Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang melimpahkan rahmat tauifik dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas dengan berjudul “PENGKAJIAN ASPEK
SPIRITUAL PADA PELAYANAN PALIATIVE” Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan
kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW yang telah mengarahkan kita ke jalan yang
lurus, yakni addinul islam. Makalah ini disusun dan di ajukan untuk memenuhi tugas
Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliative di STIKes KARSA HUSADA GARUT.

Selama penyusunan dan pembuatan tugas ini, kami banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Kami menyadari bahwa penulisan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan dalam
pembuatan tugas selanjutnya.

Akhirnya kami berharap agar tugas ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kami serta
bagi para pembaca pada umumnya.

Garut, 23 September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................................1

B. Tujuan...................................................................................................................................2

C. Rumusan Masalah.................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI.........................................................................................................3

A. Spiritual Dalam Asuhan Keperawatan..................................................................................3

B. Pengkajian Spiritual Pada Pasien Paliatif.............................................................................5

C. Instrumen Pengkajian Spiritual Pada Pasien Paliatif............................................................6

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.......................................................................................11

A. Pengkajian...........................................................................................................................11

B. Diagnosa Keperawatan.......................................................................................................12

C. Intervensi............................................................................................................................12

D. Evaluasi...............................................................................................................................13

BAB IV PENUTUP......................................................................................................................14

A. Kesimpulan.........................................................................................................................14

B. Saran...................................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................15

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan
masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan
kesehatan yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati. Bagaimana peran
perawat dalam menangani pasien yang sedang menghadapi proses sakaratul maut?
Peran perawat sangat konprehensif dalam menangani pasien karena peran perawat
adalah membimbing rohani pasien yang merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan
kesehatan dalam upaya memenuhi kebutuhan biologis-psikologis-sosiologis-spritual
(APA, 1992 ), karena pada dasarnya setiap diri manusia terdapat kebutuhan dasar
spiritual ( Basic spiritual needs, Dadang Hawari, 1999 ).
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO
yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari
pengertian kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter dan
terutama perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien. Karena peran perawat yang
konfrehensif tersebut pasien senantiasa mendudukan perawat dalam tugas mulia
mengantarkan pasien diakhir hayatnya dan perawat juga dapat bertindak sebagai
fasilisator (memfasilitasi) agar pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin
sesuai dengan kondisinya. Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat.
Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang
didiagnosa harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut.
Menurut Dadang Hawari (1977,53) “orang yang mengalami penyakit terminal dan
menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual,
dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien menjelang ajal perlu
mendapatkan perhatian khusus”.
Pasien terminal biasanya mengalami rasa depresi yang berat, perasaan marah
akibat ketidakberdayaan dan keputusasaan. Dalam fase akhir kehidupannya ini, pasien
tersebut selalu berada di samping perawat.

1
B. Tujuan

C. Rumusan Masalah

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Spiritual Dalam Asuhan Keperawatan


Spiritual merupakan salah satu kebutuhan fundamental yang dibutuhkan oleh
seseorang sebagai motivasi terhadap adanya perubahan yang baik dalam hidupnya dalam
mempertahankan keharmonisan dan keselarasan antara diri sendiri dengan dunia luar.
Spiritual juga merupakan suatu upaya seseorang untuk dapat menjawab ataupun
mendapatkan kekuatan dalam menghadapi stress, penyakit fisik maupun kematian.
Spiritual merupakan hal yang mendasar yang harus dimiliki oleh seseorang agar dapat
merasakan kenyamanan dalam hidupnya (Afifah, 2018).
Spiritual adalah sesuatu yang berhubungan dengan spirit, semangat untuk
mendapatkan keyakinan, harapan dan makna hidup. Spiritualitas merupakan suatu
kecenderungan untuk membuat makna hidup melalui hubungan intrapersonal,
interpersonal dan transpersonal dalam mengatasi berbagai masalah kehidupan. Manusia
adalah makhluk tuhan yang paling sempurna (Yusuf, 2016).
Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan yang penting untuk dipenuhi pada
pasien dengan penyakit kanker selain kbutuhan lainnya, karena penyakit ini dapat
berdampak terhadap seluruh aspek kehidupan penderitanya baik fisik, psikologis,
maupun spiritual. Spiritualitas menurut Puchalski (2001) dapat digunakan sebagai salah
satu sumber koping selain itu spiritualitas memberikan dampak yang positif bagi
kesehatan dan dapat dijadikan sebagai sumber penyembuhan (healing).
Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Bussing et al (2010) bahwa sebagian besar
pasien kanker memerlukan spiritualitas ataupun religiusitas sebagai sumber koping untuk
menghadapi kondisi tersebut, sehingga pengetahuan yang baik tentang kebutuhan
spiritual pasien oleh perawat menjadi penting untuk dimiliki.
Kebutuhan spiritual meliputi:
1) Kebutuhan religi atau keagamaan
2) Kebutuhan mendapatkan kedamaian
3) Eksistensi diri

