Anda di halaman 1dari 14

KONSEP PENGKAJIAN SPIRITUALITAS

DISUSUN OLEH:

MARIA YUNITA ASUNG

19201036

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

2021/2022
KATA PENGANTAR

PujidansyukurkehadiratTuhan Yang MahaEsaatasberkatdanrahmat-


NyaSayadapatmenyelesaikantugasmakalahtentang “MAKALAH KONSEP PENGKAJIAN
SPIRITUALITAS” terselesaikandenganbaik.

Makalahinimerupakan media pembelajaranbagimahasiswakeperawatan,


mengenaiTugasinitidakluputdarikesalahan.sayamengucapkanterimakasih yang
brelimpahpadadosenpengampuhmatakuliah“KEPERAWATAN PALIATIF’’ yang
memberikankepercayaankepadasayauntukmenyelesaikanmakalahinisertaatasarahandanbimbi
ngannyaselamasayamengikutimatakuliahtersebut. Sekiandanterimakasih
DAFTAR ISI

COVER
KATAPENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I1

A. LatarBelakang..........................................................................

B. Tujuan.......................................................................................

C. RumusanMasalah....................................................................

BABII

A. Spritual dalamAsuhanKeperawatan...................................................

B. Cara Pengkajian Spiritual...................................................................

C. Diagnosis...........................................................................................

BABII

A. Kesimpulan.............................................................................................

B. Saran....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

World Human Organization (WHO) mendefinisikan


perawatan paliatif sebagai pendekatan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien dan keluargayang memiliki banyak
masalah di dalam hidupnya serta memiliki penyakit yang
mengancam jiwa.1 Tindakan untuk perawatan paliatif yang
telah dilakukan adalah dengan identifikasi awal, pengkajian
serta pengobatan darirasa nyeri dan masalah lainnya seperti
fisik, psikososial dan spiritual. Perawatan paliatif juga diartikan
sebagai perawatan pertama yang dimulai sejak awal perjalanan
penyakit, dalam hal ini adalah penyakit terminal, yang mana
bersamaan dengan terapi lainnya untuk memperpanjang hidup
dengancara pendekatan secara menyeluruh (Afifah, 2018)
WHO melaporkan bahwa kasus pasien paliatif di dunia
meliputi penyakit jantung kronis (38,5%), kanker (34%), penyakit
pernapasan (10.3%), Human Immunodeficiency Virus/ Aquired
Immunodeficiency Syndrom (HIV/AIDS) (5,7%) dan Diabetes (4,6%).
Sebagian besar pasien (40-60%) yang membutuhkan perawatan paliatif di
dunia diperkirakan meninggal dunia. Presentasi penderita dengan
kebutuhan paliatif menurut jenis kelamin adalah laki-laki (52%) dan
perempuan (48%) (Afifah, 2018).
Penyakitterminalataupenyakitdenganperawatanpaliatifmerupakan
penyakit yang sudah tidak dapat disembuhkan, perawatan ini
bersifat untukmeningkatkan kualitas hidupnya. Secara garis
besar orang yang dengan
penyakit terminal itu penyakit yang tidak dapat disembuhkan,
dan berkembang ke arah kematian. Prinsip dari perawatan
paliatif ini adalah perawatan yang komperhensif, dimana
pertolongan untuk mengatasi masalah secara menyeluruh
(Afifah, 2016).
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara
holistik,seorang
perawat harus mempertimbangkan berbagai aspek baik aspek
fisik, sosial, emosional, kultural maupun spiritual dalam rangka
pemenuhan kebutuhan klien. Perawat juga harus
mempertimbangkan respon pasien terhadap penyakit yang
dideritanya dan kemampuan klien dalam pemenuhan
kebutuhan
perawatan dirinya (Khoiriyati, 2016)
Permasalahan pada perawatan paliatif yang
digambarkan oleh pasien merupakan kejadian yang
mengancam diri sendiri. Masalah yang seringkali diungkapkan
oleh pasien adalah mengenai ketentraman
dalammemberikan
perawatan yang komprehensif. International Association For
Hospice & Paliiative Care (IAHPC) melaporkan bahwa
sebagian besar pasien melaporkan masalah seperti nyeri,
masalah fisik lainnya, psikologi, sosial, kultural serta spiritual.
Masalah fisik sering kali lebih diperhatikan dan
mendapatkan perhatian khusus dalam melakukan perawatan
pada pasien. Prinsip pada perawatan paliatif adalah
melakukan perawatan secara menyeluruhkepada pasien. Oleh
sebab itu kita juga harus memperhatikan pada masalah
padaaspek psikologis dan spiritual (Afifah, 2018).
Salahsatuaspekyangdikajidanperlumendapatkanperhatiankhusus pada
perawatan paliatif adalah aspek spiritual. Spiritual dapat meningkatkan
kualitas hidup pasien dengan penyakit kronis. Koping spiritual
danreligiusitasterbuktidapatmeningkatkankualitashiduppadapasienkankeya
ngsedangmenjalani terapi radiasi. Sebagian besar pasien (84%) percaya
pada religiusitas/spiritual untuk mengatasi kanker (Afifah, 2018).
Upaya pemenuhan kebutuhan spiritual pasien diawali
dengan kajian kebutuhan spiritual. Berdasarkan kajian tersebut
perawat dapat mengetahui kebutuhan spiritual mana yang perlu
dan belum terpenuhi pada pasien, karena
spiritualbagisetiaporangberbeda,tergantungdaricarapandangdan
latar belakang seseorang. Menurut Hawari (2004) serta
Burkhardt dan Nagai- Jacobson (2005), spiritualitas bersifat
personal atau individual. Terdapat berbagai hal yang
melatarbelakanginya, yang mana setiap individu memiliki cara
pandang dan pemahaman tersendiri tentang spiritualitas.
Perbedaan konsep spiritual dipengaruhi oleh budaya,
perkembangan, pengalaman hidup dan persepsi seseorang
tentang hidup dan kehidupan (Nuraeni,2015).
Kebutuhan akan spirit sebagai hal yang penting untuk
tetap terjaganya kesehatan pada semua individu. Perawat dapat
mengobservasi bahwa kondisi fisik dapat mempengaruhi mind
dan spirit. Selain itu, kita juga bisa memperhatikan jika
seseorang mengalami goncangan emosional ataupun spiritual
lambat laun bisa memunculkan gejala/gangguan secara fisik.
Kebutuhan spiritual dan psikososial kurang menjadi hal yang
prioritas daripada kebutuhan fisik karena kebutuhan tersebut
seringkali abstrak, komplek dan lebih sulit untuk diukur.
Perawatan spiritual menjadi bagian dari perawatan secara
menyeluruh yang cukup mudah diterapkan dalam proses
keperawatan dari mulai pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi. Kebutuhan dan
perawatan spiritual di dalam kerangka kerja proseskeperawatan
ini telah terbukti sangat membantu baik dari segi
filosofismaupun praktis (Khoriyati, 2016).

