Anda di halaman 1dari 19

TUGAS 2

KISI-KISI INSTRUMEN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU ANAK

TERHADAP PELAKSANAAN GOSOK GIGI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas dan Keluarga II
Dosen Pembimbing :Elis Hartati, S.Kep., M.Kep.

Nama Anggota Kelompok 3 :


1. Novicka Dety Aritantia 22020114120008
2. Desy Riawati 22020114120009
3. Lia Budiningmas 22020114120018
4. Devy Rizka Umami 22020114120021
5. Yuliana Purnama Dewi 22020114120030
6. Dwi Ratnawati 22020114120032
7. Atik Naila Haqqi Silmy 22020114120051
8. Tiara Adelina 22020114130104
9. Nurul Agustina 22020114130116
10. Ikha Nurjihan 22020114130118
11. M. Gumilang 22020114130119
12. Shelfi Widyastuti 22020114130127
Kelas A14.2

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2016
BAB I
KONSEP PRECEDE-PROCEED
A. Model PRECEDE-PROCEED
Model PRECEDE-PROCEED adalah program promosi kesehatan yang sudah
dibangun selama 40 tahun oleh dr. Lawrance Green dan koleganya. Lawrence Green
mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau
masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes)
dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri
ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor:
1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) adalah faktor yang mendukung
terjadinya perilaku seseorang yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keyakinan, nilai-nilai, dan presepsi terhadap sesuatu yang dapat menghalangi
perubahan.
2. Faktor-faktor pendukung (enabling factors) adalah faktor yang memungkinkan atau
yang memfasilitasi perilaku. Contoh faktor pendukung antara lain ketrampilan baru
dan sumber daya seperti program, pelayanan dan finansial yang adekuat, ketersediaan
fasilitas dan keterjangkauan.
3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) adalah faktor yang mendorong
terjadinya perilaku pada seseorang sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas
lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Contoh faktor
pendorong dari luar seperti dukungan sosial, pengaruh keluarga, teman sebaya dan
lain-lain. Faktor pendorong mempunyai konsekuensi positif dan negatif terhadap
tindakan, melanjutkan atau menghentikan perilaku teersebut, tergantung sumber
pemberi motifasi.
Model PRECEDE- PROCEED merupakan salah satu program promosi kesehatan
yang paling cocok diterapkan dalam perencanaan dan evaluasi promosi kesehatan yang
dikembangkan oleh Green dan Kreuter. PRECEDE adalah perencanaan guna untuk
menganalisis / mengenal masalah. Precede digunakan untuk diagnosis masalah, evaluasi,
prioritas dan tujuan. Sehingga masalah dapat mudah dipecahkan dan intervensi yang
diberikan dapat tepat dan sesuai dengan masalah yang ada. Selain itu, prioritas dan tujuan
yang ditentukan dapat langsung mengenai pokok dari masalah. PRECEDE sendiri terdiri
dari 5 fase yaitu diagnosis sosial, diagnosis epidemiologi, diagnosis perilaku dan
lingkungan, diagnosis pendidikan dan organisasi, diagnosis administrasi dan kebijakan.
Sedangkan, PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan,
pelaksanaan dan evaluasi. PROCEED terdiri dari 4 fase antara lain fase implementasi dan
program, proses evaluasi, evaluasi dampak, evaluasi outcome (Green LW & Kreuter M,
2005).
Teori Lawrence W Green merupakan salah satu teori modifikasi perubahan perilaku
yang dapat digunakan dalam mendiagnosis masalah kesehatan ataupun sebagai alat untuk
merencanakan suatu kegiatan perencanaan kesehatan atau mengembangkan suatu model
pendekatan yang dapat digunakan untuk membuat perencanaan kesehatan yang dikenal
dengan kerangka kerja PRECEDE dan PROCEED. Kerangka kerja PRECEDE
mempertimbangkan beberapa faktor yang membentuk status kesehatan dan membantu
perencana terfokus pada faktor tersebut sebagai target untuk intervensi (Green LW &
Kreuter M, 2005).