3
4) Kebutuhan untuk memberi.
Setiap orang memiliki kebutuhan ini namun demikian berbeda dalam aspek maupun
tingkat kebutuhannya masingmasing, sehingga penting untuk dilakukan kajian terlebih
dahulu dalam menentukan kebutuhan spiritual pasien. (Nuraeni, 2015)
Perawatan dan pengkajian spiritual menjadi hal yang sensitif dan seharusnya
didasarkan pada hubungan salling percaya diantar klien dan perawat. Pengkajian yang
akurat pada klien sangat penting untuk membantu menentukan intervensi yang yang akan
digunakan. Pengkajian kebutuhan spiritual seharusnya dilakukan dengan pendekatan
secara sistematik dimana perawat melakukan pendekatan pengakajian di semua aspek.
Pengkajian yang efektif tergantung pada terciptanya hubungan saling percaya dan
penghormatan terhadap nilai dan kepercayaan yang ada pada klien. Observasi
keperawatan meliputi lingkungan disekitar klien, perasaan, kemampuan fungsi tubuh dan
observasi data keperawatan.
Pendekatan holistik untuk melakukan pengkajian spiritual diperlukan untuk lebih
memahami kesehatan spiritual klien dan mengidentifikasi kebutuhan spiritualnya.
Spiritualitas merupakan faktor yang terintegrasi di dalam diri individu. Hal ini
dipengaruhi oleh proses fisiologis dan psikologis, latar belakang budaya, lingkungan dan
faktor yang lain. Semua area dari pengkajian keperawatan akan didapatkan data yang
diperlukan untuk merumuskan diagnosa keperawatan.
Perawat seharusnya mulai melakukan pengkajian riwayat kesehatan klien dengan
pertanyaan-pertanyaan tentang pandangan klien tentang masalah utama yang dihadapi
kemudian melangkah ke area yang lebih sensitive sebagai wujud pemahaman dari kondisi
klien.
Pertanyaan langsung berhubungan dengan spiritualitas secara umum yang ditanyakan
oleh perawat seharusnya merupakan sebuah pemahaman yang lebih baik dari kondisi
klien dan mampu membuat pokok-pokok pertanyaan dalam sebuah format yang tepat
disesuaikan dengan bahasa klien dan dengan cara memperhatikan kenyamanan baik dari
perawat dank lien. Dibawah ini merupakan contoh pengakajian spiritual yang dapat
digunakan. Respon klien yang ditampakkan dapat menjadi petunjuk untuk menentukan
tingkat perkembangan spiritualnya (Khoiriyati, 2016).

4
B. Pengkajian Spiritual Pada Pasien Paliatif
Menciptakan hubungan saling percaya dan penghormatan terhadap nilai dan kepercayaan
yang ada pada klien.
1. Sistem Keyakinan
a) Kehidupan spiritual
b) Makna hidup bagi klien
2. Pengalaman Spiritual
a) Menjelaskan keyakinan dan pelaksanaan agama yang diyakini oleh klien
b) Makna agama bagi klien
c) Peran agama dalam kehidupan sehari hari
3. Integritas Dengan Komunikasi
a) Keterlibatan klien dengan kelompok spiritual
b) Seberapa penting kelompok terebut bagi klien
c) Dukungan yang diberikan oleh kelompok tersebut
d) Dukungan yang diberikan oleh kelompok berkaitan dengan penyakit klien
4. Ritual
a) Ritual yang dilakukan oleh klien sebagai bagian dari kehidupan spiritual klien
b) Gaya/cara hidup yang didukung dan dilarang oleh agama klien
c) Makna dari ritual keagamaan yang dijalani bagi klien
d) Sejauh mana klien mengikuti pedoman dalam agama yang dianutnya
5. Implikasi
a) Hal-hal tertentu dari kegiatan pengobatan dan perawatan yang tidak sesuai dengan
ketentuan agama yang dianut klien
b) Aspek-aspek tertentu dari agama klien yang perlu dipertimbangkan selama
kegiatan peawatan
c) Batasan-batasan hubungan yang diatur dalam agama klien
d) Kesediaan klien untuk mendiskusikan implikasi keagamaan klien terhadap
pelayanan kesehatan
6. Terminal Events Planning (Perencanaan Peristiwa Terminal)

