PRECEDE PROCEED
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3 :
2022/2023
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………………………………………ii
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………..1
A. latar belakang…………………………………………………………………………………………………….1
B. rumusan masalah……………………………………………………………………………………………….2
C. tujuan masalah……………………………………………………………………………………………………2
A .definisi precede-proceed…………………………………………………………………………………….3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Model Proceed memberikan desain yang lengkap untuk menilai kesehatan dan kebutuhan hidup
serta merancang, melaksanakan dan mengevaluasi program promosi kesehatan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perilaku kesehatan baik
dari faktor individu maupun lingkungan. Model Precede- Proceed dikemas dalam dua bagian.
Bagian yang pertama adalah PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, Enabling Constructs in
Educational/Ecological, Diagnosis, Evaluation) yang berfokus pada perencanaan program.
Bagian yang kedua adalah PROCEED (Policy, Regulatory, Organizational, Constructs in
Educational, Enviromental, Development) yang berfokus pada implementasi dan evaluasi.
Delapan fase dari model panduan dalam menciptakan program promosi kesehatan, dimulai
dengan hasil yang lebih umum dan pindah ke hasil yang lebih spesifik Secara bertahap, proses
mengarah ke penciptaan sebuah program, pemberian program, dan evaluasi program (Fertman,
2010).
Lawrence Green mencoba melakukan analisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan
seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor perilaku dan faktor di luar
perilaku. Model teori precede-proceed menyediakan struktur yang komprehensif untuk menilai
kesehatan dan kualitas hidup serta kebutuhan untuk merancang, melaksanakan dan mengevaluasi
promosi kesehatan dan program kesehatan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB 2
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Precede-Proceed
Green dan Kreuter (2005) model PRECEDE-PROCEED sebagai model perencanaan program
kesehatan berbasis penilaian kebutuhan masyarakat ditujukan untuk perubahan perilaku. Yang
penting untuk model perencanaan PRECEDE-PROCEED adalah peran teori dalam menciptakan
sebuah kerangka pikir konseptual yang mengarahkan pembentukan intervensi dan evaluasi.
Komponen PRECEDE memungkinkan peneliti untuk bekerja kebelakang dari tujuan akhir (distal
outcomes) untuk membuat blueprint (perencanaan) guna mengarahkan pada penyusunan strategi
intervensi. Komponen PROCEED dapat menghasilkan evaluasi termasuk efikasi (keunggulan)
metodologi penelitian. RECEDE-PROCEED "PRECEDE adalah akronim untuk predisposisi.
memperkuat, dan memungkinkan konstruksi dalam pendidikan/diagnosis ekologi dan evaluasi"
(Green & Kreuter, 2005, p.9). "PROCEED singkatan dari kebijakan, peraturan, dan konstruksi
organisasi dalam pengembangan pendidikan dan lingkungan" (Green & Kreuter, 2005, hal. 9).
Paruh pertama dari model, PRECEDE, "terdiri dari serangkaian penilaian terencana yang
menghasilkan informasi yang akan digunakan untuk memandu keputusan berikutnya" . Paruh
kedua model, PROCEED. "ditandai oleh implementasi strategis dari beberapa tindakan
berdasarkan apa yang dipelajari dari penilaian pada fase awal"
Dalam fase ini, program menyoroti kualitas dari hasil keluaran secara spesifik, indikator utama
sosial dari kesehatan dalam populasi spesifik (contohnya derajat kemiskinan, rata- rata
kriminalitas, ketidakhadiran, atau tingkat pendidikan yang rendah) yang berefek kepada
kesehatan dan kualitas hidup. Sebagai contoh, pada pekerjaan industriyang kumuh dan
berbahaya dengan rata-rata kecelakaan yang tinggi, sedikitnya pelayanan kesehatan. dan
keterbatasan kesediaan makanan diluar pedangang keliling, pekerja mungkin merasa tidak aman
dan menjadi tidak sehat selama kondisi bekerja. Fase ini membantu masyarakat (community)
menilai kualitas hidupnya tidak hanya pada kesehatan. Adapun untuk melakukan diagnosa sosial
dilaksanakan dengan mengidentifikasi masalah kesehatan melalui review literature (hasil-hasil
penelitian), data (misalnya BPS, Media massa), group method.