Bagan 1. Proses PRECEDE-PROCEEDe

B. Fase 1: Diagnosis Sosial


Fase pertama dalam PRECEDE-PROCEED merupakan fase yang berfokus pada
identifikasi dan evaluasi masalah sosial yang ada di masyarakat yang dapat berdampak
pada kualitas hidup masyarakat dan juga dapat terjadi sebaliknya yaitu kualitas hidup
yang buruk akan menyebabkan masalah pada sosial. Pada fase I penilaian sosial
didalamnya terdapat keterkaitan antara kualitas hidup masyarakat dengan masalah sosial
yang terjadi di masyarakat sehingga diperlukannya perhatian pada keduanya untuk
mencapai kesejahteraan di masyarakat (Green LW & Kreuter M, 2005).
Indikator utama pada fase penilaian sosial yaitu seperti derajat kemiskinan, nilai
kriminalitas, tingkat pendidikan, pekerjaan, kesejahteraan, gangguan harga diri,
pengasingan, diskriminasi, dan sebagainya. Cara yang dapat dilakukan untuk melakukan
fase penilaian sosial melalui berdiskusi, melihat secara langsung, wawancara ataupun
fokus dengan kelompok-kelompok khusus. Contoh pada fase ini adalah pekerja industri
yang bekerja pada lingkungan kumuh dan berbahaya justru pelayanan kesehatan yang
diberikan sangat minimal atau kurang. Hal tersebut berdampak pada kualitas hidup para
pekerja industri yang merasa tidak nyaman dan tidak sehat saat bekerja (Green LW &
Kreuter M, 2005).
C. Fase 2: Diagnosis Epidemiologi
Pada fase ini siapa saja atau kelompok mana saja yang terkena masalah kesehatan
seperti (umur, jenis kelamin, lokasi dan suku) di identifikasi. Disamping itu dicari pula
bagaimana pengaruh atau akibat dari masalah kesehatan tersebut (mortalitas, morbiditas,
disabilitas, tanda dan gejala yang timbul) dan cara menanggulangi masalah tersebut
(imunisasi, perawatan atau pengobatan, modifikasi lingkungan atau perilaku). Informasi
ini sangat penting untuk menetapkan prioritas masalah, yang di dasarkan pertimbangan
besarnya masalah dan akibat yang ditimbulkan, serta kemungkinan untuk diubah (Green
LW & Kreuter M, 2005).
Angka kematian sebagai salah satu contoh diagnosis epidemiologi yang disebabkan
oleh penyakit hipertensi di suatu kelurahan, lalu dari angka kematian tersebut kita
mencari tahu umur dan jenis kelamin apa saja yang meninggal dunia akibat penyakit
tersebut serta di RT atau RW mana yang paling banyak terjadi kematian akibat hipertensi.
Data lain yang dapat dicari adalah tentang morbiditas misalnya angka morbiditas di suatu
kelurahan yang ibunya mempunyai riwayat penyakit hipertensi, sehingga hal tersebut bisa
di masukka dalam upaya promosi kesehatan untuk ibu yang mempunyai riwayat penyakit
hieprtensi yang akan hamil, saat hamil dan setelah melahirkan (Green LW & Kreuter M,
2005).
D. Fase 3: Diagnosis Edukasi dan Organisasi
Fase edukasi dan organisasi mencakup tiga jenis penyebab yaitu faktor predisposisi,
faktor pendorong, dan faktor penguat. Faktor pertama yaitu faktor predisposisi adalah
faktor yang dapat mengurangi maupun mendukung sebuah perubahan perilaku dapat
meliputi pengetahuan kesehatan, sikap, persepsi, dan norma kepercayaan yang diyakini.
Faktor kedua yaitu faktor pendorong berupa lingkungan yang memfasilitasi suatu
tindakan misalnya: penyediaan pelayanan atau fasilitas kesehatan, akses kesehatan, biaya,
dan transportasi. Faktor yang terakhir adalah faktor penguat yang didalamnya merupakan
karakteristik lingkungan yang mendorong ataupun membantu dengan memberikan umpan
balik atau penghargaan terhadap perilaku seseorang contohnya pemberian dukungan,
penghargaan, hukuman dari tokoh masyarakat, teman sebaya, orangtua, guru, maupun
orang yang berpengaruh pada komunitas tersebut. Sebuah program ditentukan dengan
pemilihan modifikasi yang paling tepat dari ketiga faktor tersebut yang dijadikan sebuah
dasar program agar dapat berhasil dengan maksimal untuk mengubah perilaku masyarakat
(Green LW & Kreuter M, 2005).
E. Fase 4: Diagnosis Perilaku dan Lingkungan
PRECEDE and PROCEEDe memiliki beberapa fase, salah satu fasenya yaitu fase
diagnosis perilaku dan lingkungan. Pada fase ini perilaku dan lingkungan ditempatkan
sebagai faktor yang mempengaruhi perilaku status kesehatan dan kualitas hidup seseorang
atau masyarakat yang diidentifikasi. Bagi penyedia layanan kesehatan membedakan
masalah perilaku yang dapat dikontrol secara individu maupun institusi merupakan hal
yang penting, contohnya pada kasus malnutrisi yang disebabkan karena tidak mampunya
individu untuk mencukupi kebutuhan pangan dengan cara memberi bahan makanan maka
intervensi pendidikan tidak akan bermanfaat (Green LW & Kreuter M, 2005).
Indikator perilaku yang mempengaruhi status kesehatan seseorang ada 5 yaitu
memanfaatkan pelayanan kesehatan (utilization), upaya pencegahan (preventive action),
pola konsumsi (consumption pattern), kepatuhan (compliance), dan upaya pemeliharaan