5
a) Aspek tertentu dari kegiatan pengobatan dan perawatan yang klien ingin tetap
pertahankan atau tinggalkan terkait dengan agama yang klien anut
b) Praktik keagamaan yang ingin klien rencanakan selama perawatan terminal di
rumah sakit atau di rumah
c) Bagaiman klien mendapatkan kekuatan untuk mengatasi penyakitnya
d) Alasan klien untuk tetap bersyukur meskipun dalam keadaan sakit
e) Bagaimana klien bisa mendapatkan kenyamanan saat klien ketakutan atau
mengalami nyeri (Putri, 2015)

Ada sebuah konsep yang menjelaskan bahwa kebutuhan perawatan spiritual dapat
dilihat dari beberapa domain. Domain yang pertama yaitu domain fisik, contohnya
dengan adanya pengalaman terhadap nyeri dapat menyebabkan individu lebih
berfokus pada spiritualitasnya jika berpikir tentang makna penderitaan atau rasa sakit
yang dihadapinya. Sama halnya dengan harapan, rasa takut, permasalahan yang
diakibatkan oleh hubungan di dalam keluarga atau teman sekolah, masalah financial,
stigma adat dan perawatan medis merupakan contoh dari pengalaman yang biasa
dijumpai dan dapat dihubungkan dengan konsep spiritulitas (bagian dari transcendent
concern) (Khoiriyati, 2016).

C. Instrumen Pengkajian Spiritual Pada Pasien Paliatif


1. Kebutuhan Spiritual
Setiap orang mempunyai dimensi spiritual dan semua pasien mempunyai
kebuthan untuk merefleksikan spiritualitasnya. Kebutuhan sering kali menonjol pada
saat sakit atau pada saat terjadi krisis kesehatan lainnya. Pasien yang memiliki
keyakinan spiritual baik, dapat menemukan atau merasakan bahwa keyakinannya
ditantang oleh situasi kesehtannya, sementara orang dengan keyakinan spiritual tidak
baik, akan merasakan secara tiba – tiba berhadapan dengan berbagai pertanyaan yang
menantang terkait makna dan tujuan hidup, oleh karenanya perawat perlu sensitive
terhadap indikasi – indikasi kebutuhan spiritual pasien dan berespon secara tepat.
Pemenuhan kebutuhan spiritual pasien dapat meningkatkan perilaku koping dan
memperluas sumber – sumber kekuatan pada pasien. kebutuhan spiritual sebagai

6
faktor yang penting untuk mempertahankan atau memelihara hubungan pribadi yang
dinamis dari seseorang dengan tuhan dan hubungan berkaitan dengan pengampunan,
cinta, harapan, kepercayaan dan makna serta tujuan dalam hidup.
Dari pendapat lain menambahkan kebutuhan spiritual sebagai kebutuhan yang
meliputi penemuan jawaban terhadap pertanyaan – pertanyaan tentang sakit, dan
kematian, serta merealisasikan harapan. Kebutuhan spiritual tersebut antara lain :
1) Kebuthan akan mencintai (Love)
2) Kebutuhan akan harapan (Hope)
3) Kebuthan akan kepercayaan (Trust)
4) Kebutuhan akan ampunan
5) Kebutuhan untuk dihormati dan dihargai
6) Kebutuhan untuk bermartabat
7) Kebutuhan akan hidup yang penuh arti/makna
8) Kebuthan akan kreativitas
9) Kebutuhan untuk berkoneksi dengan tuhan atau sesuatu yang maha tinggi
10) Kebutuhan untuk memiliki suatu komunitas

