Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan menstruasi menjadi masalah umum selama masa remaja, dapat


mempengaruhi aktifitas sehari-hari dan menyebabkan kecemasan. Terdapat
banyak gangguan yang bisa terjadi, di antaranya adalah masalah gangguan haid
yang sering dialami oleh remaja putri pada setiap bulannya. Gangguan tersebut
dapat berupa dismenorea, oligomenorea, menoragia dan metroragia. Dismenorea
adalah yang paling sering terjadi (Verma et al., 2011).
BAB II

PEMBAHASAN

A. Amennorhea

2.1 Definisi Amennorhea


Amennorhea adalah tidak ada atau terhentinya haid secara abnormal.
(kamus istilah kedokteran )
Amenorrhea dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Amenorrhea fisiologik
Terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan, laktasi dan sesudah
menopause.
2. Amenorrhea Patoogik
a) Amenorrhea Primer
Wanita umur 18 tahun keatas pernah haid.
Penyebab : kelainan congenital dan kelainan genetic.
b) Amenorrhea Sekunder
Penderita pernah mendapat haid, tetapi kemudian tidak dapat lagi.
Penyebab : hipotensi, anemia, gangguan gizi, metabolism, tumor,
penyakit infeksi, kelemahan kondisi tubuh secara umum dan stress
psikologis.

2.2 ETIOLOGI
Penyebab Amenorrhea secara umum adalah:
1. Hymen Imperforata
Selaput dara tidak berlubang sehingga darah menstruasi terhambat untuk
keluar.
2. Menstruasi Anavulatori
Rangsangan hormone – hormone yang tidak mencukupi untuk
membentuk lapisan dinding rahim sehingga tidak terjadi haid atau hanya
sedikit.
3. Disfungsi Hipotalamus : kelainan organik, psikologis, penambahan
berat badan .
• Disfungsi hipofise : tumor dan peradangan 
• Disfungsi Ovarium : kelainan congenital, tumor 
• Endometrium tidak bereaksi
• Penyakit lain : penyakitmetabolik, penyakit kronik, kelainan gizi,
kelainan hepar dan ginjal.
2.3 MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang muncul diantaranya :
1) Tidak terjadi haid
2) Produksi hormone estrogen dan progesterone menurun.
3) Nyeri kepala
4) Lemah badan
2.4 PATOFISIOLOGI
Disfungsi hipofise terjadi gangguan pada hipofise anterior gangguan
dapat berupa tumor yang bersifat mendesak ataupun menghasilkan
hormone yang membuat menjadi terganggu. Kelainan kompartemen IV
(lingkungan) gangguan pada pasien ini disebabkan oleh gangguan mental
yang secara tidak langsung menyebabkan terjadinya pelepasan
neurotransmitter seperti serotonin yang dapat menghambat pelepasan
gonadrotropin. Kelainan ovarium dapat menyebabkan amenorrhea primer
maupun sekuder. Amenorrhea primer mengalami kelainan perkembangan
ovarium ( gonadal disgenesis ). Kegagalan ovarium premature dapat
disebabkan kelainan genetic dengan peningkatan kematian folikel, dapat
juga merupakan proses autoimun dimana folikel dihancurkan. Melakukan
kegiatan yang berlebih dapat menimbulkan amenorrhea dimana
dibutuhkan kalori yang banyaksehingga cadangan kolesterol tubuh habis
dan bahan untuk pembentukan hormone steroid seksual ( estrogen dan
progesterone ) tidak tercukupi. Pada keadaaan tersebut juga terjadi
pemecahan estrogen berlebih untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar
dan terjadilah defisiensi estrogen dan progesterone yang memicu
terjadinya amenorrhea. Pada keadaan latihan berlebih banyak dihasilkan
endorphin yang merupakan derifat morfin. Endorphin menyebabkan
penurunan GnRH sehingga estrogen dan progesterone menurun. Pada
keadaan tress berlebih cortikotropin realizinghormone dilepaskan. Pada
peningkatan CRH terjadi opoid yang dapat menekan pembentukan
GnRH.