kesehatan mandiri (selfcare). Lima indikator ini saling berkaitan, sehingga masyarakat
seharusnya memperhatikan kelima faktor tersebut agar terciptanya status kesehatan yang
baik. Diagnosis perilaku dan lingkungan membutuhkan lima langkah, yang pertama yaitu
memisahkan faktor perilaku dan non perilaku penyebab timbulnya masalah kesehatan,
yang kedua adalah mengidentifikasi perilaku yang dapat mencegah timbulnya masalah
kesehatan dan perilaku yang berhubungan dengan tindakan perawatan pengobatan, yang
harus dilakukan terhadap faktor lingkungan adalah mengeliminasi faktor non perilaku
yang tidak dapat diubah, seperti: faktor genetik dan demografik (Green LW & Kreuter M,
2005).
Ketiga yaitu mengurutkan faktor perilaku dan lingkungan berdasarkan besarnya
pengaruh terhadap masalah kesehatan. Keempat adalah Mengurutkan faktor perilaku dan
lingkungan berdasarkan kemungkinan untuk diubah dan yang kelima adalah menetapkan
perilaku dan lingkungan yang menjadi sasaran program. Langkah selanjutnya yaitu
menetapkan tujuan perubahan perilaku dan lingkungan yang ingin dicapai program.
Dengan adanya pemisahan tersebut diharapkan penyelesaian masalahan dapat dilakukan
dengan tepat. Langkah tersebut harus dilakukan secara berurutan agar diagnosis yang
didapat lebih akurat (Green LW & Kreuter M, 2005).
F. Fase 5: Diagnosis Administrasi dan Kebijakan
Fase yang ke-5 merupakan fase diagnosis administrasi dan kebijakan. Diagnosis
administrasi terdapat tiga penilaian yang harus dilakukan yaitu sumber daya yang yang
dibutuhkan untuk melaksanakan program, sumber daya yang terdapat di organisasi dan
masyarakat, serta mengetahui hambatan dalam pelaksanaan program (Green LW &
Kreuter M, 2005).
Diagnosis kebijakan, mengidentifikasi seluruh peraturan dan organisasional yang
memfasilitasi program tersebut serta mendukung kegiatan masyarakat yang kondusif bagi
kesehatan dengan pengembangan lingkungan. Dapat disimpulkan bahwa fase yang ke-5
ini merupakan fase dimana dapat memfasilitasi program promosi kesehatan dengan cara
menganalisa kebijakan, sumberdaya, dan peraturan (Green LW & Kreuter M, 2005).
Pada fase ini, PRECEDE digunakan untuk memastikan serta meyakinkan bahwa
program ini benar-benar bermanfaat dan untuk masyarakat sasaran. Sedangkan
PROCEEDe digunakan untuk meyakinkan bahwa program dapat diterima serta dapat
dijangkau oleh masyarakat sasaran dengan dilakukan penilaian sumber daya (Green LW
& Kreuter M, 2005).
Data dalam perencanaan promosi kesehatan dapat diperoleh dari dokumen yang ada,
langsung dari masyarakat (untuk mengetahui status kesehatan dan perilaku masyarakat),
petugas kesehatan di lapangan, tokoh masyarakat. Sedangkan cara pengumpulan data
dapat dilakukan dengan cara (Green LW & Kreuter M, 2005):
1. Key informant approach
Pengumpulan data dengan cara ini cukup sederhana dan relative murah serta dapat
membantu mengimplementasikan promosi kesehatan. Informasi diperoleh dapat
melalui Focus Groups Discussion karena dengan FGD dapat membantu untuk
memahami permasalahan yang ada. FGD memungkinkan peneliti dan informan
berdiskusi intensif dan tidak kaku dalam membahas isu-isu yang sangat spesifik. FGD
juga memungkinkan peneliti mengumpulkan informasi secara cepat dan konstruktif
dari peserta yang memiliki latar belakang berbeda-beda. Di samping itu, dinamika
kelompok yang terjadi selama berlangsungnya proses diskusi seringkali memberikan
informasi yang penting, menarik, bahkan kadang tidak terduga.
2. Community forum approach
Pengumpulan data ini dikumpulkan dengan cara diskusi antara promoter
kesehatan bersama masyarakat. Promoter kesehatan dan masyarakat mendiskusikan
permasalahan yang ada jalan keluarnya, dengan begitu promoter kesehatan dapat
memahami permasalahan dari berbagai sudut pandang.
3. Sample Survey Approach
Metode ini dapat dikatakan metode yang berbeda dari metode yang sebelumnya,
karena metode ini merupakan metode yang mahal. Wawancara dan observasi
dilakukan untuk pengumpulan data dalam metode ini, oleh karena itu metode ini
merupakan metode yang valid dan akurat.
Langkah-langkah untuk menetapkan prioritas masalah kesehatan meliputi hal-hal
berikut.
a. Menentukan status kesehatan masyarakat.
b. Menentukan pola pelayanan kesehatan masyarakat yang ada.
c. Menentukan hubungan antara status kesehatan dan pelayanan kesehatan di
masyarakat.
d. Menentukan determinan masalah kesehatan masyarakat (meliputi tingkat
pendidikan, umur, jenis kelamin, ras, letak geografis, kebiasaan atau perilaku dan
kepercayaan yang dianut).
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan prioritas masalah
antara lain beratnya masalah dan akibat yang ditimbulkan, pertimbangan politis, dan
sumber daya yang ada di masyarakat (Green LW & Kreuter M, 2005).

