Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


System pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan
mengalami perubahan mendasar dalam memasuki abad 21 ini. Perubahan
tersebut merupakan dampak dari perunbahan kependusukan diman
masyarakat semakin berkembang yaitu lebih berpendidikan, lebih sadar akan
hak dan hokum, serta menuntut dan semakin krtis terhadapa berbagai bentuk
pelayanan keperawatan serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
saat ini. (Pakudek, Robot, & Hamel, 2017)
Pelayanan keperawatan memegang peranan penting dalam upaya
menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ( Dermawan, 2012 )
Pelayanan keperawatan dirumah sakit meupakan bagian pelayanan kesehatan
secara menyeluruh dan berkesinambungan serta memegang peranan yang
penting dalam upaya menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
( Dermawan dalam Pakudek, 2014 ). Sebagai suatu proses, “proses
keperawatan” mempunyai langkah – langkah pengkajian, diagnosis,
perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan. Sebagai bahan
pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan perawat terhadap klien,
masyarakat dan pemerintah semua langkah – langkah dalam proses
keperawatan tersebut harus didokumentasikan dengan baik dan benar ( Ali,
2010 ). (Pakudek et al., 2017)
Dokumentasi keperawatan adalah bukti pencatatan dan pelaporan yang
dimiliki perawat dalam catatan perawatan yang berguna untuk kepentingan
klien, perawat dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan
dengan dasar data yang akurat dan lengkap secara tertulis sebagai tanggung
jawab perawat ( Wahid & Suprapto, 2012 ). Dokumentasi umumnya kurang
disukai oleh perawat karena dianggap terlalu rumit, beragam dan menyita

1
2

waktu. Namun, dokumentasi keperawatan yang tidak dilakukan dengan tepat,


lengkap dan akurat dapat menurunkan mutu pelayanan keperawatan Karen
tidak dapat mengidentifikasi sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan
keperawatan yang telah diberikan. Dalam aspek legal, perawat tidak
mempunyai bukti tertulis jika pasien menuntut ketidak puasan atas pelayanan
keperawatan ( Nursallam, 2012 ). Salah satu faktor yang mendorong perawat
perawat melaksanakan tugasnya dengan semaksimal mungkinadalah motivasi
perawat itu sendiri. (Pakudek et al., 2017)
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti
diperoleh data dari RSUD Aji Batara Agung Dewa Sakti Samboja yaitu
didapatkan data jumlah perawat dengan pendidikan terakhir D3 keperawatan
dan S1 keperawatan diseluruh rawat inap berjumlah 103 karyawan untuk D3
keperawatan dan 17 karyawan untuk S1 keperawatan. Ketidaklengkapan
pengisisan Bukti Rekam Medis ( BRM ) dari seluruh BRM rawat inap di
RSUD Aji Batara Agung Dewa Sakti pada bulan Januari sampai dengan April
2018 16,10 %, pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2018 14,28%, pada
bulan September sampai dengan Desember 2018 15,84% ( Bukti Rekam
Medis RSUD Aji Batara Agung Dewa Sakti Samboja ).
Berdasarkan dari uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “ Hubungan Antara Pendidikan Dan Motivasi Perawat
Dalam Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap RSUD
Aji Batara Agung Dewa Sakti Samboja “

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui hubungan antara pendidikan dan motivasi perawat dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan diruang rawat inap RSUD Aji
Batara Agung Dewa Sakti Samboja.

2. Tujuan Khusus
3

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :


a. Mengidentifikasi distribusi pendidikan perawat dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan di RSUD Aji Batara Agung
Dewa Sakti Samboja.
b. Mengidentifikasi motifasi perawat dalam pendokumentasian asuhan
keperawatan di RSUD Aji Batara Agung Dewa Sakti Samboja.

C. Manfaat Penelitian
1. Bagi RSUD Aji Batara Agung Dewa Sakti Samboja
Sebagai bahan pertimbangan dan evaluasi bagi rumah sakit dalam
peningkatan standar pelayanan keperawatan dalam pendokumentasian
asuhan keperawatan sesuai standar mutu di RSUD Aji Batara Agung
Dewa Sakti.
2. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan
pendokumentasian asuhan keperawatan.

