61-74)
Abstract
Hallucinations are absorption (perception) of the five senses without any stimulation from outside. The way to
control hallucinations was by conducting therapeutic communication. Therapeutic communication is
communication done by nurses during nursing interventions to help the patient's healing process and help patients
overcome their problems through communication. Nurse's therapeutic communication has four phases of
communication namely pre-interaction, orientation or introduction, work and termination. This study aims to
improve the ability of people with schizophrenia in controlling hallucinations in Menur Mental Hospital Surabaya.
The method in this research was a case study using two subjects. The results of this study indicate that after doing
therapeutic communication with a frequency of 6 sessions in 6 days both subjects experienced an increase in the
ability to control hallucinations. Therapeutic communication can improve the ability to control the hallucinations
of the subject if it is done according to the stages.
Abstrak
Halusinasi adalah penyerapan (persepsi) panca indra tanpa adanya rangsangan dari luar. Cara untuk mengontrol
halusinasi adalah dengan melakukan komunikasi terapeutik. Komunikasi Terapeutik merupakan komunikasi yang
dilakukan perawat pada saat melakukan intervensi keperawatan untuk membantu proses penyembuhan pasien dan
membantu pasien mengatasi masalah yang dihadapinya melalui komunikasi. Komunikasi terapeutik perawat
mempunyai empat fase komunikasi yaitu fase preinteraksi, orientasi atau perkenalan, kerja dan terminasi.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pasien skizofrenia dalam mengontrol halusinasi di RS
Jiwa Menur Surabaya. Metode dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan menggunakan dua subjek. Hasil
penelitian ini menunjukkan setelah dilakukannya komunikasi terapeutik dengan frekeunsi 6 sesi selama 6 hari
kedua subjek mengalami peningkatan kemampuan dalam mengontrol halusinasi. Komunikasi terapeutik dapat
meningkatkan kemampuan mengontrol halusinasi subjek jika dilakukan bertahap sesuai prosesdur yang bisa
digunakan.
PENDAHULUAN
pengobatan 84,9 persen (Kemenkes RI, n.d.). tujuan yang ingin dicapai (Yusuf et al., 2015).
Psikosis ada dua jenis yaitu psikosis organik, Pelaksanaannya adalah dengan menggunakan
dimana didapatkan kelainan pada otak dan komunikasi terapeutik yang dilakukan
psikosis fungsional, tidak terdapat kelainan perawat dengan pasien yang mempunyai
pada otak. Psikosis sebagai salah satu bentuk tujuan yaitu klien mampu mengontrol
gangguan jiwa merupakan ketidakmampuan halusinasi. Dengan teknik komunikasi
untuk berkomunikasi atau mengenali realitas terapeutik ini berguna untuk membangun
yang menimbulkan kesukaran dalam hubungan terapeutik perawat dan klien,
kemampuan seseorang untuk berperan mengidentifikasi masalah klien, mengkaji
sebagaimana mestinya dalam kehidupan persepsi klien tentang masalah yang
sehari-hari. Tanda dan gejala psikosis antara dihadapinya. Teknik komunikasi terapeutik
lain : perilaku regresi, perasaan tidak sesuai, merupakan salah satu teknik dalam proses
berkurangnya pengawasan-pengawasan penyembuhan pasien terutama dengan
terhadap impuls-impuls, waham dan masalah keperawatan gangguan jiwa tak
halusinasi. Pengobatan pada psikosis adalah terkecuali pasien gangguan jiwa dengan
neuroleptik misalnya Chlorpromazine yang halusinasi (Stuart, 2013).
diberikan secara intra muscular, Berdasarkan fenomena di atas pasien
Trannquilaizer misalnya Valium atau Stesolid dengan halusinasi merupakan kategori 10
yang diberikan secara intra vena. Sedangkan besar diagnosa prioritas dan dominan
terapi oral yang diberikan pada psikosis persentase terbanyak jumlah pasien dengan
adalah Triflouperazine (Stelazine) dan diagnosa halusinasi dibandingkan dengan
Haloperidol (Direja, 2011). diagnosa lainnya di RS Jiwa Menur Surabaya
Salah satu gejala psikosis yang dialami sehingga penulis tertarik untuk mengadakan
penderita gangguan jiwa adalah halusinasi penelitian untuk mengetahui bagaimanakah
yang merupakan gangguan persepsi dimana kemampuan pasien skizofrenia dalam
klien mempersepsikan sesuatu yang mengontrol halusinasi sebelum dan sesudah
sebenarnya tidak terjadi (Stuart, 2013). dilakukannya komunikasi terapeutik.