2.5 KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling ditakutkan adalah infertilitas. Komplikasi lainnya
adalah tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat mengganggu
kompartemen IV dan terjadilah lingkaran setan terjadinya amenorrhea.
Komplikasi lainnya muncul gejala-gejala lain akibat hormone seperti
osteoporosis.

2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pada amenorrhea primer : apabila didapatkan adanya perkembangan
seksual sekunder maka diperlukan pemeriksaan organ dalam reproduksi
(indung telur, rahim, perekatan dalam rahim). Melalui pemeriksaan USG,
histerosal Pingografi, histeroskopi dan Magnetic Resonance Imaging
(MRI), apabila tidak didapatkan tanda-tanda perkembangan seksualitas
sekunder maka diperlukan pemeriksaan kadar hormone FSH dan LH
setelah kemungkinan kehamilan disingkirkan pada amenorrhea sekunder
maka dapat dilakukan pemeriksaan Thyroid Stimulating Hormon (TSH)
karena kadar hormone thyroid dapat mempengaruhi kadar hprmone
prolaktin dalam tubuh.

2.7 PENATALAKSANAAN
Pengelolaan pada pasien ini tergantung dari penyebab. Bila penyebab
adalah kemungkinan genetic, prognosa kesembuhan buruk. Menurut
beberapa penelitian dapat dilakukan terapi sulih hormone, namun fertilitas
belum tentu dapat dipertahankan.
Terapi
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari amenorrhea
yang dialami, apabila penyebabnya adalah obesitas maka diit dan olahraga
adalah terapinya, belajar untuk mengatasi stress dan menurukan aktivitas
fisik yang berlebih juga dapat membantu.Pembedahan atau insisi
dilakukan pada wanita yang mengalami Amenorrhea Primer.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. ANAMNESIS
Anamnesis yang akurat berhubungan dengan pertumbuhan dan
perkembangan sejakkanak-kanak, termasuk tinggi badan dan usia saat
pertama kali mengalami pertumbuhan payudara dan pertumbuhan rambut
emaluan. Dapatkan pula informasi anggota keluarga yang lain (ibu dan
saudara wanita) mengenai usia mereka pada saat menstruasi pertama,
informasi tentang banyaknya perdarahan, lama menstruasi dan periode
menstruasi terakhir, juga perlu untuk ditanyakan. Riwayat penyakit kronis
yang pernah diderita, trauma, operasi, dan pengobatan juga penting untuk
ditanyakan. Kebiasaan-kebiasaan dalam kehidupan seksual, penggunaan
narkoba, olahraga, diit, situasi dirumah dan sekolah dan kelainan psikisnya
juga penting untuk dianyakan.

B. PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik yang pertama kali diperiksa adalah tanda-tanda
vital dan juga termasuk tingg badan, berat badan dan perkebangan seksual.
Pemeriksaan yang lain adalah :
1) Keadaan payudara
2) Keadaan rambut kemaluan dan genetalia eksternal
3) Keadaan vagina
4) Uterus : bila uterus membesar kehamilan bisa diperhitungkan
5) Servik : periksa lubang vagina

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Cemas berhubungan dengan krisis situasi
2) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yang
didapat tentangpenyakitnya (amenorrhea)
3) Gangguan konsep diri : HDR yang dihubungkan dngan
ketidaknormalan (amenorrhea primer)
4) Isolasi social yang dihubungkan dengan harga diri rendah
5) Perubahan proses keluarga brhubungan dengan komuniksi yang tidak
efektif dalam kluarga
6) Koping keluarga tidak efektif berhubungnan dengan komunikasi yang
tidak ektif dalam keluarga.
7) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan penyakitnya,
perubahan proses keluarga.
8) Berduka antisipasi dapat dihubungkan dengan infertilitas.

