Anda di halaman 1dari 8

Jl. Kedungmundu Raya No.

18 Semarang Gedung NRC Universitas Muhammadiyah


Semarang Phone: 02476740287, Fax: 02476740287 Email: mki@unimus.ac.id

Family Support On Severe Frequency In Epilepsy Patients In RSUP. Dr.


Kariadi Semarang

Theresia Ika1, Eni Hidayati2


1,2 University of Muhammadiyah Semarang

Article Info Abstract


Article History: Background: This epilepsy is considered a burden for the patient, the
Accepted February 19th family and is considered an embarrassing disease, infectious disease and
2019 mental illness that makes the epileptic patient difficult to live a normal life,
often experiencing discrimination in terms of learning, work, or in
Key words: marriage. Objective: to know family support for the occurrence of seizure
mily support; frequency in epilepsy patients. Research Method: Type of qualitative
epilepsy; research using the phenomenological approach. The sampling technique is
seizure frequency done by using purposive sampling approach. Excavation of this data is done
by conducting in-depth interviews with the object or the respondent.
Results: The support provided by the family in the form of explaining and
teaching the treatment of epilepsy, helping and protecting the respondents
in the treatment of epilepsy, support in terms of providing treatment and
financing and providing love and trust. It is expected that families can
provide good support, so that will reduce the incidence of seizure
frequency that appears and can improve the quality of life of respondents.

PENDAHULUAN pusat (Harsono, Epilepsi (buku kedua),


2017).
Epilepsi sudah dikenal masyarakat sejak
abad ke 19 (Ginsberg., 2008). Pemahaman Berdasarkan data dari organisasi kesehatan
masyarakat tentang epilepsi masih kurang, dunia (WHO, 2017) sekitar 50 juta orang
baik dalam hal perawatan penderita saat ini hidup dengan epilepsi di seluruh
epilepsi maupun dalam hal dukungan dari dunia. Perkiraan proporsi populasi umum
anggota keluarga terhadap penderita dengan epilepsi aktif (yaitu kejang terus-
epilepsi tersebut. Pemahaman masyarakat menerus atau dengan kebutuhan
yang masih kurang dapat membuat pengobatan) pada waktu tertentu adalah
penderita epilepsi tidak dapat terdiagnosa antara 4 dan 10 per 1000 orang. Namun,
dan tidak mendapatkan pelayanan beberapa studi di negara berpenghasilan
kesehatan yang baik. Penderita epilepsi rendah dan menengah menunjukkan bahwa
yang tidak dapat terdiagnosa dan tidak proporsinya jauh lebih tinggi, antara 7 dan
mendapatkan pelayanan kesehatan yang 14 per 1000 orang. Di Indonesia, angka
baik dapat menyebabkan kematian atau kejadian epilepsi adalah 6 dari 1000 orang
resiko adanya gangguan pada sistem saraf atau sekitar 2 juta orang menderita epilepsi.
Wilayah Jawa Tengah, angka kejadian

Corresponding author:
Theresia Ika
therikaseptiana@gmail.com
Media Keperawatan Indonesia, Vol 2 No 1, February 2019
e-ISSN: 2615-1669
DOI:10.26714/mki.2.1.2019.21-28
Media Keperawatan Indonesia, Vol 2 No 1, February 2019/ page 21-28 22