Contoh : Derajat kemiskinan, rata-rata kriminalitas, ketidakhadiran atau tingkat pendidikan yang
rendah. Hal ini akan berefek kepada kesehatan dan kualitas hidup
. Contoh: Pada pekerjaan industri yang kumuh dan berbahaya dengan rata-rata kecelakaan yang
tinggi sedikitnya pelayanan kesehatan dan keterbatasan kesediaan makanan di luarpedagang
yang keliling sehingga membuat pekerja merasa tidak aman dan menjdai tidak sehat selama
kondisi bekerja.
pedagang yang keliling sehingga membuat pekerja merasa tidak aman dan menjdai tidak sehat
selama kondisi bekerja. Penilaian dapat dilakukan atas dasar data sensus ataupun vital statistik
yang ada, maupun dengan melakukan pengumpulan data secara langsung dari masyarakat. Jika
data langsung dikumpulkan dari masyarakat, maka pengumpulan datanya dilakukan dengan
cara : wawancara dengan informan kunci, forum yang ada di masyarakat, Focus Group
Discussion (FGD), nominal group process (NGP), dan survey secara langsung. Fase 2: Penilaian
Epidemiologi
Dalam fase kedua, setelah spesifik masalah sosial yang berkaitan dengan buruknya kualitas
kehidupan dalam fase pertama, program mengidentifikasi mana masalah kesehatan atau faktor
lain yang berperan dalam perburukan kualitas hidup. Masalah kesehatan akan dianalisis
berdasarkan dua faktor: pentingnya dalam artian bagaimana hubungannya dengan masalah
kesehatan untuk mengidentifikasi indikator sosial dalam penilaian sosial dan bagaimana
menerima untuk merubah masalah kesehatan yang ada. Setelah prioritas utama maslah kesehatan
stabil, identifikasi dari determinan yang mengarah pada munculnya masalah kesehatan.
Detailnya, adalah apa faktor lingkungan, faktor prilaku, dan indikator genetik yang mengarah
kepada permasalahan kesehatan yang spesifik? Kepentingan yang sama dan analisis perubahan
akan menampilkan identifikasi faktor mana yang menjadi target dalam program promosi
kesehatan. Melanjutankan dari contoh sisi pekerjaan, program akan mengumpulkan data masalah
kesehatan dalam populasi yang akan mengarahkan kepada ketidakpedulian, seperti obesitas,
penyakit hati. kanker, dan penyakit menular. Setelah penyakit diurutkan berdasarkan
kepentingan dan kemampuan untuk diubah, perencana akan memilih salah satu masalah
kesehatan. Langkah selanjutnya dalam penilaian ini adalah akan mengidentifikasi penyebab
utama dari penyakit tersebut, seperti faktor lingkungan (contohnya racun, kondisi kerja yang
penuh tekanan, atau kondisi pekerjaan yang tidak terkontrol), faktor perilaku (contohnya
sedikitnya aktivitas fisik, diet yang buruk, merokok, atau konsumsi alkohol), dan faktor genetik
(contohnya riwayat keluarga). Pentingnya dan perubahan data akan dianalisis, dan kemudian satu
atau beberapa dari faktor resiko ini akan dipilih menjadi fokus. Untuk melengkapi fase ini, tujuan
status kesehatan, perilaku objektif, dan lingkungan objek akan disusun. Masalah kesehatan akan
dianalisis berdasarkan dua faktor:
Contoh: angka kejadian suatu penyakit yang tinggi diakibatkan oleh penyakit akibat kerja
(penyakit saluran pernafasan akibat tidak menggunakan masker, kondisi ruangan tempat
bekerja/ventilasi tidak sesuai dengan standar kesehatan). Pada fase ini dicari faktor kesehatan
yang mempengaruhi kualitas hidup seseorang ataupun masyarakat. Oleh karena itu, masalah
kesehatan harus dapat digambarkan secara rinci berdasarkan data yang ada, baik dari data yang
berasal dari data lokal, regional, maupun nasional. Pada fase ini harus diidentifikasi siapa atau
kelompok mana yang terkena masalah kesehatan (umur, jenis kelamin, lokasi, suku, dan lain-
lain), bagaimana pengaruh atau akibat dari masalah kesehatan tersebut (mortalitas, morbiditas,
disability, tanda dan gejala yang ditimbulkan) dan bagaimana cara untuk menanggulangi masalah
kesehatan tersebut (imunisasi, perawatan pengobatan, perubahan lingkungan maupun perubahan
perilaku). Setelah itu dilakukan prioritas masalah. Fase 3: Penilaian Pendidikan dan Ekologis
Focus dalam fase 3 berganti menjadi faktor mediasi yang membantu atau menghindarkan