Halusinasi merupakan persepsi sensorik Sehingga dengan ini penulis mengambil judul
penglihatan, sentuh, pendengaran, Kemampuan Pasien Skizofrenia dalam
penghidu/pengecap tanpa rangsang luar. Mengontrol Halusinasi di RS Jiwa Menur
Tindakan pengobatan yang dapat dilakukan Surabaya.
kepada klien dengan halusinasi yaitu
pengobatan psikofarmaka dan terapi kejang
listrik (Direja, 2011). Tindakan keperawatan METODE
yang dapat diberikan yaitu terapi modalitas Penelitian ini merupakan rancangan
yang meliputi terapi individu, terapi studi kasus. Populasi dalam penelitian ini
lingkungan, terapi kognitif, terapi kelompok adalah pasien dengan diagnosa medis
terapi perilaku dan terapi keluarga melalui skizofrenia yang dirawat di RS. Menur
komunikasi (Keliat & Prawirowiyono, 2016). Surabaya. Subjek dari penelitian ini adalah 2
Pelayanan keperawatan yang diberikan (dua) pasien skizofrenia yang berdasarkan
kepada klien terutama dengan halusinasi, pengkajian memiliki halusinasi serta
yaitu klien diberikan pengobatan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang
psikofarmaka dan terapi modalitas telah ditetapkan. Kriteria inklusinya adalah
keperawatan (terapi aktivitas kelompok, pasien pria maupun wanita yang dirawat di
terapi rekreasi, terapi lingkungan, terapi RSJ Menur Surabaya yang telah dilakukan
individu dan terapi okupasi). Terapi individu pengkajian keperawatan dengan masalah
merupakan salah satu bentuk terapi yang utama keperawatan halusinasi. Kriteria
dilakukan secara individu oleh perawat eksklusinya adalah pasien yang mengalami
kepada klien secara tatap muka perawat-klien kesulitan dalam berkomunikasi. Fokus studi
dengan durasi waktu tertentu sesuai dengan kasus pada penelitian ini adalah untuk
Yosi Apriliani, dkk., Penerapan Komunikasi Terapeutik Pada,... 62
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 16, No. 2, Oktober 2020, (Hal. 61-74)
4 Seperti apa isi “ kalau pendengaran cara menanggapi ketika halusinasi muncul
halusinasi tersebut? saya seperti mendengar dan mengatasi kekambuhannya. Disamping
suara orang menyuruh
wiritan kalau gak
itu halusinasi yang dialami subjek I
wiritan berarti sudah bermacam-macam sehingga diperlukan
mati saya, kalau komunikasi terapeutik untuk menangani
penglihatan saya halusinasinya.
melihat disekitar saya
itu nabi, malaikat, Tabel 2. Hasil Wawancara Pre Test Subjek
bidadari, monster” II
No Pertanyaan Tanggapan
5 Kapan halusinasi “ Sewaktu-waktu
itu muncul? mbak”
1 Bagaimana kabar “baik”
6 Berapa lama “ tidak ngukur saya , bapak/ibu hari ini?
frekuensi kira-kira ya sekilas
halusinasi itu gitu” 2 Apakah bapak/ibu “saya tidak
muncul? bisa menjelaskan halusinasi”
tentang halusinasi
7 Bagaimana “ biasa saya mbak, toh yang dialami?
perasaan bapak/ibu ya sudah sering dulu
saat halusinasi itu dari saya SMA” 3 Halusinasi apa “tidak tahu’
muncul? yang sedang
bapak/ibu alami?