D. INTERVENSI
1) Cemas berhubungan dengan krisis situasi
Kriteria hasil :
- Cemas berkurang
- Tidak menunjukan perilaku agresif
Intervensi :
a) Kaji tingkat kecemasan : ringan, sedang, berat, panic.
b) Berikan kenyamanan dan ketentraman hati
c) Beri dorongan pada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan
untuk mengeksternalisasikan kecemasan
d) Anjurkan distraksi seperti nonton tv, dengarkan radio, permainan untuk
mengurangi kecemasan.
e) Singkirkan stimulasi yang berlebihan
2) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi yang
didapat tentang penyakitnya ( amenorrhea )
Kriteria hasil : pasien mengetahui tentang penyakitnya
Intervensi :
a) Mengkaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit yang dideritanya
b) Memberikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman pasien
c) Memberikan informasi dari sumber-sumber yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan 
3) Gangguan konsep diri : HDR yang dihubungkan dengan ketidak
normalan ( amenorrhea primer )
Kriteria hasil : Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal
Intervensi : 
a) Tetapkan hubungan saling percaya perawat dan pasien
b) Cipakan batasan terhadap pengungkapan negative
c) Bantu untuk mengidentifikasi respon positif terhadap orang lain
d) Bantu penyusunan tujuan yang realitas untuk mencapai harga diri
rendah yang tinggi
e) Berikan penghargaan dan pujian terhadap pengembangan pasien dalam
pencapaian tujuan
4) Isolasi social yang dihubungkan dengan harga diri rendah
Kriteria hasil :
- Melaporkan adanya interaksi dengan teman dekat, tetangga, atau
masyarakat
- Memulai berhubungan dengan orang lain
Intervensi :
a) Bina hubungan saling percaya
b) Bantu pasien untuk membedakan antara persepsi dengan kenyataan
c) Identifikasi dengan pasien faktor-faktor yang berpengaruh pada
perasaan isolasi social
d) Dukung hubungan dengan orang lain yang mempunyai ketertarikan
dengan tujuan yang sama
e) Dukung pasien untuk mengubah lingkungan seperti pergi jalan-jalan.
5) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan komunikasi yang tidak
efektif dalam keluarga
Kriteria hasil :
- Memahami peran dalam peran keluarga
- Berfungsi untuk saling memberikan dukungan kepada setiap anggota
keluarga
Intervensi :
a) Bantu keluarga dalam mengidentifikasi perilaku yang mungkin
menghambat pengobatan yang dianjurkan
b) Bantu keluarga dalam mengidentifikasi kekuatan personal
c) Dukung keluarga untuk menyatakan perasaan dan masalahnya secara
verba
d) Pertahankan ritual / rutinitas keluarga missal makan bersama, membuat
keputusan keluarga
e) Berikan penguatan positif terhadap penggunaan mekanisme koping
yang efektif
6) Koping keluarga tidak efektif berhubunga dengan komunikasi yang
tidak efektif dalam keluarga 
Kriteria hasil : 
Anggota keluarga akan :
- Menyadari kebutuhan unit keluarga
- Mulai menunjukan keterampilan interpersonal yang efektif
- Menggunakan strategi penelesaian masalah yang lebih fleksibel
Intervensi :
a) Tingkatkan hubungan saling percaya, keterbukaan dalam keluarga
b) Anjurkan pasien / keluarga untuk berfokus pada aspek positif dari siuasi
pasien
c) Bantu keluarga dalam megambil keputusan dan memecahkan masalah
d) Beri dorongan dalam keluarga untuk menyadari perubahan pada
hubungan interpersonal
e) Gali dampak nilai yang berkonflik / gaya koping dalam hubungan
keluarga
7) Koping individu tidak efektif berhubungan dengan penyakitnya,
‘perubahan proses keluarga
Kriteria hasil :
- Mengungkapkan perasaan – perasaan yang berhubungan dengan
emosional
- Mengidentifikasi pola koping personal
Intervensi :
a) Bina hubungan saling percaya
b) Kaji status koping individu yang ada
c) Membantu pasien dalam mengidentifikasi kekuatan personal
d) Jika individu marah : gali mengapa individu marah, akui bahwa setiap
orang dapat marah
e) Bantu individu untuk memecahkan masalah dengan cara yang efektif
f) Instruksikan individu untuk melakukan tekhnik relaksasi
8) Berduka antisipasi dapat dihubungkan dengan infertilitas
Kriteria hasil :
- Mengekspresikan rasa berduka
- Membagi rasa berduka dengan orang – orang terdekat
Intervensi : 
a) Tetapkan hubungan saling percaya pasien / perawat
b) Dorong individu untuk berbagi rasa keprihatinan, ketakutan
c) Siapkan individu dan keluarga untuk menghadapi reaksi berduka 
d) Tingkatkan keakraban diantara keluarga 
e) Tingktkan proses berduka dengan masing – masing respon

