Anda di halaman 1dari 8

Nama : Arensy Aprillia

Nim : 181440106

Mata Kuliah : Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana

Tugas : Kegawatdaruratan Akibat Gangguan Muskuloskeletal

Kegawatdaruratan Akibat Gangguan Muskuloskeletal

A. Penanganan Fraktur dan Dislokasi


1. Penanganan Fraktur
Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan pengembalian fungsi serta
kekuatan normal dengan rehabilitasi.
a. Reduksi fraktur Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajaran dan rotasi anatomis. Reduksi bisa dilakukan secara tertutup, terbuka dan
traksi tergantung pada sifat fraktur namun prinsip yang mendasarinya tetap sama. Red
1) Reduksi tertutup

Reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang


kembali keposisinya dengan manipulasi dan traksi manual

2) Reduksi terbuka

Reduksi terbuka dilakukan pada fraktur yang memerlukan pendekatan


bedah dengan menggunakan alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, plat
sekrew digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya
sampai penyembuhan solid terjadi.

3) Traksi
Traksi digunakan untuk reduksi dan imobilisasi. Menurut Brunner & Suddarth
(2005), traksi adalah pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh untuk
meminimalisasi spasme otot, mereduksi, mensejajarkan, serta mengurangi
deformitas. Jenis – jenis traksi meliputi: a) Traksi kulit : Buck traction, Russel
traction, Dunlop traction b) Traksi skelet: traksi skelet dipasang langsung pada
tulang dengan menggunakan pin metal atau kawat. Beban yang digunakan pada
traksi skeletal 7 kilogram sampai 12 kilogram untuk mencapai efek traksi.
b. Imobilisasi fraktur
Setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi, atau dipertahankan
dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat
dilakukan dengan fiksasi interna atau eksterna. Fiksasi eksterna dapat menggunakan
pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu pin dan teknik gips. Fiksator interna dengan
implant logam.
c. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi Latihan otot dilakukan untuk
meminimalkan atrofi dan meningkatkan peredaran darah. Partisipasi dalam aktifitas
sehari-hari diusahakan untuk memperbaiki kemandirian fungsi dan harga diri.

Adapun penanganan fraktur yang lain nya yaitu sebagai berikut:

a. Jika memungkinkan, segera panggil dokter.


b. Cegah kerusakan lebih lanjut dengan memakaikan bidai pada bagian tubuh yang
tulangnya patah sebelum berusaha memindahkan si korban.
c. Si korban harus tetap dalam keadaan hangat dan nyaman demi menghindarkan shock.
d. Jika terjadi pendarahan seperti pada fraktur terbuka, tekanlah dengan keras pembuluh-
pembuluh darah yang sedang mengeluarkan darah, dengan memakaikan pembalut
(kain) atau kain kasa yang bersih. Ada baiknya menerapkan langkah tourniquet.
Gunting atau lepaskanlah pakaian si korban yang menutupi/mengganggu pandangan
si penolong pada bagian tubuh yang patah.
Jika si penolong melihat adanya tulang yang menonjol keluar dari kulit, tutupilah
dengan kain kasa (boleh kain lainnya) yang bersih dan pakaikan sebuah bidai.
Anggota badan sebaiknya tetap pada posisi sewaktu fraktur terjadi. Untuk perawatan
selanjutnya, serahkan saja kepada dokter atau rumah sakit.
e. Jika merasa ragu apakah ada fraktur atau tidak, sebaiknya ambil aman saja,
pakaikanlah sebuah bidai seperti halnya pada kejadian fraktur. Fungsi pemakaian
bidai ini adalah untuk menahan patahan tulang supaya persendian yang didekatnya
tidak dapat bergerak. Menggerakkan anggota tubuh yang patah bisa menyebabkan
kerusakan yang lebih serius.
2. Penanganan Dislokasi
Pada penanganan dislokasi, dilarang sembarangan melakukan pemijatan pada lutut yang
cedera karena dapat berbahaya. Menurut Johns Hopkins University, penanganan dislokasi
sendi lutut ringan bisa melalui metode RICE, yaitu Rest (Istirahat), Ice (Kompres dengan
E), Compression (Pembalutan), dan Elevation (Elevasi/Bergerak). Beberapa kasus
membuktikan bahwa sendi yang mengalami dislokasi bisa kembali seperti semula secara
alami setelah perawatan rice.
Penanganan dislokasi sendi lutut harus diberikan oleh tenaga kesehatan profesional
seperti dokter dan fisioterapis, adapun tindakan yang diberikan oleh tim medis sebagai
berikut:
a. Proses Reduksi
Saat sudah diyakini dokter bahwa lutut mengalami dislokasi maka tahapan yang akan
dilakukan adalah reduksi untuk mengembalikan lutut ke posisi semula.
Dokter akan memberi beberapa obat pereda rasa sakit sebelum untuk meminimalkan
rasa tidak nyaman di lutut.Tindakan lanjutan yang dilakukan adalah pemeriksaan
sinar X untuk memastikan kondisi lutut.
b. Pembedahan Dilakukan Jika Dibutuhkan
Dislokasi yang langka atau adanya cedera tambahan maka dokter akan menyarankan
operasi atau bedah ortopedi yang akan dilakukan oleh ahli bedah tulang.
c. Ikut Terapi Fisik
Jika dokter merekomendasi terapi fisik setelah lutut mulai sembuh maka terapi fisik
harus dilakukan.Ulangi semua latihan yang diajarkan oleh terapis di rumah.Ketika
lutut mulai membaik, perkuat lutut dengan gerakan terapi ini agar tidak terjadi cedera
pada masa depan dan tidak ada komplikasi lebih lanjut.
Terapi merupakan penanganan dislokasi sendi lutut paling efektif untuk mempercepat
proses pemulihan.