8 Apa yang “ kalau suara yang
dilakukan ketika muncul saya jawab 4 Seperti apa isi “rambut saya ditarik-
halusinasi muncul? mbak (saya ladeni) halusinasi tersebut? tarik, saya disuruh
kalau penglihatan pas nulis”
lihat monster saya
teriak ketakutan” 5 Kapan halusinasi “tidak tahu”
itu muncul?
9 Apakah dengan “ menghardik itu yang
menghardik gimana ya mbak,saya 6 Berapa lama “tidak tahu”
halusinasi hilang? lupa” frekuensi
halusinasi itu
muncul?
10 Apakah dengan “sepertinya begitu”
banyak kegiatan 7 Bagaimana “ tidak tahu”
halusinasi perasaan bapak/ibu
berkurang? saat halusinasi itu
muncul?
11 Apakah bercakap “ nggak mesti, kadang
dengan teman masih muncul kalau 8 Apa yang “saya nangis, sakit
dapat saya lagi bicara sama dilakukan ketika rambut saya ditarik”
menghilangkan orang” halusinasi muncul?
halusinasi
9 Apakah dengan “apa menghardik itu
12 Apakah rutin “iya mbak, kalau nggak menghardik mbak”
minum obat minum duhh saya halusinasi hilang?
halusinasi hilang? sudah kambuh lagi
10 Apakah dengan “tidak tau”
mbak”
banyak kegiatan
halusinasi
berkurang?
Dari hasil wawancara pre test pada 11 Apakah bercakap “saya tidak punya
subjek I didapatkan subjek mengutarakan dengan teman teman”
jawaban yang menggambarkan masalah dapat
subjek, yaitu subjek belum mengetahui menghilangkan
halusinasi
frekuensi halusinasi dan tidak tahu bagaimana
12 Apakah rutin “saya bosan obat, Tabel 3. Hasil Wawancara Post test Subjek I
minum obat pengen pulang” No Pertanyaan Tanggapan
halusinasi hilang?
1 Bagaimana kabar “ alhamdulillah sudah
bapak/ibu hari ini? baik mbak “
Subjek II mengutarakan jawaban yang
menggambarkan masalahnya, yaitu subjek 2 Apakah bisa “ bisa mbak,sudah
menjelaskan paham saya “
belum mampu mengenali jenis halusinasinya, tentang halusinasi
cara mengontrol halusinasinya, subjek yang dialami?
beranggapan itu bukan halusinasi karena
subjek dulunya pernah dirawat di RSJ Menur 3 Halusinasi apa ” saya halusinasi
dengan Harga Diri Rendah. Sehingga yang sedang pendengaran,
bapak/ibu alami? penglihatan disertai
komunikasi terapeutik tepat dilakukan kepada waham juga mbak ”
subjek II yang baru merasakan halusinasi
untuk membantu subjek mengenali dan 4 Seperti apa isi “ kalau pendengaran
mengontrol halusinasinya. halusinasi tersebut? saya seperti
mendengar suara
Setelah mendapatkan kesimpulan dari orang menyuruh
lembar wawancara pre-test subjek I dan II wiritan kalau gak
yang sesuai dengan kriteria inklusi, kemudian wiritan berarti sudah
peneliti menjelaskan komunikasi terapeutik mati saya, kalau
dapat membatu mengenali jenis halusinasi penglihatan saya
melihat disekitar saya
dan meningkatkan kemampuan dalam itu banyak nabi
mengontrol halusinasi. Setelah subjek paham malaikat bidadari
dan mengerti kemudian menandatangani monster”
lembar Inform Consent sebagai tanda bukti
bahwa subjek penelitian telah setuju untuk 5 Kapan halusinasi “ halusinasi itu
itu muncul? munculnya setiap
berpartisipasi dalam penelitian. setelah selesai adzan
Kemudian, peneliti membuat kontrak sholat, tapi sekarang
waktu bersama subjek, peneliti menjelaskan sudah berkurang kan