B. Tujuan
Untuk Mengetahui Pengkajian Spiritual Terhadap Pasien Paliatif
C. RumusanMasalah
1. Bagaimana Spritual dalam AsuhanKeperawatan?
2. Bagaimana Pengkajian Spiritual dalam Asuhan
Keperawatan Paliatif? 3. Apa saja diagnosis Spiritual
dalam NANDA NICNOC?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Spriritual Dalam AsuhanKeperawatan

Spiritual merupakan salah satu kebutuhan fundamental yang


dibutuhkanolehsesorangsebagaimotivasiterhadapadanyaperubahanyang
baik dalam hidupnya dalam mempertahankan keharmonisan
dan keselarasan atara diri sendiri dengan dunia luar.17,18
Spiritual juga merupakan suatu upaya seseorang untuk dapat
menjawab ataupun mendapatkan kekuatan dalam menghadapai
stress, penyakit fisik maupun kematian. Spiritual merupakan
hal yang mendasar yang harus dimiliki oleh seseorang agar
dapat merasakan kenyamanan dalam hidupnya (Afifah,2018).
Spiritual adalah sesuatu yang berhubungan dengan
spirit, semangat untuk mendapatkan keyakinan, harapan dan
makna hidup. Spiritualitas merupakan suatu kecenderungan
untuk membuat makna hidup melalui hubungan intrapersonal,
interpersonal dan transpersonal dalam mengatasi
berbagai masalah kehidupan. Manusia adalah mahluk Tuhan
yang paling sempurna (Yusuf, 2016).
Kebutuhan spiritualitas merupakan kebutuhan yang
penting untuk dipenuhi pada pasien dengan penyakit kanker
selain aspek kebutuhan lainnya, karena penyakit ini dapat
berdampak terhadap seluruh aspek kehidupan
penderitanya baik fisik, psikologis maupun spiritual.
Spiritualitas menurut Puchalski (2001) dapat digunakan sebagai
salah satu sumber koping selain itu spiritualitas memberikan
dampak yang positif bagi kesehatan dan dapat
dijadikansebagaisumberpenyembuhan(healing).Halinidiperkuatolehhasil