B. Tehnik Penghentian Perdarahan


1. Pengertian
Perdarahan adalah keluarnya darah dari pembuluh darah. Jumlahnya dapat
bermacam-macam, mulai dengan sedikit sampai yang dapat menyebabkan kematian.
Hanya henti nafas (respiratory arrest) mempunyai prioritas penanggulangan lebih dulu
dari pada perdarahan yang masif. Luka robekan pada pembuluh darah besar di leher,
tangan dan paha dapat menyebabkan kematian dalam satu (1) sampai (3)tiga menit.
Sedangkan perdarahan dari aorta atau vena cava dapat menyebabkan kematian dalam
tiga puluh (30) detik.
2. Tipe Perdarahan
Ada 3 tipe perdarahan, yaitu :
a. Arterial
Pada perdarahan arterial ini darah tampak keluar menyemprot / memancar, dan
berwarna merah segar
b. Pembuluh darah balik (venous)
Pada perdarahan “venous”, darah keluar mengalir dan berwarna kehitaman / agak
gelap
c. Kapiler
Sedangkan perdarahan kapiler, darah keluar merembes (perdarahan sedikit) dan
berwarna merah segar
3. Tindakan Mengatasi Perdarahan
Secara umum tindakan untuk mengatasi perdarahan adalah dengan :
a. Lakukan penekanan langsung diatas perdarahan/luka
b. Lakukan penekanan diatas tempat tertentu, seperti pada gambar fig. 41-3, kalau
tindakan yang pertama tidak berhasil
c. Pasang tourniquet hanya pada lokasi tertentu (perdarahan arteri yang tidak teratasi dan
massif)
d. Gunakan manset atau balutan segitiga yang besar yang dililitkan 6-8 kali
e. Jangan melepas tourniquet
f. Buat satu tanda pada pasien yang menjelaskan lokasi tourniquet dan lamanya
pemasanagan

Metode lain yang dapat digunakan untuk tindakan perdarahan adalah kita harus
menentukan apakah perdarahan ini sirurgis, atau non sirurgis. Perdarahan dapat berupa
perdarahan non sirurgis maupun sirurgis, seperti luka laserasi, amputasi, patah tulang,
perdarahan gastro intestinal atau ruptur limpa-hati dan lain-lain.

Dan jika sirurgis maka tindakan lanjut adalah :

a. Menghentikan perdarahan dengan :


1) menekan pada salah satu titik dari enam titik pada satu sisi badan
2) penekanan langsung pada luka (dengan kain steril-bersih)
3) balut tekan
4) torniket, hanya pada amputasi atau sebagai “life saving”
b. Mengganti darah yang hilang
Pengganti yang terbaik adalah yang cocok golongannya. Kalau tak ada maka untuk
sementara dapat dipakai :
1) Plasma
2) plasma nate
3) fresh frozen plasma (mengandung semua factor pembekuan, kecuali trombosit)
4) ringer laktat
5) NaCl.