G. Fase 6: Implementasi
Pada tahap implementasi dilakukan tindakan mengubah tujuan program ke dalam
tindakan melalui perubahan kebijakan, regulasi dan organisasi. Pada tahap ini, pemilihan
metode dan strategi intervensi, misalnya, pendidikan atau sumber daya lainnya.
Implementasi termasuk dalam salah satu fase PROCEED yang bertujuan untuk
meyakinkan bahwa program akan tersedia, dapat dijangkau dan diterima serta dapat
dipertanggungjawabkan (Maulana H D J, 2009).
1. Menentukan tujuan promosi kesehatann
Sebelum melakukan kegiatan kita harus menentukan tujuan apa yang ingin kita
capai, tujuan tersebut harus memenuhi syarat SMART (specific, measurable,
achievable, , realistic, timely), dan terdiri dari 3 tingkatan yaitu tujuan program,
tujuan pendidikan, dan tujuan perilaku. Contoh tujuan dari kegiatan ini seperti
peningkatan pengetahuan, sikap masyarakat, peningkatan perilaku, dan peningkatan
status kesehatan.
2. Menentukan sasaran promosi kesehatan
Sasaran promosi kesehatan dapat berupa sasaran lansung (primer) dan sasaran
tidak langsung (sekunder dan tersier). Sasaran promosi kesehatan adalah individu dan
kelompok, atau keduanya.
3. Menentukan isi promosi kesehatan
Isi promosi kesehatan berisi bahan yang akan disampaikan kepada sasaran untuk
meningkatkan pencapaian tujuan. Isi pesan dapat dibuat dengan semenarik mungkin
menggunakan gambar dan bahasa yang sesederhana mungkin agar mudah dipahami
oleh sasaran sehingga sasaran dapat merasa pesan tersebut benar-benar ditujukan
untuk mereka
4. Menentukan metode yang akan digunakan
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan metode promosi
kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Aspek yang akan dicapai
1) Aspek pengetahuan. Dalam aspek ini, metode yang dapat digunakan,
misalnya penyuluhan secara langsung, poster, spanduk, dan leaflet.
2) Aspek sikap. Metode yang dapat digunakan berupa contoh konkret yang
dapat menggugah emosi, perasaan, dan sikap sasaran, misalnya
memperlihatkan foto, slide, film, atau video.
3) Aspek keterampilan. Metode yang dapat digunakan berupa memberi
kesempatan kepada sasaran untuk mencoba keterampilan tersebut, misalnya
individu mempraktikan materi yang telah diajarkan.
b. Sumber daya yang dimiliki masyarakat.
Metode yang digunakan dalam melakukan kegiatan dapat dioptimalkan
dengan mengetahui sumber daya yang dimiliki masyarakat dan dengan
memanfaatkan sumber daya yang dimiliki masyarakat.
c. Jenis atau jumlah sasaran.
Metode kegiatan yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis atau
jumlah sasaran.
5. Menentukan media yang akan digunakan
Media merupakan suatu perantara yang digunakan untuk memudahkan
pemahaman materi yang akan disampaikan. Media yang dipilih harus sesuai dengan
jenis sasaran, tingkat pendidikan sasaran, aspek yang ingin dicapai, metode yang
digunakan. Dan sumber daya yang ada. Media dapat digunakan di berbagai tempat
antara lain sebagai berikut.
a. Rumah tangga (leaflet, buku bergambar, benda nyata seperti buah-buahan, dan
sayuran).
b. Tempat kerja dan sekolah (papan tulis,flipchart, poster, leaflet,, buku bergambar,
dan boneka)
c. Masyarakat umum (poster, spunduk, leaflet, flannel graf, dan wayang).
6. Menyusun rencana evaluasi
Di tahap ini, dijabarkan kapan evaluasi akan dilaksanakan, di mana dilaksanakan,
