Anda di halaman 1dari 7

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN SPIRITUAL ISLAM

a. Definisi Asuhan Keperawatan Spiritual Islam

Asuhan keperawatan spiritual islam adalah perwujudan ibadah yang berbentuk

layanan profesional dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan

kesehatan yang didasari pada keimanan, keilmuan, dan amal yang bersumber dari Al-

Qur’an dan Hadist (Saharudin et al., 2018)(Saharudin et al., 2018) . Profesi perawat adalah

bagian dari tim kesehatan. Perawat bertanggung jawab membantu pasien sebagai individu,

keluarga, maupun masyarakat, baik dalam kondisi sehat atau sakit. Tujuan asuhan

keperawatan adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien, mempertahankan kondisi

kesehatan yang optimal, dan menyelesaikan masalah keperawatan pasien (Dewi &

Anugerah, 2019).

b. Falsafah Keperawatan

Falsafah keperawatan menjadi ruh bagi perawat ketika memberikan asuhan keperawatan

kepada pasien atau pasiennya. Falsafah tersebut terdiri dari:

1) Meyakini manusia sebagai individu yang memiliki kebutuhan bio-psiko-sosio-

spiritual yang unik.

2) Keperawatan adalah bantuan bagi umat manusia yang bertujuan meningkatkan

derajat kesehatan yang optimal.

3) Tujuan asuhan keperawatan dapat dicapai melalui usaha bersama dari semua

anggota tim kesehatan dan pasien/keluarga.

4) Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat menggunakan proses

keperawatan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan pasien.

5) Perawat bertanggung jawab dan bertanggung-gugat, memiliki wewenang dalam

melakukan asuhan keperawatan secara utuh berdasarkan standar asuhan

keperawatan.
6) Pendidikan keperawatan harus dilaksanakan terus-menerus untuk mewujudkan

pertumbuhan dan perkembangan staf dalam pelayanan kesehatan.

Keperawatan adalah suatu profesi yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat akan pelayanan kesehatan. Fenomena yang menjadi objek penelitian

keperawatan adalah bahwa kebutuhan dasar manusia dalam aspek biologi, psikologi, sosial

dan spiritual telah menyimpang atau tidak terpenuhi (Yusuf et al., 2016). Sebagai

pekerjaan perawat sehari-hari, sangat umum untuk memenuhi kebutuhan biologis pasien

selama sakit dan dirawat di rumah sakit, tetapi masih sangat sedikit untuk memenuhi

kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual pasien. Spiritualitas sebagai sumber kekuatan

batin umat manusia terutama dalam aspek “filosofi hidup” menjadi sangat penting untuk

menentukan konsep sehat dan sakit, mencari pengobatan, harapan bahkan keputusasaan

akibat penderitaan jangka panjang yang diakibatkan oleh penyakit yang dialami (Yusuf et

al., 2016).

Pada dasarnya setiap diri manusia memiliki kebutuhan dasar spiritual (basic spiritual

needs) tidak hanya bagi mereka yang beragama, tetapi juga bagi mereka yang sekuler

sekalipun. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau

mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agamanya, serta kebutuhan untuk

mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agamanya,

serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin

hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan-Nya (Dewi & Anugerah, 2019). Keyakinan

spiritual dapat menghasilkan keyakinan dan harapan. Keyakinan sesuai pengalaman dan

agama yang dipelajari, harapan terkait dengan kehidupan yang dijalani, termasuk konsep

sehat atau sakit yang dirasakan (Yusuf et al., 2016). Oleh karena itu, keyakinan spiritual

dapat menuntun dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang menjadi sumber dukungan,

atau bahkan menjadi konflik.


c. Kebutuhan Dasar Spiritual Manusia

Menurut Clinebel dikutip dari (Aryanto, 2017) menyebutkan sepuluh kebutuhan dasar

spiritual manusia, yaitu:

1) Kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trust), yang senantiasa secara teratur

terus-menerus diulang guna membangkitkan kesadaran akan sesuatu yang lebih

tinggi dari kekuasaan-Nya.

2) Kebutuhan akan makna dan tujuan hidup dalam membangun hubungan yang

selaras, serasi dan seimbang dengan Tuhannya (vertikal) dan dengan sesama

manusia (horizontal) serta alam sekitarnya.

3) Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dalam hidup

keseharian. Disini pengalaman agama atau ritual keyakinan terintegrasi dalam

amal kesehariannya.

4) Kebutuhan akan pengisian spiritualnya dengan selalu secara teratur mengadakan

hubungan dengan sumber spiritualnya. Hal ini dimaksudkan agar spiritualnya

tetap terjaga, tidak melemah.

5) Kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah (horizontal) dan berdosa (vertikal). Rasa

bersalah dan berdosa ini merupakan beban mental bagi seseorang dan tidak baik

bagi kesehatan jiwa.

6) Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri (self acceptance dan self esteem).

Dua hal tersebut amat penting bagi kesehatan jiwa seseorang. Setiap diri ingin

diterima dan dihargai oleh lingkungannya, tidak ingin dilecehkan atau

dipinggirkan.

7) Kebutuhan akan rasa aman, terjamin dan keselamatan terhadap harapan masa

depan.
8) Kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat yang semakin tinggi sebagai

pribadi yang utuh (integrated personality).

9) Kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesama manusia.

Setiap orang membutuhkan orang lain serta sumber daya alam untuk membantu

kelangsungan hidupnya.

10) Kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan nilai-nilai religius.

d. Peran Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual

Peran perawat dalam memenuhi kebutuhan spiritual pasien harus melakukan

serangkaian kegiatan dalam proses keperawatan seperti pengkajian, menegakkan

diagnosis, merencanakan tindakan, melaksanakan tindakan dan evaluasi dengan

mengikutsertakan aspek spiritual (Saharudin et al., 2018). Sebelum mengevaluasi masalah

pasien, perawat perlu mempersiapkan apakah dia yakin akan konsep spiritual yang

dimilikinya, sehingga ketika menghadapi masalah spiritual pasien, perawat dapat

membimbing pasien untuk mencari solusi alternatif berdasarkan keyakinan pasien untuk

membangun kepercayaan dan komunikasi terapeutik (Yusuf et al., 2016). Asuhan

keperawatan berbasis spiritual dapat diidentifikasi pada masing-masing tahapan berikut

(Hamid 2008 dalam Saharudin et al., 2018).

1) Pengkajian

Pengkajian aspek spiritual membutuhkan komunikasi interpersonal yang baik

antara perawat dan pasien (Saharudin et al., 2018). Oleh karena itu, pengkajian

sebaiknya dilakukan setelah perawat dapat membentuk hubungan yang baik dengan

pasien atau dengan keluarga pasien. Pengkajian riwayat keperawatan berfokus pada

sejauh mana keyakinan spiritual mempengaruhi kehidupan yang berkaitan dengan

penyakit yang diderita saat ini, bagaimana bentuk dukungan yang diinginkan pasien,

bagaimana memenuhi kebutuhan spiritual pasien selama sakit, apakah diperlukan


konselor spiritual, rohaniawan, dan bagaimana harapan pasien dengan penyakitnya

(Yusuf et al., 2016). Selain berbagai masalah tersebut, perawat juga perlu mengamati

lingkungan, tingkah laku, ekspresi lisan, sikap dan perasaan, serta hubungan

interpersonal yang ditunjukkan oleh pasien (Yusuf et al., 2016).

2) Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan masalah spiritual menurut North

American Nursing Diagnosis Association (NANDA) adalah distress spiritual yang

dapat diidentifikasi sebagai gangguan kemampuan dalam mengintegrasikan arti dan

tujuan hidup seseorang yang dihubungkan dengan diri, orang lain, seni, musik, alam,

atau kekuatan yang lebih besar dari dirinya (NANDA, 2018). Selain distres spiritual,

diagnosa keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien dengan masalah pemenuhan

kebutuhan spiritual antara lain; ketidakmampuan atau keterbatasan dalam

melaksanakan ritual keagamaan, takut, harga diri rendah kronik atau situasional,

gangguan pola tidur, koping individu tidak efektif, dan konflik pengambilan

keputusan terkait tindakan medik yang harus dilakukan (Yusuf et al., 2016).

3) Rencana Tindakan Keperawatan

Rencana tindakan keperawatan disesuaikan dengan diagnosis yang ditegakkan.