penelitian Bussing et al (2010) bahwa sebagian besar pasien


kanker memerlukan spiritualitas ataupun religiusitas sebagai
sumber koping untuk menghadapi kondisi tersebut, sehingga
pengetahuan yang baik tentang kebutuhan spiritual pasien oleh
perawat menjadi penting untuk dimiliki. Kebutuhan spiritual
meliputi: kebutuhan religi atau keagamaan; kebutuhan
mendapatkan kedamaian; eksistensi diri; serta kebutuhan untuk
memberi. Setiap orang memiliki kebutuhan ini namun
demikian berbeda dalam aspek maupun tingkat kebutuhannya
masingmasing, sehingga penting untuk dilakukan kajian
terlebih dahulu dalam menentukan kebutuhan spiritual
pasien. (Nuraeni, 2015)
Perawatan dan pengkajian spiritual menjadi hal yang
sensitif dan seharusnya didasarkan pada hubungan salling
percaya diantar klien dan
perawat. Pengkajian yang akurat pada klien sangat penting
untuk membantu menentukan intervensi yang yang akan
digunakan. Pengkajian kebutuhan
spiritualseharusnyadilakukandenganpendekatansecarasistemati
kdimana perawat melakukan pendekatan pengakajian di semua
aspek. Pengkajian yang efektif tergantung pada terciptanya
hubungan saling percaya dan penghormatan terhadap nilai
dan kepercayaan yang ada pada klien. Observasi keperawatan
meliputi lingkungan disekitar klien, perasaan, kemampuan
fungsi tubuh dan observasi data keperawatan.
Pendekatan holistik untuk melakukan pengkajian
spiritual diperlukan untuk lebih memahami kesehatan spiritual
klien dan mengidentifikasi kebutuhan spiritualnya.
Spiritualitas merupakan faktor yang terintegrasi di

dalamdiriindividu.Halinidipengaruhiolehprosesfisiologisdanpsikologis,
latar belakang budaya, lingkungan dan faktor yang lain. Semua areadari
pengkajian keperawatan akan didapatkan data yang diperlukan
untuk merumuskan diagnosa keperawatan.
Perawat seharusnya mulai melakukan pengkajian
riwayat kesehatan klien dengan pertanyaan-pertanyaan tentang
pandangan klien tentang masalah utama yang dihadapi
kemudian melangkah ke area yang lebih sensitive sebagai
wujud pemahaman dari kondisi klien. Pertanyaan langsung
berhubungan dengan spiritualitas secara umum yang
ditanyakan oleh perawat seharusnya merupakan sebuah
pemahaman yang lebih baik dari kondisi klien dan mampu
membuat pokok-pokok pertanyaan dalam sebuah format yang
tepatdisesuaikan dengan bahasa klien dan dengan cara
memperhatikankenyamanan
baik dari perawat dank lien. Dibawah ini merupakan contoh
pengakajian spiritual yang dapat digunakan. Respon klien yang
ditampakkan dapatmenjadi
petunjuk untuk menentukan tingkat perkembangan spiritualnya
(Khoiriyati, 2016).
1. Sistemkeyakinan
a) Kehidupan spiritual yang penting untukklien
b)
Makna hidup
bagi klien 2.
Pengalaman
Spiritual
a) Menjelaskan keyakinan dan pelaksanaan agama
yang diyakini oleh klien

b) Makna agama bagi klien

c) Peran agama dalam


kehidupan sehari-hari klien

3. Integrasi dengan Komunitas


a) Keterlibatan klien dengan kelompok spiritual

b) Seberapa penting kelompok


tersebut bagi klien c) Dukungan

yang diberikan oleh


kelompoktersebut
d) Dukungan yang diberikan oleh kelompok berkaitan
dengan Penyakit klien
4. Implikasi