komunikasi ini akan dilakukan selama 6 hari saya sudah tau caranya
setiap harinya dimana setiap sesi berlangsung ”
sekitar 30 – 40 menit. Selanjutnya, peneliti 6 Berapa lama “ dulu lama mbak,
bekerja sama dengan enumerator frekuensi kalau sekarang hanya
menyamakan persepsi tentang pelaksanaan halusinasi itu sekilas saja.. sudah
kegiatan. Selanjutnya peneliti bersama muncul? jarang pokoknya ”
enumerator dalam tahap penerapannya dan 7 Bagaimana “ kalau perasaan saya
mengobservasi dan meneliti hasil sesi. perasaan bapak/ibu tetap biasa-biasa saja
Enumerator dalam penelitian ini berjumlah saat halusinasi itu kok mbak tidak takut
satu orang. Enumerator merupakan perawat muncul? saya“
yang bekerja di ruang Flamboyan RS Jiwa
8 Apa yang “ saya terapkan yang
Menur Surabaya. Enumerator terlebih dahulu dilakukan ketika sudah diajarkan mbak
menyamakan persepsi bersama peneliti halusinasi muncul? sebelumnya, seperti
dengan melakukan penilaian penerapan menghardik,
tahapan komunikasi terapeutik terhadap menyibukkan diri dan
pasien berdasarkan format yang dibuat oleh yang penting minum
obat teratur”
peneliti.
9 Apakah dengan “iya mbak langsung
Berikut ini adalah hasil wawancara post menghardik pergi halusinasinya”
test sesudah subjek I dan II dilakukan halusinasi hilang?
penerapan komunikasi terapeutik yang
disajikan pada tabel 3 dan 4.
Yosi Apriliani, dkk., Penerapan Komunikasi Terapeutik Pada,... 65
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 16, No. 2, Oktober 2020, (Hal. 61-74)
10 Apakah dengan “ iya mbak, pokoknya Tabel 4. Hasil Wawancara Post test Subjek
banyak kegiatan nggak ngelamun gitu II
halusinasi ya aman” No Pertanyaan Tanggapan
berkurang?
1 Bagaimana kabar “ Sudah baik saya
11 Apakah bercakap “ dulu tidak tentu,
bapak/ibu hari ini? mbk, pengen pulang “
dengan teman mungkin ya karena
dapat saya dikit
menghilangkan omongannya tapi
halusinasi sekarang saya banyak 2 Apakah bisa “ bisa lah”
bercanda canda sama menjelaskan
teman jadi hilang tentang halusinasi
halusinasinya” yang dialami?
12 Apakah rutin “ hilang mbak, kalau 3 Halusinasi apa “halusinasi
minum obat gak minum sudah pasti yang sedang pendengaran, sama
halusinasi hilang? saya kumat lagi mbak” bapak/ibu alami? penglihatan”
sebentar. Kemudian peneliti melanjutkan Observasi hari 6, pada sesi ini peneliti
strategi pelaksanaan II yaitu tentang mengulang dari strategi pelaksanaan 1 sampai
mengontrol halusinasi dengan cara 5 untuk mengetahui kemampuan subjek
menghardik. Pada sebelumnya saat pre-test dalam menerapkannya apakah perlu diulangi
subjek mengaku lupa apa itu menghardik, atau sudah cukup. Setelah peneliti mengulangi
sehingga peneliti menjelaskan kembali komunikasi terapeutik sampai selesai subjek
pengertian dan cara-cara menghardik. Subjek mampu menerapkannya dan mampu
dapat memahami dan mampu menirukan atau menjelaskan kembali apa yang sudah
mengulangi cara-cara yang sudah diajarkan, dijelaskan. Kemudian peneliti akan
subjek juga mengutarakan perasaan melakukan evaluasi perkembangan
senangnya. Peneliti menulis peningkatan kemampuan subjek dalam mengontrol
kemampuan subjek tersebut dan membuat halusinasi pada sesi ke 7.