kelompok sasaran yarg mana yang akan dievaluasi, dan siapa yang akan
melaksanakan evaluasi.
7. Menyusun jadwal pelaksanaan
Merupakan penjabaran dari waktu, tempat dan pelaksanaan, yang biasanya
disajikan dalam bentuk Gantt chart. Penyusunan jadwal pelaksanaan harus
mendapatkan persetujuan antara kedua belah pihak agar kegiatan dapat berjalan
dengan lancar.
H. Fase 7: Evaluasi Proses
Proses evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi secara formatif yang dapat dilihat dari
apa yang muncul selama pelaksanaan program. Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk
mengumpulkan data dari hasil program, apakah sudah berjalan sesuai dengan tujuan atau
belum (Green LW & Kreuter M, 2005). Proses evaluasi ini mengacu pada tujuan SMART
yaitu:
1. Specific : Tujuan yang ingin dicapai jelas.
2. Measurable : Tujuan yang ingin dicapai mampu terukur.
3. Achievable : Tujuan yang dibuat harus bisa dicapai.
4. Realistic : Tujuan yang dibuat harus masuk akal.
5. Timely : Kapan tujuan tersebut dapat dicapai.
Dari data dan hasil yang muncul selama program dan menggunakan SMART kita
mampu mengevaluasi apakah program yang sudah kita lakukan sudah sesuai dengan
tujuan atau belum. Evaluasi ini juga bertujuan untuk meyakinan bahwa program yang
dibuat dapat dipertanggungjawabkan dan sesuai prosedur (Green LW & Kreuter M,
2005).
I. Fase 8: Evaluasi Dampak
Fase ini berfokus pada evaluasi sumatif, evaluasi tersebut dapat diukur setelah
program-program sudah terlaksana. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
dari intervensi, yang dilihat dari perilaku atau lingkungannya. Misalnya kita ingin
mengetahui bagaimana cek rutin kesehatan yang dilakukan masyarakat yang terkena
hipertesi. Apakah masyarakat tersebut melakukannya atau tidak. Ketika evaluasi ini
dilakukan, maka pemberdayaan yang dilakukan dalam komunitas juga harus diperhatikan
dalam evaluasi. Ada 3 hal yang harus diperhatikan dalam pemberdayaan. Pertama,
sumber daya manusia, dimana didalamnya terdapat kader-kader, pejabat dan tokoh yang
mampu mempengaruhi intervensi yang diberikan. Misalnya pada kader-kader masyarakat.
Apakah kader itu melakukan suatu intervensi atau tidak, kalau memberikan lalu apa
dampak bagi masyarakat. Kedua adalah sarana prasarana. Hal ini sangat berpengaruh
terhadap intervesi yang diberikan. Ketika sarana prasarana tidak ada, maka solusi
intervensi juga tidak akan bisa terlaksana, atau ketika sarana prasarana terdapat
kekurangan sehingga solusi intervensi yang diberikan tidak akan maksimal. Terakhir
adalah dana. Bagaimana dana yang dimiliki untuk menyelesaikan masalah tercukupi atau
tidak. Misalnya, pada masalah malnutrisi atau kurang nutrisi, hal ini dapat diselesaikan
dengan memberikan makanan-makanan yang bergizi. Namun, ketika dipertangahan
terjadi sebuah masalah ekonomi, maka masalah tidak akan bisa diselesaikan (Green LW
& Kreuter M, 2005).
J. Fase 9: Evaluasi Hasil
Evaluasi terhadap masalah pokok yang pada awal perencanaan akan diperbaiki status
kesehatan dan quality of life. Pada evaluasi outcome ini akan diketahui hasil dari
intervensi yang telah diberikan sebelumnya. Hasil ini berupa perubahan status kesehatan
dan kualitas hidup dari suatu populasi (Green LW & Kreuter M, 2005).
BAB II