Tujuan utamanya adalah untuk membantu memenuhi kebutuhan spiritual pasien,

memelihara dan memperbaiki tingkat kesehatan spiritual untuk membangun kekuatan,

ketenangan, ketentraman, dan kepuasan pasien dengan kondisi yang dialami (Yusuf

et al., 2016). Prinsip tindakan yang dapat direncanakan antara lain:

a) Membantu menerapkan prinsip-prinsip religius dalam pemberian

keperawatan, membantu individu menggunakan sumber kekuatan

internalnya dalam menghadapi masalahnya, optimalkan pikiran positif

pasien untuk menerima penyakit yang dialami


b) Membantu pasien mengungkapkan persepsinya mengenai makna sakit yang

dialami, sharing tentang hikmah kejadian, dan membantu meningkatkan

harapan pasien

c) Kunjungan rohaniawan

d) Menawarkan kehadiran diri, pendampingan untuk membantu upaya

pencarian hikmah kehidupan dari kondisi penderitaan, kesakitam dan

kematian

e) Menguatkan hubungan antara manusia dengan Tuhan (Yusuf et al., 2016).

4) Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan dalam membantu memenuhi kebutuhan spiritual meliputi

berbagai tindakan untuk mengidentifikasi dan memeriksa bentuk sumber internal

yang digunakan individu dalam menghadapi penyakitnya seperti metode koping,

humor, motivasi, penentuan nasib sendiri, sikap positif dan optimisme yang

ditunjukkan pasien (Yusuf et al., 2016). Tindakan terpenting dari perawat adalah

menggunakan komunikasi terapeutik yang dapat diekspresikan melalui kehadiran

fisik dan psikologis perawat, mendukung pasien melaksanakan ritual keagamaan

seperti sholat, membantu berdo’a, membaca kitab suci, dan perawat sebagai

komunikator perantara apabila pasien menginginkan untuk bertemu rohaniawan atau

bila menurut perawat memerlukan bantuan rohaniawan dalam mengatasi masalah

spiritualnya (Yusuf et al., 2016).

5) Evaluasi

Untuk mengetahui apakah pasien telah mencapai kriteria hasil yang ditetapkan

pada fase rencana tindakan keperawatan, perawat perlu mengumpulkan data terkait

dengan pencapaian tujuan asuhan keperawatan spiritual. Tujuan asuhan keperawatan

spiritual tercapai apabila secara umum pasien:


a) Mampu beristirahat dengan tenang

b) Mengekspresikan rasa damai berhubungan dengan Tuhan

c) Menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka dengan rohaniawan

d) Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya

e) Menunjukkan perasaan positif, tanpa rasa bersalah, dan kecemasan

(Saharudin et al., 2018).

Aryanto, I. (2017). Pelaksanaan Bimbingan Perawatan Rohani Islam (Warois) Untuk


Memenuhi Kebutuhan Spiritual Pasien. Irsyad: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan,
Konseling, Dan Psikoterapi Islam, 5(3), 241–260.
http://jurnal.fdk.uinsgd.ac.id/index.php/irsyad/article/view/890/217
Dewi, I., & Anugerah. (2019). Asuhan Keperawatan Spiritual Islam Bimbingan Rohani Islam
bagi Pasien di Rumah Sakit (P. Aisyah (ed.)). Manggu Makmur Tanjung Lestari.
NANDA. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018-2020 Edisi 10 editor
Monica Ester & Wuri Praptiani. EGC.
Saharudin, Amir, S., & Rosmina. (2018). Penerapan Model Pelayanan Keperawatan Berbasis
Spiritual Ditinjau dari Aspek Proses Asuhan Keperawatan Spiritual di Rumah Sakit Islam
Faisal Makassar. Hospital Majapahit (Jurnal Ilmiah Kesehatan Politeknik Kesehatan
Majapahit Mojokerto), 10(14), 63–65.
https://doi.org/10.15900/j.cnki.zylf1995.2018.02.001
Yusuf, A., Nihayati, H., Iswari, M., & Oktviasanti, F. (2016). Kebutuhan Spiritual Konsep dan
Aplikasi dalam Asuhan Keperawatan (Pertama). Mitra Wacana Media.

Anda mungkin juga menyukai