rencana tindak lanjut latihan menghardik Observasi hari terakhir setelah 6 hari
untuk di evaluasi pada sesi berikutnya. dilakukan penerapan komunikasi terapeutik,
Observasi hari 3, pada evaluasi diperoleh hasil subjek dapat mengontrol
menghardik subjek mengatakan sudah mampu halusinasinya setelah dilakukan komunikasi
menerapkannya saat halusinasi muncul. terapeutik dengan strategi pelaksanaan per
Kemudian dilanjutkan strategi pelaksanaan sesi sesuai dengan SOP, serta mengerti
III, setelah dilakukan sesi bercakap-cakap tahapan melakukannya dan lembar observasi
subjek bersama temannya diperoleh subjek harian serta wawancara post-test sebagai
dapat berdiskusi serta mampu memulai atau evaluasi menunjukkan terdapat peningkatan
mengawali pembicaraan. Kemudian subjek kemampuan mengontrol halusinasi subjek
dapat mengungkapkan keinginannya bahwa untuk mengurangi frekuensi munculnya
subjek ingin berinteraksi bersama siapa pun halusinasi .
tanpa ada batasan. Kemudian subjek
dikenalkan metode membuat jadwal mengisi Tabel 6. Hasil Observasi Harian Subjek II
waktu luang atau kegiatan harian dan akan Hari
dibahas pada sesi berikutnya.
No Kemampuan
Observasi hari 4, sebelum lanjut ke sesi 1 2 3 4 5 6 7
4 peneliti menanyakan bagaimana
perkembangan bercakap-cakap bersama 1 Mengenal
✓
teman subjek mengatakan sudah menerapkan jenis × ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
halusinasi
dengan baik. Kemudian selanjutnya
2 Mengenal isi ✓
dilakukannya strategi pelaksanaan 4 bersama halusinasi × ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
subjek diperoleh subjek dapat membuat
3 Mengenal
jadwal kegiatan sehari-hari untuk dijadikan ✓
waktu × ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
sebagai aktivitas sehingga halusinasi dapat halusinasi
terkontrol. 4 Mengenal
✓
Observasi hari 5, peneliti mengevaluasi frekuensi × ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
aktivitas subjek sudah sesuai dengan jadwal halusinasi
5 Mengenal
yang dibuat pada sesi 4. Setelah mengevaluasi
situasi yang
✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
dilanjutkan strategi pelaksanaan 5 yaitu ×
menimbulkan
mengontrol halusinasi dengan patuh obat. halusinasi
Disini peneliti dibantu oleh enumerator 6 Menjelaskan
menjelaskan kepada subjek mengenai patuh respon ✓
× × ✓ ✓ ✓ ✓
obat sesuai dengan resep yang sudah terhadap
halusinasi
ditentukan dokter penanggung jawab. Setelah 7 Mampu
dijelaskan subjek dapat memahami patuh ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
menghardik × ×
obat, yaitu tepat jenis, jumlah, waktu, cara dan halusinasi
manfaat dari masing-masing obat.