D. Penelitian Terkait
Hasil penelitian Nurniningsih (2012), Ada hubungan antara umur,
pendidikan, lama bekerja, jenis kelamin, dengan kinerja perawat di Instalasi
Rawat Jalan RSUP Dr. Kariadi Semarang. Dapat dikatakan bahwa selain
motivasi intrinsik perawat, karakteristik perawat juga dapat berpengaruh pada
pelaksanaan dokumentasi asuhan keperawatan. Penelitian ini menyatakan
sebagian besar dokumentasi asuhan keperawatan di IRINA C dalam kategori
lengkap. Namun bukan berarti dokumentasi yang tidak lengkap hanya
diabaikan begitu saja. Pada dasarnya semua dokumentasi asuhan keperawatan
haruslah terisi secara lengkap. Semakin banyak dokumentasi asuhan
keperawatan yang dilaksanakan dengan lengkap dapat memberikan dampak
yang baik pada pelayanan keperawatan diruangan IRINA C. (Pakudek et al.,
2017)
4

Dari hasil penelitian Anis Rismawati (2014) Kelengkapan catatan


keperawatan meliputi data klinis dan data administrative dengan hasil
kelengkapan berkas untuk data administratif 96%, sedangkan untuk data klinis
77,50%. Berdasarkan hasil yang didapatkan dalam penelitian, di Rumah Sakit
Umum At-Turots Al-Islamy Sleman didapat dengan hasil pengisian data
administratif dan data klinis dapat di katakan sudah baik. yaitu data
administratif sebesar 87,8%, sedangkan data klinis sebesar 95,5%.
Kelengkapan catatan keperawatan saat ini di Rumah Sakit Umum At-Turots
Al-Islamy Sleman sudah sesuai dengan Hatta (2009), dan mempunyai
kesamaan dengan penelitian Anis Rismawati (2014). (Utami, Susilani, &
Hakam, 2016)
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keperawatan

Menurut Undang – Undang keperawatan Republik Indonesia Nomor 38


Tahun 2014 tentang keperawatan adalah pemberi asuhan kepad individu,
keluarga, kelompok atau masyarakatbaik dalam keadaan sakit maupun sehat (
Pemerintah Republik Indonesia, 2014 ). Menurut peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/148/I/2010 pada Pasal 1,
perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik didalam
maupun diluar negeri sesuai dengan peraturan perundang – undangan.

Keperawatan sebagai profesi dan tenaga professional bertanggung jawab


untuk memberikan pelayanan keperawatan sesuai kompetensi dan kewenangan
yang dimiliki secara mandiri maupun bekerja sama dengan anggota tim
kesehatan lain ( Gustini, 2007 ; Kuntoro 2010 ; Nursallam 2016 ). Oleh karena
itu pelayanan keperawatan harus dikelola secara professional demi peningkatan
mutu pelayanan yang merupakan salah satu indicator manajemen pelayanan
keperawatan di Rumah Sakit ( Kemenkes, RI 2010 ; Hidayah, N, 2014 ).

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan merupakan suatu proses keperawatan yaitu suatu
metode sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat untuk memenuhi
kebutuhan klien dalam mencapai atau mempertahankan keadaan biologis,
psikologis, social dan spiritual yang optimal melalui tahapan pengkajian
keperawatan, identifikasi diagnose keperawatan, penentuan perencanaan
6

keperawatan dan melaksanakan tindakan keperawatan serta mengevaluasinya (


Suarli & Yahya, 2012 ).
Dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014
tentang keperawatan dinyatakan asuhan keperawatan adalah serangkaian
interaksi dengan klien dan lingkungan untuk mencapai tujuan pemenuhan
kebutuhan dan kemandirian dalam merawat dirinya ( Pemerintah Republik
Indonesia, 2014 ).

2.3 Konsep Pendokumentasian Keperawatan


2.3.1 Pengertian
Dokumentasi Keperawatan adalah bukti pencatatan dan pelaporan
yang dimiliki perawat dalam catatan perawatan yang berguna untuk
kepentingan klien, perawata dan tim kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan dengan dasar data yang akurat dan lengkap secara
tertulis sebagai tanggung jawab perawat ( Wahid & Suprapto, 2012 ).