epilepsi adalah sekitar 214.000 orang mengakibatkan frekuensi kejang muncul


menderita epilepsi. Berdasarkan data sejak lebih sering dari biasanya. Dengan
bulan Juli 1999 – Desember 2009 ada munculnya frekuensi kejang yang lebih
sejumlah 500 orang yang menderita sering ini maka akan terjadi perubahan atau
epilepsi, baik yang rawat jalan maupun peningkatan dosis dan kombinasi obat –
yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat obat anti epilepsi, yang sebenarnya hal ini
Dr. Kariadi Semarang (Mardlani, 2010). tidak perlu terjadi apabila pasien patuh atau
disiplin dalam mengkonsumsi obat anti
Dalam banyak hal, epilepsi ini dianggap epilepsi (Harsono, Epilepsi, 2001).
sebagai beban bagi penderita dan keluarga
karena bagi orang awam hal ini dianggap Berdasarkan latar belakang permasalahan
sebagai penyakit yang memalukan, penyakit di atas, maka diperlukan penelitian lebih
menular dan penyakit jiwa. Anggapan lanjut tentang adanya dukungan keluarga
masyarakat yang demikian membuat pada kejadian frekuensi kejang pada pasien
penderita epilepsi sulit hidup dalam epilepsi. Diharapkan dengan adanya
kehidupan yang normal. Penderita epilepsi dukungan keluarga yang optimal dalam
sering mengalami diskriminasi, baik dalam merawat pasien epilepsi dan rutin
hal mendapatkan pelajaran, pekerjaan, mengkonsumsi obat – obat anti epilepsi
maupun dalam hal berumah tangga. Bahkan secara rutin dapat membuat frekuensi
masih banyak anggapan bahwa, penyakit kejang menjadi berkurang atau bahkan
epilepsi dapat diturunkan juga dari orang tidak pernah muncul lagi.
tua ke anak. Hal ini membuat beban bagi
penderita yang ingin menikah dan memiliki METODOLOGI PENELITIAN
keturunan (Hawari, 2010).
Desain penelitian ini menggunakan jenis
Dukungan keluarga baik dari segi financial, penelitian kualitatif dengan menggunakan
emosional maupun dari segi spiritual sangat pendekatan fenomenologis. Tehnik
dibutuhkan bagi pasien yang menjalani pengambilan sampel ini dilakukan dengan
pengobatan dalam jangka waktu yang menggunakan pendekatan purposive
panjang dan pasien kanker. Dengan Sampling. Penggalian data ini dilakukan
meningkatnya dukungan keluarga ini maka dengan melakukan wawancara secara
pasien ini akan mempunyai motivasi untuk mendalam kepada objek atau responden.
sembuh. Dengan adanya motivasi untuk Jumlah sampel dalam penelitian ini tidak
sembuh ini maka individu tersebut akan terbatas, bila sudah mencapai saturasi )
mengikuti prosedur pengobatannya dengan maka pengambilan data dari subjek yang
baik dan lancar (Saragih, 2010). Dukungan berikutnya akan dihentikan.
keluarga yang baik akan meningkatkan
kemampuan psikososial pasien (Yanto & Etika penelitian meliputi Informent consen,
Setyawati, 2017). Anonimity, Beneficiency, Justice, dan
Confidentiality.
Demikian juga yang terjadi pada pasien
epilepsi, faktor pendukung dari HASIL PENELITIAN
keberhasilan pengobatan epilepsi ini adalah
adanya dukungan dari keluarga. Dukungan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dari keluarga diperlukan untuk dukungan keluarga yang teridentifikasi
mengingatkan pasien supaya rutin dan beberapa tema antara lain: dukungan
disiplin dalam mengkonsumsi obat anti informasional, dukungan penilaian,
epilepsi. Dengan rutin meminum obat dukungan instrumental dan dukungan
epilepsi ini akan mengurangi frekuensi emosional.
kejang pada pasien epilepsi. Apabila tidak
ada dukungan dari keluarga, maka dapat

Theresia Ika / Family Support On Severe Frequency In Epilepsy Patients In RSUP. Dr. Kariadi Semarang
Media Keperawatan Indonesia, Vol 2 No 1, February 2019/ page 21-28 23