Yosi Apriliani, dkk., Penerapan Komunikasi Terapeutik Pada,... 68
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 16, No. 2, Oktober 2020, (Hal. 61-74)
Merupakan nada perasaan yang yang tidak bisa ditepati. Hal ini diperkuat
menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan penelitian (Azizah et al., 2013)
yang menyertai suatu pikiran dan langsung membuktikan bahwa komunikasi terapeutik
relatif lama dengan sedikit komponen adalah hubungan antara perawat dan pasien
fisiologis serta bangga, kecewa. Emosi dalam proses komunikasi perilaku orang lain
merupakan manifestasi afek yang ditampilkan yang tujuannnya merubah perilaku dalam
atau diekspresikan keluar, disertai banyak pencapaian kesehatan yang optimal. Namun
komponen fisiologis dan berlangsung relatif dalam melakukan komunikasi terapeutik ini
lebih singkat atau spontan seperti sedih, perawat memiliki kendala dalam melakukan
ketakutan, putus asa, gelisah atau gembira komunikasi yang sifatnya terapeutik, salah
berlebihan (Diah, 2013) satu kendala yang paling sering dijumpai pada
Menurut penulis klien dengan saat melakukan komunikasi kepada pasien
gangguan persepsi sensori halusinasi yang mengalami halusinasi adalah pada saat
pendengaran salah satunya akan mengalami halusinasi pasien lebih dominan menguasai
gelisah, ngomel-ngomel sendiri, mendengar diri pasien dan pada akhirnya konsentrasi
suara/bisikan yang memberikan persepsi atau pasien terpecah, dan pasien pun sulit
pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek mendapatkan informasi yang di berikan oleh
atau rangsangan yang nyata. perawat. Menurut (Stuart, 2013) menyatakan
Berdasarkan hasil di atas penelitian ini bahwa komunikasi terapeutik merupakan
sejalan dengan teori menurut (Afnuhazi, hubungan interpersonal antara perawat
2015), manusia sebagai makhluk holistik dengan pasien, dalam hubungan ini perawat
dipengaruhi oleh lingkungan dalam dirinya dan klien memperoleh pengalaman belajar
dan lingkungan dari luar, baik keluarga, bersama dalam rangka memperbaiki kondisi
kelompok maupun komunitas. Dalam psikologis atau kejiwaan pasien. Dengan
berhubungan dengan lingkungan, manusia demikian hubungan terapeutik merupakan
harus mengembangkan strategi koping yang suatu hubungan yang bersifat kerja sama yang
efektif agar dapat beradaptasi. Lingkungan bersifat terapeutik yang ditandai adanya
interaksi akan mempengaruhi komunikasi pertukaran perilaku, perasaan, pikiran dan
yang efektif, suasana yang bising, tidak ada pengalaman dalam membina hubungan saling
privasi yang tepat akan menimbulkan percaya.
ketegangan dan ketidaknyamanan. Setelah dilakukan penerapan
Komunikasi terapeutik dalam penelitian komunikasi terapeutik selama 6 kali
ini dilakukan sebanyak 6 kali dalam pertemuan yang dilakukan peneliti sesuai
seminggu, satu hari selama 15-30 menit setiap dengan Standar Operasional Prosedur (SOP)
satu kali pertemuan. Komunikasi terapeutik terhadap kedua subjek gangguan persepsi
pada penelitian ini menggunakan tahapan sensori halusinasi dengan latar belakang
strategi pelaksanaan halusinasi di mana untuk permasalahan berbeda menunjukan adanya
1 kali perlakuan SP dilakukan 1 kali dalam 1 kemajuan kemampuan dalam mengontrol
hari. Tujuan dari penelitian ini melihat ada halusinasinya yang dapat dibuktikan dengan
pengaruh tahapan strategi pelaksanaan hasil wawancara, hasil observasi dan tahap
komunikasi terapeutik pada pasien halusinasi. pelaksanaannya. Jadi dapat disimpulkan
Untuk berkomunikasi dengan klien halusinasi bahwa komunikasi terapeutik dapat
sebaiknya bersikap tenang, bicara lembut, meningkatkan hubungan perawat dengan
bicara tidak dengan cara menghakimi, bicara klien dan bisa membantu pasien untuk
netral dan dengan cara konkrit, tunjukkan rasa mengontrol halusinasinya sehingga dapat
hormat, kontak mata langsung, mengurangi frekuensi munculnya halusinasi.
demonstrasikan cara mengontrol halusinasi, Berdasarkan uraian di atas dapat
fasilitasi pembicaraan klien dan dengarkan disimpulkan bahwa adanya pengaruh tahapan
klien, jangan terburu-buru strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik
menginterpretasikan dan jangan buat janji pada pasien halusinasi hal ini dikarenakan
Yosi Apriliani, dkk., Penerapan Komunikasi Terapeutik Pada,... 72
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume 16, No. 2, Oktober 2020, (Hal. 61-74)