MENOMETRORAGIA ( GANGGUAN SIKLUS HAID )

A. PENGERTIAN MENOMETRORAGIA

Menometroragia adalah pendarahan dari vagina pada seorang wanita tanpa


ada hubungan dengan suatu siklus haid. Pendarahan ovulataoir terjadi pada
pertengahan silus sebagai suatu spotting dan dapat lebih diyakinkan dengan
pengukuran suhu basal tubuh. Penyebabnya adalah kelainan organik (polip
endrometrium, karsinoma endrometrium, karsinoma serviks), kelainana
fungsional, serta penggunaan estrogen eksogen.
Menorhagia adalah pengeluaran darah yang terlalu banyak biasanya disertai
dengan bekuan darah sewaktu menstruasi, jadi pada siklus yang teratur.
Metrorhagi adalah perdarahan yang tidak teratur dan yang tidak ada
hubungan dengan haid. Menometrorhagia –> perdarahan uterus yang sesuai waktu
tetapi dengan jumlah yang sedikit.
Menometrorhagia adalah perdarahan uterus abnormal (jumlah, frekuensi,
atau lamanya), yang terjadi baik di dalam maupun di luar siklus haid yang semata-
mata disebabkan oleh gangguan fungsional mekanisme kerja poros hipotalamus –
hipofisis – ovarium, endometrium, tanpa adanya kelainan organik alat reproduksi.
Menometrorhagia adalah perdarahan uterus berlebihan yang terjadi pada dan
diantara periode menstruasi. Menometroragia dapat disebabkan oleh kelainan
organik pada alat genital atau oleh kelainan fungsional
 

B. ETIOLOGI

Biasanya disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon estrogen dan


progesteron akibat dari :
a. Endokrin               : gangguan pada sistem hipotalamus, hipofisis,
ovarium, dan endometrium.
b.Non Endokrin       : psikogenik, neurogenik, nutrisi yang kurang dan
penyakit sistemik.

a.Sebab-sebab organik.
Perdarahan dari uterus, tuba, dan ovarium disebabkan oleh kelainan pada :
a. Serviks uteri
b. Korpus uteri
c. Tuba falopii
d. Ovarium
 
b. Sebeb-sebab fungsional
Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organik
dinamakan perdarahan disfungsional. Perdarahan disfungsional dapat terjadi pada
setiap umur antara menarche dan menopause.

 Perdarahan disfungsional dapat dibedakan menjadi 2 jenis :

1. Perdarahan ovulatoar
Gangguan dianggap berasal dari faktor-faktor neuromukular,
vasomotorik, atau hematologik, yang mekanismenya belum seberapa
dimengerti.
2. Perdarahan anovulatoar
Gangguannya dianggap bersumber pada gangguan endokrin.

 Gambaran klinik :

Stimulasi dengan estrogen menyebabkan tumbuhnya endometrium. Dengan


menurunnya kadar estrogen dibawah tingkat tertentu, timbul perdarahan yang
kadang-kadang bersifat siklis, kadang-kadang tidak teratur sama sekali.
Endometrium dibawah pengaruh estrogen tumbuh terus, dan dari endometrium
yang mula -mula proliferatif dapat terjadi endometrium bersifat hiperplasia kistik.
Jika gambaran itu dijumpai pada sediaan yang diperoleh dengan kerokan dapat
diambil kesimpulan bahwa perdarahan bersifat anovulatoar.

Perdarahan disfungsional dapat dijumpai pada penderita-penderita dengan


penyakit metabolik, penyakit endokrin, penyakit darah, penyakit umum yang
menahun, tumor-tumor ovarium, dan sebagainya. Akan tetapi terdapat banyak
wanita dengan perdarahan disfungional

tanpa adanya penyakit-penyakit tersebut diatas. Dalam hal ini stress yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, kejadian-kejadian yang menggangu
keseimbangan emosional dapat menyebabkan perdarahan anovulatoar. Biasanya
dalam perdarahan ini hanya untuk sementara waktu saja. 