1. Dukungan Informasional a. Menjelaskan


Berdasarkan dari hasil penelitian, pada Proses komunikasi tidak hanya sebatas
umumnya keluarga dapat menjelaskan proses menyampaikan pesan dari
hal – hal yang dapat menyebabkan komunikator kepada komunikan, tetapi
kejang dan keluarga dapat mengajarkan berawal dari proses berfikir dan
koping yang tepat pada saat terjadinya produksi pesan dari dalam diri
kejang. Sub tema yang teridentifikasi komunikator. Berfikir dan
antara lain kemampuan menjelaskan memproduksi pesan dipengaruhi oleh
dan mengajarkan. bagaimana kondisi psikologis dalam
diri komunikator (Sri Dewi, 2015).
2. Dukungan Penilaian Dukungan ini dapat meningkatkan
Berdasarkan dari hasil wawancara di kepercayaan dan rasa aman partisipan.
atas, pada umumnya partisipan dapat Dukungan yang diberikan dalam bentuk
mengungkapkan apa saja tindakan yang informasi selama perawatan
dilakukan keluarga untuk membimbing berlangsung akan berdampak positif
atau mencegah masalah kejang terjadi (Febria, 2018).
kembali kepada partisipan. Sub tema
yang teridentifikasi antara lain: Berdasarkan dari hasil penelitian,
membantu dan melindungi. partisipan mengungkapkan bahwa
keluarga dapat menjelaskan tentang hal
3. Dukungan Instrumental – hal yang dapat menyebabkan kejang.
Berdasarkan hasil wawancara diatas, Dengan adanya penjelasan hal – hal
pada umumnya partisipan dapat yang dapat menyebabkan kejang
menyampaikan dan menyebutkan tersebut akan membuat partisipan
wujud/ tindakan nyata yang dilakukan mengurangi hal – hal tersebut yang
oleh keluarga dalam rangka menolong akan berdampak terjadinya penurunan
penderita epilepsi secara langsung. Sub frekuensi kejang pada partisipan.
tema yang teridentifikasi antara lain:
keluarga melakukan Pengobatan dan Menurut Supratiknya (1995, h.85)
pembiayaan. penerimaan diri berkaitan dengan
kerelaan membuka diri atau
4. Dukungan Emosional mengungkapkan pikiran, perasaan dan
Berdasarkan hasil wawancara di atas, reaksi kepada orang lain, kesehatan
partisipan dapat mengungkapkan psikologis individu serta penerimaan
bahwa keluarga memberikan perhatian, terhadap orang lain. Penerimaan diri
cinta dan simpati kepada partisipan diawali dengan keikhlasan dan
sehingga partisipan merasa kepasrahan subjek untuk menerima
diperhatikan dan dicintai oleh keluarga kenyataan bahwa mereka menderita
secara utuh. Sub tema yang epilepsi kemudian akan berkembang
teridentifikasi antara lain: memberi pada penerimaan dirinya secara utuh.
kasih sayang dan kepercayaan. Mengenali kelemahan serta
mengembangkan potensi dan kelebihan
PEMBAHASAN dirinya agar subjek bisa menjalankan
kehidupannya secara optimal (Eki vina,
Dukungan Informasional 2008).
Berdasarkan dari hasil penelitian, pada
Secara umum dapat didapatkan hasil
umumnya keluarga dapat menjelaskan hal –
bahwa peran keluarga dalam
hal yang dapat menyebabkan kejang dan
menjelaskan hal – hal yang dapat
keluarga dapat mengajarkan koping yang
menyebabkan kejang akan
tepat pada saat terjadinya kejang.
menumbuhkan dampak yang positif

Theresia Ika / Family Support On Severe Frequency In Epilepsy Patients In RSUP. Dr. Kariadi Semarang
Media Keperawatan Indonesia, Vol 2 No 1, February 2019/ page 21-28 24

kepada partisipan sehingga akan a. Membantu


muncul penerimaan diri secara utuh. Optimisme pada ODE dapat membantu
Munculnya penerimaan diri secara utuh ODE untuk menyikapi kejadian yang
akan membantu partisipan di dalam dialaminya secara positif. Hal ini senada
proses penyembuhan. dengan hasil penelitian Kung,
Rummans, Colligan, dan Clark (2006)
b. Mengajarkan pada para penderita kanker, yang
Menurut Gottieb (1983) dalam menunjukkan bahwa optimisme
Nursalam & Kurniawati (2007) berhubungan dengan tingginya kualitas
Dukungan keluarga adalah dukungan hidup. Adanya rasa optimis dapat
yang diberikan oleh keluarga yang membantu ODE dalam menyikapi
terdiri atas informasi atau nasihat gangguan epilepsi yang dimilikinya
verbal dan non verbal, bantuan nyata (Mrabet, Zouari, dan Ghachem, 2004).
atau tindakan nyata akan mempunyai Optimisme membantu ODE dalam
manfaat emosional atau efek perilaku melakukan pertolongan sendiri ketika
bagi pihak penerima. Dukungan sedang meng-hadapi permasalahan,
keluarga dapat membantu dan juga menjadi motif tersendiri bagi
menumbuhkan motivasi melakukan ODE untuk terus berusaha mencapai
pengobatan (Wahyudi, 2015). kualitas hidup yang lebih baik.