a) Hal-hal tertentu dari kegiatan pengobatan dan


perawatan yang tidak sesuai dengan ketentuan
agama yang dianutklien
b) Aspek-aspektertentudariagamaklienyangperlu
dipertimbangkan selama kegiatanpeawatan
c) Batasan-batasan hubungan yang diatur dalam agamaklien
d) Kesediaan klien untuk mendiskusikan
implikasi keagamaan klien terhadap
pelayanankesehatan
5. Terminal events planing (perencanaan peristiwaTerminal)

a) Aspek tertentu dari kegiatan pengobatan dan


perawatan yangklien ingin tetap pertahankan
atau tinggalkan terkait dengan agama yang
klienanut
b) Praktik keagamaan yang ingin klien rencanakan selama
perawatan terminal di rumah sakit atau di rumah
c) Bagaiman klien mendapatkan kekuatan
untukmengatasi penyakitnya
d) Alasan klien untuk tetap bersyukur meskipun
dalam keadaansakit
e) Bagaimana klien bisa mendapatkan
kenyamanan saat klien ketakutan atau
mengalami nyeri (Putri,2015)

Ada sebuah konsep yang menjelaskan bahwa kebutuhan


perawatan spiritual dapat dilihat dari beberapa domain.
Domain yang pertama yaitudomain fisik, contohnya dengan
adanya pengalaman terhadap nyeri dapat menyebabkan
individu lebih berfokus pada spiritualitasnya jika berpikir
tentangmaknapenderitaanataurasasakityangdihadapinya.
Samahalnyadengan harapan, rasa takut, permasalahan yang
diakibatkan oleh hubungan
didalamkeluargaatautemansekolah,masalahfinancial,stigma
adatdan perawatan medis merupakan contoh dari
pengalaman yang biasa dijumpai dan dapat dihubungkan
dengan konsep spiritulitas (bagian dari transcendent
concern) (Khoiriyati,2016)

B. Diagnosis NANDA danIntervensi


Dalam buku Herdman (2018) ditentukan
diagnosis yaitu: DOMAIN 10 NANDA
1. KELAS 1NILAI
2. KELAS 2KEYAKINAN
3. KELAS 3 KESELARASANNILAI
a) KESIAPAN PENGAMBILANKEPUTUSAN
b) KONFLIK
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN c) DISTRESS
MORAL
d) KETIDAKPATUHAN
e) HAMBATANRELIGIUSITAS

f) KESIAPAN MENINGKATKANRELIGIUSITAS
g) RISIKO HAMBATANRELIGIUSITAS
h) DISTRESSSPIRITUAL
i) RISIKO DISTRESSSPIRITUAL
j)
INTERVENSI
(Rencana
Tindakan)
1. Spiritual
suport
Membantu pasien untuk merasa imbang dan tehubung
dengan kekuatan yang lebih besar
2. Hope intstillation/inspiration
Meningkatkan KEYAKINAN kapasitas sendiri untuk memulai
dan mempertahankan tindakan
3. Grief workfacilitation
Membantu resolusi dari kehilangan yang bermakna
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawat berada dalam posisi terbaik dalam memberikan asuhan
keperawatan,
terutamaketikamerawatklienyangmengalamipenyakityangmeng
ancam
jiwa, penyakit kronis dan kondisi terminal. Perawat belajar
sejak dini untuk menjadi komunikator dan pendengar yang
baik. Dengan membantu klien
mengekspresikankepercayaannyadanhadirsecarafisikdidekatklie
nselama
proses penyakitnya maka perawat sedang memberikan
perawatan spiritual.
Perawatanspiritualpadaklienmerupakanhalyangtidakbisadipisah
kandari
praktek keperawatan jika kita memandang klien sebagai
individu secara komprehensif. Oleh karena itu, Perawat harus
mengembangkan identitas spiritualnya supaya lebih sensitif
terhadap kebutuhan spiritual klien
B. Saran

Perawat dapat menerapkan pandangan secara holistik pada


kehidupan dan dirinya. Selanjutnya, ide ini diterapkan dalam
pemberian perawatan pada orang lain secara nyata
menggunakan pendekatan yang sistematik
denganmenggunakan proses keperawatan mulai dari tahap
pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan yang tepat,
perencanaan, implementasi dan evaluasi yang
berkesinambungan

Anda mungkin juga menyukai