2.3.2 Tujuan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan


Tujuan pendokumentasian asuhan keperawatan adalah sebagai alat
komunikasi antara klien, keluarga, tim perawat dan tim kesehatan lain
sehingga terbentuk komunikasi yang baik dalam perawatan klien,
sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat perlindungan klien dalam
pelayanan dan keamanan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan, sebagai informasi statistik acuan perencanaan kebutuhan
sarana prasarana dan sumber daya manusia di masa mendatang, sebagai
sarana pendidikan yang dapat dijadikan media belajar bagi mahasiswa
dan bahan penelitian dalam pengembangan ilmu keperawatan, sebagai
sumber data dalam audit keperawatan untuk alat ukur dalam penilaian
kinerja perawatan, sebagai dokumen yang bisa dijadikan aspek legal dan
bukti autentik bagi perawat ketika menghadapi masalah hukum, sebagai
7

jaminan kualitas pelayanan kesehatan dan pelayanan keperawatan


(Setiadi,2012).
Pelaksanaan dokumentasi keperawatan sebagai salah satu alat ukur
untuk mengetahui, memantau dan menyimpulkan suatu pelayanan
asuhan keperawatan yang diselenggarakan di rumah sakit (Fisbach,1991
dalam Setiadi,2012).

2.3.3 Manfaat Dokumentasi Asuhan Keperawatan


Setiadi ( 2012 ) , Tujuan dari dokumentasi keperawatan yaitu :
1) Sarana komunikasi
Dokumentasi yang dikomunikasikan sacra akurat dan lengkap
dapat berguna untuk membantu koordinasi asuhan keperawatan
yang diberikan oleh tim kesehatan, mencegah informasi yang
berulang terhadap pasien atau anggota tim kesehatan atau mencegah
tumpang tindih, bahkan sama sekali tidak dilakukan untuk
mengurangi kesalahan dan dapat meningkatkan ketelitian dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien, dapat menbantu tim
perawat dalam mengunakan waktu sebaik-baiknya.
2) Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat
Upaya untuk melindungi klien terhadap kualitas pelayanan
keperawatan yang diterima dan perlindungan terhadap keamanan
perawat dalam melaksanakan tugasnya maka, perawat diharuskan
mencatat segala tindakan yang dilakukan terhadap klien.
3) Informasi Statistik
Data statistic dari dokumentasi keperawatan dapat membantu
merencanakan kebutuhan dimasa mendatang. Baik berupa SDM,
sarana, prasarana dan teknis.
4) Sarana Pendidikan
Dokumentasi asuhan keperawatan yang dilaksanakan secara
baik dan benar akan membantu para siswa keperawatan maupun
8

siswa kesehatan lainnya dalam proses balajar mengajar untuk


mendapatkan pengetahuan dan membandingkannya baik teori
maupun praktik lapangan.
5) Sumber Data Penelitian
Informasi yang ditulis dalam dokumentasi dapat digunakan
sebagai sumber data penelitian. Hal ini sarat kaitannya dengan yang
dilakukan terhadap asuhan keperawatan yang diberikan sehingga
melalui penelitian dapat diciptakan satu bentuk pelayanan
keperawatan yang aman, efektif dan etis.
6) Jaminan Kualitas Pelayanan Kesehatan
Dokumentasi yang dilakukan dengan bak dan benar diharapkan
asuhan keperawatan yang berkualitas dapat dicapai. Karena,
jaminan kualitas merupakan bagian dari program pengembangan
pelayanan kesehatan. Suatu perbaikan tidak dapat di wujudkan
tanpa dokumentasi yang kontinu, akurat dan rutin baik yang
dilakukan oleh perawat maupun tenaga kesehatan lainnya.
7) Sumber Data Perencanaan Asuhan Keperawatan Berkelanjutan
Dokumentasi akan didapatkan data yang actual dan konsisten
mencakup seluruh kegiatan keperawatan yang dilakukan melalui
tahapan kegiatan proses keperawatan.

2.3.4 Manfaat Pendokumentasian Asuhan Keperawatan


Nursallam ( 2011 ) menerangkan bahwa dokumentasi keperawatan
mempunyai makna yang penting dilihat dari berbagai aspek seperti
aspek hukum, kualitas pelayanan, komunikasi, keuangan, pendidikan,
penelitian dan akreditasi. Penjelasan mengenai aspek – aspek tersebut
adalah sebagai berikut :
9