Agar proses kesembuhan partisipan Menurut Pitaloka (2008)


dapat segera terwujud maka mengemukakan bahwa kesuksesan
dibutuhkan adanya kerjasama yang seseorang dalam pencapaian tujuan
terjalin dengan baik antara partisipan ditentukan oleh kemampuannya dalam
dan keluarganya ( Siti N, 2011). mengatasi rintangan, pemicu stres,
Menurut penelitian Megawati (2011) kemampuannya menghasilkan emosi
kehadiran keluarga yang sangat positif, dan usahanya dalam mencapai
memperhatikan dan peduli terhadap tujuan.
partisipan menunjukkan dukungan
keluarga yang tinggi dalam bentuk Secara keseluruhan dapat disimpulkan
memberikan informasi dapat bahwa dengan adanya optimisme yang
mengurangi beban partisipan dalam positif dari keluarga maupun dari
menjalani pengobatan. partisipan dapat membantu dalam
menyikapi masalah epilepsi yang
Secara keseluruhan dapat disimpulkan dimiliki sehingga dapat memotivasi
bahwa kehadiran keluarga dalam untuk mencapai kualitas hidup yang
memberikan informasi atau nasehat lebih baik. Dengan tercapainya kualitas
secara verbal maupun non verbal akan hidup yang lebih baik maka akan
menimbulkan manfaat emosional dan mengurangi juga frekuensi kejang
efek yang positif bagi partisipan tersebut muncul.
sehingga membantu menumbuhkan
motivasi untuk melakukan pengobatan. b. Melindungi
Reaksi lain yang muncul adalah rasa
Dukungan Penilaian cemas berlebihan terhadap bahaya
yang akan dihadapi penderita pada saat
Berdasarkan dari hasil wawancara di atas,
munculnya bangkitan, dan akhirnya
pada umumnya partisipan dapat
akan menjelma menjadi sikap terlalu
mengungkapkan apa saja tindakan yang
melindungi (parental overprotective).
dilakukan keluarga untuk membimbing
Penderita akan memiliki sifat penakut,
atau mencegah masalah kejang terjadi
seialu merasa tidak aman (illsecure),
kembali kepada partisipan.
manja, tidak dewasa dan mempunyai

Theresia Ika / Family Support On Severe Frequency In Epilepsy Patients In RSUP. Dr. Kariadi Semarang
Media Keperawatan Indonesia, Vol 2 No 1, February 2019/ page 21-28 25