Perdarahan keluar adalah perdarahan yang kelihatan mengalir keluar dari


luka dari permukaan kulit. Dari sifat-sifat darah yang keluar dapat kita
bedakan sumber perdarahan sebagai berikut:
Perdarahan Arteri Perdarahan Vena Perdarahan Kapiler
Warna darah Merah muda Merah tua Merah muda/ tua
Keluarnya Memancar, Mengalir, tidak Merembes seperti
darah berdenyut berdenyut embun, menutupi
permukaan luka

Tindakan P3K pada perdarahan Arterial


 Pembalut Tekan. Letakkan kain kasa steril atau kain bersih diatas luka,
lalu tempat luka ditekan sampai perdarahan berhenti. Bila kasa basah
boleh diganti lagi dengan yang baru. Seelanjutnya lakukan balutan yang
ketat diatas kasa tadi dan bawa ke fasilitas kesehatan
 Tekanan langsung pada Tempat tertentu. Lakukan tekanan pada
tempat dimana pangkal arteri berada (antara luka dengan jantung) diatas
tulang atau bagian tubuh yang keras.
 Tekanan dengan TORNIQUET (Penasah darah). Perdarahan pada kaki
dan lengan yang tidak mampu dihentikan dengan cara diatas (terutama
pada luka amputasi) dapat dilakukan pemakaian tourniquet. Torniquet
adalah balutan dengan menjepit, sehingga aliran darah dibawahnya
berhenti sama- sekali. Pemakaian tourniquet harus hati-hati sekali karena
bisa merusak jaringan diujung luka.
Cara pemasangan dan penggunaan Torniquet:
a. Alasi tempat yang akan dipasang tourniquet dengan kasa agar kulit
tidak lecet
b. Pasang tourniquet antara luka dengan jantung, dengan cara
menyimpul mati kain pengikat diatas luka.
c. Kencangkan balutan dengan tongkat pemutar sampai perdarahan berhenti
d. Setiap 10 – 15 menit tourniquet harus dilonggarkan dengan cara
memutar tongkat kearah berlawanan
e. Tunggu ½ - 1 menit. Kalau dalam satu menit darah tidak mengalir
lagi, biarkan tourniquet dalam keadaan longgar. Kalau terjadi lagi
perdarahan, segera tourniquet dikencangkan kembali.

Beberapa hal yang perlu di ingat dan dikerjakan dalam penggunakan tourniquet:
a. Catat jam pemasangan tourniquet
b. Mulut luka jangan ditutupi dengan kain/ selimut
c. Catatan waktu pemasangan dan pelonggaran dikirimkan

 Menjepit pembuluh darah dengan haemostat (klem arteri).


Menghentikan perdarahan dengan klem arteri disarankan bila pembuluh
darah yang putus terlihat dan terjankau oleh alat, dan harus hati-hati jangan
sampai merusak jaringan yang tidak perlu atau syaraf yang bisa merugikan
penderita.
C. Pembalutan dan Pembidain
1. Pembalutan
a. Tujuan Membalut atau perban :
1) Menutupi bagian yang cedera dari udara, cahaya, debu, dan kuman
2) Menopang yang cedera
3) Menahan dalam suatu sikap tertentu
4) Menekan
5) Menarik
6) Bahan untuk Perban
Bahan yang diperlukan untuk membalut antara lain salep, bubuk luka,
plester, bahan penyerap (kasa atau kapas), kertas tisue, bahan tidak
menyerap (kertaskhusus, kain taf, sutera), bahan elastis (spons, kapas),
dsb.
7) Persendian
b. Jenis-jenis Pembalutan :
1) Perban Segitiga (Mitela)
2) Balut segitiga untuk bahu
3) Balut segitiga untuk dada
4) Balut segitiga untuk pantat.
5) Balut segitiga untuk tangan
2. Pembidaian
Adalah suatu cara pertolongan pertama pada cedera/ trauma sistem
muskuloskeletal untuk mengistirahatkan ( immobilisasi) bagian tubuh kita yang
mengalami cedera dengan menggunakan suatu alat.
Beberapa macam jenis bidai :
a. Bidai keras
b. Bidai traksi
c. Bidai Improvisasi
d. Gendongan/Belat dan bebat.

Tujuan pembidaian:
a. Untuk mencegah gerakan fragmen patah tulang atau sendi yang mengalami
dislokasi.
b. Untuk meminimalisasi / mencegah kerusakan pada jaringan lunak sekitar
tulang yang patah.
c. Untuk mengurangi perdarahan & bengkak yang timbul.
d. Untuk mengurangi nyeri.
e. Mempercepat penyembuhan.

Anda mungkin juga menyukai