2. Pengkajian Kebutuhan Spiritual


Pengkajian adalah proses mengumpulkan, menganalisis, dan mensintesis data,
dalam rumus multidimensional yang menjadi landasasan pengambilan keputusan.
Pendekatan holistik terhadap penilaian spiritual pasien dilaksanakan karena anggapan
bahwa kebutuhan spiritual mempengaruhi seluruh aspek lain hidup manusia, maka
penilaian dilaksanakan dengan mencakup unsur fisik, psikologis, emosional, sosial
dan kultural.
Pengkajian kebutuhan spiritual pasien dapat menunjukkan kesempatan yang
dimiliki perawat dalam mendukung atau menguatkan spiritualitas pasien. Pengkajian
itu sendiri dapat menjadi terapeutik karena pengkajian tersebut menunjukkan tingkat
perawatan dan dukungan yang diberikan.

7
3. Persiapan Penilaian Spiritual
a) Penilaian spiritual atas diri sendiri
Kemampuan perawat untuk melaksanakan penilaian atas kebutuhan
spiritual pasien tergantung pada kesejahteraan spiritual atau psikologis perawat itu
sendiri. Kesadaran pribadi akan penghayatan hidup spiritual yang sehat
merupakan hal paling hakiki dalam menyelenggarakan perawatan spiritual bagi
pasien. Sebelum melaksanakan penilaian spiritual terhadap pasien, perawat
mempunyai pemahaman yang mendalam akan kepercayaan, nilai, dan prasangka
yang dihayatinya.
b) Membangun relasi positif antara perawat dan pasien
Spiritualitas merupakan hal yang sangat pribadi, karena itu
seringkali perawat merasa tidak nyaman ketika bertanya pada pasien
tentang spiritualitasnya. Akan tetapi perawat perlu meluangkan waktu
untuk berbicara dengan pasien tentang spiritualitasnya, karena
spiritualitas mempengaruhi kesehatan atau penyakit pasien, sehingga
proses perawatan dapat berjalan dengan efektif. Pasien biasanya akan
membicarakan spiritualitas apabila telah timbul rasa mempercayai dan
menghormati perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan, karena
pertanyaan yang diungkapkan dalam penilaian spiritual dapat
mempengaruhi jenis tanggapan yang akan diterima.
c) Menentukan waktu yang tepat untuk membicarakan Spiritualitas
Pertimbangan yang paling penting dalam melakukan keperawatan
sprititual adalah penempatan waktu yang tepat. Perawat harus mempertimbangkan
keadaan atau status pasien seengkap mungkin, misalnya jika pasien dalam
keadaan sakit parah, pengkajian spiritual bisa ditunda hingga saat yang tepat.
Cara lain yang tepat dalam melakukan pengkajian spiritual adalah dengan
menggunkan Hierarki Maslow enyatakan bahwa manusi cenderung mengejar
pemenuhan kebutuhan fisik dan rasa aman terlebih dahulu dan kemudian baru
memperhatikan kebutuhan mental dan spiritual. Pembicaraan tentang spiritualitas
tidaklah tepat dilakukan ketika pasien ada ditempat yang hanya memungkinkan

8
interaksi singkat atau terbatas, seperti ketika dia menderita penyakit akut atau
dalam keadaan gawat darurat. Waktu yang tepat adalah ketika pasien memiliki
rentang waktu yang lebih panjang pada saat menjalani rawat inap yang panjang,
perawatan yang berkelanjutan, atau tinggal di tempat rehabilitas.

4. Tehnik Pengkajian Spiritual


Pertanyaan spiritual harus disesuaikan dengan latar belakang kultural dan
pendidikan. Pertanyaan dapat berbentuk pertanyaan terbuka, open ended question,
merupakan pertanyaan yang paling efektif, karena membantu perawat mengkaji
pribadi yang komplek dan unik. Penggunaan pertanyaan terbuka dan tehnik
mendengarkan secara aktif serta pengamatan terhadap tanda non verbal (misalnya
ekspresi wajah) memungkinkan pemerolehan informasi tentang rasa takut, keraguan,
depresi atau keputusasaan (semua merupakan indikasi distress spiritual) yang
mungkin sedang dialami pasien.
Bentuk pertanyaan lainnya dapat diterapkan seperti pertanyaan tertutup.
Pertanyaan tertutup atau close ended question, dapat digunakan dengan tepat apabila
waktu yang tersedia bagi perawat tidak banyak atau perawat kurang berpengalaman
dalam melakukan pengkajian secara menyeluruh.