tingkat ketergantungan (dependency) ditunggu oleh ayahnya. Yang


yang tinggi. Sifat-sifat tersebut muncul mendampingi responden saat masa
karena hilangnya kesempatan perawatan adalah ibu. Perhatian lebih
melakukan berbagai aktivitas banyak diberikan oleh ibu responden.
sebagaimana individu normal lainnya
(Laidlaw & Richens, 1976). Menurut Fajar (2012) frekuensi kejang
yang tinggi, waktu kejang yang panjang,
Menurut Alib (2016) epilepsi juga dan episode status epileptikus memiliki
berpotensi mengakibatkan cidera fisik, kecenderungan untuk menyebabkan
kelemahan pada fisik dan penurunan penurunan fungsi kongnitif.
kesadaran. Maka dari itu diperlukan Pengobatan yang tidak adekuat
penanganan dan edukasi yang lama terhadap epilepsi yang terjadi dalam
terhadap penderita dan keluarga, jika jangka waktu lama menyebabkan
tidak segera diatasi epilepsi akan terganggunya fungsi psikososial yang
berdampak buruk terhadap berdampak pada menurunnya kualitas
perkembangan perilaku dan juga akan hidup (pencapaian akademik yang
berdampak pada kesehatan (cidera rendah, tidak mandiri dan gaya hidup
fisik). Untuk meminimalkan cidera fisik yang terbatas). Berdasarkan penelitian
maka dibutuhkan pendidikan Hayati (2016) terapi utama epilepsi
kesehatan pada keluarga tentang berupa obat-obat antiepilepsi (OAE) di
penanganan dan penatalaksanaan saat berikan agar kejang dapat di kontrol.
kejang, tujuannya adalah untuk Untuk mengurangi bangkitan kejang
mendeskripsikan mengantisipasi, maka di perlukan kepatuhan pasien
mencegah dan meminimalkan cidera dalam berobat. Kegagalan dalam
fisik. meminum obat secara teratur dapat
berakibat terjadinya resistensi obat,
Secara keseluruhan diungkapkan reaksi obat, peningkatan morbiditas
bahwa dengan adanya dukungan dari dan mortalitas serta mengurangi
keluarga dalam melakukan penanganan kualitas hidup.
pada saat kejang itu muncul maka akan
meminimalkan dan melindungi Dengan adanya dukungan keluarga
partisipan terhadap terjadinya cidera dalam melakukan pengobatan maka
fisik pada saat partisipan mengalami dapat mengurangi frekuensi bangkitan
kejang. kejang muncul selain itu dapat
mencegah terjadinya resistensi obat,
Dukungan Instrumental reaksi obat dan dapat meningkatkan
kualitas hidup partisipan.
Berdasarkan hasil wawancara diatas, pada
umumnya partisipan dapat menyampaikan
b. Pembiayaan
dan menyebutkan wujud/ tindakan nyata
Menurut Sumidjo ( 2006) bahwa social
yang dilakukan oleh keluarga dalam rangka
ekonomi merupakan faktor yang sangat
menolong penderita epilepsi secara
berpengaruh terhadap tingkah laku
langsung.
seseorang. Keadaan ekonomi keluarga
mampu mencukupi dan menyediakan
a. Melakukan Pengobatan
fasilitas serta kebutuhan untuk
Berdasarkan pernyataan dari beberapa
keluarga. Sehingga semakin tinggi sosial
responden, ternyata ada satu
ekonomi keluarga maka motivasi
responden yang kurang mendapatkan
pasien untuk sembuh pun berbeda –
dukungan dari salah satu keluarga,
beda.
yaitu ayah. Karena selama masa
perawatan responden tidak pernah

Theresia Ika / Family Support On Severe Frequency In Epilepsy Patients In RSUP. Dr. Kariadi Semarang
Media Keperawatan Indonesia, Vol 2 No 1, February 2019/ page 21-28 26