1) Hukum
Semua catatan informasi tentang klien merupakan dokumentasi
resmi dan bernilai hukum. Bila menjadi suatu masalah yang
berhubungan dengan profesi keperawatan dimana sebagai pemberi
jasa dank lien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi dapat
dipergunakan sewaktu – waktu. Dokumentasi tersebut dapat
dipergunakan sebagai barang bukti dipengadilan.
2) Kualitas Pelayanan
Pendokumentasian data klien yang lengkap dan akurat akan
memberikan kemudahan bagi perawat dalam membantu
menyelesaikan masalah klien. Dan untuk mengetahui sejauh mana
masalah klien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah dapat
diidentifikasi dan dimonitor melalui dokumentasi yang akurat. Hal
ini akan membantu meningkatkan kualitas ( mutu ) pelayanan
keperawatan.
3) Komunikasi
Dokumentasi keadaan klien merupakan alat “Perekam” terhadap
masalah yang berkaitan dengan klien. Perawat atau profesi kesehatan
lain dapat melihat dokumentasi yang ada dan sebagai alat
komunikasi yang dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan
keperawatan.
4) Keuangan
Dokumentasi dapat bernilai keuangan. Semua asuhan
keperawatan yang belum, sedang dan telah diberikan
didokumentasikan dengan lengkap dan dapat dipergunakan sebagai
acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan bagi klien.
5) Pendidikan
Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan karena, isinya
menyangkut kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang
10

dapat dipergunakan sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi


peserta didik atau profesi keperawatan.
6) Penelitian
Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian. Data
yang terdapat didalamnya mengandung informasi yang dapat
dijadikan sebgai bahan atau objek riset dan pengembangan profesi
keperawatan.
7) Akreditasi
Dokumenatsi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran
dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
klien. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan mengenai tingkat
keberhasilan pemberian asuhan keperawatan yang diberikan guna
pembinaan dan pengembangan diklat.

2.3.5 Prinsip – Prinsip Pendokumentasian Asuhan Keperawatan


Setiadi ( 2012 ) menerangkan prinsip pencatatan ditinjau dari tehnik
pencatatan yaitu :
a. Menulis nama klien setiap halaman catatan perawat
b. Mudah dibaca, sebaiknya menggunakan tinta warna biru atau hitam.
c. Akurat menulis catatan selalu dimulai dengan menulis tanggal,
waktu dan dapat dipercaya secara factual.
d. Ringkas, singkatan yang biasa digunakan dan dapat diterima dan
dipakai.
e. Pencatatanmencakuo keadaan sekarang dan waktu lampau.
f. Jika terjadi kesalahan pada saat pencatatan, coret satu kali kemudian
tulis kata “salah”diatasnya seta paraf dengan jelas. Dilanjutkan
dengan informasi yang benar “jangan dihapus”. Validitas pencatatan
akan rusak jika ada penghapusan.
g. Tulis nama jelas pada setiap hal yang telah dilakukan dan bubuhi
tanda tangan.
11

h. Jika pencatatan bersambung pada halaman baru, tanda tangani dan


tulis kembali waktu dan tanggal pada bagian halaman tersebut.
i. Jelaskan temuan pengkajian fisik dengan cukup terperinci. Hindari
penggunaan kata seperti “sedikit” dan “banyak” yang mempunyai
tafsiran dan harus dijelaskan agar bisa dimengerti.
j. Jelaskan apa yang terlihat, terdengar, teras dan tercium pada saaat
pengkajian.
k. Jika klien tidak dapat memberikan informasi saat pengkajian awal,
coba untuk mendapatkan informasi dari anggota keluarga atau teman
dekat yang ada atau kalu tidak ada catat alasannya.

2.3.6 Tahap – Tahap Pendokumentasian Asuhan Keperawatan


Proses keperawatan mempunyai 5 komponen menurut Ali ( 2009 )
sebagai berikut :
a. Pengkajian
1) Pengertian Pengkajian
Pengkajian dalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupaka proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi
status kesehatan pasien ( Lyer et al 1996, dalam Setiadi 2012 ).
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulan
data dan menganlisanya ( Manurung, 2011 ). Pengkajian adalah
pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah – masalh, kebutuhan
kesehatan dan keperwatan pasien baik fisik, mental, social dan
lingkungan ( Effendy1995, dalam Dermawan 2012 ).

2) Tujuan Pengkajian
Tujuan pengkajian menurut Dermawan 2012 adalah :
12

a) Untuk memperoleh informasi tentang keadaan kesehtan


pasien.
b) Untuk menentukan maslah keperawatan dan kesehatan
pasien.
c) Untuk menilai keadaan kesehatan pasien.
d) Untuk membuat keputuan yang tepat dalam menentukan
langkah – langkah berikutnya.