KISI-KISI INSTRUMEN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU ANAK

TERHADAP PELAKSANAAN GOSOK GIGI

Variabel Sub Sub-sub Item Pertanyaan pengkajian No Metode Sumber


variabel variabel Pertanyaan pengkajian data
Sosial Kualitas Identitas Nama  Siapa nama adik? 1a Anak TK
dan angka Usia  Berapa umur adik? 2a
kejadian Jenis Kelamin  Apa jenis kelamin adik? 3a Angket
Alamat Rumah  Dimana alamat rumah adik? 4a

Dampak Sedih  Apakah adik/siswa merasa sedih saat 5a, 1g Angket, Anak
Psikologis sakit gigi? Wawancara TK,
Malu  Apakah adik/siswa malu menunjukkan 6a, 2g Guru
gigi adik?
Takut  Apakah adik/siswa merasa takut jika 7a, 3g
sedang sakit gigi?
Menangis  Apakah adik/siswa menangis saat sakit 8a, 4g
gigi?
 Apakah anda merasa khawatir ketika
anak anda sakit gigi? (orang tua)
Dampak Aktivitas 9a Angket Anak TK
Fisik  Apakah adik pernah tidak masuk
sekolah karena sakit gigi?
 Saat sakit gigi, apakah adik tetap
bermain bersama teman-teman?
 Apakah ketika sakt gigi siswa terlihat
diam?(guru)
 Apakah anak mengalami penrunan
nafsu makan saat akit gigi?(ornag tua)
 Apakah aktivitas anak terganggu
selama sakit gigi?(OT)
Epidemiol Insidensi Aktual Waktu  Apakah dalam 3 bulan terakhir anak 10a Angket Anak TK
ogi Riwayat Frekuensi pernah mengalami sakit gigi?(orang 11a
tua) 12a
 Apakah adik pernah sakit gigi?
 Apakah anak anda pernah sakit gigi? 13a
Kondisi gigi (OT)
 Ada berapa jumlah anggota keluarga 14a
yang mengalami sakit gigi?(orang tua)
 Berapa kali adik mengalami sakit gigi? 15a
 Kapan terakhir kali adik mengalami
sakit gigi?
 Berapa lama adik mengalami sakit gigi?
(orang tua)
 Apakah gigi adik berlubang, berwarna
coklat atau hitam? (gambar)
Penyebab utama  Apakah penyebab utama siswa 5g Wawancara Guru
mengalami karies gigi? (orang tua dan
guru) 6g
Jumlah  Berapa banyak siswa yang mengalami
penderita karies gigi?
Perilaku Perilaku Pola Jenis makanan  Apakah adik suka makan coklat atau 16a
dan permen?
konsumsi
lingkunga Frekuensi  Berapa kali adik makan coklat atau 17a
n permen dalam 1 hari?
Jumlah  Berapa banyak coklat atau permen yang 18a
dimakan?
Pemanfaata Fasilitas  Apakah adik pernah periksa ke 19a
kesehatan Posyandu/ Puskesmas/ Dokter Gigi/
n YanKes Anak TK
Rumah Sakit?
 Berapa kali adik memeriksakan gigi ke 20a
Posyandu/ Puskesmas/ Dokter Gigi/
Rumah Sakit? (OT)
 Kapan terakhir kali anak memeriksakan
gigi?(orang tua)
Angket
 Apakah anda memeriksakan anak
ketika sakit gigi?(orang tua)
Upaya Waktu  Kapan adik menggosok gigi? 21a
Cara  Bagaimana cara adik menggosok gigi? 22a
pencegahan
Lokasi  Bepapa kali adik menyikat gigi dalam 23a
Jenis sikat sehari? 24a
 Bagian gigi mana yang adik gosok?
 Sikat gigi yang adik pakai yang seperti 25a
Jenis pasta gigi apa?(gmabar) 26a
 Kapan adik mengganti sikat gigi? (OT)
 Pasta gigi yang adik pakai yang seperti
apa?
 Apakah setiap anggota keluarga
memiliki sikat gigi sendiri?(orang tua)
Upaya Perilaku hidup  Apakah orangtua membatasi jajanan
sehat yang dikonsumsi oleh anak?
pemeliharaa
n kesehatan
sendiri