Menurut penelitian wahyudi (2011) pengaruh positif dari dukungan


Apabila dikaitkan dengan motivasi keluarga adalah pada penyesuaian
sembuh, pekerjaan yang dilihat dari dalam mengahadapi masalah atau
social ekonomi keluarga maka dengan stress.
status ekonomi yang dimiliki keluarga
akan mempunyai dukungan dan Hal ini dapat disimpulkan bahwa
motivasi untuk sembuh lebih tinggi dengan adanya support dan perhatian
daripada status ekonomi yang lebih lebih kepada pasien epilepsi maka akan
rendah. memberikan dampak yang positif
sehingga akan mengurangi perasaan
Dengan adanya dukungan keluarga yang tidak nyaman yang dirasakan oleh
dalam social ekonomi ini dapat partisipan. Dengan adanya dukungan
disimpulkan bahwa dukungan keluarga ini maka memberikan peranan penting
dapat meningkatkan motivasi pada diri dalam keberhasilan pengobatan.
partisipan untuk berusaha sembuh, Apabila pengobatan berhasil maka akan
sehingga dengan adanya motivasi meningkatkan kualitas hidup pasien
tersebut maka diharapkan akan sehingga frekuensi kejang tidak akan
mengurangi kemunculan frekuansi muncul kembali.
kejadian kejang pada diri partisipan.
b. Kepercayaan
Dukungan Emosional Model keyakinan kesehatan seseorang
akan mempengaruhi upaya mencari
Berdasarkan hasil wawancara di atas,
pengobatan. Berbagai upaya
partisipan dapat mengungkapkan bahwa
pendidikan kesehatan, pemberian
keluarga memberikan perhatian, cinta dan
psiko-edukasi terhadap keluarga yang
simpati kepada partisipan sehingga
sedang menunggu salah satu anggota
partisipan merasa diperhatikan dan dicintai
keluarga yang dirawat di rumah sakit
oleh keluarga secara utuh.
(Yusuf, 2013).
a. Memberi kasih sayang
Dukungan keluarga yang diberikan
Menurut penyataan Mery ( 2008)
dapat menumbuhkan motivasi untuk
bahwa dukungan dari orang terdekat
melakukan pengobatan, dukungan
atau keluarga akan mengurangi rasa
keluarga yang diberikan dapat
tidak nyaman yang dirasakan oleh
berbentuk perhatian secara emosi
partisipan. Keluarga berperan penting
dengan kesediaan keluarga menemani
dalam keberhasilan dari pengobatan
pasien dalam menjalani pengobatan.
karena dukungan keluarga akan
Dukungan keluarga ini akan
mempengaruhi tingkah laku dan
menenangkan hati pasien dalam
tingkah laku ini memberikan hasil
menjalani pengobatan. Hal ini sesuai
kesehatan sesuai yang diinginkan. Yang
dengan Sari (2010) yang menyatakan
terpenting adalah memberikan support
dukungan merupakan faktor yang
dan perhatian yang lebih pada pasien
penting yang dibutuhkan seseorang
epilepsi.
dalam menghadapi masalah kesehatan.
Menurut pendapat Sarafino ( 1998)
Dengan adanya kepercayaan atau
dalam Sujono (2008) bahwa dukungan
keyakinan dari pihak keluarga untuk
keluarga dapat bermanfaat positif bagi
terus memberikan perhatian maupun
kesehatan pasien apabila pasien
dukungan secara emosional maka dapat
merasakan dukungan tersebut sebagai
menumbuhkan motivasi atau semangat
dukungan yang layak dan sesuai dengan
partisipan untuk terus menjalani
apa yang pasien butuhkan. Selain itu,
pengobatan, sehingga dengan menjalani

Theresia Ika / Family Support On Severe Frequency In Epilepsy Patients In RSUP. Dr. Kariadi Semarang
Media Keperawatan Indonesia, Vol 2 No 1, February 2019/ page 21-28 27

pengobatan secara rutin dapat Ginsberg. (2008). Lecture Notes Neurologi. In


membantu meningkatkan kualitas Lecture Notes Neurologi. Jakarta.
hidup partisipan dan akan mengurangi
Haq, N. Z. (2011). Asuhan Keperawatan Epilepsi.
frekuensi kejadian kejang muncul. Surabaya: http://nuzulul-
fkp09.web.unair.ac.id.
Berdasarkan masing – masing dukungan
yang telah dijelaskan di atas maka dapat Harsono. (2001). In Epilepsi. Yogyakarta: Gadjah
diambil kesimpulan bahwa pada penderita Mada University Press.
epilepsi dukungan keluarga yang sangat
dibutuhkan adalah dukungan emosional. Harsono. (2017). Epilepsi (buku kedua). In Epilepsi
(buku kedua) (p. 241). Yogyakarta: UGM
Dukungan emosional ini diberikan dalam PRESS.
bentuk memberi perhatian dan
kepercayaan sehingga penderita dapat Harsono. (2008). The Quality of Life of Epileptic
termotivasi / bersemangat dalam menjalani Patient. Jakarta: Universa Medicina Fakultas
pengobatan secara rutin dan dapat Kedokteran Universitas Trisakti.
meningkatkan kualitas hidup penderita
yang akan berdampak pada berkurangnya Harsono, P. D. (2001). Hand Out Epilepsi. Surabaya.
frekuensi kejadian kejang yang muncul.
Hawari, I. (2010). Epilepsi di Indonesia. Jakarta:
Official Website of Yayasan Epilepsi Indonesia
Simpulan dan Club Epsi.

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian Hertisa, D. (2013). Morbiditas Epilepsi di Poliklinik
pembahasan di atas dapat disimpulkan Saraf RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
bahwa karakteristik dari keluarga pada Periode Juli 2010 - Juli 2011 , 89.
penderita epilepsi di Rumah Sakit Kariadi
Hidayat, A. (2007). Riset Keperawatan dan Tehnik
Semarang adalah keluarga yang Penulisan Ilmiah . Jakarta: Salemba Medika.
memberikan dukungan penuh kepada
responden. Dukungan yang diberikan dalam Mardlani, D. (2010, April 19). Retrieved Juli 2017,
bentuk peran serta keluarga memberikan from http://info-
penjelasan dan mengajarkan penanganan bedah.blogspot.co.id/2010/08/penderita-
tentang penyakit epilepsi, membantu dan epilepsi-tersebar-di-seluruh.html.
melindungi responden dalam menangani
NUGROHO, A. A. (2016). UPAYA PENCEGAHAN
epilepsi, mendukung dalam hal CIDERA FISIK PADA ANAK DENGAN
memberikan pengobatan dan pembiayaan EPILEPSY DI RSUD PANDAN ARANG
serta memberikan kasih sayang dan BOYOLALI. Surakarta: -.
kepercayaan penuh kepada responden.
Dengan adanya dukungan tersebut maka PERDOSSI. (2017). In Pedoman Penatalaksanaan
responden menjadi termotivasi untuk Epilepsi (pp. 3 - 13). Surabaya: Airlangga
University Press.
berusaha sembuh dan rutin dalam
menjalani pengobatan, sehingga akan Pinzon, R. (2007). Dampak Epilepsi pada Aspek
mengurangi kejadian frekuensi kejang yang Kehidupan Penyandangnya. In C. D. 157.
muncul dan dapat meningkatkan kualitas Jakarta: Group PT Kalbe Farma.
hidup responden.
Pramujiwati, D. (2013). PEMBERDAYAAN
REFERENSI KELUARGA DAN KADER KESEHATAN JIWA
DALAM. Bogor Utara: Jurnal Keperawatan
Jiwa Volume 1 Nomer 2.
Batitcaca, & B, F. (2008). Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan
jilid I. Jakarta. Primardi, A. (2010). OPTIMISME, HARAPAN,
DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA, DAN
KUALITAS HIDUP ORANG DENGAN EPILEPSI.
Fisher, R. (2014). Practical Clinical Definition of
Semarang: Jurnal Psikologi volume 3 No 2.
epilepsy. Epilepsia.

Theresia Ika / Family Support On Severe Frequency In Epilepsy Patients In RSUP. Dr. Kariadi Semarang
Media Keperawatan Indonesia, Vol 2 No 1, February 2019/ page 21-28 28

S, A. Y. (2010). TERAPI KELUARGA DENGAN Suyanto, B. &. (2011). Metode Penelitian Sosial.
PENDEKATAN SPIRITUAL TERHADAP Jakarta: Kencana.
MODEL. Surabaya: Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga. WHO. (2017, Februari). Retrieved Juni 20, 2017,
from Epilepsi:
Saragih, R. (2010). Peranan Dukungan Keluarga dan http://www.who.int/mediacentre/factsheets
Koping Pasien dengan Penyakit Kanker /fs999/en/
Terhadap Pengobatan Kemoterapi di RB 1
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Winknjosastro. (1997). Kehamilan dan Janin dengan
Medan Tahun 2010 , 1 - 5. Risiko Tinggi dalam Ilmu Kebidanan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka.
Shafer. (2013). FAQs for Epilepsy Monitoring Unit.
UK. Yanto, A., & Setyawati, D. (2017). Dukungan Keluarga
Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Kota
Shorvon, S. (2010). Definitions and epidemiology. Semarang. In Seminar Nasional Universitas
UK: Wiley-Blackwell. Muhammadiyah Semarang (Vol. 1).
Universitas Muhammadiyah Semarang: LPPM
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Universitas Muhammadiyah Semarang.
Kualitatif. Bandung : Alfabeta. Retrieved from
http://eriset.unimus.ac.id/index.php/psn120
12010/index

Theresia Ika / Family Support On Severe Frequency In Epilepsy Patients In RSUP. Dr. Kariadi Semarang

Anda mungkin juga menyukai