sebuah lingkungan positif atau prilaku positif. Faktor-faktor ini dikelompokan kedalam tiga
kategori: faktor-faktor predisposisi, faktor-faktor pemungkin dan faktor-faktor penguat (Green &
Kreuter, 2005). Faktor-faktor predisposisi adalah yang dapat mendukung atau mengurangi untuk
memotivasi perubahan, seperti sikap dan pengetahuan. Faktor- faktor pemungkin adalah yang
dapat medukung atau mengurangi dari perubahan, seperti sumber daya atau keahlian. Faktor-
faktor penguat yang dapat membantu melanjutkan motivasi dan merubah dengan memberikan
umpan balik atau penghargaan Faktor-faktor ini dianalisis berdasarkan pentingnya, perubahan,
dan kemungkinan (adalah, seberapa banyak faktor yang mungkin dapat dimasukan dalam sebuah
program). Faktor-faktor kemudian dipilih untuk disajikan sebagai dasar untuk pengembangan
program, dan keobjektifitasan pendidikan
Fokus utama dalam administrasi dan penilaian kebijakan dan keselarasan intervensi dalam fase
ke empat adalah pemastian kenyatan, unuk meyakinkan bahwa ini ada dalam aturan (sekolah,
tempat kerja, organisasi pelayanan kesehatan, atau komunitas) semua dukungan yang
memungkinkan, pendanaan, kepribadian, fasilitas, kebijakan dan sumber daya lainnya akan
ditampilkan untuk mengembangkan dan pelaksanaan program. Pada contoh tempat kerja
sebelumnya, sisi kebijakan dan prosedur akan diulas, diperbaiki, dibentuk dan dilaksanakan.
Seperti poin ini, ada penilaian pada sisi untuk menjelaskan tepatnya apa hal yang diperlukan
untuk menjalankan program dengan baik sebagaimana dikemukakan tingkat pendanaan,
kebutuhan ruang (mungkin sebuah kelas, sebuah tempat kebugaran. perubahan ruangan, atau
shower yang diperlukan, sebagai contoh), dan beberapa barang dan juga untuk memeriksa detail
kaitan penyebaran program, seperi bagaimana untuk merekruit dan menjaga partisipasi dalam
program.gan, melihat changeability faktor lingkungan, memilih target lingkungan.kan yang telah
disusun.
Penyampaian program terjadi selama fase 5. Juga, proses evaluasi (fase 6), yang mana dalam
fase evaluasi yang pertama, terjadi dengan simultas dengan pelaksanaan program. Kunci
keberhasilan implementasi:
1. Pengalaman
2. Sensitif terhadap kebutuhan
3. Fleksibel dalm situasi kondisi
4. Fokus pada tujuan
5. Sense of humor
Proses evaluasi adalah sebuah evalusi yang formatif, sesuatu yang muncul selama pelaksanaan
program. Tujuannya adalah untuk mengumpulkan baik dara kuantitatif dan kualitatif untuk
mengakses kemungkinan dalam program sebagaimana untuk meyakinkan penyampaian program
yang berkualitas. Sebagai contoh, kehadiran partisipan, dan perilaku selama berjalannya program
akan dikumpulkan, sebagaimana sebuah penilaian sebagaimana baiknya rencana yang tertulis
(menjelaskan isi dari yang telah disampaikan, bagaimana itu akan disampaikan, dan seberapa
banyak waktu yang dialokasikan) menyelaraskan dengan penyampaian sebenarnya dari pelajaran
(apa isi yang sebenarnya yang telah disampaikan, bagaimana itu disampaikan, dan seberapa
banyak waktu yang diperlukan untuk menyampaikan itu). Pencapaian pendidikan dari tujuan
juga diukur dalam fase ini. Mengevaluasi dampak dari intervensi pada faktor-faktor pendukung
perilaku dan pada perilaku itu sendiri.:
Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan
perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga di sini undang-undang,
peraturan- peraturan baik dari pusat maupun pemerintahan daerah yang terkait dengan kesehatan.
Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang- kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap
positif serta dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para
tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih para petugas kesehatan. Disamping itu
undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut. Oleh sebab itu
intervensi pendidikan hendaknya dimulai mendiagnosis 3 faktor penyebab (determinan) tersebut
kemudian intervensinya juga diarahkan terhadap tiga faktor tersebut.