Lingkunga Fisik Penyedia  Apakah di lingkungan sekolah ada 7g


n jajanan penjual coklat atau permen?
Sosial Pengaruh teman  Apakah ada pengaruh pengkonsumsian 8g Wawancara
Guru
permen atau coklat dari teman-
temannya?Berapa kali adik periksa ke
dokter gigi?
Edukasi Predisposi Pengetahua Gosok gigi  Apa yang adik lakukan supaya gigi 27a Angket Anak TK
dan si n sehat?
organisasi  Manakah gambar menggosok gigi yang 28a
benar?
 Kapan waktu yang baik untuk 29a
menggosok gigi? (OT)
 Bagaimana urutan cara menggosok gigi 30a
yang benar?
Kepercayaa  Apakah manfaat dari gosok gigi?
n (orang tua)
 Dampak yang terjadi ketika tidak
menggosok gigi? (orang tua)
Sikap
Sakit gigi Pengertian  Manakah gambar sakit gigi? 31a
Penyebab  Apakah dampak dari sakit gigi? (OT) 32a
Pengobatan  apa yang adik lakukan jika mengalami 33a
sakit gigi? 34a
 Menurut anda apa saja penyebab sakit 35a
gigi? (orangtua)

Enabling : Sarana dan Lingkungan  Apakah disekitar rumah terdapat


Prasarana warung jajanan? (orangtua)
 Apakah disekitar sekolah terdapat
penjual jajanan? (guru)

Reinforsin Reward  Ketika Anak menggosok gigi, apakah


g orang tua memberikan pujian? (orang
tua)
 Apakah ada hadiah yang diberikan
ketika Anak menggosok gigi? (orang
tua)
Punishment  Ketika Anak tidak menggosok gigi,
apakah orang tua memberikan teguran?
(orang tua)
 Apakah ada hukuman yang diberikan
ketika Anak menggosok gigi? (orang
tua)
Organisasi Program Pendidikan  Apakah ada promosi cara menggosok 36a
sekolah kesehatan gigi yang benar?
 Apakah ada program menggosok gigi 37a
bersama?
 Apakah pihak sekolah mengajarkan
cara menggosok gigi dengan benar?
 Apakah sekolah memiliki program
menggosok gigi bersama?
 Apakah sekolah memfasilitasi
pemeriksaan kesehatan gigi?
 Kapan terakhir kali sekolah
memfasilitasi pemeriksaan kesehatan
mulut dan gigi?
a. Satu bulan yang lalu
b. Dua bulan yang lalu
c. Tiga bulan yang lalu
d. Tidak pernah
Administr Administr Akses 1o
asi dan asi pelayanan Transportasi  Alat transportasi apa yang anda
kebijakan kesehatan gunakan untuk memeriksakan gigi 2o
Asuransi  Seberapa jauh jarak rumah anda ke
fasilitas pelayanan kesehatan? 3o
Orang
Akses  Apakah anak anda sudah memiliki Wawancara
Tua
asuransi kesehatan? 4o
Kepuasan  Apakah mudah untuk ke pelayanan
kesahatan? 5o
 Apakah anda puas dengan pelayanan
kesehatan yang diberikan?
Kebijakan Program  Apakah ada program terkait 9g
pemeriksaan pemeriksaan gigi dari puskesmas?
Wawancara Guru
gigi  Berapakali program terkait
pemeriksaaan gigi dari puskesmas?
Peraturan  Adakah kebijakan yang melarang untuk
jajan diluar sekolah?
Daftar Pustaka

Green LW, & Kreuter M. (2005). Health Program Planning: An Educational And Ecological
Approach. New York: Mc Graw Hill.

Maulana H D J. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai