untuk membuat dan memelopori strategi perubahan
dan mengelola secara efektif koordinasi dan integrasi dari tim interdisipliner, kebutuhan
masyarakat, dan sistem asuhan yang berkelanjutan (Rabelo et al., 2016). Itulah sebabnya,
integrasi asuhan keperawatan dan manajemen keperawatan menjadi salah satu inti
kompetensi yang dibutuhkan perawat untuk menjalankan peran dan fungsinya dalam
lingkungan layanan asuhan kesehatan.
Diagnosis keperawatan merupakan sebuah konsep kritis untuk memandu proses
pengkajian dan intervensi (Rabelo et al., 2016). Diagnosis juga menjadi komunikasi dan basis
ilmu keperawatan dalam interaksinya dengan disiplin ilmu lain. Diagnosis keperawatan
merupakan penilaian perawat berdasarkan respon pasien secara holistik (bio-psiko-sosio-
spiritual) terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang dialaminya. Diagnosis sama
pentingnya serta memiliki muatan aspek legal dan etis yang sama dengan diagnosis medis.
Oleh karena itu, diagnosis keperawatan merupakan kunci perawat dalam membuat rencana
asuhan yang diberikan pada pasien yang dikelola.
Proses identifikasi gangguan kebutuhan berdasarkan respon yang didapat dari pasien
diperoleh dari proses pengkajian keperawatan dan kemudian dianalisis untuk penarikan
kesimpulan atau keputusan klinis dalam bentuk diagnosis keperawatan. Diagnosis
keperawatan mendeskripsikan respon manusia (pasien) terhadap adanya masalah atau
gangguan potensial atau aktual, sementara diagnosis medis merupakan konsep yang
mendeskripsikan proses penyakit atau injuri.
Metode
Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode Litterature review dengan
menganalisis,eksplorasi dan kajian bebas. Dimana hasil analisis ini bisa didapat sumber yaitu
dengan membandingkan antar satu jurnal dengan jurnal yang lain. Kajian ini juga dibuat
dengan mencari berbagai sumber referensi lainnya baik itu ejournal maupun ebook yang
berkenaan dengan diagnosa keperawatan.

Hasil
Berdasarkan kajian yang sudah dilakukan mengenai “Mengidenitifikasi Diagnosa
Keperawatan dalam Asuhan Keperawatan” dan diadapatkan hasil dari beberapa referensi
bahwa Diagnosis keperawatan merupakan penilaian perawat berdasarkan respon pasien
secara holistik (bio-psiko-sosio-spiritual) terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang
dialaminya. Diagnosis sama pentingnya serta memiliki muatan aspek legal dan etis yang
sama dengan diagnosis medis.
Pentingnya mengidentifikasi diagnosa keperawatan karena mendiagnosa adalah
langkah kedua dari proses keperawatan yang menggambarkan penilaian klinis tentang respon
individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat terhadap permasalahan kesehatan baik
aktual maupun potensial. Dimana perawat mempunyai lisensi dan kompetensi untuk
mengtasinya. Dan juga diharapkan dapat mengembangkan perawat bekerja secara efektif dan
efisien, termasuk meningkatkan kemampuan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan
di Rumah Sakit.
Usaha perawat diarahkan pada upaya mendukung atau meningkatkan kondisi yang
mempengaruhi dan selanjutnya akan memperkuat respons klien. Perawat akan memutuskan
kondisi mana yang akan menjadi fokus perawatan dan memberi arah bagi penetapan sasaran
jangka pendek dari asuhan keperawatan yang diberikan.
Apabila perawat dapat mengidentifikasi kondisi khusus yang mempengaruhi respons
klien, maka dapat dituliskan diagnosa dua bagian yang terdiri dari respons klien dan kondisi
yang mempengaruhinya. Rumusan diagnosa keperawatan dua bagian ini sangat baik bagi
asuhan keperawatan karena akan memberikan arah bagi asuhan keperawatan yang diberikan
kepada klien. Jika diagnosa dua bagian digunakan, maka sasaran jangka pendek berhubungan
dengan kondisi dan sasaran jangka panjang berhubungan dengan respons. Secara lebih rinci
dapat dilihat pada bagan 1 berikut ini (Stolte, 2004).
Pembahasan
Profesi perawat menggunakan proses keperawatan (nursing process) sebagai kerangka
pikir dan kerangka kerja dalam merawat pasien. Keperawatan sebagai proses terdiri dari
assessment (pengkajian), diagnosis (penetapan diagnosa), planning outcomes (perencanaan
hasil), planning intervention (perencanaan intervensi), implementation (implementasi) dan
evaluation (evaluasi) (Wilkinson, J., M 2007).
Peran perawat sebagai pemberi asuhan merupakan komponen penting yang esensial
dalam sistem pemberian pelayanan kesehatan. Kemampuan dan keterampilan perawat yang
kuat dalam kepemimpinan dan administratif sangat penting bagi pasien dan keselamatannya
serta sistem layanan dan aksesnya. Mutu asuhan yang unggul dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat terhadap kesehatan. Tuntutan tersebut membuat perawat perlu dipersiapkan
dengan baik untuk membuat dan memelopori strategi perubahan dan mengelola secara efektif
koordinasi dan integrasi dari tim interdisipliner, kebutuhan masyarakat, dan sistem asuhan
yang berkelanjutan (Rabelo et al., 2016). Itulah sebabnya, integrasi asuhan keperawatan dan
manajemen keperawatan menjadi salah satu inti kompetensi yang dibutuhkan perawat untuk
menjalankan peran dan fungsinya dalam lingkungan layanan asuhan kesehatan.
Asuhan keperawatan merupakan proses sistematis, terstruktur, dan integratif dalam
badan keilmuan keperawatan. Asuhan ini diberikan melalui metode yang disebut proses
keperawatan. Proses keperawatan yang didasari teori Orlando Deliberative Nursing Process
ini menyatakan bahwa tindakan atau perilaku yang ditunjukkan perawat merupakan hasil
pertimbangan berdasarkan kebutuhan pasien. Hal tersebut berarti bahwa perawat profesional
melakukan eksplorasi kebutuhan dan masalah atau gangguan kebutuhan yang terjadi pada
pasien dengan menggunakan persepsi, proses berpikir kritis, penalaran klinis, dan atau
perasaan perawat yang berhubungan dengan kebutuhan dasar pasien. Proses keperawatan
membantu perawat mendapatkan luaran, mengukur kualitas pelaksanaan asuhan keperawatan
dan memudahkan perawat untuk melakukan praktik klinis keperawatan khususnya bagi
perawat pemula (Xiao et al., 2017). Proses keperawatan terdiri dari lima tahapan, yaitu
pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Diagnosis keperawatan merupakan sebuah konsep kritis untuk memandu proses
pengkajian dan intervensi (Rabelo et al., 2016). Diagnosis juga menjadi komunikasi dan basis
ilmu keperawatan dalam interaksinya dengan disiplin ilmu lain. Diagnosis keperawatan
merupakan penilaian perawat berdasarkan respon pasien secara holistik (bio-psiko-sosio-
spiritual) terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang dialaminya. Diagnosis sama
pentingnya serta memiliki muatan aspek legal dan etis yang sama dengan diagnosis medis.
Oleh karena itu, diagnosis keperawatan merupakan kunci perawat dalam membuat rencana
asuhan yang diberikan pada pasien yang dikelola.
Diagnosa keperawatan adalah suatu kesimpulan yang dihasilkan dari analisa data
(Carpenito, 2009). Diagnosa keperawatan adalah langkah kedua dari proses keperawatan
yang menggambarkan penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, kelompok maupun
masyarakat terhadap permasalahan kesehatan baik aktual maupun potensial. Dimana perawat
mempunyai lisensi dan kompetensi untuk mengtasinya ( Sumijatun, 2010 ). Komponen
diagnosa keperawatan menurut PPNI (2010) terdiri dari masalah (P), etiologi atau penyebab
(E) dan tanda atau gejala (S) atau terdiri dari masalah dengan penyebab (PE).