3) Tipe Data
Tipe data menurut Setiadi ( 2012 ) adalah sebagai berikut :
a) Data Subjektif
Data subjektif adalah deskripsi verbal pasien mengenai
masalah kesehatannya. Data subjektif diperoleh dari
riwayat keperawatan termasuk persepsi pasien, perasaan
dan ide tentang status kesehatannya. Sumber data lain
dapat diperoleh dari keluarga, konsultan dan tenaga
kesehatan lainnya.
b) Data Objektif
Data objektif adalah hasil observasi atau pengukuran
dari status kesehatan pasien.

b. Diagnosa Keperawatan
1) Pengertian
Diagnosa keperawatan adalah langkah kedua dari proses
keperawatan yang menggambarkan penilaian klinis tentang
respon individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat
terhadap permasalahan kesehatan baik actual maupun potensial.
Dimana perawat mempunyai lisensi dan kompetensi untuk
mengatasinya ( Sumijatun, 2010 ). Diagnose keperawatan
adalah pernyataan yang jelas, singkat dan pasti tentang masalah
13

pasien yang nyata serta penyebabnya dapat dipecahkan atau


diubah melalui tindakan keperawatan ( Gordon 1982, dalam
Dermawan 2012 ).

2) Kriteria Diagnosa Keperawatan


Kriteria antara lain sebagai berikut ( Nursallam, 2015 ) :
a) Status kesehatan dibandingkan dengan standar untuk
menentukan kesenjangan.
b) Diagnose keperawatan dihubungkan dengan penyebab
kesenjangan dan pemenuhan kebutuhan pasien.
c) Diagnose keperawatan dibuat sesuai dengan wewenang.
d) Komponen diagnose keperaawatan terdiri dari PE/PES.
e) Pengkajian ulang dan revisi terhadap diagnosis berdasarkan
data terbaru.

3) Tujuan Diagnosa Keperawatan


Tujuan diagnose keperawatan untuk mengidentifikasi menurut
Wahid & Suprapto ( 2012 ) sebagai berikut :
a) Masalah dimana adanya respon kklien terhadap status
kesehatn atau penyakit.
b) Faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah.
c) Kemampuan klien untuk mencegah atau menyelesaikan
masalah.
d) Mengkomunikasikan masalah klien pada tim kesehatan.
e) Mendemonstrasikan tanggung jawab dalam
mengidentifikasi masalah klien.
f) Mengidentifikasi masalah utama untuk perkembangan
intervensi keperawatan.
14

c. Perencanaan Keperawatan
1) Pengertian
Perencanaan keperawatan adalah suatu proses didalam
pemecahan masalah yang merupakan keputusan awal tentang
sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan
dilakukan, siapa yang melakukan dari semua tindakan
keperawatan ( Dermawan, 2012 ).
Perencanaan keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan
tertulis yang menggambarkan maslah kesehatan pasien, hasil
yang akan diharapkan, tindakan – tindakan keperawatan dan
kemajuan pasien secara spesifik ( Manurung, 2011).

2) Tujuan Perencanaan Keperawatan


Tujuan rencana tindakan dibagi menjadi dua menurut
Dermawan ( 2012 ) yaitu :
a) Tujuan Administratif
(1) Untuk mengidentifikasi focus keperawatan kepada
pasien atau kelompok.
(2) Untuk membedakan tanggung jawab perawat dengan
profesi kesehatan lainnya.
(3) Untuk menyediakan suatu kriteria guna pengulangan
dan evaluasi keperawatan.
(4) Untuk menyediakan kriteria klasifikasi pasien.
b) Tujuan Klinik
(1) Menyediakan suatu pedoman dalam penulisan.
(2) Mengkomunikasikan dengan staff perawat apa yang
dianjurkan, diobservasi dan dilaksanakan.
(3) Rencana tindakan yang spesifik secara langsung bagi
individu, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya untuk
melaksanakan tindakan.
15