Fase 7: Pengaruh Evaluasi
Fokus dalam fase ini adalah evaluasi sumatif, yang diukur setelah program selesai, untuk
mencari tahu pengaruh interfensi dalam perilaku atau lingkungan. Waktunya akan bervariasi
mulai dari sesegera mungkin setelah selesai dari menyelesaikan aktivitas intervensi sampai
beberapa tahun kemudian.
Fokus dari fase evualusi terakhir sama dengan fokus ketika semua proses berjalan- indikator
evaluasi dalam kualitas hidup dan derajat kesehatan.
Intervensi ini mungkin dapat secara sukses dilakukan, prosesnya sesuai dengan yang
direncanakan, dan terjadi perubahan yang memang diharapkan. Namun, hasilnya secara
keseluruhan tidak memiliki
dampak pada masalah yang lebih luas. Dalam hal ini, kita harus memulai kembali prosesnya
sekali lagi, untuk melihat mengapa faktor yang kita fokuskan bukanlah faktor yang tepat dan
untuk mengidentifikasi faktor lain yang mungkin berhasil. Mengukur perubahan dari
keseluruhan objek dan perubahan dalam kesehatan dan keuntungan sosial atau kualitas
kehidupan (outcome) yang menentukan efek terbesar pada intervensi terhadap kesehatan dan
kualitas kehidupan suatu populasi. Dibutuhkan waktu yang panjang untuk mendapatkan hasil,
dan mungkin beberapa tahun untuk benar-benar melihat perubahan kualitas hidup pada populasi
atau masyarakat.
Beberapa outcome mungkin tidak terlihat nyata dalam beberapa tahun atau dekade. Bila outcome
tidak terlihat dalam jangka waktu yang lama, maka kita harus bersabar dan tetap mengawasi
proses dan dampak dari intervensi kita, dengan keyakinan bahwa outcome tersebut akan terlihat
dengan nyata nantinya. Langkah-langkah untuk menetapkan prioritas masalah kesehatan
a) Tujuan Umum Acuan bagi lintas program dan lintas sektor dalam rangka pengembangan
program PHBS percontohan untuk meningkatkan cakupan rumah tangga berperilaku hidup
bersih dan sehat secara bertahap dan berkesinambungan menuju Kabupaten/Kota Sehat
b) Tujuan Khusus
Berdasarkan luang lingkupnya tujuan promosi kesehatan terdiri atas tiga tingkatan (Green,
1991), yaitu:
a) Tujuan program
Tujuan program merupakan refleksi dari fase sosial dan epidemiologi, berupa pernyataan
tentang apa yang akan dicapai dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status
kesehatan tujuan ini harus mencakup "who will in how much of what by when". Tujuan
program juga sering disebut sebagai tujuan jangka panjang, (contohnya mortalitas akibat
elakaan kerja pada pekerja menurun 50% setelah promosi kesehatan berjalan 5 tahun.
b) Tujuan pendidikan
Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang
diinginkan. Tujuan pendidikan disebut juga tujuan jangka menengah, (contohnya cakupan
angka kunjungan ke klinik perusahaan meningkat 75% setelah promosi kesehatan berjalan
tiga tahun
c) Tujuan perilaku
Merupakan tujuan jangka pendek, yang merupakan gambaran perilaku yang akan dicapai
dalam mengatasi masalah kesehatan. Tujuan perilaku berhubungan pengetahuan, sikap, dan
tindakan (contohnya pengetahuan pekerja tentang tanda-tanda bahaya di tempat kerja
meningkat 60% setelah promosi kesehatan berjalan enam bulan).
BAB III
KESIMPULAN
Dignan, Mark. B & Carr Patricia, A: Introduction to Program Planning A Basic Text for
Community Health Education, Lea & Febringer.
Philadelphia, 1981 2. Green, Lawrence & Kreuter, Marshall, W: Health Promotion Planning. An
Educational and Environmental App Mengevaluasi dampak dari intervensi pada faktor-faktor
pendukung perilaku dan pada perilaku itu sendiri.:roach Second Edition, Mayfield
Hartono B. Promosi Kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit, Cetakan Pertama, Desember,
Jakarta: Rincka Cipta, 2010.
Cipta: 2007. 9. Notoatmodjo, S. Ilmu Perilaku Kesehatan Cetakan Pertama, Maret. Jakarta:
Rineka Cipta, 2007.
Promosi Kesehatan. Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian Perilaku Hidup Bersih dan Schat
(PHBS) http://www.promosikesehatan.com