5. Model- Model Pengkajian Spiritual (Instrumen Pengkajian)


Pengkajian spiritualitas dan kepercayaan keagamaan , praktik, dan tingkat
partisipasi dapat menggunakan berbagai bentuk penuntun, instrumen, ataupun skala.
Model – model pengkajian ini dapat diterapkan untuk pasien yang berasal dari
pelbagai macam agama atau keyakinan spiritual. Beberapa instrumen tersebut terdiri
dari pengkajian informal, pengkajian formal, dan alat pengkajian kualitatif.
a) Pengkajian informal
dapat dilakukan setiap waktu selama pasien dapat dijumpai. Pasien sering
menggunakan bahasa simbolis atau metafora ketika mereka mengekspresikan
pemikiran mereka tentang spiritualitas, sehingga perawat harus aktif
menggunakan ketrampilan mendengarkan dengan seksama, agar mampu
menafsirkan apa yang sebenarnya diungkapkan oleh pasien. Penggunaan

9
pertanyaan terbuka dan pertanyaan terbimbing tentang spiritualitas dapat
memberi banyak sekali informasi bagi pendengar yang mampu memahami
apa yang dikatakan pasien. unsur – unsur pengkajian spiritual informal
mencakup denominasi/kelompok keagamaan, kpercayaan dan praktik
spiritual.
b) Penilaian Formal
mencakup penyampaian pertanyaan selama proses wawancara untuk
menentukan bagaimana peran kepercayaan dan praktik spiritual selama pasien
mengalami sakit atau penyembuhan. Pertanyaan menyangkut kebutuhan apa
dan sumber spiritual apa yang dapat diperoleh pasien, dan bagaimana
kepercayaan dan praktik spritual mempengaruhi rencana perawatan pasien.
Alat penilaian formal harus memenuhi syarat yaitu mudah dipergunakan,
fleksibel dan memakan waktu singkat, tidak menyakiti hati dan menggunakan
kata – kata yang mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam proses.
Penilaian tidak menginterogasi, mengasingkan, atau mendikriminasikan antara
berbagai agama. Penilaian harus dilaksanakan dengan cara tanpa paksaan dan
tanpa prasangka.

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal,
tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-
saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang
dan damai. Doka (1993) menggambarkan respon terhadap penyakit yang mengancam
hidup kedalam empat fase, yaitu :
1) Fase Prediagnostik : terjadi ketika diketahui ada gejala atau faktor resiko penyakit.
2) Fase Akut : berpusat pada kondisi krisis. Klien dihadapkan pada serangkaian
keputusasaan, termasuk kondisi medis, interpersonal, maupun psikologis
3) Fase Kronis, klien bertempur dengan penyakit dan pengobatannya. pasti terjadi.
4) Klien dalam kondisi Terminal akan mengalami berbagai masalah. Gambaran problem
yang dihadapi pada kondisi terminal :
Perubahan Spiritual : Klien mulai merasa hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi
terminal dan menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai
kondisi peredaan terhadap penderitaan. Sebagian beranggapan bahwa kematian
sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-
orang yang dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan,
dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup.

Faktor-faktor yang perlu dikaji :

Faktor Spiritual

Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses kematian,


bagaimana sikap pasien menghadapi saat-saat terakhirnya. Apakah semakin
mendekatkan diri pada Tuhan ataukah semakin berontak akan keadaannya. Perawat
juga harus mengetahui disaat-saat seperti ini apakah pasien mengharapkan kehadiran
tokoh agama untuk menemani disaat-saat terakhirnya. Konsep dan prinsip etika,