d. Implementasi Keperawatan
1) Pengertian
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana
keperawatan oleh perawat dan pasien ( Riyadi, 2010 ).
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan
dari rencana rencana keperawatan yang telh disusun pada tahap
perencanaan ( Setiadi, 2012 ).
2) Pedoman Implementasi Keperawatan
Pedoman implemantasi keperawatan menurut Dermawan ( 2012
) sebagai berikut :
a) Tindakan yang dilakukan konsisten dengan rencana dan
dilakukan setelah memvalidasi rencana. Validasi
menentukan apakah rencana masihh relevan, maslah
mendesak, berdasr pada rasional yang baik dan
diindividualisasikan. Perawat memastikan bahwa tindakan
yang sedang diimplementasikan baik oleh pasien, perawat
atau yang lain berorientasi ada tujuan dan hasil. Tindakan
selama implemantasi diarahkan untuk mencapai tujuan.
b) Keterampilan Interpersonal, intelektual dan teknis dilakukan
dengan kompeten dan efisien dilingkungan yang sesuai.
Perawat harus kompeten dan mampu melaksanakan
keterampilan ini secara efisien guna menjalankan rencana.
Kesadaran diri dan kekuatan serta keterbatasan perawat
menunjang pemberian asuhan yang kompeten dan efiien
sekaligus memerankan peran perawat professional.
c) Keamanan fisik dan psiklogis pasien dilindungi. Selama
melaksanakan implementasi, keamanan fisik dan psikologis
dipastikan dengan mempersiapkan pasien secara adekuat.
16

Melakukan asuhan keperawatan dengan terampil dan


efisien, menerapkan prinsip yang baik,
mengindividualisasikan tindakan dan mendukung pasien
selama tindakan tersebut.
d) Dokumentasi tindakan dan respon pasein dicantumkan
dalam catatan perawatan kesehatan dan rencana asuhan.
Dokumentasi dalam catatan perawatan kesehatan terdir atas
deskripsi tindakan yang diimplementasikan dan respon
pasien terhadap tindakan tersebut. Tindakan yang tidak
diimplementasikan juga dicatat disertai alas an.
Dokumentasi rencana asuhan untuk meningkatkan
kesinambungan asuhan dan untuk mencatat perkembangan
pasien guna mencapai kriteria hasil.

e. Evaluasi Keperawatan
1) Pengertian Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawtan adalah mengkaji respon pasien
setelah dilakukan intervensi keperawatan dan mengkaji ulang
asuhan keperawatan yang telah diberikan ( Deswani, 2009 ).
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus
dilakukan untuk menetukan apakah rencana keperawatan efektif
dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi
rencana atau menghentikan rencana keperawatan ( Manurung,
2011 ).
2) Tipe Pernyataan Evaluasi
Tipe pernyataan evalusi menurut Setiadi ( 2012 ) sebagai
berikut :
Tipe pernyataan evaluasi dapat dilakukan secara formatif
dan sumatif. Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan
17

selama proses asuhan keperawatan. Sedangkan, evaluasi sumatif


adalah evaluasi akhir.
a) Pernyataan evaluasi formatif
Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon
pasien segera pada saat atau setelah dilakukan tindakan
keperawatan dan ditulis pada catatan perawatan.
b) Pernyataan evaluasi sumatif
Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa
status kesehatan sesuai waktu pada tujuan dan ditulis pada
catatan perkembangan.

2.4 Pendidikan
2.4.1 Pengertian Pendidikan
Muhibbin Syah ( 2010 ) Pendidikan berasal dari kata “didik”, lalu
kata ini mendapat awalan “me” sehingga menjadi “mendidik” yang
artinya, memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan
memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan dan pimpinan
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Feni (2014) pendidikan merupakan bimbingan atau pertolongan
yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk
mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap
melaksanankan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.

2.4.2 Pendidikan Dalam Keperawatan


Undang – undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014
tentang keperawatan pasal 5,6,7,8 Pendidikan tinggi keperawatan terdiri
atas pendidikan vocational ( paling rendah diploma tiga keperawatan ),
pendidikan akademik ( program sarjana keperawatan, magister
keperawatan, doctoral keperawatan ), pendidikan profesi ( Profesi
keperawatan dan spesialisasi keperawatan ).
18