Diagnosis keperawatan mendeskripsikan respon manusia (pasien) terhadap adanya
masalah atau gangguan potensial atau aktual, sementara diagnosis medis merupakan konsep
yang mendeskripsikan proses penyakit atau injuri. North America Nursing Diagnosis
Association (NANDA) yang kemudian berkembang menjadi NANDAInternasional
(NANDA-I) untuk pengembangan dan penggunaan standarisasi terminologi diagnosis
keperawatan untuk meningkatkan status kesehatan secara global. Proses pengembangan terus
dilakukan untuk perbaikan diagnosis berdasarkan praktik berbasis bukti untuk menentukan
tujuan (outcome) dan intervensi yang akan direncanakan dan diberikan kepada pasien
(Herdman & Kamitsuru, 2018). Semakin pendeknya interval diagnosis NANDA–I pada
kedua edisi terakhir menunjukkan bahwa perawat perlu lebih sering memperbaharui
profesionalitasnya dalam konteks proses keperawatan mengikuti standarisasi yang ada.
Dalam penentuan diagnosa keperawatan banyak alternatif pendekatan yang dapat
digunakan, jenis taxonomi tersebut antara lain : NANDA, OMAHA SYSTEM, ICNP, CCC,
dll (Westra, et al, 2008 dalam Nurjannah, 2013), namun pada dasarnya semua pendekatan
tersebut bersumber dari NANDA, NIC, NOC, dengan bervariasinya pendekatan tersebut
membutuhkan jalan tengah agar dapat memahami proses keperawatan dengan sederhana.
Merumuskan diagnosa keperawatan :
1. Merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan analisis data yang didapat
berdasarkan data subjektif dan objektif yang tepat.
2. Merumuskan diagnosa aktual maupun resiko
3. Menentukan prioritas diagnosa keperawatan
Pernyataan diagnose keperawatan menggambarkan status kesehatan klien dan faktorfaktor
yang berkontribusi pada status tersebut. Pernyataan diagnose keperawatan ditulis oleh
perawat untuk masalah-masalah yang diidentifikasi. Komponen yang ada dalam pernyataan
diagnosis keperawatan adalah diagnosa keperawatan (Problem kesehatan), etiologi dan
batasan karakteristik.
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang menggambarkan perubahan status
kesehatan klien. Perubahan-perubahan menyebabkan masalah, dan perubahan tidak
menguntungkan pada kemampuan klien untuk berfungsi. Diagnosa keperawatan merupakan
kelompok batasan karakteristik yang gagal memenuhi nilai normal yang diharapkan. Perawat
mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada daftar NANDA yang mencerminkan perubahan
pada status klien. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk membuat kriteria hasil
asuhan keperawatan dan menentukan intervensi-intervensi yang diperlukan untuk mencapai
kriteria hasil.
Pernyataan etiologi mencerminkan penyebab masalah klien yang menimbulkan
perubahan pada status kehatan klien. Penyebab tersebut berhubungan dengan tingkah laku
klien, patofisiologi, psikososial, perubahan-perubahan situasional pada gaya hidup, usia
perkembangan, faktor budaya, dan lingkungan. Perubahan-perubahan ini masih dalam batas
wewenang keperawatan. Diagnosa keperawatan bisa diterapkan di semua area keperawatan
yaitu medikal bedah, kesehatan ibu anak, pediatrik, kesehatan komunitas. Frase “yang
berhubungan dengan” berfungsi untuk menghubungkan diagnosa keperawatan dan
pernyataan etiologi. Contoh diagnosa keperawatan: Intoleransi aktivitas yang berhubungan
dengan imobilitas, mungkin lebih tepat untuk seorang dewasa yang menderita stroke.
Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan
suplai oksigen sesuai untuk seorang anak yang menderita kelainan jantung bawaan dan
seterusnya.

Penutup
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian perawat berdasarkan respon pasien
secara holistik (bio-psiko-sosio-spiritual) terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang
dialaminya. Diagnosis sama pentingnya serta memiliki muatan aspek legal dan etis yang
sama dengan diagnosis medis.
Hubungan antara pasien dan perawat merupakan interaksi timbal balik dimana respon
pasien dan perawat saling memengaruhi dan terus berkembang sejalan dengan perubahan
respon antara pasien dan perawat. Salah satu fungsi profesionalitas perawat adalah
menemukan kebutuhan pasien yang tidak terpenuhi dan kemudian memberikan bantuan
untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Daftar Pustaka
Efendy, M. (2012). Perbedaan Tingkat Kualitas Dokumentasi Proses Keperawatan Sebelum
Dan Sesudah Penerapan NANDA-I, NIC, Dan NOC. Jurnal Keperawatan Soedirman, 7(2),
67-77

Anda mungkin juga menyukai