11
norma, budaya dalam pengkajian Pasien Terminal nilai, sikap, keyakinan, dan
kebiasaan adalah aspek cultural atau budaya yang mempengaruhi reaksi klien
menjelang ajal. Latar belakang budaya mempengaruhi individu dan keluarga
mengekspresikan berduka dan menghadapi kematian atau menjelang ajal. Perawat
tidak boleh menyamaratakan setiap kondisi pasien terminal berdasarkan etika,
norma, dan budaya, sehingga reaksi menghakimi harus dihindari.
Keyakinan spiritual mencakup praktek ibadah, ritual harus diberi dukungan.
Perawat harus mampu memberikan ketenangan melalui keyakinan-keyakinan
spiritual. Perawat harus sensitive terhadap kebutuhan ritual pasien yang akan
menghadapi kematian, sehingga kebutuhan spiritual klien menjelang kematian dapat
terpenuhi.

B. Diagnosa Keperawatan
Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan perpisahan dari system
pendukung keagamaan, kurang pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi
ancaman kematian.

C. Intervensi
1. Gali apakah klien menginginkan untuk melaksanakan praktek atau ritual keagamaan
atau spiritual yang diinginkan bila yang memberi kesempatan pada klien untuk
melakukannya. Bagi klien yang mendapatkan nilai tinggi pada do’a atau praktek
spiritual lainnya , praktek ini dapat memberikan arti dan tujuan dan dapat menjadi
sumber kenyamanan dan kekuatan.
2. Ekspresikan pengertian dan penerimaan anda tentang pentingnya keyakinan dan
praktik religius atau spiritual klien menunjukkan sikap tak menilai dapat membantu
mengurangi kesulitan klien dalam mengekspresikan keyakinan dan prakteknya.
3. Berikan privasi dan ketenangan untuk ritual spiritual sesuai kebutuhan klien dapat
dilaksanakan privasi dan ketenangan memberikan lingkungan yang memudahkan
refresi dan perenungan.
4. Bila anda menginginkan tawarkan untuk berdo,a bersama klien lainnya atau
membaca buku keagamaan. Perawat meskipun yang tidak menganut agama atau

12
keyakinan yang sama dengan klien dapat membantu klien memenuhi kebutuhan
spritualnya.
5. Tawarkan untuk menghubungkan pemimpin religius atau rohaniwan rumah sakit
untuk mengatur kunjungan.

D. Evaluasi
1. Klien merasa nyaman dan mengekpresikan perasaannya pada perawat.
2. Klien tidak merasa sedih dan siap menerima kenyataan.
3. Klien selalu ingat kepada Tuhan yang maha Esa dan selalu bertawakkal.
4. Klien sadar bahwa setiap apa yang diciptakan Tuhan yang maha Esa akan kembali
kepadanya.

13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawat berada dalam posisi terbaik dalam memberikan asuhan keperawatan,
terutama ketika merawat klien yang mengalami penyakit yang mengancam jiwa, penyakit
kronis dan kondisi terminal. Perawat belajar sejak dini untuk menjadi komunikator dan
pendengar yang baik. Dengan membantu klien mengekspresikan kepercayaannya dan
hadir secara fisik di dekat klien selama proses penyakitnya maka perawat sedang
memberikan perawatan spiritual. Perawatan spiritual pada klien merupakan hal yang
tidak bisa dipisahkan dari praktek keperawatan jika kita memandang klien sebagai
individu secara komprehensif. Oleh karena itu, Perawat harus mengembangkan identitas
spiritualnya supaya lebih sensitif terhadap kebutuhan spiritual klien.

B. Saran
Perawat dapat menerapkan pandangan secara holistik pada kehidupan dan dirinya.
Selanjutnya, ide ini diterapkan dalam pemberian perawatan pada orang lain secara nyata
menggunakan pendekatan yang sistematik dengan menggunakan proses keperawatan
mulai dari tahap pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan yang tepat, perencanaan,
implementasi dan evaluasi yang berkesinambungan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Milatul. 2018. Spirituality of Paliative Patient in Hospital, Yogyakarta.


Yusuf, DKK. 2016. Kebutuhan Spiritual. Jakarta : Mitra Wacana Media.
Putri, Calvin. 2015. Pengkajian Nilai dan Spiritual.
Khoiriyati, Azizah. 2016. Perawatan Spiritual dalam Keperawatan: Sebuah
pendekatan Sistematik.

15

Anda mungkin juga menyukai