C.DIAGNOSIS

Pembuatan anamnesis yang cermat penting untuk diagnosis. Perlu ditanyakan


bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus yang pendek atau oleh
oligomenorea/amenore, sifat perdarahan (banyak atau sedikit- sedikit, sakit atau tidak),
lama perdarahan, lama atau tidak, dan sebagainya. Pada pemeriksaan umum perlu
diperhatikan tanda-tanda yang menunjuk kearah kemungkinan penyakit metabolik,
penyakit endokrin, penyakit menahun, dan lain-lain. Kecurigaan terhadap salah satu
penyakit tersebut hendaknya menjadi dorongan untuk melakukan pemeriksaan dengan
teliti ke arah penyakit yang bersangkutan. Pada pemeriksaan ginekologik perlu dilihat
apakah ada kelainan-kelainan organik yang menyebabkan perdarahan abnormal. Dapat
dilakukan kerokan untuk pembuatan diagnois. Pada wanita berumur 20 – 40 tahun
kemungkinan besar ialah kehamilan terganggu, polip, mioma submukosum, dan
sebagainya. Kerokan diadakan setelah diketahui benar bahwa tindakan tersebut tidak
menggangu kehamilan. Pada wanita pramenopause dorongan untuk melakukan
kerokan ialah untuk memastikan ada tidaknya tumor ganas.

-Singkirkan terlebih dahulu kelainan organik. Anamnesis, perlu diketahui :

- Usia Menarche

-Siklus haid

- Jumlah perdarahan

-Lama menstruasi

- Sifat perdarahan

-Latar belakang keluarga

-Status emosi

Pemeriksaan fisik
-Umum, Adanya tanda-tanda penyakit metabolik, endokrin, gangguan
hemolisis, penyakit menahun dll.

-Ginekologi, Pada wanita usia pubertas, tidak diperlukan hapusan namun


pada wanita usia premenopause perlu dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
keganasan.

-Penunjang, Kelainan organik yang kecil pada genetalia interna sering kali
sulit dinilai apalagi pada wanita Virgin, sehingga dianjurkan pemeriksaan biopsi
endometrium, lab darah dan fungsi hemostatis, USG, radic imun assay. Dll.

I. Diagnosis anovulasi

-Suhu basal badan

-Biopsi endometrium

-Sitologi

-Hiperfungsi adrenal

-Hipotiroid

-FSH dan LH

-Progesteron

-Hipo fungsi pankreas

II. Penanganan

 -Tujuan
a.Menghentikan perdarahan
b.Memulihkan pola haid ovulatoar
c.Mencegah akibat jangka panjang dari keadaan anovulasi
-Prinsip
a. Singkirkan dulu kelainan organik

b. Bila terjadi perdarahan banyak atau KU jelek atau Anemis, segera


hentikan perdarahan dengan injeksi estrogen atau progesteron kemudian transfusi.
c. Perdarahan yang tidak mengganggu KU, terapi cukup dengan estrogen
atau progesteron oral saja

d. Terapi lain : antifibrinolitik atau anti prostaglandin

e. Setelah perdarahan berhenti atau gangguan haid teratasi selanjutnya atur


siklus haid selama 3 bulan berturut – turut.

f. Setelah 3 bulan pengaturan siklus haid, keadaan kembali lagi seperti


semula, cari penyebab lain (analisa hormon)

III. Pengobatan pada siklus anovulatorik

-Tujuan
Menghentikan perdarahan dan mengembalikan siklus haid sampai terjadi
ovulasi atau sampai hormon-hormon untuk memicu ovulasi terpenuhi.
Obat yang diberikan:
a  Estrogen dosis tinggi
Estradiol diprolionas 2,5 mg
Estradiol benzoas 1,5 mg
Ø  Pil kombinasi 2 x 1 tablet selama 3 hari
1 x 1 tablet selama 21 hari
b  Progesteron
MPA 10 – 20 mg / hari selama 7 – 10 hari
Linestrenol 5 mg

IV. Pengobatan pada Menometroraghia berat


Beri estrogen konjugasi dosis tinggi untuk merangsang terbentuknya
lapisan mukopolisakarida pada dinding kapiler dan arteriola sehingga luka pada
pembuluh darah tertutup.