2.4.3 Hubungan Pendidikan Dalam Pendokumentasian Asuhan


Keperawatan
Wawan ( 2010 ) menyatakan bahwa makin tinggi pendidikan
seseorang, makin muda untuk menerima informasi sehingga mampu
membuat keputusan dalam melakukan pendokumentasian. Sedangkan
menurut Siagian ( 2010 ) menyatakan dengan pendidikan yang tinggi
akan meningkatkan motivasi, keinginan dan kematangan intelektual
dalam penerapan pendokumentasian secara lengkap.
Dari penelitian yang dilakukan Pratiwi, dkk ( 2013 ) mengenai
hubungan tingkat pendidikan dan lama kerja dengan kelengkapan
pendokumentasian asuhan keperawtan di RSUD Tugurejo Semarang,
hasilnya menyatakan ada hubungan dengan kelengkapan
pendokumentasian asuhan keperawatan (p=0.02)
Penelitian yang dilakukan Asmaranti ( 2012 ) tentang faktor –
faktor yang mempengaruhi pengetahuan perawat terhadap
pendokumentasian asuhan keperawatan di RSU Persahabatan, hasilnya
menunjukn ada hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan
pendokumentasian (p value = 0,004 ).

2.5 Motivasi
2.5.1 Definisi Motivasi
Samsudin ( 2010 ) mengemukakan bahwa motivasi adalah proses
mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau
kelompok kerja agar merekan mau melaksanakan sesuatu yang telah
ditetapkan. Sedangkan menurut Richard M. Stears ( 2009 ) motivasi
adalah kekuatan kecendrungan seorang individu melibatkan diri dalam
kegiatan yang berarahkan sasaran dalam pekerjaan.
19

Siagian ( 2009 ), menyatakan bahwa motivasi merupakan daya


dorong bagi seseorang untuk memberikan kontribusi yang sebesar
mungkin demi keberhasilan organisasi mencapai tujuannya.

2.5.2 Jenis Motivasi


Ada dua jenis motivasi menurut Malayu Hasibuan ( 2013 ) adalah
sebagai berikut :
1) Motivasi Positif
Motivasi positif maksudnya manajer memotivasi (
merangsang ) bawahan dengan memberikan hadiah kepada mereka
yang berprestasi diatas prestasi dasar. Dengan motivasi positif,
semngat kerja bawahan akan meningkat karena umumnya manusia
senang menerima yang baik – baik saja.
2) Motivasi Negatif
Motivasi negative maksudnya manajer memotifasi bawahan
dengan standar mereka akan mendapatkan hukuman. Dengan
motivasi negative ini semangat kerja bawahan dalam jangka waktu
pendek akan meningkat karena mereka takut dihukum, tetapi untuk
jangka panjang dapat berakibat kurang baik.

2.5.3 Hubungan Motivasi Dalam Pendukomentasian Asuhan


Keperawatan
Pelayanan keperawatan sangat tergantung pada kinerja perawat,
dimana kinerja perawat sangat dipengaruhi oleh motivasi perawat. Hal
ini sesuai dengan pendapat Abdullah ( 2012 ) yang mengatakan bahwa
faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian kinerja perawat dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan adalah faktor kemampuan dan
motivasi.
Hal ini sesuai dengan penelitian Pukadek,dkk ( 2013 ) mengenai
hubungan motivasi perawat dalam pelaksanaan dokumentasi asuhan
20

keperawatan di Instalasi Rawat Inap C RSUP Prof. dr.Kandou Manado


hasilnya menyatakan yang memiliki motivasi pendokumentasian tidak
lengkap 3 orng dengan P value 0.003 < α ( 0.05 ) yang berarti ada
hubungan yang bermakna antara motivasi perawat dengan pelaksanaan
dokumentasi asuhan keperawatan. Menurut penelitian Yanti dan
Bambang Edi Warsito ( 2013 ) tentang hubungan karakteristik perawat,
motivasi dari survisi dengan kualitas dokumentasi asuhan keperawatan P
value = 0.036.
21

2.6 Kerangka Teori


Kerangka teori yang digunakan untuk menganalisa hubungan antara
pendidikan dan motivasi perawata dalam pendokumentasian asuhan keperawatan
di ruang rawat inap RSUD Aji Batara Agung Dewa Sakti Samboja adalah
kerangka teori L. Green dalam Notoatmojo, 2010

Faktor predisposisi
1. Pendidikan
2. Motivasi
3. Tingkat pengetahuan

Faktor pendukung
Pendokumentasian asuhan
1. Fasilitas
keperawatan
2. Sarana dan prasarana

Faktor pendorong

1. Dukungan atasan
2. Dukungan teman kerja

Anda mungkin juga menyukai