Dosis :
25 mg IV / 3-4 jam. Maksimal 4 kali suntikan
Bila KL estrogen, beri progesteron 100 mg untuk merangsang kontraksi
sitmik pada vasomotor dan menjaga ketahanan endometrium.
V. Pengobatan operatif

Terapi ini bertujuan menghentikan perdarahan, dengan angka keberhasilan


40 % – 60 %.

-  Pengobatan lain yaitu dengan pemberian anti fibrinolitik.

Aktivitas fibrinolitik di uterus tinggi karena akibat enzimatik plasmin atau


plasminogen yang menyebabkan degradasi fibrin, fibrinogen, faktor V dan VIII.
Proses seperti urakinase, tripsin, dan streptokinase. Dapat dihambat oleh asam
amino keproat dan AS traneksamat dosis 4 gr / hari (4 kali pemberian).

Kadang-kadang pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional sangat


banyak, dalam hal ini penderita harus istirahat baring dan diberi tranfusi darah.
Setelah pemeriksaan ginekologik menunjukan bahwa perdarahan berasal dari
uterus dan tidak ada abortus inkompletus, perdarahan untuk sementara waktu
dapat dipengaruhi dengan hormon steroid. Dapat diberikan:

a. Estrogen dalam dosis tinggi, supaya kadarnya dalam darah meningkat


dan perdarahannya berhenti. Dapat diberikan secara intra muskulus dipropionas
estradiol 2,5 mg, atau benzoas estradiol 1,5 mg, atau valeras estradiol 20 mg.
Keberatan terapi ini adalah bahwa setelah suntikan dihentikan, perdarahan timbul
lagi.

b. Progesteron: pertimbangan disini ialah bahwa sebagian besar


perdarahan fungsional bersifat anovulatoar, sehingga pemberian progesteron
mengimbangi pengaruh estrogen terhadap endometrium. Dapat diberikan kaproas
hidroksi-progesteron 125 mg, secara intramuskulus, atau dapat diberikan per os
sehari norethindrone 15 mg atau asetas medroksi- progesterone (provera) 10 mg,
yang dapat diulangi. Terapi ini berguna pada wanita dalam masa pubertas.

Terapi yang paling baik adalah dilatasi dan kerokan,tindakan ini penting,
baik untuk terapi maupun untuk diagnosis. Dengan terapi ini banyak kasus
perdarahan tidak terulang lagi. Apabila ada penyakit metabolik, penyakit
endokrin, penyakit darah, dan lain-lain yang menjadi sebab perdarahan, tentulah
penyakit ini harus ditangani.

Apabila setelah dilakukan kerokan perdarahan disfungsional timbul lagi,


dapat diusahakan terapi hormonal. Pemberian estrogen saja kurang bermanfaat
karena sebagian besar perdarahan disfungsional disebabkan oleh hiperestrinisme.
Pemberian progesteron saja berguna apabila produksi estrogen secara endogen
cukup. Dalam hubungan dengan hal-hal tersebut diatas pemberian esterogen dan
progesteron dalam kombinasi dapat dianjurkan, untuk keperluan ini pil-pil
kontrasepsi dapat digunakan. Terapi ini dapat dilakukan mulai hari ke 5
perdarahan terus untuk 21 hari dapat pula diberikan progesteron untuk 7 hari,
mulai hari ke 21 siklus haid. Androgen dapat berguna pula dalam terapi teradap
perdarahan disfungsional yang berulang. Terapi per os umumnya lebih dianjurkan
daripada terapi dengan suntikan. Dapat diberikan metiltestosteron 5 mg sehari,
dalil dalam terapi dengan androgen ialah pemberian dosis yang sekecil-kecilnya
dan sependek mungkin.

Sebagai tindakan yang terakhir pada wanita dengan perdarahan


disfungsional terus menerus walaupun sudah dilakukan kerokan beberapa kali dan
yang sudah mempunyai anak cukup ialah histerektomi.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall.2000.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta : EGC


Difa Danis. Kamus Kedokteran. Gitamedia Press.
Knight, Jhon. F. 1997. Wanita Ciptaan Ajaib Beberapa Gangguan Sistem
Tubuh dan Perawatannya. Bandung : Indonesia Pubershing House.
Wilkinson M.2006.

Anda mungkin juga menyukai